SINGKIRKAN BATU ITU

(TAKE AWAY THE STONE)

 

Dr. W. A. Criswell

Yohanes 11:39

02‑28‑88

 

           Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung di dalam ibadah kami, baik yang mendengarkannya melalui siaran radio maupun yang menyaksikannya melalui siaran televisi. Ini adalah Gereja First Baptist Dallas, dan saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Singkirkan Batu Itu, Gulingkan Batu Itu.

            Di dalam seri khotbah kita menelusuri Injil Yohanes, kita telah sampai pada pasal sebelas. Dan pasal sebelah merupakan sebuah catatan dari mujijat yang paling luar biasa di dalam Alkitab. Kita akan mulai membaca dari ayat 38. Yohanes 11:38:

 

Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.

Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."

Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"

Maka mereka mengangkat batu itu.

 

            Ini merupakan sebuah mujizat yang luar biasa yang dibuat oleh tangan Tuhan kita yang Mahakuasa. Tetapi sebelum mujizat itu dibuat, di sana ada sebuah batu yang harus digulingkan terlebih dahulu. 

            Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa. Sesuatu yang sukar untuk dipercaya! Mungkinkah Dia yang  mampu menciptakan segala sesuatu di dunia ini dan yang sekarang bersiap untuk menghidupkan orang mati yang berada di depan kita, tidakkah Dia mampu untuk menyingkirkan batu itu? Seandainya pun ada batu sebesar gunung yang menutupi kuburan Lazarus, dia dapat menyingkirkannya. Seandainya di sana ada sepuluh ribu iblis yang menahan batu itu, Dia dapat mengatasi mereka semua.

            Akan tetapi dia berhenti di depan pintu masuk yang kecil ini. Mengapa? Ada dua alasan. Yang pertama, untuk memberi perhatian atas hal itu. Saya telah berdiri di sana, sama seperti kebanyakan orang dari anda. Dan saya memandang batu itu sama seperti kebanyakan dari anda. Dan ketika saya memikirkan hal itu, saat saya berdiri di antara mujijat dari kemahakuasaan Kristus dan mujijat yang akan dibuat; seperti sebuah rintangan. Sukar untuk dipercayai. Bahwa Dia memberi perhatian terhadap hal itu.  

            Dan alasan yang kedua terletak di dalam kita. Sebelum tangan kita bergerak, Dia tidak melakukannya. Apakah anda menginginkan Lazarus bangkit dari kematian? Apakah anda ingin melihat kematian dihancurkan dan ada kehidupan yang dibawa ke dalamnya?

            Apakah anda ingin melihat mujijat campur tangan Allah dari sorga ada di dalam hidup anda? Dan bagi kita, di dalam gereja ini, maukah anda supaya seluruh keluarga anda dilahirbarukan? Dilahirkan kembali ke dalam kerajaan Allah? Jika anda mau, tekuklah punggung anda dan angkat. Hal itu tidak akan terjadi hingga Allah melihat sebuah komitmen ada di dalam hati kita terhadap pekerjaanNya. Dan di dalam kematian yang sungguh-sungguh mengambil dua tangan yang terkepal, dua tangan yang menyingkirkan semua rintangan kita, Allah akan menggunakan lenganNya untuk melakukan karyaNya yang luar biasa.  

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya. Dan jika kita menabur sentimentalisme yang murahan dan pemikiran yang sia-sia, serta hati yang merespon dengan setengah-setengah, maka tidak akan ada campur tangan mujizat dari sorga. Tangan Allah tidak akan bergerak.

Kemudian, Tuhan berkata “Ketika Dia berdiri di depan kuburan dari Lazarus yang telah mati selama empat hari, “Gulingkan batu itu—angkat batu itu”. Momen itu berada antara Dia dan kebangkitan yang luar biasa dan karunia dari hidup yang kekal.

Saya berpikir tentang beberapa hal yang harus digulingkan di dalam hidup kita, jika kita berkeinginan untuk melihat tangan dan kemuliaan Allah. Yang pertama adalah batu ketidakpercayaan. “Marta berkata kepadaNya, ‘Tuhan, ia sudah berbau sebab sudah empat hari ia mati.’’’

            Versi King James menggunakan sebuah bentuk bahasa yang lebih dalam. “Sekarang dia sudah berbau busuk. Saudaraku yang terkasih ini. Dan untuk membuka kuburannya dan melihat tubuhnya yang mulai rusak, saya tidak tega untuk melihatnya. Jangan lakukan itu Tuhan!”

