SAYA TIDAK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH: APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN?
(I DO NOT KNOW GOD’S WILL: WHAT SHALL I DO?)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 7:17
02-07-82
Anda sedang mendengarkan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah di didalam seri khotbah “Apa Yang Harus Saya Lakukan?” Dan judul khotbah pada malam hari ini adalah, Saya Tidak Mengetahui Kehendak Allah: Apa Yang Harus Saya Lakukan? Seperti yang telah saya sampaikan, hal ini bukanlah sebuah terapi psikologi. Bukan sebuah studi sosiologi. Tetapi merupakan eksposisi dari Firman Allah. Kadang-kadang hal itu tidaklah seperti yang anda harapkan atau seperti yang anda asumsikan atau seperti yang anda pikirkan. Dan pada malam hari ini, khotbah ini mungkin memiliki sifat yang seperti itu, tidak seperti yang anda pikirkan atau asumsikan. Bagaimana saya mengetahui kehendak Allah? Jawaban terhadap hal itu terdapat di dalam Kitab Suci, dan bukan hanya terdapat pada satu tempat, tetapi sepanjang seluruh Alkitab. Kitab Suci memberi jawaban dengan sebuah kata empati yang luar biasa. Yang menjadi masalah kita adalah, bahwa kita tidak menyukainya. Kita tersandung di depannya. Kita memberontak terhadapnya. Tetapi jika anda mendengarkan Firman Allah, di sana ada sebuah jawaban yang sangat jelas, positif dan tepat. Bagaimana saya mengetahui kehendak Allah?
Sekarang, dalam memulai khotbah ini, kita akan membaca dua bagian Alkitab secara bersama-sama dengan suara yang nyaring. yang pertama adalah Yohanes pasal 7 ayat 17 dan yang berikutnya adalah 1 Yohanes pasal yang terakhir ayat 14 dan 15. Kita akan membacanya dengan nyaring dari ketiga ayat yang terdapat di dalam Alkitab ini. Yohanes pasal 7 ayat 17, dan kemudian 1 Yohanes pasal 5 ayat 14 dan 16. Jika anda sudah menemukan bagian yang pertama mari kita membacanya dengan nyaring secara bersama-sama. Yohanes 7:17, mari kita baca bersama-sama: “Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri” (Yohanes 7:17).
Sekarang, 1 Yohanes pasal 5, ayat 14 dan 15, mari kita baca bersama-sama—“Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya” (1 Yohanes 5:14, 15).
Bagaimanakah saya mengetahui kehendak Allah? Ada begitu banyak orang yang akan berkata bahwa anda tidak tahu—jawabannya adalah anda tidak tahu. Anda tidak dapat mengenal Allah, jadi bagaimana anda dapat mengetahui kehendakNya. Jawaban agnostik adalah seperti itu. “Saya tidak tahu.” Kemudian dia berkata, “Dan tidak seorang pun yang tahu.” Bukankah itu adalah suatu pendirian yang aneh yang berlawanan di dalam hidupnya? “Saya tidak tahu.” Dan dia berbicara tentang pengabaiannya. Kemudian dia berubah menjadi mahatahu, dan dia mengetahui. “bahkan tidak seorang pun yang tahu. Dia mengetahui apa yang diketahui setiap orang dan apa yang tidak diketahui oleh mereka. Itu adalah sebuah hal yang aneh di dalam jalinan intelektual dari pikiran seorang agnostik.
Agustinus bangga atas dirinya karena menjadi seorang agnostik sebelum dia bertobat. Dan pada suatu hari di depan seorang tua yang bijaksana, dia mengoceh dan mempertunjukkan agnotisismenya. Dan orang tua yang bijaksana itu bertanya kepadanya, “Apakah agnostik itu?
Dan Agustinus, orang muda itu membalas, “Seseorang yang tidak memiliki kepastian tentang segala sesuatu.”
Dan orang bijaksana itu membalas, “Lalu bagaimana anda merasa pasti bahwa anda adalah seorang agnostik?”
