Daftar isi

BUDAK SIAPAKAH ANDA?

(WHOSE SLAVE ARE YOU?)

 

Dr. W. A. Criswell

 

05-15-83

 

Yohanes 8:33-34

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikah khotbah yang berjudul: Budak Siapakah Anda? Baiklah, mungkin anda berpikir bahwa itu adalah pertanyaan permintaan? Budak siapakah anda? “Saya bukan budak siapa pun.” Tetapi ya, anda adalah budak terhadap sesuatu. Tanpa anda sadari atau tanpa anda sengaja, anda memberikan diri anda terhadap sesuatu. Kita semua adalah budak terhadap sesuatu. 

Pembacaan firman kita terdapat dalam Injil Yohanes pasal delapan. Inilah yang disampaikan oleh Tuhan kita, di dalam ayat 32. Yohanes pasal 8 ayat 32: “Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”  Kemudian dalam ayat 34, Yesus berkata, Sesungguhnya—dalam bahasa Yunani kata itu memiliki arti amen, amen—“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa adalah”—dan King James menerjemahkannya dengan “hamba dosa.” Kata itu berasal dari kata doulos, yang merupakan sebuah kata untuk “budak.”

Setiap orang yang berbuat dosa adalah doulos dosa, budak dosa. Dan doulos—budak—tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi”

—dengan huruf kecil ‘a.’

Tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.

Sekarang ayat yang terakhir dari bagian itu—ayat tiga puluh enam, ayat dari teks kita: “jadi apabila Anak itu”—huruf kapital ‘A’—memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka, kamu akan ontos, sungguh-sungguh, nyata.”

Budak siapakah anda? Kita hidup di dalam sebuah kosmik alam semesta dari ketidakadilan. Dan kita tidak mungkin melepaskan diri dari ikatan yang mengikat kita ke dalamnya. Kita menjadi sebuah bagian dari hal itu. Dan kita menghadapi hukuman yang tidak dapat dielakkan dari dosa dan kematian.  

“Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” Dan kita semua memiliki dosa. Bagi seseorang yang menyatakan bahwa dia tidak berdosa adalah dosa yang terbesar di dalam dirinya sendiri. Dan bagi seseorang yang mengaku bahwa dia tidak bersalah itu adalah kesalahan terbesar yang dapat dia miliki.

Kita semua terbelit, tidak dapat mengelak, dan tidak dapat ditawar, serta terikat kuat di dalam kosmik alam semesta dosa.  Keterlibatan yang kita miliki dari apa yang kita sebut kebebasan dan kemerdekaan adalah sebuah seruan yang menunjukkan fakta yang tragis bahwa kita terikat dan diperbudak oleh alam semesta yang kita tinggali.

Seorang bocah yang susah diatur dan bising berkata, “Aku akan melepaskan semua kekangan. Aku ingin menjadi milikku sendiri. Aku ingin melakukan semua hal sesuai dengan kesenanganku.” Apa yang tidak dia sadari adalah bahwa dia akan melakukan semua hal yang menjadi kesenangan dosa.

Yang menjadi salah satu tragedi kehidupan dari budaya kita, ilmu pengetahuan kita, penemuan kita, peradaban kita adalah bahwa semua hal itu merupakan sebuah pemberi tugas yang kejam dan keras. Semua hal itu memperbudak kita.

Saya membaca tentang seorang seniman yang membuat lukisan dari seorang insinyur yang brilian. Dia telah mendesain dan memasang sebuah dinamo yang besar di salah satu pabrik kita yang luas. Dan sang seniman melukis insinyur muda yang brilian itu sedang berlutut di depan dinamo yang luar biasa itu, yang telah dia rancang dan yang dia susun itu, yang mana hal itu merupakan gambaran dan tipikal dari budaya modern dan kehidupan modern.  

