Daftar isi

ROTI KEHIDUPAN

(THE BREAD OF LIFE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yohanes 6:1-13

06-14-87

 

           Khotbah pada hari ini diambil dari Yohanes pasal enam yang berjudul: Yesus, Roti Hidup.  Khotbah ini akan dibagi menjadi dua bagian: Yang pertama adalah sebuah homili dan yang kedua akan menjadi sebuah pesan dari  ayat yang kita bahas.  

          Seseorang telah bertanya kepada saya dalam minggu ini, “Apakah homili itu?”    

         Homili adalah mengambil sebuah perikop dari Alkitab dan mengomentarinya ayat demi ayat. Kata homilitika berasal dari kata “homili’—mengambil Alkitab dan menjelaskannya  ayat demi ayat.

            Jadi bagian pertama yang akan kita bahas adalah homili. Di dalam kitab Yohanes,  yang menuliskan tentang satu mujizat—satu-satunya bagian yang dijelaskan oleh seluruh penulis keempat injil—yaitu tentang Yesus yang memberi makan lima ribu orang.              Hal itu dimulai dari sekumpulan banyak orang di daerah Galilea, ketika Tuhan sedang berada di Kapernaum—kota Kapernaum. Dan setelah Dia melayani orang-orang banyak itu di Kapernaum, Dia mengambil sebuah perahu bersama-sama dengan murid-muridNya dan menyeberangi danau itu ke pantai bagian timur.

            Orang-orang banyak itu berada di sana karena saat itu merupakan Paskah orang Yahudi. Dari seluruh ujung Imperium Roma, orang-orang Yahudi yang setia datang ke Palestina. Dan hal ini terjadi di bagian utara negeri itu, mereka adalah orang-orang Yahudi yang berasal dari Mesopotami, lebih tepatnya mereka berasal dari Babilonia, tempat dimana mereka pernah dibuang di abad-abad sebelumnya. Jadi negeri itu dan kota-kotanya dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang setia yang ingin menyembah Allah.

            Ketika mereka melihat Tuhan naik ke atas perahu dan berlayar ke pantai yang lain, orang-orang banyak itu berjalan melalui bagian atas danau itu, di dekat Betsaida. Ketika Yesus berada di sana dengan kumpulan orang banyak itu, ayat lima mencatat: “Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya.” Yesus mengangkat matanya dan memandang ke arah orang banyak itu.

Setiap kali anda melihat kumpulan orang banyak yang sangat besar, hal itu sangat mengesankan. Itu adalah massa orang banyak—sekalipun hal itu merupakan sebuah gerakan dalam kemarahan yang bergolak, dalam reaksi yang rusuh, atau sebuah barisan dari tentara atau orang-orang banyak yang berkumpul dalam sebuah stadium. Atau hal yang lainnya…

            Dan siapa pun yang berada dalam dunia akademi, atau dalam kehidupan politik atau yang bertanggungjawab dalam militer tidak dapat melupakan kumpulan orang banyak itu; jika dia seorang filsuf, dia harus mengingat mereka; jika dia ahli strategi militer, dia harus mengingat mereka; jika dia seorang ahli pengobatan, seorang peneliti, dia harus mengingat kumpulan orang banyak itu.

Anda memiliki sebuah ilustrasi dari hal itu. Ketika ahli pengobatan dari seluruh dunia berkumpul, mereka berusaha untuk menemukan sebuah jawaban untuk pengobatan untuk AIDS, dan herpes, dan wabah yang menular karena kumpulan orang banyak itu.

            Atau jika dia adalah seorang teolog, seorang pelayan di gereja, dia harus mengingat bahwa kumpulan orang banyak itu adalah orang-orang yang sudah ditempatkan oleh Allah di dalam hidupnya. Demikian juga dengan Tuhan kita Yesus. Dia mengarahkan pandangannya dan melihat ke arah mereka.