Pikiran agnostik yang berbelit-belit—Saya tidak tahu, bahkan tidak seorang pun yang tahu, adalah salah satu pemikiran intelektual yang mengherankan sepanjang generasi. Hal itu sama seperti orang kafir. “Tidak ada Allah.” Lalu anda bertanya kepada dia, “Anda pastilah mahatahu, karena jika anda tidak mengetahui segala sesuatu, mungkin di area yang anda tidak ketahui itu, ada Allah di sana.’ Atau “Anda haruslah mahahadir. Anda pasti sudah hadir di mana-mana, sebab, di sebuah tempat dimana anda tidak pernah kesana, mungkin ada Allah.” Jawaban dari agnostikisme dan orang-orang yang tidak percaya serta orang kafir kepada pertanyaan itu adalah sesuatu yang tidak dapat diterima secara intelektual. Dia memiliki sebuah hal yang berbelit-belit yang selalu terlihat jelas. “Saya tidak tahu,” di dalam bahasa mereka berarti, “saya tidak ingin tahu.”
Di dalam Kitab Ibrani pasal sebelas terdapat daftar para pahlawan iman yang luar biasa, orang-orang yang terhormat dari Perjanjian Lama. Dan di situ disampaikan, “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun Allah” (Ibrani 11:10). Mereka menolak kota dunia ini karena mereka menolak kepercayaan yang dapat dilihat. Dalam pasal yang sama, ada janji yang luar biasa yang membuat mereka menyangkal keinginan dan kekuasaan yang mereka miliki. Dan di dalam pasal yang mulia itu, ada kehendak Allah, tetapi ada-ada orang-orang yang menyangkalnya dan berkata bahwa hal itu tidak nyata dan mereka tidak mendengarnya. Mereka secara literal dibungkus oleh dunia ini dalam sebuah kabut dan dalam sebuah halimun. Hidup dimulai dari sebuah konsep materialistik dan hal itu berakhir dalam kehancuran di dalam kuburan. Itu adalah jawaban dari orang-orang agnostik yang tidak percaya. Anda tidak dapat mengenal Allah. Oleh sebab itu merupakan sebuah kebodohan jika anda mengetahui kehendakNya.
Kemudian yang selanjutnya, “Dapatkah saya mengetahui kehendak Allah?” Tidak kata penilaian orang-orang yang ragu. Ada suatu penyimpangan dari pikiran, dan anda bertemu dengan hal itu dimana-mana, yang berusaha mencari dalam argumentasi yang berdasarkan perasaan, untuk mengkonfrontasikan setiap pengakuan iman dan setiap penyingkapan dari Kitab Suci. Mereka berdebat tentang hal ittu, membuat pengakuan iman yang lain, menghadirkan kebenaran yang lain di luar dari Kitab Suci dan jawaban mereka penuh dengan penilaian dan argumentatif. Itu adalah sebuah hal yang aneh, bagaimana Allah bertemu dengan orang yang seperti itu. Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa Allah mau berdebat dengan seorang yang tidak percaya. Hal yang disampaikan Alkitab adalah, “Orang bebal berkata di dalam hatinya, Tidak ada Allah” (Mazmur 14:10)—dan hanya itu. Tidak ada selebihnya. Hal itu, bagi saya merupakan sebuah ketidakterbatasan yang luar biasa dari kehadiran Allah dan kemuliaanNya bahwa tidak ada pikiran yang pernah dapat mencakup kelimpahan dari kemuliaan Tuhan. Pikiran saya tidak dapat memahami Allah dengan segala keberadaanNya. Hanya ada beberapa hal dari Allah yang dapat saya lihat, yang dapat dipahami oleh hati dan pikiran saya, tetapi ada hal yang begitu luas yang melampaui kemampuan pemahaman saya. Beberapa hal saya dapat mengetahuinya, saya dapat membacanya dan saya dapat mengerti. Tetapi ada banyak hal yang melampaui pemahaman saya. Saya tidak dapat memahaminya di dalam pemahaman saya yang terbatas terhadap misteri yang besar dari Allah yang Mahakuasa.