            Di balik batu itu ada sebuah kematian yang sesungguhnya, sebuah kerusakan yang berganda. Dan kata Martha, bahkan tangan Tuhan tidak mampu untuk menghardik dosa dan kematian dan neraka yang telah membawa kehancuran, kerusakan dalam kematian ini.

            Batu ketidakpercayaan: “Saya bahkan tidak percaya bahwa Allah dapat melakukan hal itu.” Ini adalah hal yang paling membutakan dan mengikat serta mematikan dari semua hal-hal yang ada di dunia ini. “Saya tidak percaya bahwa hal itu dapat dilakukan.”

            Ketika Israel sampai ke Kadesy-Barnea, setelah dibebaskan dari Mesir dengan mujizat yang luar biasa, melewati Laut Merah yang telah diubah menjadi tanah kering, kemudian diikuti oleh tiang awan dan tiang api, melalui padang gurun di Gunung Sinai dan sekarang berdiri di pinggir Tanah Perjanjian. Mereka mengirim dua belas pengintai untuk melihat hal-hal yang telah Allah berikan sebagai sebuah hadiah: kediaman mereka di bumi. Dan kedua belas pengintai ini kembali dan sepuluh dari mereka berkata, “Di negeri itu ada kota-kota yang berkubu.” Mereka tidak pernah melihat sebuah kota berkubu di Mesir.

            "Di negeri itu terdapat kota-kota yang berkubu. Dan di dalamnya terdapat keturunan raksasa dan kita sama seperti belalang di hadapan mereka. Kita tidak dapat maju menyerang mereka atau menaklukannya atau merampasnya atau untuk memilikinya." 

            Tetapi Allah telah berkata, “Itu adalah milikmu. Dosa orang Amori telah genap dan aku akan menghukum mereka dan mengusir mereka keluar.”

            Dan di dalam tujuan pemilihan mereka, mereka akan menjadi sebuah bangsa yang akan mengasihi dan memuji Tuhan. Hanya dua dari mereka yang  berkata,”Kita dapat melakukannya. Allah beserta dengan kita. Allah telah menjanjikannya kepada kita.”  

             Yosua dan Kaleb berkata, “Mari kita bergerak.”

            Rakyat yang banyak itu menangis dan meratap di dalam ketidakpercayaan dan penolakan. Dan Allah yang di sorga melihat ke bawah, “Tidak ada seorang pun dari kamu yang akan masuk ke tanah itu. Hanya Yosua dan Kaleb.” Dan kebanyakan dari mereka di serahkan ke padang gurun dan padang liar dan mati di sana jauh dari janji Tuhan. Betapa merupakan sebuah larangan akan ketidakpercayaan. “Saya tidak percaya Allah dapat melakukannya.”   

            Itu merupakan sebuah kisah yang dramatis dan luar biasa, yang terdapat dalam 2 raja-raja pasal tujuh. Benhadad, Raja Aram telah mengepung Samaria. Akibatnya rakyat dan penduduk kota itu kelaparan. Dan Yoram, anak Ahab Raja Israel datang menemui Nabi Elisa, manusia Allah.

Dan Elisa berkata kepadanya, “Besok kira-kira waktu ini, sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.”

            Tetapi perwira yang menjadi ajudan raja menjawab abdi Allah dan berkata, “Sekalipun Tuhan membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi.”

            Dan Nabi Elisa berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau akan melihat dengan mata kepalamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.”

Dan keesokan harinya pada waktu yang sama, orang banyak menginjak-injak perwira itu hingga mati. Tentara Aram telah melarikan diri. Tuhan telah mengirimkan kepada mereka sebuah suara yang seperti sebuah serangan yang besar. Dan mereka berpikir bahwa orang-orang Het dan orang-orang Mesir telah datang. Dan seluruh perbekalan tentara itu jatuh ke dalam tangan penduduk Samaria yang kelaparan.

            Oh, hal yang mematikan dari ketidakpercayaan! Di dalam Injil Matius pasal tiga belas, diluar dari apa yang telah kita baca. Pasal itu ditutup dengan kalimat, “Dan Tuhan datang ke kotaNya sendiri. Dan ke dalam kota Nazaret tempat Dia bertumbuh besar. Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat yang diadakanNya disitu.

