Daftar isi

KEMULIAAN  TUHAN

(THE GLORY OF THE LORD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

12-16-79

 

John 1:14

 

Hari ini, kita akan memiliki sebuah khotbah tentang Inkarnasi. Dan ada sesuatu yang penting di dalamnya dan saya berdoa agar anda akan mendengarkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian.

Judul dari khotbah kita adalah: Kemuliaan Tuhan. Dan kita akan bersama-sama berbagi tentang hal ini, bersama ribuan orang dari anda yang sedang menonton televisi dan yang sedang mendengarkan radio, adalah sebuah sukacita yang tidak terkatakan bagi kami di Gereja First Baptist Dallas ini atas partisipasi anda semua.

Di dalam Yohanes pasal satu, ada sebuah bagian yang sangat indah. Itu adalah sebuah syair yang penuh makna yang pernah ditulis, atas logos, pre-eksistensi Kristus. Dan di dalam syair itu, Rasul Yohanes menulis:

Pada mulanya adalah logos, dan logos itu bersama-sama dengan Allah dan logos itu adalah Allah.

Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

Ayat 14:

Logos itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah—logos—yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.

 

           “Dan Firman”—the logos—“telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemulianNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Ada dua kemuliaan Kristus, dua kemuliaan yang membesarkan dan memuliakan Tuhan kita.

Yang pertama sangat esensial. Yang telah menjadi sifatNya, merupakan bagian dari keberadaanNya; kebesaran dan kesempurnaan dari Allah. Itu adalah sebuah kemuliaan dan kekudusan serta keindahan dan kemurnian Allah. Itu adalah sebuah kemulian yang melekat padaNya dan menjadi bagian dari keberadaanNya. Itu adalah sebuah bagian yang paling dasar dari keberadaanNya, naturNya yang paling pokok.

Kemuliaan lain dari Tuhan kita adalah sesuatu yang dihasilkan dan ditambahkan. Sesuatu yang telah diberikan, yang datang kepada Dia di dalam ketaatanNya dalam penderitaan dan dalam kematianNya.

Jadi, kita akan membicarakan terlebih dahulu dari kemuliaanNya yang pertama, yang melekat di dalam diriNya, yang merupakan esensi, kemuliaan yang menjadi pembawaan dari Tuhan kita yang mulia. Itu adalah sebuah kemuliaan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pikiran kita dan pemahaman kita tidak dapat mengukurnya. “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah.” Tuhan berkata, “Jika seseorang melihat wajahKu, dia tidak dapat hidup.”

Ada sesuatu yang menakjubkan dan suatu kebesaran serta suatu ketidak-terbatasan tentang Tuhan yang tidak dapat dimuat di dalam pikiran kita yang kecil dan terbatas. Kemuliaan Tuhan—bahkan pakaianNya putih dan murni, bersinar-sinar dan sangat indah. Kemuliaan Allah—ini adalah sebuah kemuliaan yang menyertai Tuhan dan ini adalah sesuatu yang tidak mampu kita lihat ke atasnya. 

Rasul Paulus menuliskan hal itu, ketika dia bertemu dengan Tuhan di jalan ke Damsyik, dia telah dibutakan oleh kemuliaan yang bercahaya itu. Di dalam pasal pertama dari Kitab Wahyu, rasul Yohanes berkata:

Aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala….

Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku…tampaklah kepadaku tujuh kaki dia dari emas;

Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia—logos.

Kemudian dia menggambarkanNya, dan dia berkata, “dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati.”

Kita tidak dapat menahan dengan mata kita yang telanjang untuk melihat ke atas matahari. Manusia tidak dapat melihat ke dalam matahari. Dan jika matahari, sebuah ciptaan Tuhan—jika kita tidak dapat tahan untuk melihat ke dalam matahari, pikirkan betapa  tidak mampunya kita melihat ke dalam wajah dari kemuliaan Tuhan.

Jadi, Paulus menulis, “Aku telah dibutakan oleh cahaya yang mulia itu.” Dan Yohanes menulis, “Tersungkurlah aku, sama seperti orang yang mati.” Kemuliaan, yang esensial, yang melekat dengan menakjubkan dan mahabesar, serta luar biasa, kesempurnaan Allah.

