PARA PENGHUNI SORGA
(THE KIND OF FOLKS IN HEAVEN)
Dr. W. A. Criswell
11-29-87
Yohanes 10:16
Ini adalah pendeta dari Gereja First Baptist Dallas yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Jenis Dari Orang-Orang Yang Berada Di Sorga—jenis dari orang-orang yang berada di kemuliaan. Ini sebuah khotbah tekstual dari Injil Yohanes pasal sepuluh, sepanjang pasal dan kitab yang sedang kita khotbahkan.
Kita telah sampai kepada ayat 16. Yohanes 10:16—jenis dari orang-orang yang berada di dalam sorga:
Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan medengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Alkitab akan menyingkapkan bagi kita banyak hal tentang rumah kita yang kekal. Itu adalah sebuah kota yang indah. Dindingnya terbuat dari yaspis. Gerbangnya terbuat dari perak. Dan jalanannya terdiri dari emas. Dan Sungai Kehidupan mengalir di tengah-tengahnya.
Tetapi kita tidak akan memikirkan tentang kota itu sendiri. Hari ini, kita akan melihat orang-orang yang berada di sana. Jenis apakah mereka? Dari manakah mereka berasal? Seperti apakah mereka? Siapa yang ada di sana?
Di dalam pembacaan saya minggu ini, saya melewati sebuah puis yang lucu: “Well, Look Who's Here” (Baiklah, Lihat Siapa Yang Ada Di Sini)—Itu adalah judul dari puisi itu.
Saya telah bermimpi, kematian datang malam di malam yang lain
Dan pintu sorga dengan lebar
Dengan kebaikan anugerah seorang malaikat
Mengantar saya ke dalam
Dan di sana, yang mengejutkanku
Berdiri orang-orang yang tidak kukenal di bumi
Beberapa diantaranya aku nilai tidak cocok
Dan sangat sedikit yang layak
Kata-kata yang marah bangkit ke bibirku
Tetapi tidak terucapkan
Sebab setiap wajah menunjukkan keterkejutan
Tidak seorang pun yang mengharapkanku
Siapakah orang-orang yang berada di sorga? Seperti apakah mereka? Dari manakah mereka berasal?
Teks kita:
Domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan medengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Jadi, pengakuan kita yang pertama: kita semua akan berada di sana bersama-sama—satu kawanan, satu gembala; beberapa diantara dekat, beberapa diantara jauh.
Tetapi, kita semua akan berada di sana bersama-sama.
Di sini anda memiliki dua kata yang berbeda yang diterjemahkan dengan “kawanan.” Aule: Bukankah itu aneh--aule? Itu mengacu kepada sebuah kawanan domba di mana mereka berkumpul bersama-sama. Kata itu juga digunakan di beberapa tempat untuk sebuah istana, sebuah rumah yang indah.
Kita semua berada di dalam satu kawanan.
Dan di bawah sini: “Dan mereka akan menjadi satu kawanan, dan satu gembala”—sebuah kata yang berbeda, poimne, poimne—seperti poimen, “gembala.” Poimne adalah sebuah kawanan.
Kita semua akan menjadi satu kawanan, yang dikasihi dan mengikuti satu gembala—kita semua bersama-sama, di sana bersama dengan Tuhan. Bagaimanapun, kita merupakan masyarakat sosial di sini, kita semua. Orang Indian yang hidup sendirian berpisah dan terpencar di daratan tengah Amerika, sekali setahun akan berkumpul bersama-sama dengan Indian lainnya untuk sebuah pertemuan. Atau orang-orang Eskimo di Artik berkumpul dengan orang-orang Eskimo lainnya dari setiap tempat mereka berasal, untuk mengadakan permainan.
Berkendaraan sepanjang Arizona, di tempat yang paling terpencil dan jauh dari jalan raya, saya datang melintasi sebuah kabin koboi. Dan ketika saya melihat ke arah kabin itu, di tempat itu, di dalam jendelanya saya melihat tirai-tirai yang indah.
