Daftar isi

GEMBALA YANG BAIK

(THE GOOD SHEPHERD)

 

Dr W. A. Criswell

 

11-1-87

 

Yohanes10:1-18

 

Dan sekali lagi, kami mengucapkan selamat datang kepada semua yang sedang mendengarkan ibadah ini baik melalui siaran radio maupun yang sedang menyaksikannya melalui siaran televise. Ini adalah Pendeta dari Gereja First Baptist Dallas, yang sedang menyampaikan khotbah.

Ini adalah sebuah eksposisi dari 18 ayat pertama dari Injil Yohanes pasal sepuluh. Dan jika anda mau membuka Alkitab anda di dalam Injil Yohanes pasal sepuluh, anda akan dapat dengan mudah mengikuti eksposisi ini. Yohanes pasal 10, dan khotbah kita ini berjudul: Gembala Yang baik.

Pasal itu dimuali dengan kata, “Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu.” Tidak ada pengecualian terhadap hal ini: Setiap kali Tuhan kita berkata, “Sesungguhnya,” Dia tidak sedang memperkenalkan sebuah tema atau diskusi yang baru. Akan tetapi, itu adalah sebuah lanjutan dari apa yang telah Dia sampaikan sebelumnya. Pasal 10 adalah sebuah alegori dari apa yang telah terjadi pada pasal 9. Dalam bentuk parabolik, Tuhan kita sedang berbicara tentang apa yang telah terjadi dalam pasal sebelumnya.

Dalam pasal 9, yang merupakan eksposisi minggu pagi yang lalu, Tuhan kita telah menyembuhkan seseorang yang buta sejak lahir. Karena pujiannya terhadap Tuhan yang telah mencelikkan matanya, dia diusir, dia dikeluarkan dari sinagoge.

Orang-orang ini adalah para pencuri dan para perampok: Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang tidak menyetujui Firman dan pesan Tuhan kita.

Tetapi Yesus menemukannya. Dia mencari dia, dan menemukannya, orang yang telah diusir ini. Itu adalah sebuah gambaran, sebuah perumpamaan, sebuah alegori dari gembala yang baik yang mencari dombaNya yang hilang.

Dan, orang itu, setelah ditemukan, menyembah Tuhan, percaya di dalam Dia, menerima Dia bahwa Allah telah mengutus Dia untuk menjadi Juruselamat dunia. Dan itu adalah gambaran keintiman, hubungan antara Tuhan kita dan domba-dombaNya.

Jadi, hal itu dimulai dengan, “Sesungguhnya.” Kemudian hal itu diulang lagi dalam ayat 7: “Maka kata Yesus sekali lagi: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya akulah pintu ke domba-domba itu.”

Ayat 9: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.”

“Akulah pintu”: Ketika anda menjelajahi daerah di sekitar Palestina, seperti yang saya lakukan beberapa kali, salah satu cirri-ciri topografi dari pemandangannya adalah padang pengembalaan, sebuah pagar batu, dan seringkali di dalamnya terdapat rumah dari batu karang, dan selalu itu merupakan sebuah tempat masuk, sebuah pintu. Sebuah tempat yang jelas dan sederhana: sebuah pintu untuk masuk ke dalam, untuk keluar, sebuah gerbang. 

Dan, Tuhan kita berkata, “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat—Akulah he thura, pintu.”  Seringkali di dalam pasal ini, dan di dalam Injil Yohanes, anda akan menemukan formula dari ungkapan itu: “Ego eimi—Akulah.”

Sebagai contoh, di dalam pasal empat belas: “Ego eimi, Akulah,  he hodos, kai he aletheia, kai he zoe—Akulah jalan, Akulah kebenaran, Akulah hidup.”—Sama seperti ini:  “Ego eimi he thura—Akulah pintu.”

Tidak ada jalan lain, yang di dalamnya kita dapat selamat. Tidak ada jalan lain, yang melaluinya kita dapat mendekati Allah, Yehova, Bapa. Hanya satu pintu. Hanya satu jalan.