Hal itu sama seperti Gunung Balnc yang terdapat di Swiss dan Francis—dan kebanyakan berada di Francis. Suatu hari saya sedang terbang di atas Eropa, sang pilot berkata, “Kita telah telah sampai di Gunung Blanc, ini ini adalah pertama kalinya di dalam hidup saya, pegunungan ini tidak diselimuti awan.” Dan dia terbang mengelilingi tempat yang indah dan permai itu, dan puncak dari gunung itu, dia terbang disekelilingnya selama dua kali. Ini adalah penerbangan komersil. Saya mengambil foto-foto dari tempat itu. Merupakan hal yang sangat menggairahkan melihat tempat itu tanpa diselimuti awan—itu adalah ciptaan Allah yang luar biasa. Setelah itu, beberapa tahun kemudian, saya berada di kaki Gunung Blanc. Di situ ada beberapa kota dan saya berada di salah satu kota itu. Kota-kota itu dipadati dengan orang-orang yang ada di sekitar kaki gunung itu. Dan ketika saya berdiri di jalan di sekitar vila-vila dan kota-kota yang terdapat di tempat itu dan melihat kemuliaan yang luas dari pekerjaan tangan Allah itu—sungguh bahwa tempat itu merupakan salah satu tempat yang paling indah, dan pemandangan yang mendebarkan hati yang terdapat di dunia. Ketika saya berdiri dan melihat ke arah gunung itu, ke atas sana, jauh di atas sana, yang berjarak ribuan kaki, di sana ada sebuah tempat yang memiliki udara yang tipis yang mana manusia tidak dapat hidup di dalamnya. Udara terlalu tipis dan sangat dingin sehingga manusia tidak dapat hidup di atasnya. Tempat itu juga diselimuti oleh salju dan awan seperti sebuah tempat pijakan kaki Allah. Tetapi dibawahnya, di kaki gunung itu, dimana orang-orang tinggal, kota-kotanya dipenuhi dengan kehidupan.
Penyingkapan Allah sama dengan hal itu. Ada begitu banyak hal yang telah disingkapkan bagi kita, dan mereka adalah menjadi milik kita. Tetapi ada banyak hal yang Allah sembunyikan untuk diriNya sendiri. Bagi saya, salah satu bagian yang penuh makna dari seluruh ayat yang terdapat di dalam Alkitab terdapat di dalam Ulangan 29 ayat 29: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya” (Ulangan 29:29). Beberapa hal disingkapkan Allah bagi kita. Beberapa hal, kita tidak akan pernah mengetahuinya selamanya. Hidup kita dan pemahaman kita dan pengeathuan kita sama seperti lampu sorot pada sebuah kereta penumpang yang menyinari jalur relnya pada malam hari. Kita hanya dapat melihat sejauh ini dan kita tidak dapat melihat sampai akhir perjalanan. Jika jika kita mengadakan perjalanan bersama dengan Tuhan, sorotan cahaya itu cukup terang bagi kita untuk mengikuti kehendakNya dan jalanNya. Untuk menjadi manusia yang argumentatif, bagi orang yang menilai dengan penuh keraguan, bagi orang yang ingin mengetahui semua hal itu, akan menolak segala sesuatu. Dia tidak dapat mengenal Allah sebab itu, dia juga tidak dapat mengetahui kehendak Allah.
