ORANG-ORANG KRISTEN TIDAK PERNAH MATI

(CHRISTIANS NEVER DIE)

 

Dr. W. A. Criswell

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church of Dallas

Pada tanggal 24 Januari 1988

 

Yohanes 11:26

01-24-88

 

            Anda sekarang menjadi bagian dari Gereja First Baptist Dallas dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah. Ini adalah sebuah khotbah tekstual. Sebuah penjelasan dari sebuah doktrin utama dari iman Kristen. Yang berjudul: Orang-Orang Kristen Tidak Pernah Mati. Dan tesis khotbah ini berasal dari Firman Allah bahwa tubuh kita ini, bingkai manusia yang terbuat dari debu tanah ini, adalah sama abadinya dengan jiwa dan roh kita.  

            Di dalam khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita telah berada di dalam pasal sebelas. Injil Yohanes dibangun di sekitar tujuh mujijat. Dan mujijat yang ketujuh dan yang terakhir adalah kebangkitan Lazarus dari kematian.

            Dan di dalam gambaran dari mujijat yang luar biasa itu, dia telah meninggal selama empat hari. Dan di dalam klimaks peristiwa itu yaitu anda dapat bayangkan kondisi  jenazah yang tanpa dibalsem setelah empat hari—ketika Yesus berkata (ayat 23) kepada Marta, saudari perempuan Lazarus:  

Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."

Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."

Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.

 

            Pengakuan itu adalah teks kita: “Barangsiapa yang hidup di dalam aku…percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya.” Orang-Orang Kristen Tidak Pernah Mati: Ada sebuah keabadian dari ras manusia yang paling nyata. Dan hal itu mengalir sepanjang abad dan sepanjang millennium.

            Suatu ketika saya berdiri di Coloselum Roma dan melihat Majelis Roma yang ada di depan saya, yang selama berabad-abad jatuh ke dalam kehancuran. Dan ketika saya melihat ke arah Forum Roma itu—pusat dan jantung dari kekuasaan rakyat Imperium Roma, tiang yang besar itu jatuh menjadi puing-puing dan batu-batu yang luas itu, menjadi sebuah timbunan reruntuhan—saat saya melihatnya, saya melihat anak-anak sedang bermain di atas Forum itu. Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa! Anak-anak itu, keluarga manusia, ras itu jauh lebih substansial, abadi, dan lebih kekal dari batu-batu yang luas itu serta tiang marmer itu—kelangsungan dari ras manusia.

Saat saya berjalan menelusuri kota itu, saya melihat sebuah galian yang luas, jauh hingga ke dalam. Saya melihat arca yang indah yang terkubur selama ratusan tahun; dan kemudian, kota yang padat berada di atasnya, penuh dengan segi dari kehidupan kehidupan yang modern. Ini adalah keabadian dari kelangsungan hidup manusia yang terus berlangsung dan terus berlangsung sampai selama-lamanya.

            Tetapi di sana juga ada sebuah pribadi manusia (abadi) bahwa setiap orang dari kita mendapat berhak dari tangan Allah yang mahakuasa di sorga? “Ras manusia” kehidupan manusia; sekalipun saya hidup atau mati, keluarga tetap mengalami kelangsungan hidup. Tetapi sungguhkan “saya” hidup? Adakah sebuah kekekalan dari jiwa dan tubuh saya?

            Seorang yang tidak percaya dengan sinis berkata bahwa kita tidak hanya tubuh yang terdiri dari jiwa-jiwa, tetapi kita adalah roh-roh dengan tubuh; yang akan hilang, kembali ke debu dan hancur. Yudeo-Kristen mememiliki pengakuan dari Alkitab yang berbeda dengan hal itu. Berdasarkan dari lembaran suci, keduanya bersifat kekal—roh dan tubuh.

            Di dalam 1 Yohanes pasal tiga ayat 2, Rasul Yohanes yang dalam inspirasi Roh Kudus  menulis:

Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya. 