Hanya ada satu Juruselamat, dan itu adalah Tuhan kita Yesus Kristus: Satu pintu. Saya berharap sedainya saya bisa—hal ini datang ke dalam pikiran saya—seandainya saya dapat mengulangi nyanyian yang singkat itu. Ketika saya menjadi pendeta di sebuah desa yang kecil, saya juga merupakan seorang pemimpin pujian. Dan saya selalu memiliki sebuah paduan suara anak-anak, dan saya akan mengajar paduan suara junior itu sebuah lagu singkat untuk dinyanyikan, dan ini adalah salah satunya:

 

Satu pintu, dan hanya satu,

Dan kemudian, sisinya ada dua.

Aku berada di dalam;

Dan di sisi manakah engkau?

 

Saya memiliki hal yang ditunjukkan kepada anak-anak kita: “Aku berada di dalam; di sisi manakah engkau?”

Hal itu benar secara teologi. Tidak ada jalan lain yang olehnya kita dapat selamat. Hanya ada satu jalan bagi kita untuk mendekati Allah, dan itu hanya melalui Yesus Tuhan kita.

Hanya ada satu pintu untuk masuk ke dalam bahtera Nuh dan banjir Bah. Hanya ada satu jalan untuk dapat selamat. Di dalam menyembah Allah di Kemah Suci, hanya ada satu pintu ke hadapan Allah Yehova.

Kebenaran selalu bersifat terbatas dan seksama. Dua ditambah dua tidak pernah empat setengah atau tiga koma tujuh delapan. Dua ditambah dua selalu empat.

Semua kebenaran merupakan terbatas dan seksama, dan sama halnya dengan kebenaran teologia. Kita diselamatkan melalui Yesus Kristus Tuhan kita, satu-satunya pintu, tempat masuk kita ke dalam sorga.

Dia memiliki  ego eimi—Akulah, yang lainnya, di dalam ayat  11: “Akulah gembala yang baik”; dan di dalam ayat 14: “Akulah gembala yang baik.” Ketika saya membaca hal itu, seperti yang ditulis oleh Yohanes, saya sangat terkejut terhadap kata yang digunakannya untuk kata “baik.”

Kata untuk “baik” adalah  agathos.  Ketika anda memiliki sebuah bentuk feminim dari hal itu,  agathe, seringkali seorang anak perempuan, akan bernama Agatha.  Itu adalah kata Yunani untuk “baik.”

Ketika orang muda yang kaya itu bersujud di hadapan Tuhan di Perea, di sisi lain sungai Yordan, dia berkata kepada Tuhan:  “Didaskale agathe, Guru yang Baik, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Saya berpikir bahwa kata itu yang terdapat di sini adalah: agathos, “baik.”  Tetapi tidak demikian.   Ego eimi, Akulah, poimen--poimen adalah kata untuk “gembala.”  Itu juga adalah kata untuk “pendeta,”  poimen, “gembala, pendeta.”  Akulah  poimen, gembala dari—dan kata yang digunakan adalah  kalos—bukan agathos,tetapi kalos

Jadi,  kalos kata Yunani untuk keindahan, terhormat, negarawan, sorgawi. Tuhan kita adalah gembala sorgawi. Dia adalah gembala bangsawan. Dia adalah gembala yang terhormat. Dia adalah gembala yang indah, gembala dari jiwa-jiwa kita: Tuhan Yesus.

Ah, betapa mulianya, Dia menjelaskannya di sini, di dalam ayat tiga: “Dia menuntun mereka keluar.” Dan di dalam ayat 4: “Ia berjalan di depan mereka.”

Tidak ada pengalaman, tidak ada kesulitan, tidak ada jalan kecil yang kita alami atau yang kita lalui atau jalani di dalam hidup kita, dimana Dia tidak mendahului kita. bagaimana dengan masa kanak-kanak? Dia merupakan seorang bayi yang lahir di Betlehem. Masa muda? Dia bertumbuh di dalam sebuah rumah di Nazareth, di sebuah keluarga tukang kayu. Ketika Dia berusia dua belas tahun, dia sedang berada di Bait suci dan berbicara dengan doktor-doktor hukum.