Bagaimana anda mengetahui kehendak Allah? Yakobus 4:3 berkata jika kita berdoa dan meminta kepada Allah hal-hal yang hanya untuk menghabisakannya dan memuaskan hawa nafsu kita, kita tidak akan pernah mendapatkan sebuah jawaban (Yakobus 4:3). Dan kita tidak akan pernah tahu akan kehendakNya bagi hidup kita. “kamu meminta,” katanya dan “kamu menerima untuk menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsumu (Yakobus 4:3). Ketika saya datang ke hadapan Allah dan saya meminta kepada Allah untuk menyingkapkannya ke dalam hati saya, tentang apa yang harus saya lakukan. Dan saya mencari kesenangan Allah dan berkatNya. Jika tujuan dari permintaan saya dan pencarian saya hanya untuk menghabiskannya bagi diri saya sendiri—saya menginginkan emas yang lebih bagi saya, dan saya menginginkan kesenangan yang lebih bagi saya dan saya mengingkan hal-hal untuk memenuhi ambisi saya. Jika saya melakukan hal itu. Saya akan diusir dari hadapanNya. Dan kembali bahwa saya tidak mengetahui kehendakNya. Jawabannya adalah tidak, jika saya adalah seorang pendosa yang tidak percaya. Dosa membawa keragu-raguan dan kecemasan dalam hidup. dosa memisahkan kita dari Allah. Dan jika seseorang menunjukkan dengan terang-terangan akan ketidakpercayaannya, masalah tidak terletak di dalam kepalanya, tetapi di dalam penilaian argumennya. Masalah terletak di dalam hatinya, di dalam jiwanya.
Pada masa muda saya, ada seorang pengkhotbah yang luar biasa, seorang penginjil yang kemudian menjadi Presiden the Southwestern Baptist Seminary di Fort Worth. Namanya adalah Lee R. Scarborough. Dia adalah seorang peternak dan bertobat di Texas Barat. Dia adalah seorang pengkhotbah yang berani dan tidak kenal takut. Setiap kali saya mendengar dia, dia akan menggerakkan hati saya dan jiwa saya yang terdalam. Pada suatu kali dia menjelaskan sebuah kebangunan rohani yang dia adakan di sebuah kota Texas Barat—pada masa yang lampau dimana manusia orang-orang di sana masih kasar dan liar. Dan di dalam kota itu, sama seperti kebanyakan kota lainnya pada masa itu, di kota itu terdapat seorang kafir—yang berani, vocal dan hiruk pikuk. Dia menghukum gereja. Dia mengejek pengkhotbah. Dia membuat umat Allah sebagai lelucon. Dan kata-katanya sangat keras. Jadi, di jalan utama kota itu, dia berdiri di sana, pada hari-hari ketika Lee Scarborough sedang mengadakan sebuah kebaktian kebangunan rohani di dalam kota. Dan disekelilingnya berdiri orang-orang desa, dan orang-orang yang ada di kota itu. Dan mulutnya penuh dengan kritikan yang keras dan kasar, mencela pengkhotbah dan kebaktian kebangunan rohani itu dengan sinis.
Dan Dr. Scarborough menghampiri dan mendengarkan mulut besar dari orang kafir itu. Dan dia berjalan ke tengah-tengah kerumunan orang banyak itu dan menghampiri orang kafir itu dan mengangkat kerah bajunya dengan tangannya yang kuat dan menatap ke arah wajahnya serta berkata, “Yang menjadi masalah kamu adalah bahwa kamu adalah seorang penzinah.” Hal itu menjadi sebuah bom waktu, orang-orang berpikir—dan ketika saya masih seorang anak-anak yang sedang bertumbuh di kota Texas Barat. Saya telah melihat orang-orang berkelahi di jalanan—orang-orang berpikir bahwa mereka akan perkelahian yang berdarah seperti yang anda pikirkan atau yang anda bayangkan. Tetapi orang kafir itu meringis dan pergi dengan wajah yang menahan malu. Letak dari keragu-raguan dan penolakan bukan di dalam kepala atau argument. Hal itu berada di dalam hati, di dalam jiwa seseorang. Ketika seseorang tidak benar di hadapan Allah, segala sesuatu akan dinilai dan dihakimi.
