KEBANGKITAN DARI KEMATIAN

(RESURRECTION FROM THE DEAD)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church of Dallas

Pada tanggal 27 Mei 1973

 

Yohanes 11:26

05-27-73

 

Dan terima kasih Baverly. Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini baik melalui siaran radio atau yang menyaksikannya melalui siaran televis, bagi anda semua yang sedang beribadah bersama dengan kami di dalam Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah sehubungan dengan Hari Pahlawan, sebuah khotbah yang berjudul: Kebangkitan Dari Kematian. Dan kita akan mendasarkan khotbah kita dari Injil Yohanes pasal sebelas.

Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.

Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."

Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."

Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."

Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.

 [Yohanes 11:21-26]. 

Saya memiliki seorang professor Yunani yang terkemuka. Dan ketika kami membacanya dalam bahasa Yunani, dia berkata, “Saudara-saudara, ini adalah sebuah Itu adalah pernyataan yang sangat dalam, kalimat yang sangat dalam yang pernah keluar dari mulut seorang manusia.” Yesus berkata kepadanya, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yohanes 11:25,26).  

Saya tahu di sana ada sebuah kekekalan di dalam ras manusia. Hal itu terus berlangsung dan terus berlangsung. Suatu ketika saya sedang berdiri di Coloseum, saya melihat anak-anak sedang bermain di atas dia atas puing-puing Forum Roma. Tiang pualam, batu-batu dan seluruh bahan bangunan itu telah mengalami kerusakan seiring dengan perubahan waktu. Tetapi anak-anak, generasi masa depan, dan generasi masa lalu terus berlangsung. Ada sebuah keabadian dari ras manusia. Ada sebuah kekekalan dari sebuah bangsa. Tuhan berkata, “Selama matahari terus bergerak sepanjang hari-hari dan bulan saat malam berdiri di depanKu, demikianlah Israel akan tetap tegak menjadi sebuah bangsa di dunia.” Ada sebuah kekekalan dari sebuah bangsa. Ketika saya berdiri di atas tembok Yerusalem  dan memandang ke arah Gerbang Damaskus, ke arah pojok barat daya yang luas, saya berpikir tentang abad-abad dari bangsa itu. Ada sebuah kekekalan dari sebuah bangsa. Tetapi adakah di sana kekekalan bagi seorang individu? Apakah kita abadi? Apakah kita hidup selama-lamanya? Dapatkah hal itu menjadi nyata ketika Ayub menyanyikan lagu tentang kebangkitan. 

Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit dari atas debu.

Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa daging pun aku akan berusaha melihat Allah.

Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu (Ayub 19:25-27).

 

Adakah sebuah kepribadian yang kekal bagi kita? Seseorang berkata bahwa kita bukanlah tubuh yang memiliki roh, tetapi kita adalah roh yang memiliki tubuh. Dan iman Kristen mengakui kedua hal itu. Bersifat kekal di dalam jiwa, di dalam roh yang berdiam di dalam bingkai fisik ini, dan kita juga memiliki tubuh yang kekal—bagian tubuh yang paling dasar, sel-sel dan molekul-molekul ini—tubuh fisik ini akan binasa di debu tanah dan dikuburkan di dalam tanah dan pada suatu hari akan dibangunkan dan hidup di hadapan Allah.

Kekekalan roh bagaimanapun sangat intim bagi kita dalam beberapa cara. Pikiran, sebagai contoh, ketika tubuh anda tidur, pikiran anda tidak ikut tidur. Itulah sebabnya mengapa anda bermimpi. Seorang psikologis akan berkata jika anda sungguh-sungguh berpikir ingin mengatasi sebuah masalah, anda pergilah tidur maka pikiran bawah sadar anda sepanjang malam akan bekerja. Keintiman dari kekekalan pikiran—hal itu tetap berlanjut sekalipun tubuh tertidur. Di dalam Kitab Suci, kita memiliki sebuah pernyataan yang langsung tentang pernyataan kekekalan. Ketika Musa hadir bersama dengan Tuhan di Gunung Transfigrasi (Matius 17), dia telah meninggal dunia. Tubuhnya telah tidur selama seribu tiga ratus tahun. Ketika Samuel muncul untuk berbicara dengan Saul, Raja Israel, Samuel telah meninggal beberapa waktu, meskipun demikian dia berbicara kepada Saul (1 Samuel 38). Ketika Yesus menceritakan kisah orang kaya dan Lazarus, mereka tetap sadar sekalipun tubuh mereka berada di dalam debu tanah (Lukas 16). Yesus berkata penyamun yang sedang sekarat bersama dengan Dia di atas kayu salib, “Hari ini,  semeron, engkau akan bersama-sama dengan aku di dalam firdaus” (Yohanes 23:43). Rasuul Paulus menulis bahwa kita, “Beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8).