Di dalam kabin itu terlihat jelas, tinggal seorang istri. Dan dia sedang membuat sebuah tempat yang cantik bagi seseorang yang berkendaraan lewat dan melihat ke arah itu atau seorang tamu yang akan datang dan menikmati hal itu. Kita merupakan makhluk sosial.
Suatu ketika saya berkata kepada seorang pemimpin dari perusahan serikat yang besar—saya berkata kepada Dia, “Siapakah yang aakan memiliki investasi yang besar dan luas dari perusahaan serikat ini?”
Dan dia berkata, “Sebenarnya, yang akan memilikinya adalah orang yang bertahan hidup paling akhir.”
Dan saya berpikir tentang perusahaan yang besar itu, seperti Prudential dan Metropolitan dan Equitable, dengan jutaan dan jutaan asset yang mereka miliki. Dan orang yang akan memilikinya adalah orang yang terakhir—yang bertahan hidup paling lama.
Dan saya dapat membayangkan orang itu. Dia datang untuk menempati dan memiliki asset yang luas itu. Kemudian, dia berjalan di sekitar kota kita dan gedung-gedung pencakar langit di sekitar gereja kita. Mereka semua adalah miliknya. Dan sistem kereta api ini, adalah miliknya. Dan kepemilikan real estate, semuanya juga adalah miliknya. Dan dia berjalan disekitar itu semua dan melihat semunya.
Dia dan hanya dia sendiri. Tidak ada orang yang bersama dia. Tidak ada orang yang berada di jalanan, tidak ada orang yang berada di rumah. Betapa miskinnya dan melaratnya—prospek yang mogok.
Kita merupakan makhluk sosial, hidup bersama-sana. Dan sebagaimana kita di sini, demikian juga dengan di sana. Kita akan menjadi makhluk sosial di sana.
Jika anda anda tidak berada di sana. Saya juga tidak ingin berada di sana. Betapapun indahnya kota itu, dengan jalan yang terbuat dari emas dan gerbang permatanya, jika anda tidak berada di sana, maka hal itu tidak berarti apa-apa bagi saya.
Saya berpikir tentang seorang gadis kecil ketika ibunya meninggal. Dia telah dibawa pergi dari rumahnya. Dan setelah beberapa hari, gadis kecil itu dibawa kembali pulang. Dan gadis kecil itu pergi ke tiap-tiap ruangan, untuk mencari ibunya. Dan ketika dia diberitahukan bahwa ibunya tidak berada di sana, dan tidak akan pernah kembali, gadis kecil itu berkata, “Kalau begitu bawalah saya pergi. Saya tidak ingin berada di sini tanpa ibu saya.”
Kita juga sama. Adalah anda yang membuat sorga.
Saya ingat kesaksian dari seseorang yang sudah tua, ketika dia masih muda, dia berpikir bahwa sorga adalah tempat yang terdiri dari tembok yaspis, gerbang permata, dan malaikat yang putih serta sekumpulan orang-orang yang asing—tidak ada seorang pun yang dia kenal. Dan kemudian dia berkata, dalam hari yang terus berlalu, saudaranya yang kecil meninggal. Dan dia berpikir tentang sorga sebagai tempat yang temboknya terbuat dari yaspis dan gerbang perak, malaikat yang serba putih, sekumpulan orang-orang asing dan satu wajah kecil yang dia kenal. Kemudian dia berkata, dalam tahun-tahun yang terus berlipat ganda dan sekarang dia telah menjadi tua—dia berkata, “Saya tidak pernah lagi berpikir bahwa sorga sebagai sebuah tempat yang dindingnya terbuat dari yaspis dan emas dan permata dan malaikat putih,” Dia berkata, “Saya memiliki lebih banyak di sana dari pada di sini. Dan saya memikirkan sorga sekarang ini sebagai sebuah tempat dari orang-orang yang saya kasihi yang telah hilang untuk sesaat.” Itulah sorga. Dan anda yang membuatnya demikian.
