Daftar isi

SUNGAI AIR KEHIDUPAN

(RIVERS OF LIVING WATER)

 

Dr. W.  A. Criswell

 

08-16-87

 

Yohanes 7:37-38

 

Ini adalah pendeta dari Gereja First Baptis Dallas, yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Sungai dari Air hidup. Ini adalah sebuah eksposisi dari Kitab Yohanes pasal tujuh di bagian utama pasal tersebut.  

Mungkin anda boleh membukanya. Sementara anda melihat bagian itu yang dimulai dari ayat 37, kita memiliki kebahagiaan yang istimewa untuk menerima Rose Walker of 703 Kiwi Place, Duncanville, Texas menjadi anggota gereja kita melalui televisi.

Dan jika anda ingin menyambut Rose Walker ke dalam persekutuan dari jemaat kita yang terkasih, maukah anda mengangkat tangan anda tinggi-tinggi bersama-sama dengan pendeta?

Terimakasih! Dan sekarang dia adalah seorang anggota dari gereja kita. Dan kita berdoa kepada Allah agar memberkati dia sebagai mitra doa dalam pengembaraan ini.

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam koilia, hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

Kadang-kadang diterjemahkan dengan ‘kandungan,’ hal itu merujuk kepada bagian dalam tubuh. Hari ini kita akan menerjemahkan ‘dari jiwanya,’ ‘dari hatinya’—“Akan mengalir aliran-alairan air hidup.”

“Sekarang di puncak perayaan”—pasal tujuh dimulai dengan kunjungan Yesus ke Perayaan Pondok Daun. Hal itu dilakukan lima hari setelah hari raya Penebusan atau hari raya Pendamaian. Dimulai pada hari kelima belas pada bulan Tishri dan berakhir setelah tujuh hari.  

Hari Pendamaian adalah sebuah hari merendahkan diri di hadapan Tuhan. Itu adalah sebuah hari perenungan jiwa, hari pengakuan. Komunitas Yahudi, dimanapun mereka berada akan melaksanakan Hari Pendamaian, sebuah hari  menyembunyikan jiwa, dan bersujud di hadapan Allah.  

Lima hari setelah hari pengakuan itu, berlangsung hari raya Pondok Daun, yang dilakukan dengan penuh sukacita dan kebahagiaan dan pertemuan yang meriah dari umat Allah. Mereka semua berkumpul di Yerusalem, kota Daud, dari Dan hingga Barsyeba. Yang datang dari setiap desa dan kota dan lembah dan serta bukit.

Anda lihat, hal itu juga disebut sebagai ‘perayaan berkumpul bersama-sama.’ Hal itu juga di dalam letratur para rabinik mengacu sebagai “festival panen.’ Yang di dalam hitungan kalender kita berlangsung pada minggu pertama bulan oktober, hari itu merupakan sebuah ucapan syukur atas hasil panen. Dan orang-orang berada dalam suasana sukacita, dan penuh dengan kegembiraan, bersyukur kepada Allah atas pemberian yang meningkat dari pohon anggur, dari pohon palem, dari zaitun, dari hasil ladang. 

Dan tidak hanya sebuah masa yang penuh dengan kelegaan karena hasil panen, tetapi berdasarkan hukum Musa, mereka berkumpul bersama-sama dengan keluarga dalam ponfdok-pondok kecil yang dibuat dari daun-daun dan ranting-ranting:

Pada hari yang pertama kamu harus mengambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya.

Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus merayakannya.

Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun.

Itu adalah mengapa kadang-kadang perayaan itu dirujuk sebagai ‘festival Sukkoth.’ Orang-orang yang berasal dari setiap tempat selama tujuh hari tinggal di dalam kemah dan di dalam pondok-pondok daun yang kecil. Dan jumlah mereka sangat banyak, sehingga mereka hampir meliputi seluruh Yerusalem dengan pondok kecil itu yang terbuat dari zaitun dan anggur yang berada di sekitar Yerusalem.

Mereka semua berkumpul di bawah pondok daun itu. Dan setiap orang berada di sana: raja, para pangeran, orang-orang miskin, dan diantara rakyat jelata. Setiap orang berada di sana. Itu adalah sebuah perayan yang penuh sukacita.

