KEMATIAN DARI ORANG YANG KITA KASIHI
(OUR BELOVED DEAD)
Dr. W. A. Criswell
05-31-87
Yohanes 5:25-29
Ini adalah Pendeta dari Gereja First Baptist Dallas, yang sedang membawakan khotbah yang berjudul Kematian Dari Orang Yang Kita kasihi. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Yohanes, kita telah berada di pasal 5, di dalam ayat 25 dan 28, Yesus berkata: “Sesungguhnya…” Dalam bahasa Yunani kata itu adalah amen. Amin.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.
Ayat 28
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya.
Alasan dari pengakuan dan pernyataan ini adalah karena kritikan yang pedas yang diterima Yesus ketika Dia menyembuhkan orang yang lumpuh di kolam Betesda, yang telah menderita yang sakit selama tiga puluh delapan tahun. Dan dalam menjawab kritikan yang keras dari musuh-musuhNya, Tuhan berkata, “Anak Manusia tidak hanya berkuasa untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi juga Dia memiliki kuasa untuk membangkitkan orang yang mati.”
Kemudian, di dalam kedua ayat ini, Dia berbicara tentang dua jenis kematian dari manusia dan dua jenis kebangkitan. Di dalam ayat 25, Dia berbicara tentang mereka yang mati di dalam kejahatan dan dosa-dosa mereka. Mereka mati secara rohani. Mereka hidup di dalam tubuh mereka, tetapi secara rohani, di dalam batin mereka, mereka telah mati.
Mereka belum disadarkan. Mereka tidak dibangkitkan. Dia berbicara tentang hal itu di dalam bentuk present tense (masa yang sekarang): “mereka yang mati”—sekarang, pada masa kini, saat ini.
Dalam ayat 28, Dia berbicara tentang orang-orang yang mati secara fisik, yang tubuhnya terbaring di dalam bumi. Dan Dia berbicara tentang kebangkitan yang akan datang: “sebab saatnya akan tiba”—bukan sekarang—“adalah,’ tetapi “akan tiba” ketika semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suaraNya dan akan bangkit, baik yang orang yang benar maupun yang jahat.
Dia berbicara tentang bagaimana mereka akan dibangkitkan. Kuasa apakah itu? Dan di dalam cara yang bagaimana peristiwa yang ajaib ini akan terjadi. Dia berkata di dalam kedua contoh itu, bahwa “orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.”
Di dalam ayat dua puluh delapan, pengakuan yang sama dikemukan kembali: “Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara Nya.”
Itu adalah suara yang yang menyembuhkan orang lumpuh ini. Akan ada suara Allah yang terdengar di dalam hati kita, memanggil kita untuk memperbaharui iman dan dedikasi kita kepadaNya. Dan akan ada suara dari Anak Allah yaitu Kristus Yesus, yang akan terdengar seperti bunyi sangkakala, yang berbicara, dan orang-orang mati yang berada di dalam kuburan akan merespon panggilanNya.
Di dalam gambaran kebangkitan dan kemuliaan Tuhan yang dijelaskan oleh Yohanes di dalam Kitab wahyu pasal yang pertama, setelah melukiskan sosokNya yang luar biasa, bercahaya dan bersinar seperti cahaya matahari, Yohanes berkata, “dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua.”
Di dalam Ibrani pasal 4 ayat 2, kita diberitahukan:
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Firman Tuhan, Firman Kristus, adalah sangat mahakuasa dan memiliki kekuatan penuh.
Ketika perwira dari Kapernaum mencari Dia dan berkata kepadaNya, “Sembuhkanlah hambaku. Hanya berbicaralah dan dia akan sembuh.”
Tuhan berkata, “Tidak, Aku akan pergi bersamamu dan akan menumpangkan tanganKu atas hambamu itu.”
Perwira itu keberatan: “Tidak perlu—sama sekali tidak perlu. Engkau hanya perlu berbicara saja—katakanlah sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh”—kekuatan yang penuh, suara Kristus yang mahakuasa.
“Efata,” Dia berkata di Dekapolis, dan orang tuli dan bisu dapat mendengar dan berbicara.
“Talithakum,” Dia berkata kepada anak perempuan Yairus, dan gadis muda itu bangun seperti bangkit dari kematian.
Dia menghentikan proses pemakaman dari seorang anak janda dari Nain. Dan berbicara kepada anak muda itu, dia kemudian bangkit dan hidup kembali. Dia hanya berbicara sepatah kata: “Bangkitlah.”