Banyak orang yang tidak terhitung jumlahnya memuja kuil kesuksesan. Atau mereka menjadi pemuja apa yang sesuai dengan mereka. Tekanan kawan sebaya dari banyak orang-orang muda membawa mereka untuk menjual jiwa-jiwa mereka. Mereka menukar hidup mereka kepada kepemilikan yang istimewa, menjadi milik yang tidak ternilai bagi sebuah kelompok. Itu adalah sebuah hal yang sangat aneh: Ketika kita mengambil dunia ini sebagai tuhan kita, dunia mengambil kita sebagai budaknya.  

Budak siapakah anda? Itu adalah salah satu hal yang paling menyedihkan dan tragedi yang suram dari kehidupan modern bahwa jika kita bebas, kita harus melepaskan semua kekangan. Kita tidak perlu taat kepada hukum manapun. Kita tidak perlu melaksanakan perintah apapun. Kita merdeka. Kita bebas. Kita melakukakun segala sesuatu yang berkenan bagi kita.

Semua itu sangat baik, kecuali di sana ada sebuah hal yang bersamaan. Di sana ada sebuah tambahan. Di sana ada sebuah akibat yang wajar yang mengikutinya dengan sifat yang tidak dapat dihindarkan. Dan itu adalah penghukuman. Kita bebas—terlepas dari semua kekangan—hanya untuk dihukum, hanya untuk dihancurkan.

Saya tidak akan pernah melupakan sebuah hukuman dari seorang hakim yang berkata kepada seorang remaja, “Silahkan berdiri untuk menerima hukuman.”

Dan anak muda itu berdiri di depan pengadilan. Dan sang hakim melihat ke arah dia. Dan ini adalah hukumannya yang pertama: Di Amerika yang bebas, adalah keistimewaan bagi setiap orang untuk menghukum jiwanya sendiri di dalam neraka.”

Oh, betapa sebuah kebenaran yang mengagumkan! Tuhan Allah, yang menjadikan kita, yang menjadikan kita untuk melaksanakan semua kekangan ini dan perintah serta hukum yang membentuk hidup kita dan memberikan kita kebebasan dan kemerdekaan. Seseorang yang melanggar perintah yang besar dari Tuhan Allah menemukan dirinya sendiri dalam kehancuran. Itu bukan kebebasan.

Allah membuat sebuah kekuatan yang tidak terlihat, sebagai contoh, di alam semesta ini yang kita sebut sebagai gravitasi—tidak terlihat, tidak terdefinisikan, salah satu misteri dari Allah. Dan seseorang berkata, “Saya tidak akan patuh.” Dan dia menjatuhkan dirinya sendiri dari salah satu gedung pencakar langit ini maka dia akan meremukkan dirinya sendiri ke bumi. Dia adalah sebuah ilustrasi tentang ketidaktaatan terhadap hukum Allah.

Kebebasan kita hanya dapat menjadi  bebas di dalam ikatan kekang yang telah ditetapkan oleh Allah yang Mahakuasa. Dan perintah Tuhan dan kekangan Tuhan serta di dalam batasan Allah merupakan satu-satunya jalan kita, agar kita dapat menemukan kemerdekaan kita untuk menjadi bebas.

Sebagi contoh, sebuah layang-layang yang diikat oleh sebuah benang,  memutuskan dirinya dari benang. Dan layang-layang itu bebas. Tetapi tidak dapat terbang. Ia akan terjatuh ke tanah.

Sebuah mesin kereta api dibatasi dan ditempatkan pada jalurnya, ia akan bebas jika jalur itu dipindahkan,  tetapi ia tidak dapat berjalan.

Sebuah mobil tanpa kemudi, tanpa rem, adalah bebas, tetapi tidak berguna dan berbahaya. Kebebasan hanya ada di dalam kekangan Allah.

Di dalam pembacaan saya, saya melihat sebuah jenis baru dari sebuah syair modern. Dia ditulis tanpa sebuah rime. Tetapi dia memiliki sebuah kebenaran di dalamnya. Jadi saya menyalinnya:

 

Aku melihat daun-daun

Yang berguguran dengan perlahan

Dari pepohonan

Dan halaman kosong

Aku mulai melihat angin

Mulai meniup sebuah tarian lembut

Dan semua daun-daun yang terlepas

Pergi menari

Kepada nada-nada gembira

Mereka melihat dan berpikir

Mereka sangat bebas

Tetapi mereka tidak mengetahui

Mereka sungguh-sungguh mati?