 

Ada sebuah hari ketika Tuhan menyatakan diriNya. Dan ketika Dia melakukannya, kita akan menjadi sama seperti Dia—dibangkitkan dari kematian. Dan roh kita yang kekal dan tubuh kita yang kekal, tubuh kebangkitan kita akan bergabung menjadi satu kepribadian yang utuh. “Kita akan menjadi sama seperti Dia.”

Tuhan kita telah dikuburkan dan telah bangkit dari kematian. Dan itu merupakan tubuhNya, tubuhNya yang nyata yang telah diperbaharui, tubuh kebangkitan—sesuatu yang nyata, bagian yang hidup dari kehidupan manusia, yang tetap manusia; yang tetap berada di dalam tubuh.

            Di dalam Injil Lukas pasal dua puluh empat (pasal yang terakhir) dari Injil Ketiga. Ketika Tuhan menampakkan diri ke hadapan rasul-rasulNya, mereka sangat takut, dan berpikir bahwa mereka sedang melihat roh, melihat penampakan, melihat hantu. Dan Tuhan berkata: “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."

Dan kemudian berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

            Itu adalah sebuah bagian dari mujijat Allah: ketika anda makan. Ada sebuah mujijat yang menaik ke atas, sebuah transformasi. Materi yang mati ini akan menjadi hati dan pikiran yang hidup—dari anda! Ketika Tuhan makan ikan goreng maka terjadi sebuah mujijat yang naik ke tingkat kedua. Maka dia akan menjadi kekal sama seperti TubuhNya yang kekal setelah mengalami kebangkitan.

Kita akan menjadi seperti itu: Ketika kita melihat Dia; ketika Tuhan kita datang, kita akan menjadi sama seperti Dia, dibangkitkan dari kematian—daging dan tulang, sebuah manusia yang hidup, sebuah kepribadian yang hidup. Tubuh kita akan menjadi kekal sama seperti roh kita.

            Kematian—fenomena kematian—tidak merubah apa-apa! Dia tidak membinasakan apapun atau merubah apapun! Salah satu ilmuwan terkemuka menegaskan tentang hal ini, yaitu: bahwa materi, alam semesta tidak dapat dimusnahkan. Kita tidak dapat menghancurkan apa yang telah diciptakan oleh Allah. Materi itu dapat berubah bentuk, berubah tampilan atau ketajamannya; tetapi tidak dapat dimusnahkan sampai selama-lamanya. Partikel bersifat abadi berdasarkan ilmu pengetahuan. Penegasan yang sama itu dapat diaplikasikan kepada pribadi manusia, kepada manusia. fenomena kematian tidak menghancurkan apapun.

            Jiwa dan tubuh hanya berpisah sementara—yaitu dengan kematian. Kadang-kadang di dalam Alkitab kita membaca dimana orang-orang yang terhilang berpisah dari Allah dan disebut dengan kematian kedua. Tetapi di dalam kasus yang lain. Itu adalah salah satu hal lain yang tidak lenyap. Kita hidup selamanya, jiwa kita, roh kita dan tubuh kita.

            Sekarang, bolehkah saya berbicara tentang hal itu dalam terang Firman Allah? Yang pertama bahwa roh, jiwa: perbedaan digunakan dalam terminologi “roh” dan “jiwa.” Suatu Roh tidak memiliki tubuh. Para malaikat adalah roh, mereka tidak memiliki tubuh. Roh Kudus adalah Roh; Dia tidak memiliki tubuh. Kata jiwa selalu mengacu kepada sebuah roh yang memiliki sebuah tubuh. Yesus memiliki jiwa. Anda memiliki sebuah jiwa; itu adalah roh yang menjadi milik tubuh anda. Dan tubuh itu menjadi milik roh. Dan kata jiwa selalu mengacu kepada sebuah roh yang memiliki sebuah tubuh.

            Roh yang hidup bersama dengan kita itu, adalah jiwa yang berdiam abadi di dalam kita. Keberadaannya akan tetap berlangsung sampai selama-lamanya. Anda memiliki sebuah ilustrasi dari sebuah keberlangsungan yang terus menerus, keberadaan yang tiada berhenti di dalam hidup, dari roh yang berada di pikiran anda. Sebuah pikiran, pikiran anda, itu adalah sebuah ilustrasi yang baik dari eksistensi roh.