Bagaimana dengan kelelahan dalam pekerjaan? Di duduk kelelahan di tepi sumur. Bagaimana dengan pencobaan dan kerja keras serta pencobaan? Apakah ada orang yang pernah dicobai sama seperti Tuhan kita? Bagaimana dengan dukacita di dalam pengalaman kehidupan? Dia adalah “seseorang yang biasa menderita dan penuh dengan kesengsaraan.”

Bagaimana dengan pengkhianatan? Dia telah berada di dalam tangan musuhNya. Bagimana dengan penolakan atau caci maki? Tidak ada seorang pun yang pernah mengalami hal itu, lebih dari pada apa yang telah dialami Tuhan kita sepanjang sejarah literatur manusia. Dan apakan Dia meninggal? Dia juga dibungkus dengan kafan, masuk ke dalam kuburan batu dan dikuburkan di perut bumi.

Dia telah mendahului kita. Tidak ada pencobaan atau penderitaan atau kesulitan atau luka yang akan anda alami yang tidak dialami oleh Tuhan terlebih dahulu sebelum anda.

Itulah sebabnya, ketika kita datang kepadaNya, Dia mengerti dan memahami semuanya tentang kita. Anda dapat berbicara kepadaNya sebagai seorang sahabat yang mulia, sahabat yang dekat, sahabat yang memahami anda—Sang gembala yang baik.

Tidak hanya itu, tetapi di sana ada sebuah keintiman antara Dia dan kawanan dombanya yang digambarkan dengan indah: “Dia memanggil domba-dombaNya masing-masing menurun namanya, dan mereka mengikuti Dia, sebab mereka mengenal suaraNya.” Sebuah penjelasan yang indah dari hubungan Tuhan dengan kawanan dombaNya, bersama dengan umatNya! Itu sangat berbeda dari apa yang kita tahu dan yang kita alami serta kita lihat di dunia Barat kita—di dalam budaya Barat kita.

Keluarga saya—keluarga ibu saya memiliki peternakan domba yang besar di West Texas. Saat saya masih kecil, saya akan berkunjung ke sana. Ketika anda pergi ke New Mexico dan Arizona sekitarnya, anda akan melihat peternakan yang besar itu.

Dan peternakan yang luas merupakan investasi. Dan mereka memiliki jumlah yang banyak sekali. Dan, anda tidak dapat menuntun domba-domba, anda mengendalikannya. Kawanan domba yang besar itu dikendalikan.

Itu adalah gambaran di dunia Barat di dalam budaya Barat. Tetapi di Timur dan di Palestina, hal itu sangat berbeda. Di sana, gembala akan hidup bersama dengan kawanan dombanya, dan dia mengenal setiap dombanya dengan nama mereka masing-masing.

Suatu kali, saya mengambil gambar dari seorang pemuda di Negev, Hebron bagian selatan. Dia memiliki sebuah seruling yang terbuat dari semacam buluh. Dan dia sedang memainkan serulingnya. Dan kawanan domba yang kecil itu mengikutinya, dan dia memimpim domba-domba itu ke padang rumput, menuntun mereka ke air—sebuah hubungan yang akrab. 

Dan Tuhan kita berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik di dalam hubungan itu, persekutuan itu. Kita bukan merupakan sebuah  angka dalam keluarga sorga, ataupun kita adalah seseorang dari sebuah kawanan yang sangat banyak. Kita adalah seseorang di dalam pandanganNya, dan kita berharga di dalam kasihNya yang memelihara. Dia memanggil kita dengan nama kita dan Dia mengetahui segala sesuatu tentang kita.

Ya, Allah, betapa merupakan sebuah pengajaran kasih sayang: Tuhan kita dan umatNya, yaitu anda! Dan di sana ada sebuah daya tarik yang besar bagi Tuhan kita yang tidak dapat disangkal dan bersifat kekal. Ada sesuatu yang menarik kita kepadaNya. Sama seperti sebuah tanaman yang berada di lantai dasar yang gelap yang ditarik ke arah cahaya, demikian juga kawanan domba akan ditarik kepada Tuhan.