Bebas—daun-daun ini

Tersemat pada pepohonan

Ia hidup, tetapi daun-daun

Akan bebas dari kekangan

Dan tidak melekat

Mereka terus menari dengan riang

Di dalam musim gugur atau angin musim semi

Dan akhirnya mati

 

            Budak sipakah anda? Kekangan siapakah yang anda patuhi? Perintah apakah yang anda pelihara?

Anda tahu, ada begitu banyak keganjilan dalam hidup. Mereka berada di mana-mana. Kebebasaa yang sebenarnya berhubungan dengan jiwa. Berhubungan dengan hati. Berhubungan dengan roh. Hal itu berhubungan dengan kehendak atas, kehendak Allah. Dan tidak dapat didefinisikan oleh setiap materialitas yang kita kenal di dalam keberadaan ini.

Daniel, seoramg pemuda yang dibuang jauh dari rumah, lebih bebas dari Nebukadnezar, raja yang membawanya. Daniel di gua singa, lebih bebas dari pada Raja Darius yang menempatkannya di sana. 

Simon Petrus sedang berada di dalam penjara menunggu hukuman, lebih bebas dari pada Raja Agrippa I, yang menempatkan dia di sana.

Paulus dan Silas, dalam penjara bawah tanah di Filipi, lebih bebas dari kepala penjara Filipi yang membelenggu kaki mereka.

Rasul Yohanes yang sudah tua, dihukum hati dengan dibuang dan diasingkan ke pulau Patmos, lebih bebas dari pada Kaisar Domitian, yang mengirim dia ke sana.

Orang-orang Kristen mula-mula, dmasukkan ke dalam Coloseum untuk menjadi santapan binatang buas, lebih bebas dari pada Kaisar Roma dan para pengikutnya, yang menyaksikan mereka dimangsa oleh binatang buas itu.

Jhon Bunyan, di dalam penjara Bedford, lebih bebas dari pada Raja Charles II, yang menghukum dia di sana.

Roger Williams, pemimpin Baptis kita yang terkemuka, lebih bebas dari pada Dewan Massachusetts, yang membuang dia.

 

Batu-batu tidak dapat menjadi sebuah penjara

Bahkan sebuah kurungan yang terbuat dari besi

Bapa-bapa kita telah mengajarkan

Di dalam penjara yang gelap

Bahwa kita masih bebas di dalam hati

Dan hati nurani yang merdeka

Betapa berharganya

Dapat menjadi anak-anak mereka

Yang siap mati demi Engkau

 

Kebebasan, kebebasan yang sesungguhnya, kebebasan dari perbudakan—sebuah hadiah yang hanya berasal dari Allah.

Di dalam pembacaan saya, saya telah diperkenalkan dengan Madame Marie Guyon, seorang wanita kudus yang luar biasa dan wanita Prancis yang terhormat. Selama bertahun-tahun, mulai dari tahun 1695 hingga 1705, dia berada dalam satu penjara ke penjara lainnya, salah satu diantara pernah berada di penjara Bastille Paris yang sangat dibenci dan ditakuti.  

Pembelaannya berada di dalam tulisan-tulisannya yang indah. Dia mempertahankan hak jiwa untuk mengadakan prersekutuan dengan Allah, melampaui sakramen-sakramen gereja. Dan hal itu menyebabkan dia dipenjara.

Dan di dalam pemenjaraannya, ini adalah salah satu syair yang ditulis oleh wanita kudus itu:

 

Aku adalah seekor burung kecil

Yang ditangkap dari udara

Sekalipun di dalam kurunganku

Aku duduk dan bernyanyi

Bagi Dia yang menempatkanku di sana

Tetap menyenangkan menjadi seorang tahanan

Karena, Allahku,

Hal itu menyenangkan Engkau.