Bagimana mungkin Allah akan mengirim saya ke neraka? Bagaimana mungkin Allah yang penuh kasih dan Bapa yang penuh belas kasihan akan mengirim kita ke dalam hukuman yang kekal? Jadi mereka menyangkal penebusan. Dan mereka menyangkal anugerah Allah. Dan mereka menyangkal PutraNya dan Hidup Kristus yang dicurahkan bagi kita. Masalahnya terletak di dalam hati. Ketika Tuhan datang kepada orang-orang kepunyaanNya sendiri dan mereka menolak Dia, masalahnya tidak terletak di dalam kapasitas intelektual mereka atau di dalam pengetahuan mereka. Sebab Dia telah berjalan dan mengajar dan berdiri di depan mereka. Tetapi hati mereka tidak benar, dan mereka menolak Dia bukan karena Dia tidak mengajarkan kebenaran, tetapi karena mereka tidak benar di dalam jiwa mereka. Sekarang anda lihatlah perkataan dari Tuhan ini: “Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya” (Matius 21:32). Masalahnya tidak terletak di dalam kepala. Orang-orang umum percaya, perempuan-perempuan sundal percaya, tetapi kamu, kamu tidak berpaling di dalam hatimu. Kamu tidak bertobat. Kamu tidak berubah supaya kamu dapat selamat.
Hal itu berkenaan dengan hati. Mari kita lihat lagi. Ini hanya tipikal. Tuhan berkata: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup kekal itu” (Yohanes 5: 39-40). Anda dapat menyelidiki Kitab Suci atau anda dapat pergi ke gereja, atau anda dapat mendengarkan ibadah, tetapi jika hati anda tidak benar, anda tidak akan pernah melihat kebenaran Allah di dalam penyingkapan Firman Tuhan—tidak akan pernah. Hal itu akan menjadi sebuah argumentatif dan penilaian bagi anda. Itu adalah salah satu keberuntungan yang menyimpang yang pernah saya lihat di dalam hidup saya, dan yang pernah saya baca di dalam Alkitab. Bagaimana keyakinan seseorang timbul dari kebaikan hidup yang dia tinggali.
Sebagai contoh, di dalam 1 Korintus 15:32, Paulus mengutip sebuah ungkapan yang terkenal dari orang-orang Epikurian, “Mari kita makan dan minum serta menikah sebab besok kita akan mati” (1 Korintus 15:32). Keyakinan di dalam hidup mereka datang dari kegairahan yang mereka hidupi. Itu adalah cara yang mereka suka untuk mereka hidupi. Jadi, mereka menyangkal bahwa ada sebuah kehidupan di masa yang akan datang. Mereka adalah orang-orang atheis, dan mereka menghabiskan hidup mereka dengan makan dan minum dan kesenangan yang fana. Bukankah itu sebuah hal yang aneh? Seseorang membentuk imannya dan dia membentuk keyakinannya berdasarkan cara dia hidup. Saya ingin mengetahui kehendak Allah. Apa yang harus saya lakukan?
Jawabannya di dalam Firman Tuhan sangat jelas, dan empatik, dan di dalam kesempatan ini kita akan melihat ke dalamnya. Jika setiap orang melakukan kehendakNya, dia akan mengetahui jalan, pengajaran, doktrin dan jawaban dari sorga. Jika setiap orang melakukan kehendakNya. Sekarang ketika saya membaca hal itu atau kata “akan” bagi anda kata itu merupakan bentuk pola kalimat yang akan datang. Saya akan melakukan ini atau saya akan melakukan hal itu. Itu adalah pola kalimat dalam bentuk yang akan datang. Tetapi tidak ada bentuk kalimat yang akan datang (bentuk future) dalam teks ini. Tetapi itu adalah sebuah kata kerja yang menjelaskan sesuatu yang berdasarkan keinginan seseorang—thelei, thelei . Wahyu 22:17 berkata: “Roh dan pengantin perempuan itu berkata; Marilah! Dan barangsiapa yang mendengarnya hendaklah ia berkata: Marilah! Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau (akan)—thelei—barangsiapa yang dalam kehendaknya sendiri memutuskan untuk datang kepada Allah, biarlah ia datang.” Itu adalah kata yang tepat yang terdapat di teks ini. Kata kerja thelei. Hal itu terletak di dalam keinginan seseorang. Barangsiapa mau. Barangsiapa yang ingin. Jika seseorang ingin melakukan thelema-Nya. Itu adalah bentuk substansif dari kata kerja yang sama: Jika seseorang ingin melakukan kehendak Allah, dia akan mengetahuinya. Sekarang, bukankah itu merupakah hal yang tidak biasa. Kita mengetahui kehendak Allah hanya di dalam ketaatan dan di dalam kepatuhan terhadap hal itu. Jika saya, ketika saya datang kepada Allah, dan saya tidak ingin patuh dan taat terhadap apa yang dikehendaki Allah kepada saya, saya tidak akan pernah mengetahui hal itu. Hal itu akan tetap tersembunyi. Saya tidak akan pernah mendengar suara Allah atau mengikuti jalan Allah. Hal pertama yang harus saya lakukan adalah mau menjadi taat—untuk memberikan diri saya kepada kehendak Allah sehingga saya akan mengetahuinya. Sekarang, bukankah itu merupakan hal yang tidak biasa. Ketudukan, ketaatan, iman, komitmen adalah satu-satunya cara untuk mengetahui kehendak Allah.