Saya meminta kepada editor surat kabar gereja kita di masa lalu yaitu Reminder, jangan tulis di sana “Berita Dukacita” “Telah Meninggal Dunia.” Tulislah di sana, “Beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” Dan daftarkanlah orang-orang yang telah diterjemahkan untuk bersama dengan Yesus. Dwight L Moody selalu membuat sebuah salinan surat kabar. Ketika Dia sedang berdiri di sebuah stasiun kereta di Chicago, seorang reporter sedang berbicara dengan dia, dan Dwight l. Moody sudah tua berkata, “Pada hari-hari yang akan datang ini—dan tidak lama sesudah itu—suatu hari anda akan membaca di surat kabar bahwa Dwight L Moody meninggal dunia. Jangan percaya terhadap hal itu. “Dia berkata, “Ketika Dwight L Moody berhenti di dalam hidup ini, dia akan memiliki kehidupan yang lebih dari sebelumnya.” Ada sebuah kekekalan dari roh dan jiwa. Ketika tubuh ini tertidur, kita akan pergi untuk bersama-sama dengan Yesus.   

Tetapi, apakah juga ada sebuah kekekalan dari tubuh? Apakah tubuh akan hidup kembali? Tatanama dari Alkitab sendiri menyebutkan hal itu kepada kita, sebab Alkitab sendiri berkata bahwa tubuh kita tertidur; yang berari bahwa tubuh kita beristirahat untuk sementara, menunggu saat untuk dibangunkan pada pagi hari saat  fajar dari sebuah kebangkitan yang mulia. Tuhan berkata kepada murid-muridNya,

Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."

Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."

Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.

Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati. [Yohanes 11:11-14]. 

Sebab itu saya merujuk kematian sebagai tidur yang merupakan sebuah tatanama Kristen. Anda sedang berbicara dalam bahasa Kristen ketika anda berkata kita sedang tertidur dalam Kristen. Kisah dari Stefanus ketika dia dirajam dengan batu hingga mati, dia berseru “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia (tertidurlah ia)” (Kisah rasul 7:59,60.) Itu adalah bahasa orang Kristen—“Dia tertidur.” Ini adalah sebuah pesan Kristen. Khotbah dari Paulus di dalam Kisah Para Rasul pasal tiga belas, dia sedang berbicara tentang Daud, “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat (tertidur) dan dibaringkan di samping nenek moyangnya” (Kisah Rasul 13:36). Itu adalah pemberitaan khotbah orang Kristen. Bahwa ketika kita mati, kita tidur di dalam Tuhan. Itu adalah sebuah kata Yunani, koimethra dan artinya adalah tempat berbaring. Ketika anda mengambil kata itu di dalam bahasa Inggris, maka ia akan menjadi  “cemetery.”  “Cemetery” adalah sebuah kata orang Kristen. Anda sedang menggunakan bahasa orang Kristen ketika anda berkata  “cemetery.”  Itu berasal dari koimethra.  Itu adalah sebuah “tempat untuk tidur.”

Orang-orang yang tidur dalam Tuhan ini. Apakah Tuhan akan membangunkan mereka? Apakah mereka hidup di hadapanNya? Pertanyaan itu menjadi pokok utama dalam surat Paulus kepada jemaat Tesalonika. Sebab ketika Paulus  berada di sana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Tesalonika, ibukota propinsi Roma yaitu Makedonia, banyak orang yang berpaling kepada Tuhan. Dan Paulus mengajarkan kepada mereka bahwa Yesus akan datang kembali, bahwa Dia telah naik ke sorga, tetapi Dia akan kembali ke dunia. Dan ketika orang-orang kudus di Tesalonika menunggu Tuhan dan menanti Tuhan dan mencari sorga, beberapa anggota mereka yang terkasih meninggal dunia. Kemudian mereka berkata kepada Paulus, “Apa yang akan terjadi? Apakah mereka memiliki sebuah pengharapan, orang-orang yang telah tidur di dalam Yesus ini? Adakah sebuah kebangkitan bagi mereka? Apakah mereka hidup? Sebab ketika kami menantikan Tuhan, orang-orang ini telah meninggal dunia.” Dan kemudian Paulus menulis wahyu Allah yang diinspirasikan—

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. [1 Tesalonika 4:13-18]. 