Tiada lain yang dapat kulakukan juga

Aku bernyanyi sepanjang hari

Dan Dia yang terutama

Yang kusuka tuk menyenangkanNya

Dengan mendengarkan laguku

Dia memegang dan menangkap

Sayap pengembaraanku

Tetapi dia tetap suka

Untuk mendengar aku bernyanyi

Kurunganku membatasi sekelilingku,

Aku tidak dapat terbang dengan bebas, tetapi sekalipun sayapku

Terikat dengan erat

Hatiku tetap merdeka

Dinding-dinding penjaraku tidak dapat mengontrol cahaya,

Kebebasan jiwaku

Oh, dia meluncur dengan baik

Melampaui kunci-kunci dan jeruji-jeruji

Bagi Dia, tertuju semua pujianku

Yang memelihara kasihku

Dan di dalam kekuatanMu akan menemukan

Sukacita, kemerdekaan dari pikiran

 

Kebebasan tidak pernah dapat dilukiskan atau didefinisikan berdasarkan kondisi luar dari sekeliling kita. Kebebasan berhubungan dengan masalah jiwa dan roh yang ditunjukkan oleh Allah. Dan itulah sebabnya Tuhan kita berkata, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka, kamu akan ontos, sungguh-sungguh merdeka, kemerdekaan yang nyata.”

Untuk menjadi seorang budak Tuhan kita adalah untuk menjadi merdeka. Di dalam Roma 1:1, Filipi 1:1, Titus 1:1Roman 1:1,--ketiga surat itu dimulai dengan kalimat seperti ini: Paulos doulos Christos Iesou.  “Paulus”—di dalam King James Version yang selalu menjadi dasar khotbah saya, anda memiliki terjemahan yang baik, yang diterjemahkan dengan, “Paulus seorang hamba dari Yesus Kristus.”

Tetapi jika anda melihat lagi kata doulous itu, Paulos doulos—“Paulus, seorang budak dari Yesus Kristus.” Dan kemerdekaan yang sesungguhnya yang kita miliki, kita miliki di dalam Dia: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”  

Anda lihat piano yang ada di sana? Steinway yang indah, memiliki suara yang sangat merdu. Saya dapat duduk di kursi itu, di depan tuts dan saya benar-benar bebas. Saya tidak berada di bawah paksaan. Saya tidak berada dibawah tekanan apapun. Saya tidak berada dibawah hukum mana pun. Saya duduk di sana, dekat piano itu. Saya bebas. Tetapi jika saya ingin menjadi master musik, saya harus memberikan diri saya kepada perbudakan, kepada perhambaan—waktu, hari-hari dan tahun-tahun bahkan sepanjang hidup saya, menjadi budak di depan piano itu. Saya harus memberikan diri saya kepadanya—seorang budak, jika saya ingin menjadi master musik.

Kita akan segera mengadakan Olimpiade Dunia di Los Angeles. Dan saya dapat berdiri di jalur Olimpiade itu dan benar-benar bebas, tanpa dibawah tekanan siapa pun, tanpa dibawah kekangan apa pun, tanpa dibawah paksaan. Saya bebas. Tetapi, jika saya ingin menjadi seorang pemenang di dalam perlombaan, saya harus menjadi budak dari hal itu. Saya harus memberikan diri saya ke dalam perhambaan. Dan tidak ada jalan lain.

Ada seorang pemuda yang jatuh cinta dengan seorang gadis, atau ada seorang gadis yang jatuh cinta dengan seorang pemuda. Tetapi jika mereka memiliki sebuah pernikahan yang mulia, yang bernilai dan indah, dan hubungan keluarga yang harmonis, setiap orang dari mereka harus memberikan diri mereka satu sama lain: “Aku memnyerahkan hidupku kepadamu—untuk bekerja bagimu, untuk hidup bagimu, untuk mencintaimu, untuk menjagamu, untuk mencurahkan hidupku kepadamu, semuanya demi kamu.” Sebuah kesukarelaan, memilih perhambaan—dan tidak ada keluarga yang dapat harmonis tanpa hal itu.