Dan Lazarus yang telah dikafani bangkit dari kuburan dan menjadi hidup. Mahakuasa, dan penuh kuasa suara dari Anak Allah, yang akan didengar dan orang yang mati akan hidup.
Merupakan tujuan Allah, bahwa di dalam menghadapi pengalaman yang universal di dalam kehidupan manusia, yaitu kematian, kita sama sekali tidak memiliki pengetahuan. Dia memulai bagian yang universal ini, yang dapat kita baca bersama-sama: “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara bahwa kamu agnoeo.” Kata agnostik berasal dari kata kerja Yunani—Agnostic: “Saya tidak tahu.”
Selanjutnya, kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Kunjungan dari kematian ini begitu universal, hal itu bukanlah sesuatu yang asing atau tidak dikenal. Hal itu berada dalam bidang Allah dan di dalam kuasa. Allah memberi kita pengetahuan tentang hal itu, di balik targedi yang hadir di kehidupan ini, ada sebuah penyingkapan yang hebat dan mulia. Dan Dia berbicara kepada kita di dalam ayat yang penuh makna dan luar biasa ini.
Dalam minggu belakangan ini, dalam satu hari, dua diaken kita yang terhormat meninggal dunia. Kita tinggal di dalam dunia yang seperti itu. Kita semua menghadapainya.
Tidak ada lingkaran keluarga yang tidak pernah hancur, di suatu tempat, dalam sebuah waktu. Ibu telah pergi atau ayah telah pergi. Anak-anak telah pergi. Kakek telah pergi. Sahabat-sahabat telah pergi.
Kita hidup di hadapan kematian. Dan itulah sebabnya Allah membuat pengakuan, “Selanjutnya kami tidak mau, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang tidur dalam Kristus.”
Dia berkata di sini: “Supaya kamu jangan berdukacita seperti orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.” Sebagaimana yang saya pikirkan tentang dunia ini, ada dua ekstrim di dalam spektrum yang berkenaan dengan tragedi kematian ini. Salah satunya digambarkan oleh kamu animis di kegelapan rimba Afrika. Diteror oleh hal itu, ditakuti oleh hal itu dan dikendalikan oleh hal itu. Tidak ada cahaya. Tidak ada pengharapan. Tidak ada sesuatu di balik kegelapan dari hal dia lihat, ketika dia berdiri di hadapan kematiannya.
Spektrum yang lain terlihat pada orang-orang Yunani yang terpelajar dan berpendidikan. Seorang skolastik dari akademi pelatihan berkata, “Semua yang kami ketahui berasal dari Yunani.” Lima ratus tahun lebih sebelum Kristus mereka memintal persamaan filsafat ini berdasarkan atom dan struktur molekul dari alam semesta kita ini.
Ketika anda berbicara tentang fisik, anda menggunakan sebuah kata Yunani. Ketika anda berbicara tentang metafisik anda menggunakan sebuah kata Yunani.
Tetapi , orang-orang Yunani yang terpelajar dan berpendidikan itu, memandang ke dalam kegelapan di balik aliran Sungai Styx, yang tidak dapat melihat apa-apa. Itulah sebabnya di dalam keputusasaan mereka, ketika Paulus berdiri di depan Aeropagus, di Bukit Mars, dan berbicara tentang Yesus dan kebangkitan—Iesus dan anastasis—kata maskulin dan feminim, mereka berpikir bahwa dia berbicara tentang dewa yang tidak pernah mereka dengan sebelumnya.
Dan ketika mereka bertanya kepadanya tentang Iesus dan Anastasis ini dan dia membanya ke dalam daging dan darah dari fakta historis tentang Yesus dan kebangkitan, mereka tertawa dan mengejek. Kaum Epikurian mencemooh pengkotbah itu dan mereka berlalu. Dan kaum Stoik lebih menghormati, mereka menunduk dan berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu. Bagi mereka adalah mustahil bahwa ada kehidupan setelah kematian, dan bahwa ada kebangkitan dari mereka yang telah terbaring di pusat bumi.
Hari ini, pada masa kita yang sekarang, tidak hanya kalangan akademik dunia yang menolak ide tentang kebangkitan, tetapi yang paling umum dan secara luas dalam melawan dan menyerang Firman Tuhan yang berhubungan dengan kebangkitan dari antara orang mati dilakukan oleh para pengkhotbah teologi di dalam pemikiran humanismenya dan mimbar-mimbar modernitas mereka. Itu adalah salah satu hal yang aneh, fenomena yang paling aneh yang saya ketahui di dalam hidup saya.