Maukah anda menandai teks ini? Betapa banyak macam orang yang akan menjadi kumpulan kita: “Domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan medengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Betapa sebuah kelompok yang akan terdiri dari banyak macam orang. Di dalam Kitab Matius pasal delapan, di situ dikatakan, “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam kerjaan sorga.” Betapa merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari bermacam-macam orang.
Betapa hebatnya, sangat menarik sekali! Pikirkan tentang semua keluarga Allah yang berkumpul dari ujung-ujung bumi yang akan berada di sana, dan di dalam sebuah kumpulan yang besar, memuji Allah, mengasihi Tuhan bersama-sama.
Suatu kali, saya menghabiskan sekitar seminggu di Oslo, ibukota Norwegia. Ketika saya datang ke ruangan gereja seperti hari ini, Dr. Charles McLaughlin berkata, “Pendeta, apa yang telah anda sampaikan tentang pengalaman anda di Skandinavia, sungguh-sungguh berarti bagi saya.”
Anda tahu, dia telah ditembak dalam sebuah pesawat di atas Jerman di dalam Perang Dunia II dan berusaha untuk melintasi jalanan untuk pergi ke Swedia dan telah diasingkan sebagai seorang tahanan perang di Swedia.
Jadi, ketika saya berada di Oslo, saya pergi ke gereja Baptis di sana, di kota Norwegia, dan bertemu dengan seorang diaken yang saleh beserta dengan keluarganya. Dan di dalam pemeliharaan Allah, saya pergi berkeliling bersama dengan dia sepanjang hari di Oslo. Dan dia mengundang saya untuk makan malam—memiliki waktu yang indah bersama dengan dia dan keluarganya.
Kemudian di dalam perjalanan kami selama berkeliling, dia berbicara kepada saya tentang banyak hal di dalam hidupnya. Dan salah satunya berhubungan dengan pendudukan Nazi Jerman atas Norwegia selama lima tahun.
Dia berkata bahwa orang-orang Jerman itu telah mengambil alih gereja Baptis mereka dan mengubahnya menjadi sebuah gudang penyimpanan. Dan mereka akhirnya mengadakan pertemuan dalam sebuah ruangan yang disewa.
Kemudian, pada satu hari Minggu, datanglah seorang tentara Nazi. Dia berkata, “Setiap orang di gereja itu siap untuk berperang.” Dia berkata, “Anda tidak tahu kebencian yang kami miliki di dalam hati kami atas pendudukan tentara itu. Tidak ada seorang pun yang berbicara kepadanya. Tidak ada seorang pun yang menyampaikan sepatah kata kepadanya. Tetapi orang muda itu, prajurit Nazi itu mengunjungi gereja secara regular. Setiap hari Minggu dia berada di sana.
Akhirnya,” dia berkata, “Istri saya berkata kepada saya, ‘Suamiku, aku ingin engkau berbicara kepadanya.”’
Dia berkata, “Aku tidak akan melakukannya.”
Istrinya berkata, “Dia datang setiap hari minggu. Aku ingin engkau berbicara kepadanya.”
Dan dia berkata kepada istrinya, “Baiklah, aku akan melakukannya, tetapi tidak di luar. Aku hanya akan berbicara dengannya di dalam gereja.”
Kemudian dia berbicara dengan pemuda itu. Dia adalah seorang pemuda Baptis dari Jerman Barat. Dan dia datang ke gereja. Dan istrinya berkata kepada suaminya, “Diaken, suamiku, Aku ingin kamu mengundangnya untuk makan malam ke rumah kita.”
“Apa?” dia berkata. “Nazi yang keji itu, prajurit yang hina yang menduduki negara kita—mengundangnya ke rumah kita? Tidak.”