Demikian juga hubungan kita dengan Allah, dengan Tuhan kita. Untuk menjadi budak Kristus, kita dipenuhi dengan semua kebebasan yang mulia yang ada di dalam kemurahanNya dan tanganNya yang penuh kuasa.

Dan saya menyampaikannya dalam tiga cara: Dia membebaskan kita dari perbudakaan pikiran kita—“Kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”

Dia membebaskan kita dari perbudakan keinginan kita—menyerah kepada Kristus dan kita bebas.

Dan Dia membebaskan kita dari perbudakan jiwa—kita diangkat kedalam kehadiran Allah sorgawi.  

Yang pertama, perbudakan jiwa. Betapa tragis! Betapa menyedihkan: Betapa banyak orang-orang dan umat manusia yang menyerahkan jiwa-jiwa mereka, menukar hidup mereka, untuk hal-hal materi, untuk hadiah yang murahan dari dunia ini! Untuk itulah mereka hidup, berpikir, berencana dan bekerja—dan semua itu akan ditinggalkan.

Bebas dari perbudakan dunia ini. Jadi, kebebasan yang berada di atasnya adalah hidup untuk Allah, sama seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:1-2: “Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi yang akan binasa.”  

Dengarkanlah saya. Di sini ada seorang pria. Dan segala sesuatu disediakan bagi dia dengan gratis. Makanannya diberikan kepada dia. Dia tidak perlu khawatir terhadap makanannya.

Lihatlah dia. Tempat perlindungannya disediakan bagi dia. Dia tidak perlu khawtir akan hari esok. Akan ada selalu keamanan dan jaminan yang berada di atas kepalanya.

Dia tidak pernah dibebani oleh masalah kesehatan. Dia dirawat dengan baik. Akan ada seorang dokter dan perawat yang melayani dia.

Dia tidak perlu berpikir tentang masalah pakaian. Semuanya diberikan dan disediakan baginya. Dia tidak perlu khawair masalah pekerjaan. Dia memiliki sebuah pekerjaan yang diberikan kepadanya. Yang memiliki jaminan bagi dia.

Dan dia memiliki begitu banyak hal yang disediakan bagi dia. Mereka semua menjadi miliknya. Sebuah perpustakaan yang luas. Semua film yang suka dia tonton, yang dia kunjungi. Radio, tv yang disediakan bagi dia dan semua hal yang tidak dapat anda sebutkan menjadi miliknya.

Tetapi dia menghabiskan seluruh hidupnya di dalam penjara. Dia telah dihukum seumur hidup di dalam penjara.

Tidakkah kita melihat bahwa hidup tidak pernah dapat didefenisikan dalam bentuk ‘saya memiliki ini” dan saya “memiliki ini” dan “ini adalah milikku.” Mereka menarik jiwa untuk turun ke dalam dasar bumi yang paling bawah.

Kristus membebaskan kita dari perbudakan jiwa kita. Kita diangkat ke hadapan Allah. Hati kita berada di atas sana. Harta kita berada di atas sana. Upah kita berada di atas sana. Rumah kita berada di atas sana. Kepemilikan kita berada bersama dengan Allah. 

Kebebasan. Kemerdekaan. Kebebasan pikiran. Serahkanlah kepada Kristus dan pikiran anda akan bebas.

Tuhan kita menyampaikannya dengan cara ini: “Kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kemerdekaan—pengetahuan yang kita temukan di dalam Kristus, adalah kebenaran yang kita temukan di dalam Dia—di dalam Dia yang berkata, “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup.”

Kebebasan dari perbudakan pikiran kita. Ada sebuah jurang yang sangat dalam, sebuah jurang yang dalam yang memiliki perbedaan yang luas antara fakta yang kita ketahui dan kita tinggali di dalam hidup ini dan kebenaran Allah yang harus kita pelajari di dalam Dia. 