Minggu yang lalu, kita telah merujuk kepada pertanyaan, desakan Musa, ketika dia berkata: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku.”

Dan Tuhan menjawab, “Engkau tidak tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup, tetapi Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung batu dan Aku akan menudungi engkau dengan tanganKu dan kemuliaanKu”—kata Ibrani adalah tov—dan kebaikanKu, kesempurnaan, kebesaran, keindahan dan kemuliaanKu akan lewat, kemudian Aku akan menarik tanganKu dari celah batu karang dan kamu akan melihat  belakangKu, cahaya kemuliaanKu dan temaram dari keindahanKu.”

Ini adalah sebuah kemuliaan yang esensial dan melekat pada Allah. Dan ini adalah kemuliaan yang Allah tanggalkan ketika Dia datang dan berinkarnasi menjadi seorang manusia.

Di dalam kitab Filipi pasal dua merupakan salah satu hal yang terkemuka dalam diskusi teologi, pernyataan di dalam Alkitab. Filipi pasal 2, ayat 5 hingga 11: “Kristus Yesus yang walaupun dalam morphe Allah”—dan, minggu yang lalu, kita telah berbicara tentang morphe Allah. Morphe sebuah pedang membuat menjadi sebuah pedang. Bukan pahat. Bukan mata bajak. Itu sebuah pedang. morphe—bentuk—dari hal itu membuatnya menjadi sebuah pedang.

Seperti sebuah penusuk memiliki signifikan dan arti karena ketajamannya. Bukan sebuah gergaji. Bukan sebuah palu. Itu adalah sebuah penusuk. Morphe membuatnya menjadi sebuah penusuk.

Jadi, Kristus Yesus  

… walaupan dalam morphe of God—walaupun dalam bentuk Allah—tidak menganggap kesetaraan, untuk menahan, Untuk menjadi Allah muka dengan muka

pros ton theon, Yohanes menulisnya demikian

Dengan Allah;  

Melainkan telah mengosongkan diriNya…

Semua dari hal itu adalah sebuah terjemahan dari kata Yunani:: kenoo

—melainkan telah mengosongkan diriNya—melepaskan diriNya dari semua kemuliaan ilahi, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia;

Dan dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Ada sebuah sistem yang menyeluruh dari teologi yang dibangun di atas bagian itu. Hal itu disebut sebagai doktrin kenosis—Kenosis—dari kenoo—‘mengosongkan diri, melepaskan diri.” Ketika Tuhan berinkarnasi, ketika Dia lahir sebagai seorang anak di Betlehem, Dia melangkah turun dari takhta kemuliaanNya dan Dia menanggalkan pakaian keindahan dan kebesaranNya, dan Dia menjadi seorang hamba, seorang manusia dan taat sampai mati.  

Sekarang ada dua hal tentang itu yang saya inginkan untuk kita lihat. Yang pertama adalah hal ini: Dia tidak mengosongkan diriNya dari keilahianNya. Dia tetap logos. Dia tetap Kristus. Dia tetap Allah.

Dan kemuliaan dari keilahianNya telah diselubungi, disembunyikan oleh kemanusiaanNya, akan tetap nyata, akan tetap cemerlang, suatu kali dalam seketika. Sekalipun keilahianNya telah berinkarnasi, ditutupi oleh kemanusiaan, akan tetapi esensi kelihaian dan kemuliaanNya suatu kali dalam seketika akan terlihat dengan luar biasa.

Ini adalah sebuah contoh. Di atas sebuah gunung dimana tiga oramg murid-murid sedang berdoa bersama Yesus. Dia mengalami transfigurasi di depan mereka. Dan di dalam Matius pasal tujuh belas dikatakan bahwa wajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang. Itu adalah sebuah contoh ketika keilahianNya ditunjukkan.  

Contoh yang lain dan satu-satunya yang sangat berbeda dengan semua yang ada di dunia: di dalam kitab Matius pasal sembilan, anda mempunyai kisah orang lumpuh yang dibawa dan dibaringkan di bawah kaki Yesus oleh empat orang yang membawanya. Dan Tuhan Yesus berkata kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah. Dosa-dosamu sudah diampuni.”

Dan di sana berdiri orang-orang ahli Taurat dan berkata dalam hatinya: “Orang ini menghujat. Sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengampuni dosa, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa.”