Dan perayaan itu tidak hanya dilakukan untuk merayakan ucapan syukur atas hasil panen, tetapi juga—Sekarang, saya akan membaca dari kitab Imamat 23 ayat 43:

Supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah TUHAN, Allahmu."

Festival itu merupakan sebuah perayaan atas pembebasan mereka dari Mesir, yang selama 40 tahun mengmbara di padang gurun. Dan akhirnya, sebuah nyanyian dan pujian dan sebuah festival atas masuknya mereka ke dalam Tanah Perjanjian, ke dalam Kanaan.

Saya dapat dengan mudah melihat simbol yang indah dari hal itu bahkan bagi kita pada saat ini—berdiam di dalam pondok daun yang kecil itu, bersifat temporer; dan sekarang berada di Tanah Perjanjian selamanya. Hidup kita, begitu singkat dan sangat temporer; dan rumah kita di sorga, begitu mulia dan kekal.

Kemudian, ada satu hal lainnya yang terdapat dalam Hari Raya Pondok Daun. Selama tujuh hari, setiap pagi sewaktu mengadakan korban pagi, sang imam akan turun ke kolam Siloam dengan sebuah kendi emas. Dan dia akan memenuhi bejana itu penuh dengan air dan memimpin sebuah upacara yang penuh sukacita dari orang-orang yang berada di belakangnya. 

Dan ketika dia sampai dalam langkahnya yang menuju bait Allah, dia disambut oleh orang banyak dengan sebuah sahutan yang nyaring. Kemudian dia masuk ke adalam area Bait Allah, tiba di altar utama, dia mencurahkan air di atas sisi barat altar ketika paduan suara—paduan suara para iman, 4.000 penyanyi, 287 pemain musik—ketika mereka menyanyikan lagu Hallel.

Saya ingin membacanya dari Mazmur seratus delapan belas yaitu lagu Halel itu. Saya ingin membaca ayat ini. Inilah yang mereka nyanyikan ketika mereka mencurahkan air itu di sisi altar: 

 

TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku;

Ia telah menjadi keselamatanku.

Suara dari sukacita dan keselamatan

Yang berada dalam bait kebenaran

Aku tidak akan mati, tetapi hidup,

Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran,

Inilah hari yang telah dijadikan TUHAN

Kita akan bersukacita dan beroleh kelegaan di dalamnya

Diberkatilah dia yang datang dalam

 Nama TUHAN!

Bersyukurlah kepada TUHAN,

Sebab Ia baik!

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

 

Itulah yang mereka nyanyikan—paduan suara dan orkestra dari para imam itu—ketika dia mencurahkan air di sisi barat altar utama.

Sekarang Paulus memnggunakan hal itu dalam sebuah cara yang indah dan luar biasa. Di dalam 1 Korintus 10 ayat 4, Paulus menulis: “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka dan batu karang itu adalah Kristus.”

Tentu saja, pemandangan di padang gurun adalah ketika Musa memukul batu karang yang diperintahkan Allah dan sebuah aliran yang besar memancar keluar—air yang hidup bagi orang banyak yang haus. Dan Thhan memandang kepada hal itu, dan berdiri dan berseru serta berkata:

… : "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

Barangsiapa percaya kepada-Ku…Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

Bolehkah memulai dengan berkata, bahwa betapa hal itu merupakan hal yang tidak biasa ketika Tuhan “berdiri dan berseru, serta berkata?”  Seperti yang anda tahu, pada masa itu semua guru-guru mengajar dengan sikap duduk. Bahwa Tuhan berdiri dan berseru adalah sebuah pengantar yang tidak bisa dalam undangan kata-kataNya.

Dia berseru kepada orang-orang untuk datang dan minum.  Dia menawarkan hidup dan pengampunan dan keselamatan serta sorga. Dan mungkinkah bahwa kita orang-orang yang berdosa, yang terhilang dan yang rusak, adalah salah seorang yang menundukkan wajah kita dan berlutut serta memohon kepada Allah untuk berkat sorgawiNya? Itu adalah jalan untuk berpaling. Adalah Allah yang berseru kepada kita.

Bukankah itu merupakan sebuah hal yang aneh? Kita memilih untuk mati. Allah memohon supaya kita hidup. Kita memilih dunia. Allah berseru supaya kita memilih Dia. Kita memilih kegelapan dan kejahatan serta keterhilangan. Dia berseru agar kita memilih hidup dan keselamatan serta kemuliaan.