Fakta dan kebenaran. Di sini ada sebuah fakta. Seorang gadis berasal dari anda datang kemari. Dan dia menunduk. Dan memiliki sebuah biola. Dan bermain di sini di orkestra kita. Sekarang ini adalah fakta dari biola itu. Yaitu rambut kuda ditarik atas isi usus kucing dan kemudian terjadi vibrasi—itu adalah sebuah biola. Itu adalah fakta.

Kebenaran—kebenaran adalah musik. Dan biola itu, di tangan seorang pemusik yang berbakat, biola itu bernyanyi, menangis, meratap, mengagungkan, bersukacita, mengangkat jiwa kepada Allah. Itulah kebenaran. Itu adalah musik. Yang datang dari sorga. Itulah Allah.

Kebenaran dan fakta. Saya seringkali memikirkannya ketika saya membaca tentang para akademisi yang terpelajar. Dan mereka membutakan diri mereka terhadap rupa dan gambar Allah. Dan mereka memandang manusia hanya secara berdasarkan fakta-fakta yang mereka lihat. Melihat manusia yang ada di sana atau di sini, dia terdiri dari potassium dan magnesium dan hidrogen serta oksigen. Dia hanyalah sesuatu yang memiliki banyak struktur fisika. 

Kemudian mereka kembali ke dalam asal mula, yang mereka pikirkan. Dan manusia itu pada suatu waktu merupakan sebuah paramecium atau amuba. Kemudian di adalah seekor kepiting atau seekor bebek atau seekor hewan berkantong. Dan kemudian pada suatu hari, menjadi sebuah antropoida, dia berdiri dan berjalan tegak dan menjadi sebuah homo sapiens. Dan hanya itu.

Hanya itu. Mereka tidak pernah melihat kebenaran dari Allah yang Mahabesar, di dalam wajah anak-anak atau ayah atau ibu atau manusia adalah Allah—itulah kebenaran—atau, lebih tinggi dari apa yang disebut sebagai fakta kimia atau fakta sejarah.

Kebenaran—memerdekakan pikiran kita sehingga kita dapat mengenal kebenaran Allah. Mengapa, karena bagi kita yang berjalan di sekitar dan hidup dengan sebuah pikiran bahwa kita hanya sekedar binatang, sedang menghadapi kematian yang tidak dapat dielakkan dan menjadi debu tanah merupakan penyangkalan terhadap maksud dan tujuan Allah bagi kita—kebenaran menyediakan nilai bagi jiwa, terhadap kualitas kepada Allah.

Saya memiliki kebebasan lain yang dimerdekakan di dalam Kristus—dibebaskan dari perbudakaan keinginan. Betapa mudahnya bagi setan untuk mengikat kita! Dan kita diperbudak kepada sebuah pola hidup—untuk memutuskan, untuk memilih pilihan yang kita buat—diikat oleh kehendak.

Saya selalu memiliki beberapa orang yang saya kagumi, seperti yang anda ketahui—saya selalu mengagumi orang-orang yang terkemuka, seseorang yang terpelajar, seorang yang berpendidikan, yang merupakan seorang Kristen yang terkemuka, yang tidak dibatasi oleh sebuah prestasi intelektual yang sedikit, yang memiliki kemampuan dalam penemuan atau pengetahui tentang kehidupan ini. Tetapi dia mengangkat hatinya dan pikirannya serta jiwanya kepada kebenaran Allah yang abadi.

Saya banyak sekali mengagumi seorang akademisi yang terkemuka, sarjana yang terkemuka, yang juga menemukan kebenaran Allah. Dia melihatnya melampaui semua fakta-fakta dari ilmu pengetahuan dunia ini. Dia melihat tangan dari Pencipta yang Mahakuasa. Dia melihat Yesus.

Dan, salah satu orang itu adalah Henry Drummond.  Dia adalah orang Skotlandia, seorang sarjana yang terkemuka, seorang yang terpelajar dan berpendidikan.

Dia juga seorang Kristen yang hebat. Dia bekerja bersama Dwight L. Moody ketika Moody mengadakan kebaktian kebangunan rohani di Kepulauan Inggris.