Tetapi Tuhan mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, “Manakah lebih mudah mengatakan: Doasamu sudah diampuni atau mengatakan :bangun dan berjalanlah?” maukah anda mencobanya? Mengapakan anda tidak mencobanya sekali-kali. Di sini ada seorang pria yang selama hidupnya telah menjadi cacat, lumpuh. Anda mungkin bisa mencobanya. Anda mungkin dapat pergi dan berdiri di sana serta berkata, “bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Anda mungkin dapat mencobanya.

Ada orang-orang yang berkata bahwa mereka dapat melakukan hal itu. Kemarin pagi di harian pagi Dallas News, di dalam halaman yang membahas hal rohani, salah satu berita utamanya adalah tentang seseorang yang dapat menyembuhkan orang sakit. Dan orang terbaiknya, yang bekerja di sisinya selama tahun-tahun pelayanannya berkata, “Itu bohong. Itu sebuah kebohongan. Dia tidak pernah menyembuhkan siapapun.”

Dan apa yang dikatakan oleh orang itu adalah benar. Allah yag menyembuhkan. Dan hanya Allah sendirilah yang menyembuhkan. Ahli bedah dapat memotong dan mengoperasi, memegang kehidupan daging secara bersama-sama. Dan dokter dapat menulis resep obat. Dan apoteker dapat memberikan anda obat. Tetapi Allah sendiri yang menyembuhkan. Jika anda pernah menyembuhkan. Allah yang telah melakukannya.

Jadi Tuhan berkata, “Manakah lebih mudah mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan bangun dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa, bahwa Dia adalah Allah.”

Lalu dia berpaling kepada orang lumpuh itu dan berkata, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun dan berjalan serta memuliakan Tuhan.

Suatu kali dalam seketika, saya berkata, keilahian dari Tuhan kita akan bersinar dengan terang. Anda dapat melihat melalui selubung kemanusiaan dari inkarnasi yang ditinggalinya, yang menaungi Dia, yang menyembunyikanNya. Anda dapat melihat kemuliaan—yang esensial, kemuliaan yang melekat padaNya—dari Allah yang bersinar terang.

Tetapi di dalam banyak bagian di dalam masa ketika Dia menjadi manusia, pakaian kemuliaan, semua kebesaran dan keagungannya, terletak di dalam bagian diriNya ketika Dia turun dari takhta anugrahNya.

Saya menyukai lagu yang ditulis oleh Gary:

 

Di Betlehem

Allah telah melangkah turun

Ketika Dia melangkah turun

Dan menjadi seorang hamba

Membuat diriNya dalam keserupaan manusia

Dan menjadi taat hingga mati

 

Keagungan dari hal itu melampaui apa yang dapat kita bayangkan atau yang dapat kita realisasikan: bahwa Allah di dalam semua kemulianNya mau meninggalkan takhta kebesaranNya dan menjadi bagian dari kita, seorang yang hina; dan takluk terhadap kematian, penganiayaan sebagai seorang penjahat. Itu adalah sesuatu yang sulit untuk dibayangkan.

Saya akan menunjukkan salah satu tentang hal itu di dalam Perjanjian Lama yang membuat saya sangat takjub. Beberapa waktu yang lalu, saya menghubungan kepada kitab Ulangan pasal tiga puluh tiga ayat delapan belas, ketika Musa berkata kepada Tuhan, “Tuhan, perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku,” dan ketika Tuhan menjawab, “Aku akan menempatkan engkau dalam celah batu karang dan “—dan dalam bahasa Ibrani kata itu adalah tov—tovKu akan lewat, lalu Aku akan menarik tanganKu dan engkau akan melihat temaram, cahaya yang tinggal sesudah kemuliaanKu lewat.”  Kata  tov adalah sebuah kata Ibrani untuk kebaikan atau keindahan. Bukankah hal itu sangat luar biasa: bahwa di dalam bahasa Ibrani, kata untuk kebaikan adalah kata untuk keindahan?

Tetapi ketika anda berpikir tentang hal itu, hal itu selalu benar. Yang jahat dan kejahatan tidak pernah indah, tetapi kebaikan selalu indah.