            “Hal itu tidak dapat dilakukan. Itu adalah sebuah reaksi yang luar biasa. Pada hari ketika mesin uap ditemukan, ilmuwan gadungan dengan formula matematika berkata, “Tidak ada mesin uap yang dapat melintasi lautan. Muatan batu bara yang supaya dapat menggerakkannya melintasi lautan akan menenggelamkannya ke dalam laut. Dan, trans Atlantik dari mesin uap pertama membawa kapal ke bagian yang lain. “Hal itu tidak dapat dilakukan.”  

            Para ilmuwan gadungan pada masa Columbus berkata, “Kamu tidak dapat pergi ke Barat. Sebab di tengah-tengah lautan itu ada sebuah jurang yang dalam. Dan kamu akan ke jatuh ke atasnya.” Tetapi ilmuwan gadungan yang lain berkata, “Di tengah-tengah lautan itu, ada sebuah monster besar yang bernafas. Dan ketika ia menghembuskan nafas, itu merupakan air pasang. Dan ketika dia menarik nafas, itu merupakan air surut. Kamu tidak dapat berlayar ke barat.”

Itu merupakan sebuah hal yang luar biasa, dampak yang mematikan dari ketidakpercayaan. “Hal itu tidak dapat dilakukan.” Di Zona Kanal Panama dimana kita memiliki kesulitan dengan pedagang narkoba dan seorang diktator yang kejam—di tempat itu—bangsa-bangsa berusaha untuk membangun Kanal itu. Dan Amerika Serikat mengirim para insinyur kesana dan mereka melakukannya. Dan ketika mereka mengerjakannya, mereka menyanyikan sebuah lagu. Dan lagu itu memiliki syair seperti ini:

 

Jangan mengirim kami kembali ke dalam kehidupan yang sama seperti itu lagi.

Kami yang telah menghancurkan tulang belakang sebuah daratan

 

Pekerjaan yang mudah, oh, kami tidak dapat melakukan hal itu lagi

Tidakkah kamu memiliki sesuatu yang lebih dari itu di jalur kami ? 

Memiliki suatu sungai yang kamu katakan tidak dapat diseberangi?

Memiliki suatu pegunungan yang tidak dapat kamu lalui ?

Kami memiliki keahlian khusus di dalam hal-hal yang mustahil itu

Melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain

 

            Itu adalah semangat Amerika. “ Saya dapat melakukannya. Hal itu dapat dilakukan dan kita adalah orang-orang yang dipilih untuk melakukannya.” Dan itu adalah roh kejayaan dan kuasa yang ada di dalam jemaat dari Tuhan Yesus Kristus.  

            Hal itu dapat dilakukan. Dan kita dapat melakukannya. Hanya bungkukkan punggung anda dan angkatlah. “Gulingkanlah batu itu… Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

            Bukan membalut mayat atau jenazah. Bukan menggali lubang kuburan. Bukan nyanyian keputusasaan tetapi hidup dan kebangkitan dan kemampauan dan kuasa serta campur tangan Allah. Kita dapat melakukannya—gulingkan batu itu.

Sekarang saya berbicara tentang batu kelambanan, sikap apatis, kemalasan. Saya mendengar—saya membaca hal yang paling konyol yang pernah saya baca dalam hidup saya. Ada sekelompok orang, sejumlah orang tertentu yang berdoa untuk karunia bahasa lidah---karena mereka ingin untuk menjadi misionari. Dan dari pada belajar bahasa, mereka merasa lebih baik untuk berdoa untuk bahasa lidah sehingga mereka dapat pergi tanpa sebuah usaha dan memberitakan injil kepada orang-orang yang biadab.

            Saudara yang terkasih! Jika hal itu dapat bekerja dengan baik, bersikap  manislah, bukankah begitu? Pikirkanlah semua usaha dan kerja keras dalam mempelajari sebuah bahasa. Dan hal yang cukup anda lakukan adalah berdoa saja untuk karunia berbahasa lidah. Bukankah itu sangat manis. Akan tetapi saya berkata bahwa itu adalah kemalasan, kelambanan. Oh, itu adalah sebuah kutukan! Dan tidak dapat dipahami bagi orang yang telah memberikan dan mendedikasikan seluruh hidupnya.  