            Tubuh mungkin tertidur ketika anda pergi tidur pada malam hari. Tubuh anda akan tidur, tetapi tidak dengan pikiran anda. Pikiran anda akan tetap berlanjut, sangat aktif. Banyak dari kita yang bermimpi. Dan hal itu sangat aktif,  pikiran terus berlangsung, dan tidak berhenti.

            Kemarin malam, saya memiliki sebuah mimpi yang paling gila. Saya bermimpi bahwa setiap anggota dari oskestra ini hadir di gereja ini pukul 10.50. Dan dibutuhkan waktu selama 2 jam untuk memperkenalkan setiap orang dari anda, memberitahukan tentang anda. Apa yang telah terjadi sebelumnya, yaitu kemarin adalah saya telah mengadakan sebuah pernikahan yang besar di ruangan gereja ini. Dan gadis itu, Jennifer Jenson, memiliki sebuah kuartet biola yang sangat indah yang mereka mainkan di sini. Dan itu merupakan pertama kali saya melihatnya dalam sebuah pernikahan. Biasanya hanya permainan organ. Tapi, keempat gadis ini memainkan mars pernikahan yang indah  itu dengan biola. Dan hal itu memberikan sebuah kesan bagi saya. Kemudian saya memikirkan hal itu.

Pikiran saya tidak berhenti. Ketika saya pergi tidur, pikiran saya tetap berlanjut, dan terus berlanjut. Biarkan saya memberikan sebuah contoh yang luar biasa tentang hal itu. Di atas mimbar tempat saya berdiri sekarang ini, R.G. LeTourneau, yang mendirikan sebuah perusahaan mesin, R.G. LeTourneau sedang berdiri di sini pada suatu kali. Dan saya sedang mendengarkan dia. Dia berkata bahwa di dalam membangun mesin yang besar itu yang mengamati pergerakan bumi—gerakan dari gempa bumi—dia berkata: “Saya harus memiliki sebuah alat tertentu. Dan saya tidak dapat menemukannya di dalam pikiran saya dan pembelajaran saya, tentang bagaimana membuat alat itu. Saya berusaha dengan keras dan berpikir, tetapi saya tidak dapat memikirkan sebuah pemecahan terhadap hal itu.”

            Dia berkata, “Suatu malam, ketika saya sedang berpikir tentang alat itu, bahwa seandainya saya memiliki sebuah alat untuk fungsi itu…” Dia berkata, “Akhirnya saya pergi untuk tidur, dan memikirkan alat itu. Dan di dalam keputusasaan tanpa memiliki ide untuk membuat alat itu.” Selanjutnya dia katakan: “Ketika saya bangun pada pagi hari, saya memiliki keseluruhan hal yang sangat jelas di dalam pikiran saya.”

            Apa yang terjadi adalah, ketika tubuhnya tertidur, pikirannya terus bekerja. Dan datanglah sebuah pemecahan yang indah dan dinamis, seperti yang anda tahu tentang alat deteksi gempa yang berada di mana-mana.

            Saya hanya sedang mengilustrasikan kehidupan jiwa dari pikiran yang aktif. Pikiran tidak pernah tidur. Dia terus berlangsung. Tubuh mungkin tidur tapi tidak dengan pikiran. Jadi, jiwa kita terus berlangsung dalam keberadaan sepanjang masa dan di dunia yang akan datang.

Hal itu sangat terlihat dengan jelas dari Firman Allah. Di Gunung Transfigurasi, Musa sedang berbicara dengan Yesus. Musa terbaring di kuburan yang tidak seorang pun yang tahu, dan tidak dibangkitkan selama ribuan tahun. Akan tetapi Musa sedang berbicara dengan Yesus tentang pelepasanNya, Alkitab menyebutkan hal itu—tentang pekerjaan pengantaraNya tentang penebusanNya yang penuh kasih bagi kita. Musa tetap hidup! Sekalipun tubuhnya tidur, mati, Musa tetap hidup. 

