EXTRAVAGANSA ALLAH
(GOD'S EXTRAVAGANCE)
Dr. W. A. Criswell
03‑27‑88
Yohanes 12:1-8
Khotbah kita diambil dari Injil Injil Yohanes. Yaitu Injil Keempat, pasal 12, ayat 1-8:
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Ada tiga gambaran yang dapat dilihat dalam perikop diatas. Yang pertama, Maria dengan hadiahnya yang bernilai—300 dinar. Harga dari minyak wangi tersebut sama dengan upah satu tahun. Figure yang kedua adalah Yudas Iskariot, yang akan mengkhianati Dia, yang berkata: Untuk apakah pemborosan minyak narwastu ini? Apa gunanya melakukan hal itu? Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin? Mengapa justru harus memboroskannya?” Dan kemudian perkataan dari Tuhan kita: Betapa besarnya penghargaan yang diberikan, betapa luar biasanya—“Sesungguhnya di mana saja injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.” Dan saya juga sedang menggenapi apa yang disampaikan oleh Tuhan itu. Dan betapa senangnya melakukan hal itu.
Keroyanan Allah: Apakah manfaat dari pelayanan itu untuk kebutuhan hidup? Apa baiknya melakukan hal itu? Betapa hal itu merupakan sebuah pemborosan! Tetapi Allah berkenan dengan pemborosan itu.
Hidup lebih dari sekedar sebuah pemberian atau sedekah. Demikianlah yang disampaikan oleh Tuhan. Saya menghadiri sebuah pertemuan besar yang mana seorang presiden dari sebuah universitas bertindak sebagai pembicara. Dan di dalam pertemuan itu, ada begitu banyak orang yang hadir, yang terdiri dari berbagai kalangan intelektual.
Dan mereka memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan pemerintahan.
Dan, pesan dari tesis presiden itu adalah: Bahwa semua hal yang harus dilakukan Amerika adalah mengambil semua kekayaannya dan memberikannya kepada seluruh orang-orang miskin yang berada di dunia ini. Dan kemudian kita harus memecahkan setiap masalah, politik, sosial, domestik dan lain sebagainya.
Di dalam salah satu kejadian yang tidak terduga, saya duduk disebelahnya dalam sebuah penerbangan setelah pertemuan itu selesai dilaksanakan. Saya berpaling kepadanya dan berkata, “Apakah anda sungguh-sungguh percaya hal itu: bahwa kita dapat memecahkan semua masalah di dunia ini jika anda mengambil kekayaan Amerika dan memberikannya kepada orang-orang miskin?”
Saya membuat sebuah penilaian kepadanya: “Jika anda melakukan hal itu, orang-orang miskin akan menjadi lebih miskin dari sebelumnya.” Dan saya juga membuat penilaian yang kedua bahwa hidup lebih dari sekedar sebuah pemberian.
Bukankah itu merupakan sebuah hal yang luar biasa: Allah dan bagaimanakan Allah itu? Dia menyukai keroyalan, hal yang menurut kita tidak memiliki sebuah manfaat sama sekali—sebuah hal yang luar biasa.
Sama seperti sebuah sunset? Apakah anda pernah melihat hal yang indah itu pada saat sore hari? Apakah manfaat dari mewarnai seluruh langin dengan warna yang pucat kelabu?
Atau apakah manfaatnya sebuah pelangi? Setelah hujan pertama, air bah dan zaman Nuh, Allah berkata, “Aku akan menempatkan busurKu di langit”—Hanya sebuah tanda dari keroyalanNya yang luar biasa, anugerah dan kasih karuniaNya yang berlimpah-limpah. Tetapi apakah manfaat dari warna busur itu?
Langit begitu biru—di luar dari jendala ruang belajar saya, saya melihat kea rah langit itu. apakah manfaat dari Allah yang mewarnai langit dengan warna biru? Mengapa bukan kelabu? Keroyalan Allah.
Pikirkanlah tentang sebuah warna jamrud yang seperti padang rumput. Atau, pikirkanlah tentang warna pepohonan. Apakah anda pernah berada di bawah air terjun New England? Itu adalah warna yang nyata dari musim gugur: sama seperti apakah manfaat dari pelayanan itu.
Seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari anda, saya pernah berdiri dan melihat Lukisan Padang Pasir Arizona di sore hari. Saya sangat takjub akan hal itu, selama beratus-ratus tahun, Allah sendiri duduk di sana dan hanya melihat keindahan dari Lukisan Padang Pasir tersebut? Keroyalan Allah.
Dan tidak hanya di dalam hal warna, tetapi juga di dalam cahaya: Cahaya bulan dan cahaya bintang—Allah menyukai hal itu.
Dan suara: Betapa Allah berkenan terhadap suara yang sangat indah yang kelihatannya tidak memiliki manfaat, tetapi Allah menyukai hal itu: Suara dari desau pohon pinus atau suara dari aliran air yang melewati batuan dan karang, atau suara dari kicauan seekor burung.
Sesekali saya suka berjalan di pagi hari, dan di puncak pohon ek di halaman kita, anda akan mendengan kicau burung yang memuji Allah. Dan dia melompat dan terbang dari satu dahan ke dahan yang lain sambil bernyanyi, nyanyian dari setiap burung yang berada di dunia ini. Apakah kegunaan dari hal itu? Apakah manfaatnya bagi kebutuhan kita? Bukankah itu sebuah pemborosan? Akan tetapi Allah menyukai hal itu. Allah menciptakan burung-burung untuk bernyanyi.
Apakah anda pernah mendengar puisi ini?
Aku membawakan ribuan sunset
Dan sebatang pohon ek yang bersahabat
Dan ratusan ribu sinar lembayung
Ketika tanah pertanianku dilimpahkan padaku
Ribuan fajar yang merekah
Dengan kicau burung yang bernyanyi
Dan hamparan lumut
Dengan naungan pohon willow
Dan musik musim semi
Dan tuan tanahnya berkata bahwa ia akan menjual tanahnya kepadaku
Betapa murahnya dia tawarkan
Tetapi semuanya berlangsung adil
Sebab segala sesuatu ada di sana
Sebab seluruh dunia melihatnya
Sebuah padang rumput penuh dengan bunga daisy
Dan bunga mawar liar menjalar bebas
Dan sebuah liang tupai
Dan sangkar burung penyanyi
Dan semuanya menjadi milikku
Aku telah melunasinya kepada pemiliknya
Dan dia tidak memahaminya
Dia telah memberikan sebuah harga
Atas Firdaus
Ketika dia berpikir bahwa dia telah menjual sebuah tanah untukku
Allah yang mulia, betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa, keroyalan Allah—Hanya karena Dia menyukainya.
Dan kita merupakan gambar dan rupa Allah. Alkitab menyebutnya demikian. Dan hati kita juga mengakui hal tersebut. Kita diciptakan sama seperti Dia. Kita merefleksikan Dia.
Dan saya tidak menyangkal bahwa ada sebuah bagian lain dari hidup. Anda merasa lapar—Dan anda harus makan. Anda merasa haus—Dan anda harus minum. Anda merasa lelah—Dan anda harus beristirahat. Saya tidak menyangkal bahwa ada sebuah usaha lain untuk hidup.
Saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan oleh Tuhan: “Hidup lebih dari sekedar roti. Lebih dari sekedar daging.” Ada bagian lain di dalam diri kita yang jauh di dalam yang melampaui sekedar kebutuhan untuk pemenuhan hidup.
Seseorang pernah berkata pada zaman yang lampau, “Jika aku memiliki sepuluh sen, dengan lima sen aku akan membeli makanan untuk memberi makan tubuhku dan dengan lima sen lainnya aku akan membeli setangkai mawar untuk memberi makan jiwaku.” Ada sesuatu tentang kita yang tidak dapat diekspresikan keculai di dalam puisi dan musik dan di dalam seni serta sastra: hal-hal yang tidak bermakna bagi kebutuhan fisik kita, tetapi hal-hal itu memberi makanan bagi jiwa kita.
Puisi: Apa gunanya sebuah puisi? Tetapi, ada sesuatu di dalam diri manusia yang merespon. William Wordsworth menulis:
Warna lembayung oleh sebuah batu yang berlumut
Yang separuh tersembunyi dari mata
Kuning langsat adalah bintang
Ketika hanya satu-satunya
Yang bersinar di langit.
Atau syair dari penyair kita yaitu, James Russell Lowell:
Apakah yang begitu ganjil
Seperti masa di bulan Juni?
Kemudian ketika hal itu datang
Masa sempurna.