Pada masa Tuhan kita, Bait Allah dipelihara oleh orang-orang Saduki. Semua ibadah orang Israel yang berkumpul dari seluruh ujung bumi berada dibawah pengaturan orang Saduki. Dan mereka adalah orang-orang materialis. Mereka adalah orang-orang humanis. Mereka adalah orang-orang naturalis. Mereka adalah orang-orang atheis.
Dan ketika Yesus berkhotbah kepada orang-orang tentang pengharapan dari sebuah kehidupan setelah mati dan kebangkitan dari kematian, orang-orang Saduki menghina dan mentertawai serta mengejek dan kemudian berlalu dengan permainan kata-kata mereka yang telah mereka diamkan bagi orang-orang yang selama berabad-abad, yang percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian: Hukum Imamat Israel. Jika seorang pria memiliki seorang istri dan tidak memiliki keturunan maka di bawah peraturan hkum Imamat, saudaranya harus mengambil istrinya itu dan memberikan seorang anak laki-laki bagi dia, dan memakai nama keturunan itu atas namanya.
Dan di dalam kisah orang Saduki, ada seorang pria dan istrinya. Dan pria itu meninggal dunia. Dan dia memiliki enam orang saudara laki-laki. Dan saudara yang tertua itu mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Dan saudaranya yang selanjutnya meninggal. Dan saudara yang selanjutnya lagi meninggal. Akhirnya ketujuh orang itu meninggal. Dan kemudian orang-orang Saduki dengan cemoohan mereka dan hinaan mereka, menertawakan tentang kebangkitan berkata: “Pada hari kebangkitan menjadi istri siapakah dia? Ha, ha, ha.”
Apakah anda mengingat apa yang disampaikan oleh Firman Tuhan: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!” Kemudian di dalam kisah yang sama, Yesus berkata bahwa Allah bersabda di dalam Perjanjian Lama: “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati. Melainkan Allah orang yang hidup.”
Kemudian Paulus di dalam bagian yang luar biasa ini memberi pengakuan mengenai kebangkitan tubuh kita. Paulus berkata, “Pertama-tama aku berbicara berdasarkan Firman Allah.” Adalah Allah yang memberikan pernyataan ini. Hal itu tidak didasarkan atas spekulasi dari pemikiran manusia: “Hal ini aku sampaikan sesuai dengan Firman Tuhan.”
Adalah Allah yang memberikan kita pengharapan. Adalah Allah yang telah membuat janji ini. Dan adalah kuasa Allah yang akan membangkitkan orang yang kita kasihi dari dalam kuburan. Itu adalah dari suara yang sama dan kuasa Allah yang sama yang pada suatu hari akan membangkitkan kita dari dalam tanah. Ketika kita kehilangan pengharapan itu di dalam Tuhan, maka kita kehilangan iman kita di dalam Tuhan dan tidak ada yang tersisa selain kegelapan dan keputusasaan.
Albert Einstein, yang merupakan seorang ilmuwan modern kita yang terkemuka berkata: “Saya ingin hal ini dimengerti. Saya adalah seorang atheis. Saya tidak percaya kepada Allah. Dan ketika saya meninggal, tidak akan ada sebuah ibadah pemakaman. Tubuhku akan dibakar dan debunya akan diterbangkan bersama angin.”
Ketika Albert Einstein meninggal dalam beberapa waktu yang lalu, tidak ada sebuah ibadah pemakaman. Tubuhnya dibakar. Dan abunya diterbangkan bersama dengan angin.
Ketika kita kehilangan kepercayaan kita di dalam Allah, kita kehilangan kehilangan harapan kita terhadap masa depan dan kepedulian dan ingatan dari sorga.
Tetapi ketika kita percaya kepada Allah, oh, betapa besar sebuah cahaya, dan sinar serta sebuah pengharapan yang di bawa oleh Allah kepada jiwa kita yang berduka! Dia berkata, “Jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali”—itu adalah dasar dari prinsip teologi—“Jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka kemudian orang-orang ini yang tertidur di dalam Kristus, suatu hari Yesus akan membawa mereka bersama dengan Dia.” Paulus berkata bahwa di atas dasar itulah terletak, tentang fakta atau fiksi dari kebangkitan Kristus. Apakah Dia telah bangkit?