Sekarang, ketika saya melihat hal itu ke arah kehidupan saya sebagai manusia dan di dalam kehidupan anda dan mulai berpikir tentang hal itu, hal itu menjadi sangat nyata, sangat jelas sekali. Ada hukum-hukum yang berhubungan dengan tubuh, bentuk fisik. Dan jika saya mentaati hukum-hukum itu, saya terberkati, saya tetap sehat dan saya tetap baik-baik saja. Tetapi jika saya tidak taat kepada hukum-hukum itu dan tidak mematuhinya, saya akan menjadi sakit dan rusak dan kurang darah serta lemah. Hal itu sama dengan kesehatan dari tubuh rohani kita. Jika saya patuh terhadap hukum-hukum rohani dari Allah, tentu saja, saya akan diberkati dengan kehadiran Allah, kekuatan kesehatan dan tuntunan. Segala sesuatu dapat anda sebutkan seperti pengenalan akan Allah, anugerah Allah, kekuatan dari Allah, kehendak Allah. Bukankah seperti itu yang Yesus ajarkan? “Berbahagialah orang yang murni hatinya karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8). Hati yang tidak murni tidak akan pernah melihat Allah. Hal itu merupakan kepatuhan terhadap hukum-hukum Tuhan bagi tubuh rohani, bagi pikiran saya, bagi hati saya dan jiwa saya, yang merupakan gambar Allah di dalam saya. Ketika saya memberikah hidup saya di dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum-hukum itu, tentu saja Allah akan mencurahkan berkatNya atas saya. Lihatlah apa yang Dia sampaikan: Jika setiap orang—jika setiap orang—Dia menghadapi seluruh dunia, dia menghadapi setiap jiwa manusia dengan kata itu—jika setiap orang memutuskan di dalam hatinya untuk melakukan kehendak Allah, dia akan mengetahuinya.
Saya ingin mengambil sebuah ayat tentang hal itu. Ada sebuah ilustrasi yang dramatih tentang hal itu di dalam Alkitab. Terdapat dalam 1 samuel 28. Inilah dia. Raja Saul setelah tahun-tahun kekuasaannya, dia sedang berkemah di Bukit Giboa melihat ke arah lembah Esdraelon (Yizrell) dengan jelas. Dia melihat tentara Filistin yang berjumlah ribuan orang. Dan hatinya sangat gemetar, dan dia datang ke hadapan Allah dan meminta petunjuk dari Allah tentang apa yang harus dilakukan. Apakah kehendak Allah, apakah kehendak sorga? Dan ayat Alkitab menjawab: “Tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim atau Tumim—batu yang ada di kantong dada seorang imam—baik dengan perantaraan nabi-nabi” (1 Samuel 28:5). Dan di dalam penderitaan yang mendalam dan keputusasaan untuk mengetahui kehendak Allah—untuk mendapatkan sebuah jawaban dari sorga—dia pergi ke penyihir di En-Dor, yang sejak semula dilarang bagi umat Allah. Ketika anda tidak memiliki Allah, anda pergi ke penafsir mimpi dan ke pemikat hati, dan kepada penyihir dan segala jenis nujum dan pelihat bola kristal. Orang-orang melakukan hal itu ribuan kali setiap hari, yaitu pergi ke peramal bintang atau ramalan bintang untuk mencari kehendak Allah di dalam hidup mereka karena mereka tidak memiliki Allah. Mereka tidak memberikan ketataan diri mereka kepada Tuhan. Saul menemui sisa penyihir yang terdapat di En-Dor. Dan perempuan tidak mengetahui bahwa yang menemuinya itu adalah Saul, lalu dia berkata kepadanya: Saul telah melenyapkan para peramal dan pemanggil arwah, dan jika aku ditemukan, aku akan kehilangan kepalaku, hidupku.