Orang-orang yang telah tidur itu akan dibangunkan oleh sebuah suara sangkakala Allah yang besar, ketika penghulu malaikat berseru, dan pada saat kedatangan Tuhan. Dapat hal itu terjadi? Apakah hal itu mungkin?

Ada seorang ilmuwan yang terkemuka yang bernama Michael Faraday, yang hidup pada tahun 1800-an. Dia adalah salah satu ilmuwan fisika yang terbesar sepanjang masa. Dia juga adalah orang Kristen yang luar biasa. Dan di dalam kelasnya di  universitas, dia mengajarkan tentang kebangkitan orang-orang mati. Dan salah satu mahasiswanya yang mendengarkan Michael Faraday yang tidak percaya berkata kepada mahasiswa lainnya betapa tidak masuk akalnya hal itu, dan dia mengejek serta menghina hal itu. Dan ilmuwan yang hebat itu mendengarnya. Kemudian pada suatu hari, ia membawa sebuah cawan perak yang indah di depan kelasnya. Dan di dalamnya ada satu buli-buli besar yang berisi asam belerang. Dia mengambil cawan perak dan memasukkannya ke dalam bulu-buli yang berisi asam belerang itu, dan cawan itu lenyap dengan sempurna, menghilang, dan anda tidak dapat melihatnya dalam cairan itu. Dan Michael Faraday mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke dalam buli-buli itu. Dan segera saja terjadi reaksi katalis, dan perak itu membentuk sebuah gumpalan, yang berkumpul di dasar buli-buli itu. Michael Faraday kemudian mengambil gumpalan perak itu. Keesokan harinya dia membawanya ke tukang perak dan berkata, ‘Bentuklah menjadi sebuah cawan perak.” Dan dia membawanya ke depan kelasnya dan menunjukkan cawan perak yang indah itu. Dan kemudian ilmuwan yang hebat itu berkata, “Sobat mudaku, jika saya seorang manusis yang fana dapat melenyapkan cawan perak yang indah ini dan kemudian membuatnya kembali dengan lebih indah, apakah saya harus meragukan kuasa Allah yang mengambil tubuh manusia ini dan melenyapkannya kembali ke dalam debu dan Dia juga sanggup untuk membuatnyan lebih indah dari sebelumnya?” Sekalipun cacing-cacing menghancurkan tubuh, sekalipun pohon eks menanamkan akarnya dalam musim panas, sekalipun ikan di laut menelannya, sekalipun sisanya diterbangkan oleh angin, akan tetapi Allah mengenali partikelnya. Allah menandainya. Allah melihatnya. Dan pada hari kebangkitan, Allah akan mengumpulkannya kembali bingkai yang telah lenyap di dalam debu tanah ini, dan kita akan hidup kembali di hadapanNya. “Ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” [Yohanes 11:26].  

Roh kita “Beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8). Dan kemudian pada suatu hari, sebuah hari kebangkitan yang mulia, rumah yang kita tinggali ini akan diperbaharui, dimuliakan, roh yang kekal dan tubuh akan disatukan kembali, sama seperti Tuhan kita yang hidup, sebab kita akan menjadi sama seperti Dia, dibangkitkan dari kematian. Ini adalah iman Kristen dan pengharapan orang Kristen.

Untuk memberikan hidup anda kepada keyakinan itu, untuk memandang kepada Yesus dengan iman, untuk menempatkan hidup anda bersama dengan kami di gereja yang terkasih ini, dalam sebuah kesempatan ketika kita menyanyikan himne permohonan kita, maukah anda datang dan berdiri di samping saya? Di sekitar balkon, sebuah keluarga, atau hanya seseorang dari anda; di dalam kerumunan orang banyak yang berada di lantai bawah, telusurilah salah satu lorong ini dan majulah ke depan dan katakan, “Pendeta, hari ini saya membuat keputusan itu. Saya telah membuka hati saya kepada panggilan Kristus, dan inilah saya.” Atau kita semua yang berada di kota ini dan di dalam kasih Tuhan serta di dalam anugerah Tuhan, kami datang untuk meletakkan hidup kami bersama dengan anda untuk berdoa, untuk bekerja, untuk melayani di gereja yang terkasih ini. Buatlah keputusan di dalam hati anda. Dan di dalam sebuah kesempatan saat kita menyanyikan lagu, berdirilah dan turunilah salah satu tangga itu, atau telusuruliah salah satu loromg bangku ini. Lakukanlah sekarang. Buatlah sekarang. Datanglah sekarang, ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu permohonan kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.