Setiap kejadian-kejadian yang ada di dalam hidup anda, khususnya jika hal itu memiliki nada kesedihan dan rasa sakit dimana anda akan menemukan diri anda berbicara tentang hal itu, dan membawanya kepada Tuhan Yesus. Itu adalah sebuah jalan, yang menarik anda kepada Juruselamat kita. Dan betapa mulianya, hanya bersujud di hadapanNya dan untuk membaringkan semua rasa sakit dan kedukaan dan masalah-masalah hidup di hadapanNya, hanya berbicara kepadanya sebagai seorang sahabat kepada seorang sahabat.

Kemudian, Dia menambahkan  di dalam ayat enam belas ini: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang harus Aku tuntun.” Selain kawanan domba yang ada di sini, ada kawanan domba lain yang untuk mereka hati Tuhan juga tercurah keluar—domba-domba yang lain.

Saya menandai hal itu, ketika saya membaca Kitab Suci, sama seperti ketika mempersiapkan khotbah pada jam ini, ada sesuatu hal yang terjadi dalam beberapa hari ini yang datang ke dalam hati saya dan maknanya makin jelas, ketika saya membaca Firman Allah. Dan inilah salah satunya: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini—mereka berada di luar sana—domba-domba itu harus Kutuntun juga.”  

Seperti beberapa orang dari anda ketahui, selama bertahun-tahun, saya berharap dan berdoa agar Allah memberikan kita sebuah stasiun televisi yang dapat menyiarkan ibadah bagi domba-domba yang berada di luar sana: Yang jumlah ada ribuan dan ribuan keluarga, rumah tangga yang kedalamnya pesan dari Tuhan kita di dalam anugerahNya dan kebaikanNya dapat diundang, dimana orang-orang dapat mendengar, dan khususnya dan secara istimewa merupakan sebuah tayangan langsung, sehingga mereka dapat mendengarnya sama seperti kita di tempat ini, di dalam kawanan domba yang berada di ruangan ini, di dalam kumpulan domba ini.

Jadi, saudara yang terkasih—beberapa hari yang lalu, ada dua stasiun televise di kota Dallas ini, dua stasiun TV yang luar biasa yang telah datang kepada kita dan menawarkan kepada kita untuk menyiarkan secara langsung ibadah kita dari jam tujuh hingga jam dua belas; pada jam ibadah ini. Oh, Tuhan, betapa sebuah berkat yang luar biasa ketika keputusan itu telah dibuat, kita berkata kepada salah satu stasiun itu, “Dengan rasa bahagia dan terima kasih yang mendalam serta dengan ucapan syukur kepada Allah, kami menerima undangan itu. Dan segera akan dimulai, bahwa kita akan memiliki siaran langsung dari televisi, yaitu ibadah kita pada setiap hari Tuhan, dari jam tujuh hingga jam dua belas setiap Minggu pagi.”  

Bagi kita untuk melakukan hal itu, hal itu akan mengambil sesuatu hal yang lain selain dari waktu kita, hanya sejumlah kecil hadiah. Bagi satu atau dua atau tiga orang dari kita untuk melakukan hal itu melalui perluasan sebuah program televisi, hal itu merupakan sesuatu yang berjumlah sangat besar. Hal itu akan terlalu banyak. Tetapi bagi ribuan orang dari kita yang berbagi di dalamnya, ribuan orang dari kita, selain dari perpuluhan kita, hanya sebuah hadiah, kita dapat melakukannya.