            Hal itu mengingatkan saya kepada seorang kekasih pria. Dia menulis sebuah surat kepada kekasih wanitanya dan berkata:

Aku mengasihi engkau. Sungai yang dalam akan kuseberangi. Lautan luas akan kurenangi. Dan gunung yang tinggi akan kudaki. Aku mengasihi engkau!

 

Tertanda “Jim.”

 

N. B. “Aku akan menemui kamu malam minggu jika tidak hujan." 

 

            Ada seorang petani tua yang memiliki seekor bagal. Dan bagalnya itu sangat malas dan lamban serta lesu—tidak mau bergerak—karena itu dia pergi ke dokter hewan. Dan dokter hewan berkata, “Anda masukkanlah pil putih ini ke dalam kerongkongannya. Dan jika dia tetap tidak mau bergerak, anda masukkanlah pil merah ini ke dalam kerongkongannya. Dan dia akan berjalan.”

            Petani itu melihat ke arah dokter hewan itu. Dokter hewan itu berkata, “Jadi, apakah anda akan melaksanakannya?” 

            Dan sang petani berkata, “Anda tahu, Saya memasukkan pil putih itu melalui kerongkongannya. Dan dia akan bergerak. Dan saya tidak tahu  apa yang akan terjadi. saya tidak pernah memegangnya, tidakkah hal itu akan membuat saya mengambil pil merah itu untuk diri saya sendiri.”

            Batu dari kelambanan, kelesuan dan kemalasan—Allah berkata, “Bangkitlah! Tidak ada pengecualian terhadap hal itu di dalam Alkitab, bahkan dari sejak semula. Tidak ada pengecualian terhadap hal itu. Allah terlebih dahulu bergantung atas kita. Kita  harus memberikan respon. Tuhan berkata kepada Nuh pada masa Air Bah, “Buatlah bagimu sebuah bahtera.” Dan tugas Nuh serta hal yang dilakukan Nuh adalah mengambil palu dan mengerjakannya.

            Ketika Musa berdiri di Laut Merah, dengan tentara Mesir yang berada di belakangnya dan padang gurun yang luas serta pegunungan berada di sisi lain dari mereka. Dan lautan terbentang di hadapan mereka. Dan Musa kemudian menangis, berseru kepada Allah. Dan Tuhan Allah berkata, “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepadaKu? Katakanlah kepada orang Israel supaya mereka berangkat. Dan pada saat engkau melangkah ke dalam laut itu, laut itu akan terbuka dan akan menjadi tanah yang kering. Berangkatlah!” Tuhan berkata, “Bergeraklah!”

           Dan kisah Yosua serta kota Yerikho, Tuhan berkata kepada Yosua dan orang-orang di sekelilingnya, “Bersoraklah! Dan ketika mereka bersorak, runtuhlah tembok kota itu. tetapi engkau harus bersorak.  

            Dari kisah yang luas biasa dari seorang anak muda, yaitu Daud yang sedang berdiri di hadapan Goliat. Alkitab menyebutkan bahwa berlari ke barisan musuh itu dan mengumban batu itu. Anda harus berlari. Allah berkata, “Larilah!”

            Dan kisah yang luar biasa itu, tentang Elia yang berada di puncak Gunung Karmel bersama dengan nabi-nabi Baal. Alkitab berkata bahwa dia mendirikan mezbah tempat pengorbanan dan berlutut serta berdoa, “Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel.” Berdoa, dan berdoa. Allah tidak akan bergerak sebelum kita melakukannya: Bersoraklah! Berlarilah! Menunduklah! Berdoalah! Bergeraklah! Tidak ada pengecualian terhadap hal itu di dalam seluruh Firman Allah. Anda harus bergerak terlebih dahulu. Gulingkanlah batu itu. Kemudian lihatlah campur tangan yang ajaib dari sorga. 