Terberkatilah hati anda! Beberapa dari wajah yang manis yang pernah saya lihat bukan dalam pemimpin Hollywood, karakter, atau orang-orang yang ada di dalamnya yang ditempatkan sebagai sesuatu yang indah. Tetapi bagi saya, mereka indah—seorang yang memiliki wajah keibuan, terlihat indah karena mereka benar-benar baik. 

Anda tahu, orang-orang seperti itu—dapat akan terlihat baik jika anda melihat dengan jiwa kebaikan anda. Bukan karena mereka terlihat indah seperti yang dikatakan oleh Hollywood bahwa mereka indah, tetapi mereka indah karena Allah berkata bahwa mereka indah. Mereka baik. Mereka berharga.

Jadi, di dalam kitab Ibrani, kata yang digunakan adalah sama, kata untuk kebaikan: “Aku akan melewatkan kebaikanKu” atau “Aku akan melewatkan keindahanKu.” Kemudian Dia menempatkan Musa dalam celah gunung batu, dan kebaikanNya, keindahannya lewat. Kemuliaan Tuhan lewat.

Sekarang anda lihat ke dalam hal ini: Di dalam kitab Yesaya pasal lima puluh tiga, sang nabi berdiri di depan salib 750 tahun sebelum Kristus. Dia menulis seakan-akan dia berdiri di Kalvari, di Bukit Golgota, melihat kepada kematian Juruselamat.

Dan apakah anda ingat apa yang dia katakan? Dia berkata, “Begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi”—Mereka memukuli Dia. Mereka meninju Dia dengan tangan mereka dan tinju mereka. Mereka mencabut janggutNya. Mereka meludahi Dia. Mereka menekan Dia dengan balok Roma. Mereka memahkotai Dia dengan duri—“Begitu buruk rupaNya, bukan seperti manusia lagi.”  

Kemudian sang nabi berkata: “Ia dihina dan dihindari orang, ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak, sehingga kita menginginkannya.” 

Itu adalah Allah yang mengosongkan diriNya, melepaskan diriNya—kenoo. “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri.”

Semua atribut keindahan Allah sangat luar biasa—dan, saya tidak dapat masuk ke dalamnya, siapa pun tidak. Bahkan Musa harus disembunyikan dalam celah gunung batu ketika kemuliaan Tuhan lewat. Tetapi Yesaya berkata seperti itu, di dalam penderitaanNya dan di dalam kematianNya, dihina dan ditolak, tidak ada semaraknya sehingga kita menginginkanNya.

Itu yang Dia serahkan ketika Dia berinkarnasi, menjadi seorang anak, lahir dari ibu manusia, membuat kemanusiaanNya menyelubungi keilahianNya. Itu adalah kemuliaan Allah yang Dia serahkan. Dia mengosongkan diriNya. Dia melepaskan hal itu dari diriNya sendiri.

Sekarang, di sana ada sebuah kemuliaan yang dihasilkan. Yang ditambahkan. Sesuatu yang telah diberikan kepadaNya.

Sebagai contoh, di dalam 1 Petrus pasal satu, rasul Petrus berkata, setelah dia menjelaskan penderitaan Tuhan kita dan darahNya yang mahal. Sebelum dia berbicara tentang kebangkitan Tuhan, Simon Petrus berkata dalam 1 Petrus 1:21, “Dan Allah memberikan Dia kemuliaan.”

 Ada sebuah kemuliaan yang diberikan kepada Kristus, sesuatu yang di atas dan di balik kemulianNya yang esensial dan yang melekat di dalam diriNya. Ada sesuatu yang luar biasa dan sesuatu yang agung, sesuatu yang besar, sebuah keindahan dan sebuah kekudusan yang telah diberikan kepada Kristus, terhadap apa yang sudah Dia lakukan bagi kita.

Sekarang kita akan melihat ke dalam bagian yang luar biasa di dalam kitab Filipi. Lihat ke arah itu: “Yang walaupun”—walaupun. Ini adalah Kristus,

…yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

Dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Ini adalah sebuah kemuliaan yang ditambahkan karena apa yang telah telah Dia lakukan untuk kita. Allah telah memberikan Dia sebuah nama di atas semua nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan, “ bagi kemuliaan Allah Bapa! Itu adalah hal yang luar biasa!