Pada hari terakhir dari puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru serta berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum.” Tuhan kita berkata dalam pasal empat dari injil yang sama yaitu Injil Yohanes, “Barangsiapa yang minum air ini akan haus lagi.” 

Dapatkan segala sesuatu di dalam pengalaman kehidupan manusia ini dapat dipuaskan oleh hadiah yang ada di dunia ini? Salomo, seorang raja hebat yang pernah hidup, memiliki kesempatan untuk mengalami setiap segi di dalam kehidupan, tetap merasa kering dan berkata, “Segala sesuatu adalah sia-sia, dan kesia-siaan belaka.” Semuanya mandul, hampa, dan tidak memiliki arti apa-apa. 

Penyair Skotlandia, Bobby Burn menyampaikan hal itu seperti ini:

 

Kesenangan sama seperti bunga tumbuh dan berkembang

Engkau memetik bunganya

Kembangnya akan layu kemudian

Atau seperti salju yang jatuh

Di atas sungai

Yang putih untuk sejenak

Lalu lenyap selamanya

Atau seperti lintasan cahaya borealis

Yang menghilang lenyap seketika

Menuju tempat mereka

Atau seperti pelangi

Dalam bentuk yang sangat indah

Yang menghilang di tengah-tengah badai

 

Sukar untuk dipercayai bahwa kita memberi energi dari hidup kita kepada hal-hal yang sepele dan membuang-buang waktu dan perasaan, ketika kekekalan memanggil kita! 

Pada abad yang lalu, seorang penyairInggri yang terkenal dan sangat berbakat datang ke Amerika, dan menderita sakit, di San Francisco, sakitnya sangat parah dan dia hampir sekarat.

Dan ketika dia terbaring sekarang, sang perawat berpikir bahwa dia sedang berharap terhadap sesuatu. Dan dia mendekatkan telinganya kepada apa yang disampaikan oleh penyair itu. Dan Rudy Kapling berkata, “Saya menginginkan—Saya menginginkan Allah.” 

“Barangsiapa yang haus—jika setiap orang haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum.” Dapatkah saya mengucapkan undangan itu? “Barangsiapa, barangsiapa”—itu adalah undanganNya di dalam ayat tujuh belas: “Barangsiapa yang melakukan, dia akan mengetahui jalan itu.”

Itu adalah undangan yang sama yang terdapat dalam Wahyu 22:17:

Roh dan pengantin perempuan berkata, Marilah!—Jemaat dan Roh Kudus berkata, “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya—diulang dengan pengulangan yang melegakan—hendaklah ia berkata: “Marilah!” dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang. Dan ho thelon—barangsiapa yang mau—hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

Datanglah: Undangan itu ditujukan kepada semua umat manusia. Datanglah! Orang yang diliputi dosa, yang terbuang, dan yang sudah rusak—biarlah dia datang. Sekalipun dia hidup ditengah-tengah neraka, biarlah dia datang. Orang muda, orang tua, orang yang kaya, orang miskin, semua manusia—biarlah dia datang. Jika seseorang itu tidak terpelajar dan tidak bisa membaca, dia boleh minum. Biarlah dia datang.

Seorang pengkhotbah Puritan yang terkemuka, Richard Baxter yang hidup 3000 tahun yang lalu—Richard Baxter berkata, “Jika saya membaca undangan itu dan nama saya tertera di dalamnya, saya mungkin berpikir bahwa hal itu mungkin ditujukan kepada orang yang memiliki nama yang sama dengan saya, tetapi, ketika saya membaca, “Barangsiapa, barangsiapa yang haus, baiklah ia datang kepadaKu,’ maka saya mengetahui bahwa di dalamnya termasuk saya. Saya dapat datang. Saya dapat datang.”

Betapa merupakan undangan yang luar biasa! Apakah anda mencatatnya? Apakah anda merasakannya? “Barangsiapa haus, baiklah ia datang.” 

Tidak ada sebuah paksaan bawa saya harus mendapati diri saya cukup layak—saya harus berubah terlebih dahulu sebelum saya datang—saya harus terlebih dahulu melakukan hal-hal yang berkenan kepada Allah—saya harus meluruskan hidup saya. Tidak ada isyarat dari suatu hal yang harus disiapkan sebelum kedatangan saya. “Barangsiapa haus, baiklah ia datang dan minum.” Hanya datang sebagaimana adanya anda, tanpa harus merubah sesuatu terlebih dahulu—sebagaimana adanya anda.