            Sekarang, saya ingin memperlihatkan kepada anda, bagaimana berbedanya Tuhan dalam hal itu? Kisah yang sama dicatat oleh Matius dan Markus—dan murid-murid datang kepada Tuhan Yesus, ketika mereka melihat, mereka berkata kepada Tuhan: “Suruh mereka pergi! Suruh mereka pergi!”

            Tetapi Tuhan kita berkata, “Tidak! Mereka tidak perlu pergi, kamu harus memberi mereka makan!” (Matius 15:15).

            Betapa sebuah perbedaan yang besar: “Suruh mereka pergi!”

            “Tidak! Beri mereka makan!”  

            Beberapa orang mungkin bahkan tidak melihat—menyembunyikan pandangan mereka—memalingkan wajah mereka. Tapi tidak demikian dengan Tuhan kita. Dia melihat ke arah mereka dan berkata: “Beri mereka makan!”

            Dan hal itu membawa saya kepada sebuah seruan, sebuah permohonan, di dalam kehidupan jemaat kita, berdasarkan sesuatu yang saya kasihi di dalam hidup saya: Kita dipenuhi oleh orang-orang jalanan, orang-orang yang berkeluyuran, orang-orang yang mengembara. Sebagaimana kota kita ini berkembang, mereka juga bertambah banyak.  Mereka mencapai jumlah ribuan orang. Mereka datang ke kota. Karena kita berada di pusat kota, di dalam jantung Metropolex yang besar ini, mereka datang kemari. Tidak ada hari, tidak ada waktu dimana mereka tidak berada di sini—orang-orang jalanan ini yang datang dari seluruh penjuru dunia.  

            Beberapa orang mungkin berkata: “Lupakan mereka! Suruh mereka pergi!” palingkan wajah kita dan punggung kita terhadap mereka.”

            Tetapi ada beberapa diantara kita yang berkata: “Mari kita beri mereka makan. Mari kita peduli terhadap mereka. Mari kita beri mereka pakaian. Mari kita menangkan mereka kepada Tuhan! Mari kita beritahukan kepada mereka tentang Juruselamat kita!” Dan kita memiliki sebuah cahaya—misi untuk mereka di sana , satu blok dari jalan sana dan tiga blok dari jalan itu. Kita memberitakan injil kepada mereka setiap hari. Kita membaptiskan mereka setiap hari. Kita memberi mereka pakaian setiap hari. Kita memberi mereka makan setiap hari. Empat dari para pengkhotbah yang berasal dari sekolah kita berada di sana, telah memenangkan orang-orang yang disebut sebagai sampah masyarakat. Itu adalah sebuah pelayan yang ganjil dan yang tidak biasa yang telah diberikan Allah kepada kita, untuk melayani orang-orang jalanan ini.

            Jadi, minggu pertama Oktober, kita akan memiliki sebuah kesempatan, sebagai sebuah jemaat, untuk merespon kebutuhan itu. Kita tidak memiliki sebuah tempat bagi mereka—tempat yang sekarang kita gunakan adalah sebuah tempat yang dipinjamkan. Dan bisa diambil sewaktu-waktu. Di bagian jalan itu, kita akan membeli sebuah tempat. Yang akan menghabiskan $310,000. Dan kita membutuhkan 150,000 untuk merehabnya. Jadi kita dapat menggunakannya sebagai tempat untuk memberi mereka makan, dan untuk memberi mereka pakaian, dan memberitakan injil kepada mereka serta membaptiskan mereka—dan pada minggu pertama Oktober, kita semua akan memiliki sebuah kesempatan untuk memberikan pertolongan di dalam pelayanan itu.

            Saya telah membuat penyelidikan di sini dan di sana dan beberapa waktu yang lalu. Dan setiap kali saya bertanya tentang hal itu, saya selalu mendapat respon yang sama: “Tidak ada sesuatu yang akan pernah dapat anda lakukan dari pemberian jemaat kita yang menghasilkan kesenangan dan sukacita yang luar biasa selain dari pada memiliki sebuah bagian dalam pelayanan seperti itu.” Jadi datanglah pada minggu pertama Oktober, kita akan mengambil persembahan dan akan membeli tempat itu. Dan kita akan merehabnya dan akan menggunakannya bagi keperluan orang-orang jalanan itu yang datang ke kota Dallas ini—kita akan memberi mereka makan, kita akan memberi mereka pakaian; kita akan memberitakan injil kepada mereka, kita akan membaptiskan mereka, kita akan membiarkan mereka pergi dengan sebuah sukacita dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka. 