Tidak ada fakta sejarah yang paling otentik di dalam sejarah manusia selain dari pada kebangkitan Yesus Kristus. Bagaimana anda akan menjelaskan transformasi yang luar biasa di dalah kehidupan Para rasul, yang mempertaruhkan jiwa mereka untuk memberitakan Injil itu? Bagaimana hal itu dapat terjadi, jika mereka tidak melihat Yesus telah bangkit dari kematian?
Bagaimana anda akan menjelaskan perubahan di dalam hidup Saulus dari Tarsus, yang kemudian menjadi Rasul Paulus, lebih dari pada apa yang telah dia lihat di jalan menuju Damsyik, yaitu Kristus yang telah bangkit, yang telah bangkit dari kematian?
Bagaimana juga anda akan menjelaskan kuasa Injil yang menaungi dan menaklukkan seluruh Imperium Romawi kuno, di atas dasar kebangkitan Yesus, bahwa Dia hidup dan Dia juga berkuasa untuk membangkitkan kita dari kematian?
Dan itulah sebabnya mengapa Paulus menggunakan kata yang baru yang berkenaan dengan kejatuhan kita.
Dia menyampaikannya di bagian ini, di dalam 1 Tesalonika, dan di dalam bagian yang luas biasa dalam 1 Korintus pasal 11, dia berkata bhwa kita “tidur di dalam Kristus.” Kita tertidur di dalam Kristus. Kita hanya tertidur di dalam Tuhan, dan menanti untuk dibangunkan oleh suaraNya pada hari kedatanganNya.
Maut tidak lama lagi akan jatuh beserta dengan terror neraka dan penghukumannya. Sengatnya telah diambil dari keputusasaan yang paling pokok itu. Dan kuburan telah kehilangan kemenangannya. Kristus telah menang atas kematian dan neraka serta kuburan.
Di dalam deskripsi yang indah itu, yang disampaikan oleh Yohanes di dalam Kitab Wahyu pasal pertama, Yohanes berkata, “Tersungkurlah aku di di depan kakiNya sama seperti orang yang mati,” di terror oleh penglihatan yang mulia itu dan dia berkata, “Tuhan meletakkan tangan kananNya di atasku.”
Seberapa sering, pada masa Dia hidup sebagai manusia, Tuhan telah meletakkan tanganNya di atas bahu Yohanes? Dia meletakkan tangan kananNya ke atasnya dan berkata, “Jangan takut. Jangan takut. Akulah yang hidup dan Aku telah mati, namun lihatlah, aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang kunci maut dan kematian dan kuburan. Janglah kamu takut.”
Di dalam waktu yang singkat ini, bolehkah saya memberikan contoh terapan pengharapan itu di dalam pengalaman kemanusiaan kita, kepada keluarga kita dan kehidupan kemanusiaan kita: bahwa kematian di dalam Kristus telah kehilangan sengatnya dan kuburan telah kehilangan kemenangannya?
Yang pertama tentang seorang kudus yang telah berusia lanjut, seseorang yang telah hidup dan berada di akhir hidupnya, yang sudah dimakan usia dan sekarat. Sebagaimana anda tahu bagi anda yang telah bertahun-tahun berada di dalam gereja ini bahwa saya memulai pelayanan saya pada saat berusia tujuh belas tahun. Betapa banyak yang harus di pelajari bagi seseorang yang masih muda.
Di awal pelayanan itu, saya berlutut di samping prajurit Kristus yang sudah tua itu untuk berdoa. Dan saya berdoa seperti ini, “Allah yang terkasih, orang kudus ini, berikanlah kekuatan kepadanya dan sembuhkan dia serta bangkitkanlah dia dan berikan kepadanya kekuatan untuk menghadapai tahun-tahun selanjutnya, yang akan datang.”
Saya berdoa seperti itu. Dan orang tua yang kudus itu mengangkat tangannya dan menyentuh saya dan menginterupsi doa saya dan berkata kepada saya, “Pendeta muda, jangan berdoa seperti itu. Jangan minta hal yang seperti itu kepada Allah.” Dia berkata kepada saya, “Hidup saya dan pekerjaan saya telah usai. Dan saya seorang yang lumpuh dan tidak berdaya. Dan semua anak-anak saya telah pergi. Dan semua sahabat-sahabat saya telah pergi. Saya adalah seorang asing di dunia ini.” Dia melanjutkan perkataannya, “Pendeta muda, berdoalah agar Allah melepaskan saya dan membiarkan saya pergi bersamaNya beserta dengan orang-orang yang saya kasihi yang telah terhilang untuk sementara waktu.”