Di dalam kisah Saul, dimana Samuel menampakkan diri kepadanya. Samuel telah berubah. Samuel sekalipun dia berada di dalam kuburan, yang sedang menunggu pemberangkatannya sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah. Dia tetap hidup sekalipun tubuhnya mati.

            Tuhan kita berkata kepada penyamun yang sekarat, kepada penjahat yang berada di atas kayu salib: “Pada hari ini (semeron, hari ini) engkau akan bersama-sama dengan aku di dalam firdaus.” Tuhan kita dibangkitkan tiga hari sesudahnya; tetapi Tuhan kita berkata, “Hari ini.” “Semeron (hari ini) engkau dan Aku bersama-sama di dalam firdaus.”

Di dalam kisah Tuhan tentang orang kaya dan Lazarus, salah satunya berada di dalam pangkuan Abraham. Satunya lagi berada di penderitaan di neraka. Tetapi keduanya hidup. Roh yang ada di dalam anda, jiwa yang ada di dalam anda hidup selamanya. Dia tidak pernah tidur. Keberadaannya bersifat kekal.

            Saya membaca tentang kehidupan  Dwight L. Moody, pada masa tuanya, Dia berkata: “Suatu hari yang akan segera tiba, anda akan membaca surat kabar, Dwight L. Moody (D. L. Moody) meninggal." Penginjil besar itu berkata, “Jangan percaya hal itu! Saya akan memiliki kehidupan yang lebih dari pada saat saya hidup!” Jiwa tidak pernah tidur. Roh manusia hidup selama-lamanya. Kita abadi.

            Kemudian di dalam pernyataan Firman Tuhan disebutkan bahwa tubuh kita tertidur. Sama seperti pada saat malam ketika anda tidur. Tetapi anda akan bangun. Kematian tidak lebih dari sekedar sebuah malam yang panjang, yang menunggu pagi, kebangunan dan kebangkitan.

            Tuhan kita berkata tentang hal itu di sini, di pasal sebelas.

Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."

Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."

Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.

Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati.

 

Tetapi Yesus menyebutnya tidur. Dan terminologi yang digunakan Yesus yang kita sebut sebagai kematian sama seperti tidur, dan keseluruhan hal itu merupakan pernyataan Allah.

            Kitab Para Rasul pasal tujuh ditutup dengan kalimat ini:

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."

Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia (tertidurlah ia).

 

            Sekali lagi dalam Kisah Rasul pasal tiga belas:

Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia (tertidur) mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya.

 

            Ini adalah bingkai manusia, tubuh manusia—kita pergi tidur yang disebut dengan kematian. Tetapi dalam tatanama yang paling dasar, tidur memiliki arti sebuah kesadaran; yang memandang ke depan kepada sebuah kebangkitan. Dan itu merupakan pernyataan Firman Allah: tubuh kita sama kekalnya dengan roh kita.

Roh tidak pernah tidur! Dia terus berlangsung dalam kepekaan di dalam hidup, di dalam hidup yang terus berlangsung hingga selamanya—bahkan pada saat malam. Ke dalam kekekalan, tubuh tertidur. Tetapi sedang tidur untuk menunggu sebuah kebangkitan yang besar. Itu adalah inti dari iman Krsiten; itu adalah penyingkapan yang terdapat di dalam agama Yudeo—Kristen.

Tidak ada agama lain di dunia ini yang percaya akan kebangkitan tubuh. Semua iman yang lain—baik pada masa yang lalu atau pada zaman modern dan hari ini—semua keyakinan yang lain percaya di dalam kehancuran dan kemusnahan dan kehancuran serta lenyapnya hidup yang di dalam tubuh. Merupakan sebuah pernyataan alkitabiah bahwa tubuh kita sama kekalnya dengan roh kita. Keduanya akan dibangkitkan, bergabung bersama-sama, dalam sebuah kepribadian yang utuh; tubuh dan jiwa. Inilah inti dari injil iman Kristen; tubuh ini dan jiwa ini, bersifat kekal, ditebus oleh kasih dan anugerah Allah. 