Dan dengan sederhana saya berdoa, O, Tuhan: di dalam kebaikanMu, bergerak di dalam orang-orang kami dan jemaat kami serta kawanan domba kami. Tuhan kami yang terkasih, dalam beberapa hari ini, mungkin kami akan mengadakan siaran langsung melalui televisi, ibadah kami yang kami lakukan setiap minggu pagi dari pukul tujuh hingga pukul dua belas; kami berdoa kepadamu untuk paduan suara yang akan bernyanyi dengan indah; orkestra yang akan mengiringinya dengan luar biasa, jemaat kami yang berdoa untuk jam itu, pendeta yang akan mempersiapkan khotbah, bagi ratusan ribu keluarga yang akan menyaksikannya dan seruan yang akan kami buat agar kami mengasihi dan menyembah dan meninggikan, dan menerima, serta percaya dan melayani Juruselamat kami yang mulia. O Allah, “Domba-domba lain yang saya miliki yang tidak berasal dari kawanan ini, mereka juga harus saya tuntun.”

Dan,  di dalam pasal 10 ayat 11: “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”—diulang kembali dalam ayat 15: “Dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu.”

Dan ayat 17: “Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali.” Dan ayat 18: “Tidak seorang pun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri.”             

Hidup Tuhan kita diberikan bagi domba-dombaNya, Dia mengajukan hal itu dengan kata-kata:

 

Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan. Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

 

Biarkan saya mempercayakan diri saya kepada para filsafat dan ilmu pengetahuan bayangan atau kepada pemimpin yang pandai berpidato. Dan ketika hari-hari yang jahat datang, sesuatu yang tidak dapat dielakkan, dan saya menghadapi kematian yang dalam dan gelap,  lubang yang tak berdasar, jurang yang tidak terperikan yang terletak di baliknya, lalu siapa yang akan berdiri di samping saya?

Apa yang dapat dilakukan oleh filsafat itu untuk menolong saya, menuntun saya dan menyelamatkan jiwa saya yang malang? Apa yang dapat disampaikan oleh ilmu pengetahuan bayangan—yang akan menjadi sahabat saya dan penasihat saya di hari penghakiman Allah yang Mahatinggi? Apa yang dapat dilakukan oleh pemimpin yang pintar berpidato itu untuk membawa saya melalui  laju dan terik pasang dari Sungai Yordan?

Siapa yang akan berdiri di samping saya? Dia yang akan berdiri di samping saya. Siapa yang akan membawa saya melewati banjir besar itu? Dia yang akan melakukannya. Siapa yang dapat memegang tangan saya dan menguatkan saya serta memberi kelegaan kepada saya? Dia yang dapat melakukannya. Siapa yang akan menjadi penasehat saya dan pengacara saya di hadapan pengadilan Allah Yang Mahatinggi? Yesus, Yesus yang akan melakukannya.

Dia adalah sahabat saya dan pengacara saya, dan Dia memberikan hidupNya kepada kita. Betapa merupakan anugerah yang sukar untuk dipercayai, menempatkan kita di dalam bagian Allah sendiri. Dia memberikan hidupNya bagi kita. Bahaya begitu hebat dan kutukan itu sangat tajam dan tragedi begitu serius. 

Tuhan Allah, di masa kematianku penghakiman yang akan mengikutinya, ya Allah, siapakah yang akan mengawasiku? Dialah Yesus. Seorang pemuda pengembala, yaitu Daud berkata, “Aku melindungi kawanan dombaku dari singa dan beruang,” dan katanya lagi, “aku tidak takut terhadap Goliath ini.”

Demikian juga Yesus. Dia mencurahkan darahNya dan hidupnya dan mengorbankannya bagi kita dan menanggung penghukuman atas dosa-dosa dan kesalahan kita. Dan kematian, di dalam tanganNya yang mulia, adalah sebuah pintu yang terbuka untuk masuk ke dalam sorga.

Dan Dia berkata, “Tidak seorang pun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri.” Saat pertama kali saya membaca hal itu, saya berpikir bagaimana mungkin hal itu terjadi? “Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Tidak seorang pun yang dapat mengambilnya dari padaKu.”

Mereka mengambil hidupNya. Mereka menyalibkan Dia. Mereka telah melakukannya yaitu mereka mengambil nyawaNya. Tetapi Dia berkata, “Tidak seorang pun yang dapat mengambilnya dari padaKu.”