Tetapi, istrinya bersikeras.
Dan, dia berkata kepada prajurit itu, “Anda tanggalkanlah seragam anda dan anda dapat datang ke rumah untuk makan malam.”
Pemuda itu datang untuk makan malam.
“Dan,” dia berkata, “Anak-anak saya, yang lebih kecil dari dia, akhirnya jatuh cinta kepada dia. Dia bermain bersama-sama dengan mereka. Kami memiliki waktu yang terbaik di dunia. Dan dia kembali lagi dan sering kembali.”
Dan diaken itu berkata, “Anda tahu, ketika pendudukan itu berakhir, prajurit itu berdiri di atas bukit dan memandang kota kami. Dan dia menangis ketika dia melihat tentara Inggris datang ke pelabuhan. Dia merasa lega atas kami dan atas negara kami.
“Kemudian,’ kata diaken itu, “Setelah perang selesai, kami menerima sebuah undangan yang sangat indah, yang ditulis dalam bahasa yang hangat, dari pemuda itu, mengundang kami ke pernikahannya.” Dia tinggal dalam sebuah kota di bagian Jerman yang berada di bawah pendudukan tentara Inggris, di zona Inggris.
Dan, saya berkata kepada istri saya, “Mari kita pergi.”
“Kemudian, kami membuat sebuah perjalanan ke sebuah kota di Jerman Barat. Dan di sana kami menghadiri perkawinannya. Dan tahun-tahun sesudah kita, kami menjadi dekat dengan dia. Dan dia juga menjadi dekat dengan kami.”
Dapatkah anda membayangkan sebuah hal seperti itu? Tetapi itulah Allah. Itulah Roh Allah. tidak ada halangan warna kulit atau negara atau keyakinan politik atau status ekonomi. Kita merupakan sebuah keluarga Allah: “Domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan medengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”
Dan hal kedua di dalam teks kita—orang-orang bagaimanakah yang ada di dalam sorga? Kita semua akan menjadi sebuah keluarga, satu kawanan, satu gembala—Hal yang kedua: Kita semua akan mengasihi Tuhan kita dan kawanan domaba serta satu sama lain.
“Mereka juga akan mendengar suaraKu.” Mereja juga—kita semua: Mengasihi Allah, mengasihi Tuhan kita, saling mengasihi di dalam sana. Hal itu menunjukkan sebuah pilihan. Bukankah hal itu benar? Kita memilih untuk mengasihi Tuhan kita. Dan kita memilih untuk mengasihi umat Allah.
Itu adalah sebuah keyakinan yang timbul keluar dari jiwa-jiwa kita. Kita mengasihi Dia, Juruselamat kita. Dan kita mengasihi orang-orang ini, yang menjadi keluarga kita.
Anda tahu, itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa, perubahan yang ada di dalam hati, di dalam kepedulian, di dalam kesalehan dari orang-orang yang mengasihi Allah dan bersama dengan umat Allah. Betapa sebuah perbedaan yang ada di dalam hidup mereka!
Suatu ketika saya membaca tentang dua kapal pesiar yang sedang berlabuh berdampingan di Pelabuhan New York. Salah satunya merupakan sebuah kelompok Sekolah Minggu yang sedang berdarmawisata. Dan satunya lagi merupakan seorang bartender yang sedang berakhir pekan dalam sebuah darmawisata.
Jadi, kedua perahu itu berdampingan di sana—kapal pesiar bartender bertolak lebih dahulu. Dan kapal itu telah berangkat. Dan kapal pesiar Sekolah Minggu justru sedang bersiap-siap untuk meninggalkan pelabuhan. Dan ketika kapal itu mulai bertolak, entah mengapa seorang bartender datang berlari-lari dari jalanan dan melihat perahu itu di sana dan berpikir itu adalah miliknya, dia melompat dan mendarat di atas haluan kapal.