Dan anda lihatlah ke dalam hal itu—hanya lihatlah ke arah hal itu dengan seksama, sehingga kita dapat membandingkan, melihat dan mengalami apa yang ada di dunia ini. Allah telah memberikan sebuah nama di atas segala nama. Bahwa tidak ada nama yang sepeti nama Kristus—tidak ada sama sekali.

Di dalam setiap bidang kehidupan,  dalam bidang seni, karunia dan prestasi. Anda akan memberikan nama seseorang yang termasyur dan saya akan memberikan sebuah nama yang lebih termasyur lagi. Anda menyebutkan nama Homer; seorang penyair yang hebat; saya akan menyebutkan Shakespear, yang memiliki kemasyuran yang setara. Anda menyebutkan nama Mozart: seorang musisi besar; saya akan menyebutkan Beethoven, yang memiliki kesetaraan yang sama. Anda menyebutkan Demosthenes; seorang orator yang hebat; saya akan menyebutkan Cicero; seorang yang sangat fasih dan setara dengannya. Anda menyebutkan Pheidas; seorang pemahat dan pelukis yang luar biasa. Saya akan menyebutkan nama Michaelangelo, yang sama besarnya. Anda menyebutkan nama Aleksander yang agung, seorang yang membuat sebuah imperium yang besar; saya akan menyebutkan Julius Kaisar, yang bahkan membuat imperium yang lebih besar. Anda menyebutkan nama Albert Einstein: seorang ilmuwan yang hebat; saya akan menyebutkan Thomas Edison yang sama hebat. Anda menyebutkan nama George Washington; saya akan menyebutkan nama Abraham Lincoln.

Setiap nama di bumi ini yang dapat anda sebutkan, saya dapat menyebutkan nama yang lebih hebat dan terkemuka. Tetapi anda menyebutkan nama Yesus, Kristus Tuhan kita. “Tidak ada nama yang lebih besar di bawah langit ini diantara manusia” yang sangat ditinggikan dan dimuliakan seperti nama dari Tuhan kita.

Saudara, saya tidak melebih-lebihkan hal itu ketika saya berkata kepada anda bahwa tidak ada nama diantara nama manusia seperti nama Tuhan Yesus. Yang penuh berkat, kudus, suci, murni, tanpa noda, tanpa dosa, menakjubkan, luar biasa, dan mulia, nama Tuhan Yesus—yang telah Allah berikan kepadaNya, sebuah nama di atas segala nama. Dan di dalam nama Yesus, suatu hari seluruh sorga dan bumi akan bertekuk lutut untuk memuliakan Allah. Itu adalah salah satu kemuliaan yang ditambahkan, yang datang kepada Dia, melalui kasihNya terhadap kita.

Baiklah. Yang kedua: karena pengorbananNya kepada kita, dia sekarang menjadi pengantara yang agung dan iman besar. Di dalam kitab Ibrani pasal dua dikatakan:

… tetapi kita melihat Yesus, yang…yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah, Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Kemudian yang lainnya “Itulah sebabnya.” Lihat ke dalam ayat 17:

Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka ia dapat menolong mereka yang dicobai.

Inilah yang Alkitab katakan, adalah sebuah kemuliaan yang telah ditambahkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Dia sekarang menjadi mediator, dan pengantara serta Imam Besar di sorga karena Dia memahami dan memiliki simpati terhadap kita.

Dia telah dicobai dan Dia mengetahui semua tentang kita. Tidak ada seorang pun yang merasa lapar dan Dia tidak lapar, tidak ada seorangpun yang haus dan Dia tidak haus, tidak ada seorangpun yang terluka dan Dia tidak terluka, tidak ada seorangpun yang menderita dan Dia tidak menderita, tidak ada seorangpun yang frustasi dan kcewa dan dia tidak mengenal frustasi dan kekecewaan, tidak ada seorangpun yang mati dan Dia tidak mati. “dalam segala hal ia telah dicobai sama seperti kita, hanya Dia tidak berbuat dosa,” sehingga Ia dapat menjadi Imam Besar kita yang Agung, yang mengerti kita dan memiliki simpati terhadap kita.