Ketika langit menjangkau bumi
Seandainya itu berada dalam nadanya
Dan di atas hati
Dia menghangatkan syair telinga
Atau, Bobby Burns:
Kesenangan sama seperti bunga tumbuh dan berkembang
Engkau memetik bunganya
Kembangnya akan layu kemudian
Atau seperti salju yang jatuh
Di atas sungai
Yang putih untuk sejenak
Lalu lenyap selamanya
Atau seperti lintasan cahaya borealis
Yang menghilang lenyap seketika
Menuju tempat mereka
Atau seperti pelangi
Dalam bentuk yang sangat indah
Yang menghilang di tengah-tengah badai
Puisi: Nyanyian dari jiwa.
Atau musik: Apakah makna musik bagi kebutuhan manusia? Akan tetapi, Oh Tuhan, betapa berartinya hal itu bagi batin manusia, jiwa kita yang paling dalam, di dalam pujian kita terhadap Tuhan, menyanyikan lagu-lagu tentang Sion.
Atau musik-musik hebat yang ada di dunia: Suatu malam yang lalu, saya pergi tidur lebih awal dan menyalakan televisi tepat sebelum saya tidur. Dan di layar televisi ada Leonard Bernstein dengan “Simponi Ketiga” dari Brahms yang memimpin simponi Orkestra Vienna. Oh, saudara yang terkasih, saya sangat terpesona ketika saya melihatnya dan mendengarkannya. Untuk tujuan apakah? Akan tetapi Allah membentuk kita dengan cara itu.
Atau seni: Pada masa ketika saya sering pergi ke kota New York, di dalam sebuah galeri Yahudi yang terdapat di sana, sebuah toko yang antik, di pintu masuk toko itu terdapat lukisan yang indah yang dilukis oleh Byron Cheney. Itu adalah sebuah lukisan Tuhan kita yang sedang berada di hadapan Pilatus. Itu adalah Ecce Homo: “Lihatlah Orang ini.”
Dan saya berkata kepada orang Yahudi pemilik lukisan itu: “Lukisan itu tidak bermakna apa-apa bagi anda. Tetapi saya adalah seorang Pendeta Baptis. Hal itu memiliki makna yang sangat dalam bagi saya.
Dan setiap tahun tahun ketika saya pergi ke New York, sesekali atau lebih, saya akan pergi menemui dia. Dan saya akan membuat perkataan yang sama kepadanya: “Anda adalah orang Yahudi. Lukisan itu tidak memiliki makna apa-apa bagi anda. Tetapi memiliki makna yang sangat dalam bagi saya.”
Dan pada suatu hari, dia menjual lukisan itu kepada saya. Dan lukisan itu sekarang berada di ruang belajar saya, dan saya sering memandangnya ribuan kali, yang terdapat di sebelah kanan meja saya. Sang seniman melihat hal itu dari dalam jiwanya dan melukisnya di atas kanvas. Dan saya memandangnya serta menjadi berkat di hati saya” Sebuah lukisan dari Tuhan saya.
Bagaimana Allah membentuk kita. Suatu kali saya membaca sebuah kalimat yang luar biasa. seorang arsitek yang berkata bawa merupakan sesuatu yang tidak bermoral untuk melukis sebuah gumpalan pada wadah. Allah melakukan hal-hal itu—Allah yang sangat royal.
Dan apakah yang harus saya sampaikan tentang keintiman kita dan kehidupan pribadi kita? Hal-hal yang kelihatannya tidak bermakna bagi kebutuhan fisik kita, tetapi mereka merupakan bagian dari diri kita yang paling dalam.
Suatu kali saya pernah mendengar seorang ayah yang sedang berbicara dengan putranya, yang mau membeli cincin untuk pengantin wanitanya, tunangannya. Dan saya sangat tercengang ketika mendengar perkatan ayah itu kepada putranya: “Nak, engkau harus membeli sebuah cincin yang sangat mahal yang tidak pernah engkau pikirkan sebelumnya.”
Dan putranya itu berkata, “Tetapi saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya.”
“Engkau harus berusaha membelinya bagaimanapun juga. Engkau bisa meminjam uang. Engkau dapat berhutang untuk membeli cincin itu.”
Saudara, seberapa besar manfaat sebuah cincin pertunangan? Hal itu merupakan cara Allah membentuk kita. Keroyalan dari hidup.