 

Seperti himne yang lama itu

Orang berdosa datanglah

Yang miskin dan hina

Yang terhilang dan membutuhkan

Jika kamu berlambat-lambat

Hingga kamu menjadi lebih baik

Kamu tidak akan pernah datang sama sekali

 

Datanglah sebagaimana adanya anda. Keputusan yang terbesar di dalam hidup selalu dibuat di dalam Dia—di dalam Dia. Jika anda membuat komitmen yang besar terlebih dahulu, semua hal-hal lain yang berhubungan untuk membuat keraguan dan pertanyaan dan doktrin dan ribuaan kebiasan hidup, entah dengan cara yang bagaimana mereka akan berubah dengan sendirinya.

Adalah lebih baik untuk menghadapi semua itu bersama dengan Dia dari pada tanpa Dia. Hanya, datanglah sebagaimana adanya anda!

Saya sangat takjub dalam minggu ini, yang terjadi pada saat saya membaca asal dari himne itu—“Sebagaimana adaku, O, Anak Domba Allah, aku datang”—saya sangat takjub terhadap orang yang menulisnya, darimana lagu itu berasal dan bagaimana lagu itu tercipta.

Lagu itu ditulis oleh seorang wanita yang bernama Charlotte Eliott pada tahun 1834. Dan dia adalah seorang yang lumpuh yang berada di atas kursi roda sepanjang hidupnya. Dan ketika dia melihat orang-orang yang berada di sekitarnya yang kuat dan baik serta sibuk, dia melihat hidupnya sama sekali tidak bearti dan sia-sia, dia dipenuhi dengan keputusasaan dan keraguan serta patah hati. Dan ketika bangkit dari tragedi yang gelap itu dan tanpa pengharapan serta tanpa pertolongan, dia menetapkan hidupnya kepada Tuhan Yesus dan menulis himne itu.

 

Sebagaimana adaku—

Lumpuh dan tiada guna

Putus asa dan tanpa pertolongan

Sebagaimana adaku

Tanpa sebuah dalih

Tetapi darahMu

Telah tertumpah bagiku

Dan Engkau telah memberi tawaran kepadaku

Datang kepadaMu

O, Anak Domba Allah

Aku datang.

 

Sebagaimana adanya anda—dan jika ada masalah yang dihadapi dan gunung yang harus didaki dan keputusan yang harus dibuat, biarkan Allah bekerja bersama dengan anda, berjalan di sisi anda, memberikan anda kekuatan dan kebijaksanaan di jalan itu. Datanglah! Datanglah! “Datanglah kepada, hai kamu semua yang haus. Datanglah kepadaKu dan minumlah.”

Inti sari dan substansi dari keselamatan adalah Yesus Kristus—sang Alpa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, yang Terdahulu dan Yang Terkemudian. Semua hal itu tercakup di dalam Kristus. “Datanglah kepadaKu.”

Suatu kali. Saya mengadakan perjalanan ke Essex, Inggris, di bagian timur pulau itu. Saya ingin mengunjungi kapel Metodis masa lalu tempat dimana pengkhotbah terbesar yang pernah hidup bertobat: Charles Haddon Spurgeon. 

Di kapel itu, di bagai sisinya terdapat sebuah tanpa peringatan dari perunggu yang berkata bahwa ditempat itulah dia duduk. Hari itu merupakan minggu yang dilanda angin keras. Dan anak muda itu, yaitu Spurgeon sedang mengadakan perjalan ke gereja yang lain. Tetapi karena badai yang sangat besar itu, dia berpaling dan masuk ke dalam kapel Metodis yang kecil itu. Di tempat itu duduk beberapa orang. Dia kemudian duduk di sana. Dan pengkhotbah, pendeta kapel itu tidak dapat datang karena badai yang besar itu.

Dan seorang awam berdiri untuk berkhotbah. Dan teks yang diambil untuk khotbahnya adalah: “Lihatlah dan berilah dirimu diselamatkan hai ujung-ujung bumi.”

Dan di dalam seruannya, orang awam Metodis yang primitif itu berkata, “Teks ini mengundang kita dan mendorong kita untuk melihat kepada Yesus: “Lihatlah KepadaKu dan buatlah dirimu selamat.’”