Saya tidak akan pernah melupakan permohonan itu: “Ketika hidup saya telah selesai dan pekerjaan saya telah berakhir dan hidup saya hanya menjadi sebuah beban, Allah yang terkasih, dapatkah saya untuk pergi saja bersama dengan Engkau? Dan membukakan saja pintu sorga.”
Itulah sebabnya di dalam Wahyu 14:13, Allah berkata, “Makarios—berbahagia, diberkatilah, beruntunglah—Makarios, Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”
Kita tidak akan kehilangan apa yang telah kita usahakan dan hasilkan di dalam nama Kristus di bumi ini. Semuanya dikumpulkan di dalam sorga. Hal itu dituliskan dalam Kitab Kehidupan Anak Domab. Itu adalah upah bagi kita selamanya.
Tidak di sini, tetapi di sana, di kediaman kita yang kekal. Hal itu ada di sana. Rumah kita bukan di sini. Tetapi di sana. “Makarios, berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan.”
Jika ada seorang anak muda, wanita muda, di dalam keluarga anda yang telah meninggal, hal itu sama seperti Ribka yang telah pergi ke negeri yang jauh, yang telah menjadi pengantin bagi Ishak. Atau sama seperti seorang Yusuf yang telah berada di negeri yang lain, yang dipanggil dan diangkat menjadi seorang penguasa. Atau ia adalah seorang bayi? Atau seorang bayi yang masih sangat kecil?
Sebuah lukisan yang terkenal yang berjudul: “Bejana Air Mata.” Dan ketika melihat lukisan itu, seseorang menuliskan puisi ini:
Hari-hari dari seorang ibu yang menderita
Terhadap rasa kehilangannya yang tak dapat dipulihkan
Tangisan yang keras, air mata kepahitan, dan keluhan
“Kematian yang kejam telah mencuri anakku.”
Tetapi suatu malam ketika dia telah tertidur
Datang sebuah penglihatan kepada jiwanya
Dan dia melihat putri kecilnya
Dalam ladang Elysian yang penuh berkat.
Dan anaknya berdiri sendirian
Memegang sebuah bejana yang berat
Dengan bergegas ibunya menghampiri putrinya
Menopang sekitar lengannya yang goyah
“Mengapa begitu sedih dan sendirian sayang?”
Dia bertanya sambil membelai rambutnya,
Lihat begitu banyak anak kecil yang bergembira
Bermain di kebun raya
Lihat mereka memberi isyarat dan memanggil,
Pergi dan bantu mereka memetik bunga
Masukkan kedalam bejana yang berat
Berdansa dengan bebas dalam waktu yang cerah”
Dari bibir yang lembut dan menggigil
Jatuh sebuah jawaban diatas telinganya
“Di atas bumi ibuku menangis,
Dan bejana ini menampung air matanya
Air mata yang menyentuh kumpulan bunga surgawi
Merusak bunga sehingga mereka akan gugur
Jadi selama dia terus menangis
Saya harus berdiri dan menampung semua air matanya”
“Tunggu tidak lama lagi,” jerit ibunya
“Lari dan bermainlah anak kecilku yang manis;
Tidak akan ada lagi air mata kedukaan
Yang merusak kebahagiaanmu luhur.”
Seperti burung yang terlepas dari kurungannya
Dengan bahagia bocah kecil itu berlalu dengan cepat
Dan ketika ibunya bangun, hatinya diteguhkan
Dikuatkan untuk setiap hari-hari yang sepi
Kristus telah mengambil sengat maut dan kemenangan dari kuburan. Dan sekalipun ayah saya yang telah berusia lanjut ataupun ibu saya atau seorang putra ataupun seorang putri, atau seorang anak kecil yang sangat dikasihi telah pergi, Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi mereka.
Dan di dalam keyakinan yang teguh dan komitmen yang manis, kita mempercayakan kepada Allah, orang-orang yang kita kasihi yang telah meninggal, dan menunggu suara yang akan membangkitkan mereka dan yang memanggil mereka dari dalam kuburan. Betapa hal itu merupakan sebuah hal yang sangat mulia dan injil yang sangat melegakan, yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, pengharapan kita dan Tuhan kita.
Sekarang, bolehkah kita berdoa bersama-sama?
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.