Saul memberikan jaminan atas hidupnya dan berkata, “Bolehkah saya berbicara kepada Samuel? Sekarang, dia tidak memiliki kuasa untuk membangkitkan Samuel dari kematian. Ketika Allah memberikan izin terhadap hukuman tragis dari ketidaktaatan raja Saul, perempuan itu ketakutan setengah mati. Perempuan itu sama seperti perempuan yang mati di dalam kengeriannya dan ketakutannya, karena Samuel bangkit dan berdiri dihadapannya dan di hadapan Saul. Dan Saul berkata kepada Samuel: apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat? Sebab Allah telah menolak aku, dan Dia tidak menjawab baik melalui mimpi, baik melalui Urim Tumim, baik melalui para nabi. Dan orang Filistin mengepung aku dari setiap sisi dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Dan Samuel menjawab: “Mengapa engkau menyusahkan aku, lihat, engkau tidak mentaati Tuhan, dan Dia telah undur dari padamu?” (1 Samuel 28:15). Ketika seseorang tidak mentaati Allah dan menolak untuk patuh kepada Tuhan, dia tidak mengetahui kehendak Allah. Dan dia tidak akan pernah mengetahuinya. Allah menyembunyikan wajahNya dari dia dan membiarkan dia berbuat sesuka hatinya. Kemudian Samuel mengumumkan hukuman yang paling pokok: “Ketika pertempuran dilakukan pada esok hari, Israel akan diserahkan ke dalam tangan orang Filistin dan kamu beserta dengan anakmu akan terbunuh.” Allah mahabesar. Satu-satunya cara saya mengetahui kehendak Allah adalah dalam ketaatan dan dalam kepatuhan. Saya tidak akan mengetahui kehendak Allah dalam cara yang lain.
Saya akan menutup khotbah ini dengan janji yang luar biasa dari Kitab Suci. Jika saya mendengar, jika saya menyimak, jika saya mempersembahkan sebuah roh yang taat kepada Allah, Allah akan berbicara ke dalam hati saya. Dia akan menjawab permohonan saya. Dia akan menunjukkan jalan kepada saya. Dengarlah apa yang disampaikan oleh Firman Tuhan: “Dengarlah dengan seksama kepadaKu. Sendengkanlah telingamu. Datanglah kepadaKu. Dengarlah, dan jiwamu akan hidup.” Lagi, di dalam Hosea: “Lalu kita akan mengetahui jika kita mengikuti pengenalan akan Allah.” Jika saya mengikuti Tuhan, Dia akan menyingkapkan kehendakNya kepada saya. Sama seperti yang disampaikan oleh Tuhan kita: “Akulah terang dunia. Barangsiapa yang mengikut Aku, tidak akan berjalan di dalam kegelapan, melainakan ia akan memiliki terang hidup” (Yohanes 8:12). Jika saya mengikuti Yesus, Dia mendengar, Dia menjawab, Dia akan menuntun dalam setiap jalan saya. Lagi, sama seperti Paulus menulis kepada anaknya di dalam pelayanan, di dalam surat pengembalaannya kepada Timotius: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16). Tidakkah anda melihat hal itu awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Dia tidak berkata bahwa “Awasilah mereka dan awasilah doktrin mereka.”