            Anda melihat hal itu di dalam puncak dari keempat injil: Keempat injil menutup inijilnya dengan kebangkitan yang mulia, yang luar biasa dan dengan penuh kemenangan, kebangkitan merupakan klimaks dari keempat injil itu. Keempat injil itu—mereka memulai kisah Yesus dan penyalibanNya; kemudian kemuliaan dari hari kebangkitan, ketika Dia bangkit dari kematian. 

Renan, seorang atheistik, seorang yang kafir, seorang filsuf Prancis menulis tentang kisah hidup Tuhan yang sangat terkenal. Dan ketika dia sampai kepada kisah kematian Tuhan, dia menulis di sana kata finis, “tamat.”  Saya tidak tahu apakah di dalamnya tetap berlangsung di sekitar hal itu. Tetapi di dalam beberapa tahun berikutnya ada sebuah permainan yang ditulis oleh seseorang yang tidak percaya, dan permainan itu disebut  Jesus Christ Superstar.  Dan permainan itu mengikuti kehidupan Tuhan kita hingga ke salib. Kemudian ketika Yesus mati, permainan berakhir. Itu adalah injil orang kafir, dari orang-orang yang tidak percaya.

            Tetapi injil Anak Allah, memiliki senjata yang penuh di dalam Firman Suci, yang melampaui kematian. Tuhan kita telah bangkit dari kuburan dan hidup dengan penuh kejayaan untuk menjadi Juruselamat kita, Pengantara kita dan Sahabat kita yang Agung.

            Itulah inti injil. Sekalipun saya membicarakannya sendiri; di dalam Injil itu sendiri; di dalam pemberitaan pesan Kristus—kebangkitan Tuhan kita merupakan fondasi dari keberadaan sebuah iman dan sebuah pesan. Lihat lagi terhadap apa yang disampaikan Paulus di dalam 1 Korintus pasal lima belas:

Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.

Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.

Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.

Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.

Dan mereka juga yang tertidur di dalam Kristus akan binasa. (Mereka akan mati sampai selama-lamanya.)

Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan kepada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari antara segala manusia.

Tetapi yang benar adalah Kristus telah dibangkitkan!

 

Dimanakah kamu nak? Ambillah salah satu chorus dari Handel Messiah’s yang luar biasa dan nyanyikanlah itu!

Tetapi sekarang Kristus telah bangkit dari kematian, dan menjadi buah sulung dari antara orang yang mati

Sebab sejak kematian datang oleh seseorang, oleh seseorang juga datanglah kebangkitan dari kematian

Sama seperti semua orang telah mati di dalam Adam, maka semua orang juga akan beroleh hidup di dalam Kristus.

 

Itulah injil! Itulah pesan dan pengharapan iman Kristen.

            Bolehkah saya memberikan ilustrasi yang lain tentang hal itu? Jemaat di Tesalonika—ibukota propinsi Roma Makedonia—jemaat Tesalonika percaya secara literal sama seperti saya, dan sama seperti yang saya khotbahkan. Mereka secara literal percaya kepada pesan Kristus; yakni di dalam contoh ini, bahwa Dia akan datang kembali; dan Dia akan datang untuk kita; Dia datang untuk orang-orang kudusNya. Kita akan bersama-sama dengan Dia dan dengan yang lainnya sampai selama-lamanya—mereka percaya akan hal itu.   

            Jadi apa yang terjadi di Tesalonika adalah, ketika Paulus memberitakan injil itu dan kemudian dia pergi; mereka menerima hal itu dan percaya kepada hal itu, kemudian beberapa orang yang mereka kasihi meninggal dunia. Dan Yesus belum datang. Dan mereka dikebumikan di dasar bumi. Dan mereka memberi kabar kepada Paulus dan berkata: “Kami berdukacita bagi orang-orang yang telah tertidur ini, orang-orang yang telah meninggal ini—bagaimana dengan mereka? Yesus belum datang dan mereka berada di dalam kuburan.”

            Dan Tuhan menyingkapkan kepada Rasul Paulus Firman yang luar biasa ini:

 

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

 

            Maut dimanakah sengatmu? Kuburan dimanakah kejayaanmu? Tidak ada kemenangan di dalam kematian. Itu adalah sebuah fenomena sama seperti saat kita tidur. Dan di dalam waktu Allah, kita akan dibangunkan. Dia akan menyingkapkannya, pada saat kedatangan Tuhan, kita akan menjadi yang pertama—jika kita telah meninggal; jika kita telah tertidur—kita akan terlebih dahulu menemui Dia.