Dia telah datang ke Amerika ini dua kali. Dia suka untuk mengajar di universitas. Dia sangat efekstif sebagai mediator tentang pikiran Allah, kebenaran di dalam Kristus.

Suatu ketika hal itu datang ke dalam pikiran saya, salah satu diaken menemui saya setelah kebaktian pada pukul 8:15, dan dia berkata, “Dr. Truett sangat suka menggunakan brosur kecil yang indah dan terkenal itu, yang ditulis oleh  Henry Drummond yang berjudul, “Hal yang Terbesar Di Dalam Dunia.” Itu adalah sebuah eksegesis. Sebuah khotbah ekspositor yang diambil dari 1 Korintus 13: Kasih—“hal Terbesar Yang Ada Di dalam Dunia,” yaitu kasih.

Dia berkata, “Dia telah menikahkan ayah dan ibu saya. Dan dia memberikan kepada semua pasangan itu sebuah salinan dari Henry Drummond  yaitu “Hal Terbesar yang ada Di Dalam Dunia,” kasih.

Sekarang, inilah yang disampaikan oleh orang itu. Selalu saja, ketika Allah memberikan dia kesempatan untuk berbicara, dia berbicara tentang Tuhan kita, memenangkan orang kepada Kristus.

Kemudian pada suatu hari dia duduk di atas sebuah kereta umum, disamping kusirnya. Dan sebagaimana tipikal dari orang yang luar biasa ini, dia mulai berbicara dengan kusir kereta itu—sebagaimana kusir itu memegang kendali kuda di tangannya, dia mulai berbicara kepada kusir itu tentang Tuhan dan mengundangnya untuk memberikan hidupnya kepada Yesus.

Tetapi kusir kereta itu sangat enggan. Dia memiliki sebuah kebiasaan di dalam hidupnya yang memisahkan dia dan Allah. Dan dia tidak berpikir bahwa dia mampu untuk menyerahkannya.

Jadi, sebagaimana mereka berada di sepanjang perjalanan, Henry Drummond berkata kepadanya, “Tuan, jika kuda ini, ketakutan dan melarikan diri dan anda membawa anda beserta dengan kereta ini ke dalam jurang, apa yang akan anda lakukan?

Dan, kusir itu berkata kepada Mr. Drummond, “Tuan, saya tidak akan berdaya. Saya tidak dapat melakukan apa pun.”

Kemudian, Drummond berkata kepada dia, ‘Tetapi seandainya, tempat di mana saya sekarang duduk, di sisi anda, seandainya di sana ada seorang supir yang cekatan, yang lebih kuat dari anda, yang dapat mengendalikan kekang dan menuntun kuda ini dan kereta ini dengan selamat. Apa yang akan anda lakukan?” 

Dan sang kusir menjawab, “Tuan, saya akan menyerahkan kendali kuda ini kepadanya. Saya akan meletakkannya di dalam tangannya.”

Dan Drummond berkata, “Seperti itulah undangan Kristus yang dapat anda lakukan: Untuk mengambil kendali hidup anda, kontrol hidup anda dan menempatkannya ke dalam tanganNya yang kuat dan ahli serta memiliki kemampuan, dan biarkan Dia menuntun anda.”

Pria itu melakukannya. Dan dia diubahkan.

Setiap orang yang menyerahkan kehendaknya dan takdirnya, semua faktor-faktor yang membuat dia sebagaimana adanya dia—setiap orang yang menyerahkan kepada Yesus Tuhan kita akan mendapati dirinya berubah. Dia akan menemukan dirinya dibebaskan. Dia akan menemukan dirinya menjadi ciptaan yang baru. Itulah kebebasan yang diberikan Kristus kepada jiwa yang menemukan pilihan dan perhentian di dalam Dia.

Lakukanlah. Maka anda akan memiliki hidup sekarang dan bersifat kekal, bagi anda dan bagi orang-orang yang anda kasihi. Lakukanlah.

Bolehkah kita berdiri bersama-sama?

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.