            Itu adalah gambaran dari Tuhan Yesus! Dia melihat mereka. Dia mengangkat matanya dan melihat ke arah mereka. Kemudian di dalam kumpulan orang banyak itu, Dia melihat dan bertemu dengan seorang anak kecil—seorang bocah. Betapa luar biasa! di dalam kerumunan orang banyak, Dia melihat anda. Ada milyaran orang di dalam dunia ini dan Allah melihat kea rah anda. Dia mengenal anda. Dia memanggil anda dengan nama anda. Dia mengetahui segala sesuatu tentang anda. Betapa sebuah hal yang luar biasa! Tuhan kita sangat sensitif terhadap seseorang dari anda—Dia selalu seperti itu.

    Salah satu kisah yang paling tidak biasa yang pernah anda baca dalam kehidupan seorang manusia, tidak akan pernah dapat menandingi kisah dari kehidupan Tuhan kita. Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita sakit pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. Ia berkata dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.”

Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.

Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?"

Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus (orang yang pragmatis): "Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau."

Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa (dunamis)  keluar dari diri-Ku."

Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.

            Itulah gambaran dari Tuhan—dikerumuni dan didesak oleh banyak orang yang tidak terhitung jumlahnya dari setiap sisi—Dia mengenal anda dan Dia sangat sensitif terhadap anda.

Seorang anak laki-laki di tengah-tengah kumpulan orang banyak itu yang setidak berjumlah sekitar dua belas ribu orang—lima ribu orang laki-laki, perempaun dan anak-anak—dan dia mengambil sedikit makan siang dari tangan anak laki-laki. Lima roti kecil dan dua ekor ikan—hanya sedikit makan siang, yang tentu saja telah dipersiapkan oleh ayah dan ibunya bagi anak kecil itu (tidak ada disebutkan bahwa murid-murid memaksa anak kecil itu memberikan makan siangnya itu). Mereka menempatkan roti itu ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa, Yesus mengambil makan siang yang sedikit itu dan mengucap syukur. 

            Itu adalah gambaran umum yang saya lihat di dalam setiap rumah—dan saya telah melihatnya di banyak tempat—ada seorang yang sudah tua yang menundukkan kepalanya dan mengucap syukur atas makanan yang tersedia. Anda ingat hal itu? Betapa indahnya!

            Saya telah pergi ke sebuah galeri seni suatu ketika dan ada satu lukisan yang sangat memiliki makna yang dalam bagi saya: Sebuah rumah yang sangat miskin—sebuah keluarga yang miskin—seorang ayah menunduk di depan makanan yang sangat sedikit dan sang ibu duduk di sebelah meja dengan anak-anak yang duduk di sekelilingnya. Dan dia mengucap syukur atas makanan mereka yang sedikit itu. Dan di atasnya, sang seniman melukis sebuah lukisan Tuhan Yesus di atasnya. Dan tangannya direntangkan untuk memberi berkat atas keluarga kecil itu.

            Itulah Tuhan kita! Meskipun sangat sedikit tetap mengucap syukur. Dan Dia membagi-bagikan kepada murid-murid dan murid-murid membagi-bagikannya kepada orang banyak itu. Sebuah hal yang luar biasa…lalu mengapa Dia membutuhkan bantuan mereka? Mengapa Allah bekerjasa sama dengan kita di dalam pekerjaanNya? Dia begitu berkuasa, dan berdaulat atas segala-galanya—mengapa harus bergantung kepada kita? Mengapa Dia tidak menurunkan saja manna dari sorga? Allah melakukan hal itu di padang gurun dan memberi makan orang banyak  itu? Mengapa Dia harus menggunakan murid-murid untuk membagi-bagikannya?