Kemudian, saya ingat, bahwa itu merupakan kehendak Tuhan sendiri untuk memberikan diriNya kepada orang-orang itu, dan Dia berkehendak dan secara sukarela memberikan diriNya sendiri kepada orang-orang yang memakukan tangan dan kakiNya dan orang yang menikam lambungNya. Dia memberikannya menurut kehendakNya sendiri, sebab tidak seorang pun yang dapat menyentuhNya atau menyakiti Dia atau memukul Dia atau menyalibkan Dia Dia tidak memberikannya sendiri untuk penderitaan dan kematian yang seperti itu.

Ketika orang-orang di Nazareth marah mendengar perkataanNya, mereka membawa Dia ke tebing gunung, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Kitab Suci berkata, “Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” Mereka bahkan tidak dapat menyentuhNya. Ada sebuah kekudusan dan kesucian dan kebesaran dan hal sorgawi tentang Yesus. Mereka bahkan tidak dapat menyentuhNya.

Atau peristiwa yang lain, ketika tentara Romawi dan orang banyak dari bait Allah datang ke taman Getsemani untuk menangkap Dia. Mereka berkata, “kami sedang mencari Yesus dari Nazareth.”

Dan Dia menjawab, “Akulah Dia.’ Dan ketika Dia berkata, “Akulah Dia,” mereka jatuh tersungkur ke tanah.

Atau lihat lagi, ketika Simon Petrus menghunus pedangnya dan memotong telinga Malkhus, hamba imam besar Kayafas. Tuhan kita berkata kepadanya, “Petrus, sarungkan pedangmu itu. Jika Aku mau, Aku dapat berseru kepada BapaKu, supaya ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat, 72.000 malaikat, untuk melindungi Aku.”

Maukah anda memikirkan peristiwa itu? Di dalam Kitab Yesaya pasal tiga puluh tujuh, sanherib, Jendral asyur dari Niniwe, dengan seratus ribu pasukan mengepung Yerusalem dan mengirim sebuah surat kepad Hizkia, meminta penyerahan tanpa syarat, dan itu akan menjadi tragedi bagi bangsa itu.

Dan Hizkia mengambil surat itu dan pergi ke Bait Allah dan meletakkannya di hadapan Allah. Dan ketika dia berlutut di hadapan Yang Mahakuasa, Yesaya diutus oleh Tuhan kepadanya dan berkata, “Peperangan itu bukanlah milikmu tetapi milikKu.”

Dan pada malam itu, Allah mengirim sseorang malaikat, yang melenyapkan seluruh pasukan Sanherib. Dan Pada pagi hari, raja Niniwe menghitung tentara yang tewas, yaitu sebanyak 185.000, seperti yang disebutkan oleh Alkitab. Dan itu hanya dilakukan oleh satu orang malaikat. Itulah Allah.

Dan Tuhan berkata, “Jika Aku mau, Aku dapat berseru kepada BapaKu, supaya ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat, 72.000 malaikat.” Dia melakukannya dengan sukarela. Tidak seorang pun yang dapat mengambil nyawaNya dari padaNya. Dia menyetujui tanpa bantahan di dalam pengorbananNya sebagai tebusan yang besar bagi dosa-dosa kita, sehingga kita beroleh selamat. Dia telah memberikan diriNya sendiri kepada kita.  

Di dalam Perang Dunia yang terakhir ini, seorang ibu turun ke dok kapal untuk menyambut putranya. Dia telah terluka di dalam perang. Dan ibu itu tidak tahu seberapa parah anaknya itu telah terluka. Dan ketika kapal itu datang, dia berada di dok itu untuk menerima kembali anaknya laki-laki.

Dengan berdiri di sana, dia melihat para prajurit yang turun dari kapal itu. Hal pertama yang datang adalah orang-orang sakit yang dapat berjalan. Dan kemudian selanjutnya yang keluar dari tangga kapal adalah orang-orang yang berada di kursi roda. Dan dia mencari wajah dari setiap wajah orang, dan dia menemukan anaknya berada di atas kursi roda yang ditutupi dengan sebuah selimut tentara. Dia bergegas menghampiri kursi roda tersebut. Dan berbicara kepada anaknya itu, dan dia berkata, “Nak, lihatlah ibumu yang tua ini!”