O Tuhan, betapa bermaknanya hal itu bagi kami manusia yang berdosa ini yang diciptakan dari debu tanah: Allah yang Mahatinggi, Kudus, yang berada di atas kami di dalam sorga di atas bumi, yang kehadiranNya tiada bandingnya,  cahayaNya yang menyilaukan, yang tak dapat didekati, yang kemudian menyembunyikannya dalam InkarnasiNya, dalam kedatanganNya ke dunia, dan Dia yang sekarang menjadi Pribadi yang memiliki simpati serta memahami semuanya tentang kami. 

Saya tidak tahu sebuah cara yang lebih baik untuk mengilustrasikan hal itu dari pada sesuatu, seseorang yang anda kenal dalam hidup anda yang telah terluka dan yang menangis. Dan anda melihat ke arah mereka—mungkin seseorang yang anda kasihi, mungkin ibu anda, mungkin ayah anda, mungkin istri anda, atau anak anda, mungkin sahabat terdekat anda.

Dan mereka terluka, atau mereka sakit atau mereka patah hati. Mereka mungkin masuk ke dalam pencobaan yang besar dan berat, seperti salah seorang wanita terkasih di dalam gereja kita dua hari yang lalu. Saya memakamkan suaminya dan dia berkata, “Oh, apa yang harus saya lakukan? Saya sendirian. Dan apa yang harus saya lakukan?”

Baiklah, saya ingin bertanya kepada anda, di sini ada seseorang yang anda kasihi, yang sangat anda sayangi. Mereka terluka dan menangis dan mereka patah hati.

Kemudian anda berkata, “Saya memiliki Allah yang luar biasa. Saya memiliki sebuah kuil yang merupakan rumahnya. Dan saya akan membawa anda kepada allah saya.”

Dan anda membawa mereka dan meletakkan mereka di hadapan Budha yang gemuk itu, dengan tangannya yang melingkar di dalam perutnya yang gendut. Dan anda melihat ke arah wajahnya yang tersenyum lebar. Dan anda berkata kepadanya, “Budha lihat. Lihat ke arah air mata ini. Lihatlah ke dalah hati yang patah ini. Lihatlah ke dalam kesedihan dan kesendirian ini. O Budha, Budha!” 

Atau anda memberitahukan saya, “Datanglah, anda yang menangis yang kesepian dan yang terluka. Mari kita berlutut di bawah salib. Mari kita beritahukan kepada Yesus tentang hal itu.”

Ketika saya masih seorang bocah kecil, kita sering menyanyikan lagu yang lama itu:

 

Aku harus memberitahukan Yesus

Aku harus memberitahukan Yesus

Aku tidak dapat menanggungnya

Beban ini sendirian

 

Kemana anda akan membawanya? Satu tahu persis. Kita akan membawanya kepada Yesus. Itu adalah sebuah kemuliaan yang ditambahkan Allah kepada Tuhan kita. Karena Dia setia dan Imam Besar kita yang penuh simpati. 

Dan itulah sebabnya mengapa penulis Ibrani menulis dalam sebuah undangan kebesaran dan luar biasa serta sederhana: “Itulah sebabnya,” katanya, “kita memiliki seorang Imam Besar yang mengerti tentang kita semua, yang menyentuh—digerakkan oleh perasaan terhadap semua kelemahan kita.” 

            “Itulah sebabnya,” katanya—Oh, saya suka kata “itulah sebabnya,” yang datang kepada takhta anugerah sehingga kita memperoleh kemurahan dan menemukan kemurahan di dalam saat yang dibutuhkan.”

Dan itu yang saya lakukan di dalam kedukaan saya. Saya memberitahukan semuanya kepada Yesus. Ketika saya berdoa dengan orang-orang, saya berdoa, “Tuhan Yesus, tolonglah mereka.”

Dan ketika saya memimpin ibadah penguburan dan berkhotbah pada saat pemakaman, saya memberitahukan kepada anggota keluarga yang berduka itu dan yang telah ditinggalkan—saya memberitahukan mereka, “Selama bertahun-tahun, lihat ke atas dan lihatlah wajah Tuhan kita.” “Marilah kepadaKu kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”

Itulah Tuhan kita Yesus, yang mulai dan luar biasa! Terberkatilah namaNya! Di dalam kita, di dalam ibadah kita, di dalam pujian dan nyanyian kita, terberkatilah namaNya. Termulialah namaNya melalui kita sampai selama-lamanya!

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.