Saya telah melangsungkan pernikahan kemarin malam. Dan saya beritahukan kepada anda, pengantin pria telah membeli cincing yang paling indah yang pernah saya lihat di dalam hidup saya. Saya merasa memegang segenggam permata ketika saya mengambilnya dan memberikannya kepada pengantin wanita untuk dipakai di jarinya. Bukankah itu merupakan sesuatu yang sulit untuk dipikirkan? Saudara, saya pikir itu merupakan sesuatu yang luar biasa.
Dan berbicara tentang rumah. Seperti yang anda tahu, di dalam tahun-tahun yang telah lewat, saya pergi selama empat bulan untuk memberitakan injil keliling dunia. Dan setengah dari masa itu saya berada di Jepang.
Setiap rumah di Jepang, dimana saya menjadi tamu di dalamnya, di sudut rumahnya terdapat sebuah podium yang tingginya sekitar 18 inci. Dan diatas podium kecil itu akan terdapat satu pot bunga dan dupa yang dibakar dan sesuatu yang indah. Itu sangat menakjubkan. Sesuatu yang luar biasa.
Saya telah seringkali melewati Arizona, sama seperti yang anda lakukan. Dan di sana anda akan melihat sebuah pondok atau sebuah tambang atau sebuah gubuk tua atau yang sejenisnya, yang berada di sana di ujung bumi.
Jadi, saya sering melewati Arizona, dan di dalam gubuk tersebuat ada sebuah jendela dengan tirai tergantung indah. Dan saya berpikir bahwa seseorang wanita yang penuh kasih, seorang istri muda, tinggal di dalamnya. Apakah manfaat dari sebuah tirai wanita? Apakah manfaatnya? Tetapi Allah membentuk kita dengan cara itu.
Dan saya telah bepergian sepanjang Afrika, salah satu hal yang paling menarik yang saya ketahui, yang membuat saya berhenti dan mengamatinya adalah wanita Afrika yang setengah telanjang yang menata rambut teman mereka, dan memasang anting-anting di hidung mereka dengan bahan-bahan yang terbuat dari tulang. Dan anda tahu, saya berpikir bahwa itu merupakan suatu hal yang tidak jauh berbeda.
Jika saya memiliki keberanian yang cukup, saya akan memanggil wanita yang berada di sana dan menunjukkan anting-anting itu dan anda dapat menempatkannya di telinga anda. Dan tulang-tulang yang menghias rambut anda. Saudara, anda mungkin harus melihat tatanan rambut seperti yang saya lihat di tempat itu dan menunjukkannya kepada jemaat ini? Mengapa? Karena Allah membentuk kita dengan cara itu. Keroyalan Allah.
Dan ketika kita datang ke hadapan Juruselamat kita, betapa indahnya hal ini: “Dan Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya dan memecahkannya di atas kepala Yesus.” Tiga ratus dinar: upah untuk satu tahun bekerja. Pemborosan yang luar biasa dari ketatatannya—dan Tuhan menyukai hal itu! Dia sangat berkenan atas hal itu dan memuji dia atas hal itu.
Saya berpikir tentang hal itu, keroyalan Allah di dalam rumahNya, di dalam BaitNya di mana kita menyembah Dia. Di dalam Kitab Satu Raja-Raja, di situ disebutkan bahwa Allah menginspirasikan Raja hiram dari Tirus—Libanon, memenuhi dia dengan Roh kudus. Dan dia datang serta membuat Bait yang sangat indah itu, rumah Tuhan.
Dan di dalam pasal tujuh itu disebutkan bahwa Allah menginspirasikan Hiram untuk membuat dua tiang tembaga, tingginya antara 35 dan 50 kaki. Dan diatasnya dilapisi dengan buah delima, lonceng dan bunga-bunga bakung. Dan Allah berfirman, “Letakkanlah di bagin depan BaitKu.”
Mereka terpisah. Tidak ditopang oleh apapun. Mereka bukan bagian dari akar atupun dinding. Mereka terpisah dan diletakkan di sana. Mengapa? Karena Allah ingin melihatnya. Keindahan, tercetak dalam tembaga, seakan-akan tidak bermanfaat bagi pelayanan, tetapi Allah senang melihat kecantikannya.
Ketika kita membangun bangunan ini, kita menyebutnya Bangunan Kapel, Bangunan Criswell. Dan ketika kita membangunnya, saya berkata kepada sang arsitek, “Saya ingin supaya anda membangun bangunan yang terindah di kota Dallas. Saya supaya anda meletakkan jendela gaya Gothik di dalamnya dan batu-batu ceruk.”