Jadi, dia mengharapkan sebuah darmawisata dari para pemabuk dan para pelacur dan berpergian bersama bartender. Dan kita mendapati bahwa dia bersama dengan sebuah kelompok Sekolah Minggu, dapatkah anda bayangkan bagaimana perasaannya saat itu?
Saudara yang terkasih, hal itu sama seperti janda yang menerima warisan di Dallas ini yang pergi ke sorga dan muncul di hadapan penjaga gerbang, yaitu santo Petrus. Dan penjaga itu bertanya tentang surat mandat yang memperbolehkannya masuk ke dalam. Kemudian, perempuan itu membuka kantongnya dan dia mengeluarkan sebuah pelat Nieman-Marcus. Dan dia mengeluarkan sebuah tiket semusim ke Dallas Symphony. Dan dia menunjukkan kepadanya kartu keanggotaannya di Dallas Country Club, dan sobekan dari sebuah karcis pertadingan football Koboi.
Dan penjaga itu melihat semuanya dengan teliti dan berkata, “Baiklah nyonya, masuklah ke dalam. Tetapi saya memberitahukan anda sekarang, anda tidak dapat bepergian seperti itu.”
Itu sangat luar biasa! Sangat luar biasa! Perubahan di dalam hidup kita ketika kita jatuh cinta bersama dengan Tuhan Yesus dan bersama dengan umat Allah!
Dapatkah saya membuat sebuah hal lain di sini tentang pengajaran dari Firman Tuhan? Anda lihat, saya berpikir bahwa Allah mengajarkan kita, ketika kita diselamatkan, kita diselamatkan selama-lamanya.
“Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamnya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan BapaKu.” Itulah yang disampaikan oleh Allah. Itulah yang Dia sampaikan di dalam pasal ini.
Hal itu seringkali saya sampaikan di dalam pelayanan pastoral saya, “Anda tahu bahwa saya mempercayai hal itu—tidak peduli apa yang saya lakukan, saya telah diselamatkan dan saya telah menjadi orang yang telah dipilih dan ditetapkan sorga—jika saya percaya hal itu—bahwa saya tidak dapat terhilang—anda tahu apa yang akan saya lakukan? Saya akan keluar dari sini, saya akan minum dan mengutuk dan melacurkan diri dan saya akan tinggal di luar sana—seandandainya saya percaya hal itu.”
Anda tahu, apa yang saya beritahukan kepada mereka? “Saya melakukan hal itu, saya mengutuk semau saya. Saya berbohong dan mencuri serta berjudi, semua hal yang saya inginkan. Saya melacurkan diri. Sesungguhnya hal itu membuktikan bahwa saya belum diselamatkan.”
“Anda tahu, ketika saya diselamatkan. Saya memiliki sebuah hati yang baru. Saya memiliki sebuah kasih yang baru. Saya memiliki sebuah komitmen yang baru. Saya tidak tertarik untuk menyumpah. Saya tidak tertarik bermain judi, saya tidak tertarik untuk mabuk. Hal itu tidak berarti bagi saya.”
Jadi, saya akan mengasihi hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Saya suka untuk pergi ke gereja. Saya senang mendengarkan lagu paduan suara dan permainan osrkestra. Saya sedang mendengarkan seseorang mengkhotbahkan Alkitab.
Saya dapat duduk di sana dan mendengarkannya selamanya.
Saya menyukai persekutuan dari umat Allah. Tepat seperti itu: Mengasihi Tuhan dan mengasihi umatNya—itulah yang akan kita lakukan di sorga.
Suatu kali saya berada di Leningrad, di gereja Baptis kita. Orang-orang Soviet di sana akan membiarkan satu gereja Baptis untuk 5.000.000 orang di Leningrad. Mereka menginjinkan satu gereja Baptis untuk 7.000.000 orang di Moskow. Mereka menyebutnya sebagai kebebasan beragama.