Oh, betapa sebuah pengharapan yang memberikan penghiburan dari apa yang disampaikan oleh Paulus! Kita mengeskpresikan hal itu di dalam komunitas Kristen dalam banyak cara. Ini adalah salah satunya: Kata  koimeterion.  Arti dari kata itu adalah “tempat tidur,” sebuah tempat untuk berbaring. Ketika anda mengambil kata koimeterion dan mengejanya keluar menjadi bahasa Inggri kata itu akan menjadi “cemetery,” sebuah kuburan. Cemetery adalah sebuah perkataan orang Kristen. Itu adalah tempat dimana kita membaringkan orang-orang yang kita kasihi, orang-orang yang tidur dalam— koimeterion, sebuah tempat untuk tidur.

            Salah satu tempat yang pernah saya datangi, dan itu sangat universal. Sekolah separuh jalan mengajarkan hal itu. Saya tidak tahu dari mana asalnya: tetapi katakombe yang luas itu berada di bawah Roma—kota Roma—katakombe yang besar: saya telah berkeliling di dalamnya dan tempatnya sangat luas. Ketika guru sekolah mengajarkan hal itu, mereka akan merujuk kepada fakta dari katakombe yang dibangun itu sebagai tempat persembunyian, untuk melarikan diri dari penganiayaan yang dilakukan terhadap orang-orang Kristen. Tidak akan beranjak jauh dari kebenaran. Tidak ada satu titik pun yang akan ditiadakan.

Apakah katakombe itu adalah seperti ini: Para penyembah berhala membakar orang-orang mereka yang mati. Tetapi orang-orang Kristen, ketika mereka berdiri di hadapan Tuhan, bagi Dia tubuh merupakan kudus dan suci. Dan untuk menghindari pembakaran tubuh itu, orang-orang Kristen yang penuh kasih, dengan sungguh-sungguh membaringkan tubuh itu untuk beristirahat, di dalam katakombe. Katakombe orang-orang Kristen adalah koimeterions.  Tempat itu adalah tempat untuk menguburkan orang Kristen, tempat untuk berbaring.

Saya tidak menentang anda jika anda mengkremasi seorang anggota keluarga anda. Saya tidak bermaksud untuk mengkritik anda jika anda mengkremasi orang yang anda kasihi yang telah meninggal. Itu hanya reaksi dari penyembah berhala untuk orang-orang mati.

Sama seperti beberapa orang dari anda, saya telah berdiri di kota yang luas di India, yaitu Kalkuta. Saya tidak tahu mengapa saya memiliki sebuah kebiasaan yang seperti itu—hanya melihat dan saya memperhatikan sebuah arus yang nmengalir deras di kota Kalkuta yang luas itu, yaitu orang-orang yang telah meninggal. Dan menyebut orang-orang yang mereka bakar itu dengan ghats—hanya dengan membariskan dan membariskan orang yang meninggal itu dan membakarnya.

            Itulah yang dilakukan oleh orang-orang penyembah berhala dengan tubuh—mereka membakarnya. Dan itulah sebabnya mengapa mereka memiliki katakombe di Roma, karena orang-orang Kristen menolak untuk dibakar. Karena tubuh itu suci dan kudus di hadapan Allah. Jadi mereka menggali katakombe itu bermil-mil dalamnya. Dan dengan penuh kasih dan kelembutan, dan penuh penghargaan mereka membaringkan orang yang telah meninggal itu. itu adalah reaksi orang Kristen terhadap tubuh manusia.

            Itulah artinya menjadi orang Kristen: “Saya percaya terhadap kebangkitan tubuh. Saya percaya terhadap kekekalannya.” Tubuh itu tertidur—ya. Tetapi ketika Kristus datang, sama seperti yang Dia lakukan terhadap Lazarus, berdasarkan janjiNya yang kudus, kita akan menjadi orang-orang pertama yang melihatNya ketika Dia datang.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.