Ini yang pertama. Saya harus membawa kepada Allah sebuah hati yang taat, sebuah jiwa yang patuh, sebuah kehendak. Barangsiapa mau—thelei—akan melakukan kehendakNya—thelema. Jika saya berkeinginan di dalam hati saya untuk mematuhi Allah, Tuhan akan menjawab setiap pertanyaan yang anda tanyakan. Dia akan membuka semua pintu yang anda inginkan supaya terbuka. Dia akan menuntun anda dan berjalan beserta dengan anda, dan akan menjadi seorang rekan perjalanan dalam setiap jalan yang anda tapaki—jika anda berkeingan untuk patuh, untuk taat, untuk mengikuti Dia. Dia tidak akan menyembunyikan wajahNya terhadap anak-anakNya. Dia berada di sana dengan sebuah jawaban. Dia akan berbicara dengan anda. Dia akan bersama dengan anda. Jika saya mau—Tuhan, tolong saya untuk menjadi taat, untuk memiliki keinginan, dan Tuhan akan menyingkapkan setiap jawaban sepanjang perjalanan pengembaraan dari hidup kita. Saya tidak mengetahui kehendak Allah. Apakah yang harus saya lakukan? Alkitab berkata kita harus memiliki hati yang taat, memiliki jiwa yang patuh. Allah akan berbicara dan menyingkapkan setiap jawaban di dalam jalan pengembaraan kita. Saya hanya membutuhkan ketaatan. Allah memberkati kita, ketika kita mempersembahkan hidup kita dalam kepatuhan ibadah, di dalam pelayanan yang taat kepadaNya. Sekarang bolehkah kita berdoa?
Tuhan kami, hal itu tentang hal yang paling sulit, yang Allah sampaikan kepada kami. Begitu banyak dari kami, ketika kami mencari kehendak Allah, memberi perlawanan terhadap hal itu. Banyak dari kami yang takut akan hal itu. Dan begitu banyak dari kami yang memberikan pandangan terhadap hal itu, mencarinya dan menarik diri darinya. Oh, Tuhan betapa kami membutuhkan kemurahan anugerahMu. Tolonglah kami Tuhan, di dalam hati kami, di dalam jiwa kami untuk memiliki kemauan, untuk thelei itu. Saya memutuskan untuk mengikuti Yesus. Dan ketika Yesus menyingkapkan kehendakNya kepada kita, Allah akan menemukan di dalam diri kita sebuah ketaatan dan roh yang penurut. PelayanMu mendengar. Berbicaralah Tuhan. Saya mau untuk taat dan mengikuti Engkau selamanya, hanya sampaikanlah firmanMu. Lalu Tuhan, betapa indahnya dan kayanya serta dalamnya dan hidup yang penuh berkat untuk dapat berjalan dalam terang Tuhan.
Dan di dalam kesempatan ini, ketika kami membuat seruan, Pendeta, hari ini, saya memberikan hidup saya kepada Yesus yang penuh berkat dan di sini saya datang. Saya sedang membuka hati saya untuk kehendak sorga, kehendak Allah, kehendak Kristus dan saya membiarkan Dia untuk memimpin di jalan saya. Jawaban datang dari Dia, bukan dari saya. Dan Tuhan, pelayanMu berkeinginan untuk taat dan saya memulai dari sini pada malam hari yang penuh berkat ini. Saya memberikan hati saya di dalam iman kepada Yesus, dan saya datang. Dia memanggil kita untuk beriman di dalam Dia, untuk menerima Dia dan saya datang. Saya akan dibaptiskan untuk mengekspresikan keinginanNya di dalam Kitab suci ini, dan saya datang. Saya sedang membawa keluarga saya atau hanya diri saya sendiri dan bergabung ke dalam jemaat yang terkasih ini—untuk berdoa, untuk bekerja, dan untuk melakukan kehendak Allah di dalam hidup saya dan pekerjaan saya. Buatlah keputusan itu di dalam hati anda, dan dalam sebuah kesempatan ketika kita bernyanyi, turunilah tangga itu. Jika anda berada di balkon datanglah melalui salah satu lorong yang berada di lantai bawah ini. “Saya di sini Pendeta. Saya telah memutuskan dan saya sedang berada di jalan saya.” Dan terima kasih Tuhan, untuk tuaian yang manis yang Engkau berikan kepada kami. Di dalam namaMu yang mulia, Amin.
Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M