           Tidak hanya batu ketidakpercayaan. Tidak hanya batu kelambanan, kemalasan ketidak seimbangan dan kelesuan. Tetapi batu dari persetujuan tanpa protes dan pertolongan serta penghukuman. Anda menjadi biasa terhadap kemalasan. Dan anda akan memperlakukan diri anda untuk setiap situasi yang mungkin. Tidak ada kuasa untuk bergerak atau berubah. Hanya persetujuan tanpa protes. Hal itulah yang ditulis oleh seorang penyair Inggris yang termasyur: “Sifat buruk adalah sebuah monster yang memiliki wajah yang menakutkan …”

 

Sifat buruk adalah sebuah moster dengan wajah yang menakutkan,

Yang kita benci ketika kita melihatnya

Tetapi jika melihatnya terlalu sering, akan terbiasa dengan wajahnya itu

Pertama-tama kita akan menahannya, kemudian akan menyayanginya, selanjutnya akan merangkulnya

 (“Essay on Man,” Alexander Pope) 

 

         Saya memiliki sebuah contoh yang brilian tentang hal itu di dalam hidup saya. Saya tidak pernah melihat sebuah bar yang bertumbuh dengan pesat. Ketika saya menjadi gembala di kota Oklahoma, saya tidak pernah melihat hal itu. Ketika saya datang ke kota Dallas ini, tempat ini penuh dengan bar. Salah satunya berada di sebelah sana. Bar St. Paul's Saloon, yang berjarak tiga puluh kaki dari pintu kita. Saya sangat sensitif terhadap hal itu, saya melihat toko-toko yang mematikan itu, yang menghancurkan, penuh dengan kemabukan dan obat-obat terlarang.

            Salah satu ciri-ciri yang paling tidak dapat dipahami dalam kehidupan modern Amerika adalah kita harus berperang melawan obat-obat terlarang. Dan kemudian kita memiliki klinik pemulihan di setiap sudut jalan, menjual apa yang menghancurkan keidupan orang-orang, yang membuat anak mereka menjadi yatim piatu, yang menghancurkan keluarga mereka, menghancurkan pikiran mereka dan hidup mereka.              Saya tidak dapat memahami hal itu, saya melihat hal itu, sensitif terhadap hal itu. Apakah anda tahu setelah tahun-tahun yang berlalu, saya akhirnya terbiasa akan hal itu, dan tidak memberikan perhatian yang serius lagi terhadap hal itu. Sebuah akomodasi—pengkondisian—kita hanya menerima hal itu.

            Betapa mudahnya melakukan hal itu di dalam perkerjaan Tuhan. Kita memiliki sebuah Sekolah Minggu. Sekolah minggu yang kecil sementara itu di luar sana ada ribuan orang yang tidak diajar. Kita sangat puas untuk memiliki sebuah kelompok yang sangat kecil. Beberapa orang datang menelusuri lorong bangku bdan maju ke depan untuk menerima Tuhan sebagai Juruselamat mereka. Dan di luar sana, ada ribuan orang dari mereka yang tidak terhitung yang hidup mereka terhilang. Kita membiasakan diri kita terhadap sebuah respon yang kecil.

            Allah Mahabesar yang ada di sorga! Gulingkanlah batu dari ketidakacuhan dan persetujuan tanpa protes. Bolehkah saya berbicara tentang batu ketidakacuhan? Sepupu pertama dari ketidakacuhan: Apapun yang terjadi pada saya? Saya tidak peduli.” Hal itu seringkali diulang hingga hal itu menjadi sebuah hal yang biasa. Batu dari ketidakacuhan: “Saya tidak peduli. Hal itu tidak berarti apa-apa bagi saya.” 

            Anda tahu apa yang saya sukai dari jenis dunia seperti ini? Saya pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi sebuah ibu muda, yang melahirkan seorang bayi. Saya mengunjunginya untuk berdoa dan bersukacita bersama dengan dia. Jadi, saya berdiri di sana, berdiri dan bersukacita. Di ruangan itu, di ranjang yang lain ada seorang ibu muda lainnya. Dan ketika saya memperkenalkan diri saya kepada ibu muda ini, dia mulai menangis terisak-isak. Sangat menyedihkan. Dan saya menunduk ke bawah tempat dimana dia tidak dapat mendengar.

            Dan saya berkata kepada ibu  muda yang sedang saya kunjungi itu, “Mengapa dia menangis sedemikian rupa? Apakah dia telah kehilangan bayinya?”

            Dan ibu muda yang menjadi anggota jemaat gereja kita itu berkata kepada saya, “Dia telah berada di sini selama empat atau lima hari. Dan suaminya tidak pernah datang menjenguknya. Dan dia tidak pernah melihat bayi itu. Dia tidak datang.”

            Kemudian setelah saya berdoa bersama ibu itu, saya pergi ke sebelah, kemudian berhenti dan saya berdiri di samping tempat tidur dari perempuan yang menangis dengan terisak-isak itu, yang hatinya sangat sedih.