Dan pemuda itu menjawab, “Ibu, aku tidak bisa. Aku telah kehilangan mataku.”

Dia berkata, “kalu begitu berdirilah. Sambutlah ibumu ini!”

Dan pemuda itu menjawab, “Ibu, saya tidak bisa. Paha saya telah hilang.”   

Ibunya kemudian berlutut disampingnya dan berkata, “Kalau begitu letakkanlah lenganmu ke bahu ibumu yang tua ini.” 

            Dan putranya itu menjawab, “Ibu, saya tidak bisa. Lengan saya telah hilang.”

            Ibunya menjerit dengan histeris, “Oh anakku! Ini adalah perang yang sangat mengerikan. Kamu telah kehilangan matamu. Kamu telah kehilangan kakimu. Kamu telah kehilangan lenganmu. Kamu telah kehilangan tanganmu. Kamu telah kehilangan semua bagian tubuhmu.” 

            Dan pemuda itu menjawab, “Kehilangan mereka? Tidak ibu, saya telah memberikan mereka.”

Alasan bagi kita untuk berada di sini pada hari ini, bebas untuk berkhobah dan untuk menyembah dan berseru kepada nama Tuhan—pemuda itu dan orang-orang seperti dia yang telah memberikan dirinya sendiri. Inilah Juruselamat kita: Kasih Allah yang berlimpah, begitu indah, lembut, penuh pemeliharaan dan bersifat kekal. Oh, bagaimana kita dapat membalasnya selain memberikan respon dengan pujian dan kasih kepada Juruselamat kita yang luar biasa yaitu Tuhan Yesus.

Sekarang, bolehkah kita berdoa?

Gembala Yang Agung, utusan dari sorga yang telah memberikan nyamaMu bagi kami, ya, Allah yang di sorga, betapa kami mengagungkan namaMu atas karunia dari Tuhan kami Yesus, yang mengasihi kami, yang peduli terhadap kami, yang mencari kami, yang telah mati bagi kami, yang telah bangkit untuk kami, sebagai perantara bagi kami, dan tangan yang terbentang menunggu kami. Dan Tuhan kami, di dalam kasih kami, hari demi hari, kami mempersembahkan kepadaMu pujian dan penyembahan dari jiwa kami yang terdalam. Buatlah saat ini, sebagai bukti dari kasih kami yang benar, penyembahan kami yang benar dan pujian atas apa yang telah Engkau lakukan bagi kami.

Dengan kepala yang tertunduk, seseorang dari anda, yang pada hari ini membuka hati anda kepada Tuhan Yesus, katakanlah: “Pendeta, Dia telah berbicara kepadaku, dan aku menjawabnya dengan seluruh hidupku.”

Di dalam baris pertama dari stansa yang pertama pada himne undangan ini, mari datanglah, untuk mengakui Tuhan sebagai Juruselamat anda, membuka hati anda bagi Dia, mungkin sebuah keluarga dari anda, yang mau datang ke dalam persekutuan jemaat kita yang terkasih ini, atau sebuah pasangan dari anda, yang ingin membangun keluarga anda berdasarkan Tuhan, mari datanglah, sebagaimana Tuhan menekankan seruan itu ke dalam hati anda.

Buatlah keputusan itu sekarang. Katakanlah, ya, sekarang. Berdirilah bersama dengan kami saat ini. Menyembah Tuhan saat ini. Melayani Tuhan bersama dengan keluarga kami yang terkasih.

Dan, Juruselamat kami, kami mengasihi Engkau. Memuji Engkau, ya Allah. Semoga hati hati melimpah dengan kasih yang mengucap syukur yang timbul untuk di dalam melayani Engkau sampai selamanya. Di dalam namaMu yang mulia, Amin.  

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.