Apapun itu mereka tetap memiliki sebuah gereja. Jadi, itu adalah pertama kali saya berada di Rusia. Dan ibadah mereka sangat lama, sekitar tiga dan empat jam.
Dan saudara yang terkasih, saya tidak membesar-besarkan ketika saya menyampaikan kepada anda bahwa saya duduk di sana dan menangis. Saya menangis di sana selama tiga sampai empat jam.
Oh, ibadah itu—mereka berlutut dan berdoa dengan tangan yang terangkat kepada Allah. Kemudian, di dalam ibadah itu, ada sebuah masa yang sangat panjang ketika pendeta membaca sebuah surat yang sangat jelas. Dan orang-orang hanya menangis dan meratap.
Kemudian saya berkata kepada orang atheis yang bertugas untuk memandu saya, saya berkata, “Apakah anda tahu apa yang mereka lakukan? Dan mengapa mereka menangis?”
Perempuan pemandu itu berkata, “Tidak. Saya tidak tahu.”
Kemudian saya juga membawa sebuah Alkitab berbahasa Rusia bersama dengan saya, yang saya seludupkan. Dan saya memberikannya kepada diaken yang ada di mimbar, tempat di mana saya duduk. Dan saya berkata kepada orang atheis itu, saya berkata, “Maukah anda bertanya kepada diaken ini apa yang sedang mereka lakukan yang menggerakkan mereka dengan luar biasa?”
Kemudian dia berbicara dengan sang diaken. Dan kemudian dia berpaling kepada saya dan berkata, “Apa yang sedang terjadi adalah, ada orang-orang yang merupakan anggota jemaat gereja ini, yang telah kalah. Mereka telah meninggalkan iman mereka. Mereka telah meninggalkan Tuhan. Mereka telah meninggalkan gereja. Dan mereka telah pergi ke dalam dunia. Dan sekarang mereka kembali. Dan mereka meminta kepada jemaat untuk mengampuni mereka dan menerima mereka kembali dan menyambut mereka ke dalam kawanan. Dan itulah sebabnya mengapa mereka bersukacita, menangis bahagia, bahwa mereka telah kembali ke dalam kawanan.”
Saudara yang terkasih, biarkan saya memberitahukan anda sesuatu. Itulah kebenaran Allah. Jika anda pernah mengenal Tuhan, jika anda pernah diselamatkan, jika anda pernah diregenerasikan, anda tidak akan bahagia di luar sana. Anda tidak akan pernah. Ada sesuatu di dalam diri anda yang akan menangis atas kasih Allah dan damai sejahtera dari RohNya yang manis dan atas persekutuan dari umatNya.
Hal itulah yang akan terjadi di sorga. Kita akan mengasihi Tuhan—satu kawanan dan satu gembala.
Bolehkah saya menyampaiakan satu hal lainnya? Kemudian, saya harus menutup khotbah ini. Orang-orang bagaimanakah yang akan berada di sorga sana? Jenis orang yang bagaimana? Mereka adalah orang-orang yang telah ditebus dengan darah. Mereka adalah orang-orang yang telah dibasuh dalam darah Anak Domba.
Di dalam bagian kecil ini, dari apa yang saya khotbahkan ini, satu, dua, tiga dan empat kali disebutkan di sini: “Akulah gembala yang baik.” “Gembala yang baik memberikan nayawanya bagi domba-dombanya.” Dan lagi, “Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu.” Dan lagi, “Oleh karena aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri.”—Sebuah pengorbanan sukarela untuk kita!
Siapakah orang-orang yang berada di dalam sorga? Mereka adalah orang-orang yang telah dibeli dengan darah. Mereka adalah orang-orang yang telah ditebus oleh darah Anak Domba.
Di dalam Kitab Wahyu, berulang kali disebutkan:
Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta,….; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa….
"Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"
Saya akan berpaling ke dalam bagian yang sangat indah yang anda baca: “Mereka adalah orang-orang yang telah keluar dari kesusahan besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”
Dan di dalam pasal pertama:
Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
Seperti apakah mereka? Siapakah mereka yang berada di sorga? Mereka adalah orang-orang yang telah ditebus oleh darah Anak Domba. Mereka telah dibasuh di dalam darahNya. Mereka telah dibeli. Mereka adalah miliki Allah, karena mereka telah dibuat dengan memberikan hidupNya sehingga mereka beroleh selamat—mereka semuanya.
Bolehkah saya membuat sebuah pengajaran lain di sini sebelum saya mengakhiri khotbah ini? Mereka semua telah dibeli, dibeli dan diperoleh dengan darah Anak Domba. Mereka semua telah ditebus dengan perboanan Tuhan kita di atas Salib.
Ada sebuah masa di sorga, sebelum dunia dimulai, Alkitab berkata, dijelaskan dalam Kitab Ibrani pasal sepuluh, ketika Juruselamat, Kristus Tuhan kita berkata kepada Allah Bapa: “Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendakMu, ya AllahKu.”
“Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita. Dan ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya.”
Anda tahu apa? Allah Bapa berkata kepada PutraNya—Dia berkata kepadaNya: “PutraKu, Engkau memberikan hidupMu sebagai sebuah tebusan atas dosa-dosa mereka. Engkau akan mengenakan kemanusian di dalam diriMu, penderitaan mereka, beban mereka dan akhirnya kematian mereka. Engkau melakukan itu anakKu: Engkau membayar hukuman atas dosa mereka dan pemberontakan mereka. Engkau melakukan hal itu dan Aku akan menjanjikan sebuah umat bagiMu. Engkau tidak akan mati dengan sia-sia. Aku akan memberikan sebuah umat kepadaMu.”
Dan sisi lain dari pengajaran saya adalah: Ini adalah pemilihan dan predestinasi. Allah berkata kepada PutraNya, “Engkau memberikan hidupMu bagi dosa-dosa dunia dan aku akan memberikan kepadaMu sebuah umat yang akan mengasihi Engkau, yang bersyukur kepada Allah atas Engkau, dan yang akan mengikuti Engkau hingga ujung bumi.”
Dan saudaraku, saya sangat mengingat dengan baik ketika Allah menyentuh hati saya. Allah melakukannya. Ketika Allah menyentuh hati saya saat saya masih kecil, ketika saya masih anak-anak—Allah telah menyentuh hati saya. Dan saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat saya.
Dan jika anda berada di dalam kerajaan, ada sebuah masa di dalam hidup anda ketika Allah berbicara kepada anda, ketika Allah membuka pintu sorga bagi anda dan anda dengan iman berjalan masuk ke dalamnya. Itulah Allah. Dan bagaimana saya harus bersyukur kepadaNya, di dalam kebaikanNya dan di dalam anugerahNya, Dia memilih saya, menuliskan nama saya di dalam Kitab Kehidupan? Dan dengan menelusuri salah satu lorong ini, sebagai seorang bocah saya memberikan hati saya kepada Tuhan Yesus, salah seorang tebusan Allah?
Dan siapakah orang-orang yang berada di dalam sorga? Mereka semua adalah orang-orang yang telah menerima Tuhan sebagai Juruselamat mereka. Mereka yang telah membasuh jubah mereka dengan darah Anak Domba. Mereka telah menerima Dia sebagai Tuhan mereka. Dan mereka berada di sorga untuk memuji Dia. “Layaklah Anak Doma yang telah disembelih, yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, yang akan kita tinggikan sampai selama-lamanya. Amin.”
Itu adalah sebuah Injil yang luar biasa! Itu adalah sebuah pesan yang luar biasa: Allah telah membuka pintu, untuk menjadi keluargaNya yang terkasih. Dan itu adalah seruan kami bagi anda.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.