 Mengapa Dia selalu melakukannya dengan menggunakan kita?

Saya berpikir tentang kemahakuasaan Allah ketika Tuhan berdiri di depan kuburan Lazarus, dan di dalam kekuasaan penuh Tuhan berkata: “Lazarus marilah keluar!” Dan dia yang telah mati selama empat hari datang keluar, dengan kaki dan tangnnya yang masih terikat dengan kain kafan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Dan Tuhan berkata kepada murid-muridNya: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

            “Mengapa Tuhan, dengan segala kekuasaan yang Engkau miliki sebagaimana adanya Engkau, Engkau mau menggunakan tang-tangan yang lemah untuk membuka ikatan kain-kain itu? Setelah membangkitkan orang mati, Engkau membutuhkan murid-murid—manusia yang lemah—untuk membuka ikatannya? Engkau bekerjasama dengan kami di dalam pekerjaanMu yang penuh kuasa? 

Anda akan selalu melihat hal itu, lagi dan lagi!

Simon Petrus berkata: “Pemungut bea bait Allah meminta kita setengah syikal, setengah bagiMu dan setengah bagiku—sebagai penghormatan terhadap Kaisar.”

            Tuhan berkata, “Simon, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kau pancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan satu syikal perak. Ambillah itu dan bayarkan kepada mereka, bagiKu dan bagimu juga.” Mengapa Petrus disuruh memancing? Bukankah Dia dapat melakukannya dengan penuh kuasa—hanya mangambilnya dari udara, satu syikal dan memberikannya kepada Kaisar?

            Dia selalu melakukan hal itu—Dia menggunakan kita. Dan tanpa kita, Tuhan kita seakan-akan tidak mampu. Dia memilih untuk bekerjasama dengan kita di dalam setiap pelayananNya di dunia ini. Injil tidak akan diberitakan kalau kita tidak memberitakannya. Dan gereja tidak didirikan kalau kita tidak membangunnya. Dan orang-orang tidak mendapat makan kalau kita tidak memberikan mereka makan; dan mereka tidak berpakaian kalu kita tidak memberi mereka pakaian. Dan anak-anak tidak mendapat nasehat dan kasih dari Tuhan kalau kita tidak membawa mereka. Allah bekerjasama dengan kita di dalam seluruh pelayananNya yang luar biasa.

Jadi orang-orang harus duduk. Anda tidak akan mendengarkan suara Allah di dalam teriakan, dan suasana yang hiruk pikuk dan kesibukan serta ketergesa-gesaan dalam kehidupan sehari-hari. Anda harus berhenti. Anda harus diam. Seperti yang disampaikan oleh Pemazmur: “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah” (Mazmur 46:11) 

          Sepanjang hari mereka berdebat dan mengeluarkan pendapat—beberapa dari mereka berkata, “Dia adalah seorang mengesankan.” Beberapa dari mereka berkata, “Dia adalah Anak Allah.” Dengan wajah yang tengadah dan mata yang berkilat-kilat dan suara yang keras dan isyarat tangan dan gerak tubuh serta kaki yang melangkah tergesa-gesa. Sepanjang hari mereka sibuk berjalan, berbicara dan berdebat. Dan sebagaimana hari terus beranjak dan sinar matahari yang semakin panas, mereka menjadi letih dan lapar, dan mereka duduk.  Dan ketenangan menggantikan semua itu.

            Kita juga sama seperti itu. Di dalam suasana yang hiruk pikuk dan ketergesa-gesaan hidup, harus ada sebuah waktu dimana kita harus diam di hadapan Tuhan—sehingga Dia dapat berbicara dengan kita dan kita dapat mendengar suaraNya—saat kita dapat diberi makan oleh firmanNya.

            Sekarang, Dia menggunakan sebuah kata di sini yang berarti bahwa kita tidak harus berlalu: “Dan ketika mereka mengisi…” Jangan abaikan kata itu. “Ketika mereka mengisi” Bukankah Allah melakukan hal itu? Dia tidak hanya menyelamatkan kita—dan tidak ada sesuatu dibaliknya. Allah tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi dalam tahun-tahun pengembaraan kita, Allah melayani kita, dan menjaga kita serta memberi kita makan.