            Dan saya berkata kepadanya, “Mengapa anda menangis sedemikian rupa?” Saya ingin dia memberitahukannya kepada saya.

            Dan dia menjawab, “Suami saya, sejak kelahiran bayi kami, dia tidak pernah datang untuk melihat anak itu. Dan dia bahkan tidak datang untuk bersama dengan saya. Dan hati saya sangat sedih.” Tidak ada hal yang paling menyedihkan selain dari pada ketidak pedulian.

            Seperti ratapan dari nabi Yeremia, “Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan Tuhan kepadaku.” Tuhan, gulingkanlah batu ketidakacuhan, dan ketidakpedulian. Itu merupakan sesuatu yang berharga bagi kita, sekalipun anda telah diselamatkan atau terhilang. Sekalipun anda mengenal Allah atau tidak. Sekalipun anda mati dengan memiliki pengharapan sorgawi ataupun anda binasa di dalam kegelapan keputusasaan malam hari. Hal itu bermakna bagi kita. Kita peduli!

            Ini adalah sebuah hal yang luar biasa betapa kecilnya sikap yang didedikasikan kepada Allah dapat membuka jendela sorga dan membawa kepada kita mujijat yang tidak ada bandingnya. Seorang hamba perempuan muda yang terdapat dalam 2 Raja-raja—seorang budak perempuan berkata kepada istri Namaan, “Di Israel ada seorang nabi yang menyembuhkan penyakit kusta dari orang yang hebat ini.” Dan dari kesaksian yang sederhana dari gadis budak itu, muncullah sebuah mujijat kesembuhan yang luar biasa yang terdapat di dalam Alkitab.

            Atau Yehezkiel yang berdiri di bawah tangan Allah, berkhotbah ke jurang yang penuh dengan tulang belulang: Tulang belulang—sekumpulan tulang belulang—di bawah tangan Tuhan. Setelah ia melakukannya, menaati perintah Tuhan, bangkitlah sepasukan tentara yang hebat bagi Tuhan. 

            Atau di dalam kehidupan Juruselamat kita—anak kecil ini beserta dengan makan siangnya yang terdiri dari lima potong roti, biskuit kecil dan dua ikan kecil. Dan dengan memberikan itu kepada Yesus, Dia memberi makan lima ribu orang.

Atau Simon Petrus dengan seorang pria yang lumpuh sejak lahirnya, yang berbaring setiap hari di Gerbang Indah untuk mengemis. Dan Simon Petrus memegangnya dengan tangan yang digunakan untuk mengemis setiap hari. Simon Petrus seorang nelayan besar, memegang tangannya dengan tangan yang terentang dan berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang ku punyai, ku berikan kepadamu.” Dan Petrus membantunya berdiri. Dan kuasa Allah membuatnya sembuh. Hanya dengan mendedikasikan hal yang kecil kepada Tuhan. Dan Allah akan bergerak untuk melakukan mujizat yang menakjubkan.

Saya telah berdiri sama sepert yang dilakukan oleh kebanyakan orang dari anda di Kettering Inggris, dimana Andrew Fuller berkata kepada Wiliam Carey, “Engkau turunlah ke dalam sumur dan aku akan memegang tali.”

Saya telah berdiri di Shrirampur, di sebelah luar Kalkuta India, dimana William Carey memulai pemberitaan injilNya bagi bangsa yang hilang dan gelap itu. Dan dari komitmen yang sederhana itu, muncullah gerakan misionaris modern di seluruh dunia.

            Saya telah berada di Boston. Berdiri di pusat kota itu. Toko-toko bangunan telah hancur, tetapi disana ditempatkan sebuah plakat dari perak yang berbunyi, “Di tempat ini, Guru Sekolah Minggu Kimball berhenti dan memenangkan D. L. Moody kepada Tuhan, seorang muda penjual sepatu. Lalu dimulailah kebangunan rohani yang terbesar di Amerika yang pernah dikenal.”

            Hanya menunggu—Allah menunggu seseorang untuk percaya—seseorang untuk bergerak; seseorang untuk melakukan; seseorang untuk merespon; seseorang untuk berkomitmen, untuk mengabdikan diri. Kemudian Allah akan bertindak.

            Gerakkan batunya dan mujizat kemudian berada di dalam tangan Allah. Dan itulah artinya telah diselamatkan.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.