Kemudian, dia berkata, “Beberapa orang dari anda melihat kepada diri anda sendiri. Beberapa dari anda melihat kepada ordinansi-ordinansi atau imam-iman atau kepada ritual-ritual, tetapi Allah berkata, ‘Lihatlah kepadaKu dan jadilah selamat hai semua orang dari ujung bumi, lihatlah kepadaKu.”’

            “Dan kemudian,’ kata Spurgeon, “pengkhotbah itu berpaling kepada dia dan melihat dia serta memandang dia, dan berkata, ‘Anak muda, anda kelihatan sangat kesusahan. Pandanglah kepada Yesus, anak muda.’

“Dan kemudian,” Spurgeon berkata, ‘dalam sebuah seruan, orang awam Metodis itu berkata, ‘anak muda, pandanglah kepada Yesus. Lihat dan hiduplah. Lihat dan hiduplah.’

            “Dan,” Spurgeon berkata, “Pada hari itu, saya melihat dan menjadi hidup.”

Jalan untuk menjadi selamat tidaklah berliku-liku atau berbelit-belit atau sukar dimengerti. Jika seperti itu, maka banyak dari antara kita yang terlewatkan.

Dan tentu saja saya, sebagai seorang bocah, seorang anak kecil, tidak akan dapat menemukannya. Tetapi hal itu sangat sederhana: “Lihalah kepadaKu.” “Barangsiapa yang haus, baiklah ia datang kepadaKu.”

Ada suatu ketersediaan yang cukup dari pengampunan dan anugerah dan kasih yang memelihara kita di dalam Tuhan kita. Kekristenan adalah Kristus. Dan Kristus adalah kekeristenan. Agama-gama yang lain sangat berbeda. Mereka menunjuk kepada kebenaran. Dan sitem filsafat mereka berharap untuk memimpin kita kepada kebenaran.

Iman Kristen adalah kebenaran. Dia berkata, “Akulah kebenaran.” Jika menemukan Dia, saya telah menemukan jalan itu. Dan Dia sangat mudah untuk didapatkan, jika anda berlutut dan berdoa, Dia akan berada di sana, di sisi anda.

Jika anda mengangkat hati anda dalam permohonan kepada sorga, Dia akan menjawab anda di dalam jiwa anda. Jika anda berjalan di dalam pengembaraan anda dan mengundang anda untuk berjalan di sisi anda, Dia akan berada di sana.

Seperti yang seringkali saya sampaikan, Dia sama dekatnya dengan tangan dan kaki anda. Dan Dia juga sedekat nafas anda—Yesus Tuhan kita.

Bolehkah saya menutup khotbah ini dengan sebuah komentar? Jauh dari dalam jiwaNya mengalir air yang hidup. Ini berbicara tentang Roh Kudus yang akan datang setelah Dia dimuliakan dan naik ke sorga.

Apa yang membuat saya takjub di dalam teks itu adalah kata jamak dari ‘sungai-sungai dari air yang hidup’—yang melimpah, kelimpahan yang sukar untuk dijelaskan. “Sungai-sungai”—bukan ‘sungai’ tetapi ‘sungai-sungai’ dari air yang hidup. Sungai Misouri ditambah dengan sungai Missisipi dan Missisipi ditambah dengan Amazon dan ditambah dengan Sungai Nil dan Gangga dan Danube dan sungai Rhine—sungai-sungai air yang hidup, yang keluar dari jiwa, dari seseorang yang datang kepada Kristus.

Tuhan Allah yang berada di sorga. Betapa tidak terbatasnya Engkau! KaruniaMu, kehadiranMu, berkatMu yang  tidak terbatas.

Sebagaimana saya akan meminumnya, saya diundang untuk minum. Sebagaimana hati saya akan menerimanya, saya diundang untuk menerimanya. Dan sebagaimana Dia yang adalah Tuhan saya yang luar biasa, saya akan membuka hati saya dan menyambut Dia dan Dia akan siap untuk menjadi sahabat saya, menjadi rekan pengembaraan saya dan Juruselamat saya.  

O Tuhan, biarlah di sana aku semakin berkurang dan Engkau semakin bertambah dan terus bertambah sehingga tidak ada apa-apa di dalam aku dan semuanya adalah Engkau!

Bolehkah kita berdoa?

 

 Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M