            Saudara yang terkasih, saya sudah berumur tujuh puluh tujuh tahun. Dia mempertobatkan saya, dan mengenalkan diriNya kepada saya ketika saya berumur sepuluh tahun. Tetapi anak kecil yang berumur sepuluh tahun itu, memberikan dirinya kepada Tuhan dalam sebuah pengakuan, dan pertobatan dan penerimaan dan iman dan pengampunan—mengapa? Saudaraku, itu adalah awal pelayanan yang manis dari Tuhan kita. Dan setiap hari kita dibaharui dan dalam setiap langkah kita, kita semakin bertumbuh.

Dia mengisi kita, memenuhi kita! Tidak hanya sedikit—tetapi memenuhinya dengan lebih dan berlimpah-limpah. Dan setiap rasul membawa makanan itu satu keranjang penuh, dengan penuh kelimpahan. Itulah Allah!

            Sekarang bagian yang kedua dari khotbah ini: Mujizat yang kita miliki itu hanya mujizat yang diulang setiap hari. Itu adalah sebuah perumpamaan di dalam kehidupan manusia. Orang-orang banyak yang lapar dan Allah hanya memngambil sedikit dan memberkatinya untuk makanan mereka, kekuatan mereka dan keselamatan mereka. Allah melakukannya melalui sejarah dan setiap hari.

            Pikirkan tentang semua kekuasaan Imperium Roma. Laut Mediterania itu yang dipenuhi oleh bangsa-bangsa di sekelilingnya—semuanya dibawah kekuasaan seorang Kaisar yang mereka sembah sebagai seorang dewa. Pikirkan tentang kegelapan yang ada di dalam dunia pemberhalaan itu. Dan yang menentang hal itu, dan yang berperang melawan hal itu, ada seorang petobat asing yang merupakan orang Farisi yang bernama Saulus dari Tarsus, mereka yaitu orang-orang yang berada di imperium Roma bertarung dengan seorang pengkhotbah yang sendirian itu. 

          Atau pikirkan tentang masa ketika tidak ada seorang pun misionari di dunia ini, tidak ada satu orang pun, dan William Carey, seorang manusia Allah, dan dia adalah seorang tukang sepatu, dikirim untuk seluruh dunia yang penuh kegelapan. Betapa merupakan jumlah yang sedikit melawan jumlah yang banyak.  

            Atau pikirkan tentang David Livingstone di dalam pedalaman Afrika yang gelap—hanya dia sendirian. Atau pikirkan tentang Lottie Moon—Jika dia ada di sini di atas mimbar ini, dia sangat kecil, sehingga anda tidak akan melihatnya jika dia berdiri di atas mimbar—dia sendiri melawan jutaan orang di Cina.

Allah mengambil yang sedikit dan menggunakannya dengan luar biasa—seperti yang disampaikan oleh Zakharia: “Sebab kita tidak memandang hina peristiwa-peristiwa yang kecil” (Zakaharia 4:10). Jika saya melakukan apa yang dapat saya lakukan, Allah akan melakukan apa yang dapat Dia lakukan. 

Membaca tulisan John Bunyan, seorang pengkhotbah Baptis di Inggris. Salah satu bagian dalam tulisannya menggambarkan seseorang yang memiliki gulungan pakaian. Dia membuka gulungan pakaian itu dan memakaikannya kepada orang miskin. Dan dia seringkali melakukannya. Membuka gulungan pakaian itu dan memakaikannya kepada orang miskin. Dan semakin dia membuka gulungan pakaian itu, semakin besar gulungan yang dia miliki. Dan Bunyan berkata: “Ada seorang pria dan mereka menyebutnya gila. Semakin banyak dia memberi, semakin banyak yang dia miliki.’ Itulah Allah! Itulah Tuhan!

Dan itulah Tuhan, anak kecil itu dan makan siangnya yang sedikit. Bagi Dia dan bagi anak kecil itu, hal itu tidak memiliki arti sama sekali. Dia dapat menghabiskannya dan tidak ada yang tersisa. Tetapi di tangan Kristus, ketika dia memberikannya kepada Tuhan—Apa yang dapat dilakukan Tuhan dengan hal itu. Itulah Allah. Dengan semua keterbatasan kita dan kekuatan kita yang lemah—serahkan semuanya kepada Tuhan dan lihat bagimana Allah menggunakannya!

            Allah yang Mahakuasa. Pada masa Elia, tepung roti yang segenggam tidak ada habis-habisnya. Dan minyak yang sedikit tidak lenyap. Allah menggandakannya! Seluruh dunia sama seperti hal itu: tetesan hujan yang sedkit dan sinar matahari dan benih yang kecil ini. Dan Allah memberi makan dunia. Itulah Allah. Dan dia melakukannya dengan seperti itu dalam seluruh pelayananNya.

            Betapa luar biasanya Yesus mengajar kita: Dia mengambil hal-hal yang umum dan membuatnya sebagai signifikasi rohani yang bersifat kekal. Anda berbicara tentang burung-burung di udara atau bunga bakung di padang; atau anda berbicara tentang domba-dombaNya; atau anda berbicara tentang dirham yang hilang; atau anda berbicara tentang biji sawi atau anda berbicara tentang alat penuai—hal-hal yang umum ini, hal-hal kecil dan Dia menggunakan mereka untuk tujuan rohani dan mengajarkannya dalam hal-hal rohani. Itulah Yesus!

            Dan karakteristik yang sama berlaku di dalam pelayananNya. Orang buta, Dia akan membuatnya penuh dengan berkat. Orang timpang, Dia akan membuatnya menjadi kuat. Seorang yang memiliki jiwa yang lemah, Dia akan membuatnya penuh dengan kuasa.

            Apakah anda mengingat ucapan Paulus di dalam 2 Korintus pasal 12:

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 

Hal-hal yang kecil dan pemberian sederhana yang dipersembahkan kepadaNya—sebuah kata, tangan, kaki, hati, hidup dan kesaksian—Allah menggunakannya dan membuatnya menjadi besar. Tuhan kita di sorga—apakah Dia telah kehilangan kekuatanNya dalam melipatgandakan sesuatu sejak Dia menjadi manusia dan yang sekarang berada di atas takhta anugerah? Oh, saudara yang terkasih, Tidak! Allah masih melakukan hal itu: Dia masih mengambil kepunyaan kita yang kecil dan menggandakannya untuk menjadi berkat bagi orang-orang.

Hal itu sama seperti yang disampaikan oleh Paulus: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13).” Mengapa saudaraku, dia berada di dalam penjara. Dia berada di bawah pengawasan seorang prajurit dengan tangan yang terbelenggu. Akan tetapi dia berkata: “Segala sesuatu dapat kulakukan di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku.” Mengambil kepunyaan kita yang sedikit dan menggandakannya di dalam tanganNya yang penuh kuasa—oh, sahabatku, betapa merupakan sebuah berkat yang dapat Dia lakukan dari anda, jika anda memberikan diri anda kepada Tuhan Yesus.

           Sekarang, bolehkah kita berdoa? “Juruselamat kami, yang telah menjadikan kami dari debu tanah, yang lemah bahkan di dalam kekuatan kami yang paling besar. Kami membawa kepadaMu apa yang kami miliki. Kami meletakkannya, Tuhan, di dalam tanganMu, kehidupan kami sehari-hari, jiwa kami yang kekal,  roh kami yang fana.”              "Dan kami minta supaya Engkau menggunakan kami, melipatgandakan karunia kami yang lemah. Dan membuat kami menjadi berkat bagi orang lain. Di rumah, di dalam keluarga, bersama dengan anak-anak, di dalam jemaat, di tempat dimana kami berada—semoga Allah memakai kami. Dan kami mengasihi Engkau Tuhan. Semoga Engkau menjawab dari sorga dan Allah memilih kami, di dalam nama Juruselamat kami. Amin.”

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.