Dan saya pergi menemui Mrs. Veal, penderma kita, dan saya berkata, “Mrs. Veal, saya ingin anda memberikan sejumlah uang untuk saya untuk meletakkan sebuah menara di puncaknya.”
Apa baiknya sebuah menara? Hanya sebuah pemandangan. Inilah Allah—Keroyalan dari Tuhan Allah.
Ketika kita membangun Embree Hall, kapel terbesar di dalam bangunan—di sebelahnya adalah sebuah jalan, tetapi kita membangunnya, tidak ada sebuah jalan di sana. Dan saya berkata kepada arsitek, “saya ingin supaya anda meletakkan enam jendela di sana. Saya ingin supaya anda meletakkan enam jendela kaca yang indah.”
Dan ada seorang pria yang berada di St. Louis, yang terakhir dari generasinya. Teapt sebelum dia meninggal, dia datang kemari dan membuat enam jendela. Semuanya dibuat dari tangan, setiap bagiannya. Dan di bagian ini ada tiga jendela yang menggambarkan Perjanjian Lama. Dan di bagian yang laian ada tiga jendela yang melambangkan Perjanjian Baru—Keroyalan Allah.
Saya memiliki sebuah kertas yang saya gunting dari koran harian. Itu merupakan sebuah wawancara dengan seseorang yang menjadi kepala dari Commerce Department dan Bureau of Domestic Commerce dari Pemerintahan Amerika Serikat kita. Dan saya akan membaca hasil wawancara itu untuk anda dan bunyinya adalah: Struktur keagamaan sesekali condong untuk lebih diwarnai dengan ornamen dibandingkan dengan banguan hari ini. Arsitek keagamaan condong lebih sederhana.”
Kemudian dia menambahkan, “Ini merefleksikan sekularisasi dari masyarakat kita memiliki banguan yang lebih indah dibandingkan dengan gereja-gereja pada hari ini, terasuk di dalam kantor-kantor mereka, perusahaan dan pusat perbelanjaan. Gereja bukan lagi merupakan sesuatu yang penting di dalam kehidupan masyarakat kita seperti pada masa lalu.”
Jadi mereka membangun gereja pada hari ini dengan lebih sederhana, tanpa ornament dan hiasan. Tetapi, kita menempatkan ornamen yang indah di gedung-gedung utama dari perusahan-perusahaan terbesar di Amerika.
Betapa merupakan sebuah tragedi! Betapa memalukan! Puji Tuhan, ketika kita membangun rumah Tuhan, hal itu seharusnya memperlihatkan pertunjukan keroyalan dari kasih dan kemuliaan dari umat Allah. Itulah sebabnya mengapa saya menyukai gereja tua yang klasik ini.
Saudara, ini dibangun pada tahun 1890. Dalam dua tahun mendatang, kita akan merayakan bangunan yang lama dari gereja ini. Dan saya menyukai segala sesuatu yang berada di dalamnya.
Saya menyukai jendela-jendelanya dan saya menyukai pintu-pintunya. Dan saya menyukai bagian luar dan bagian dalam. Ia dibangun pada masa ketika gereja memiliki makna yang dalam di hati orang-orang.
Keroyalan Allah yang luar biasa: Bukan hanya bagian luar—bait dari penyembahan kita, tetapi juga di dalam hati kita. Di dalam Titus 2:10, Paulus berkata, “Muliakanlah ajaran Allah, Juruselamat kita.” Bukankah itu sebuah frasa yang luar biasa: “Memuliakan doktrin?”
Tidak hanya sebuah doktrin yang dingin, tetapi bagaimana seharusnya menjadi anak Allah, seorang murid Kristus, seorang Kristen: “Kita percaya akan prinsip ini.” Tetapi kita juga harus membuat mereka indah, nyata, hidup, didemontrasikan, memiliki makna dan mulia: “Memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.”
Salah satu dari hal itu, tentu saja, di dalam Alkitab adalah ajaran untuk peduli terhadap orang-orang miskin. Tidak ada keraguan terhadap hal itu: Memberi makan orang-orang miskin. Saudara, kita menghabiskan ratusan ribu dolar dalam setahun terhadap pelayanan itu. Kita memiliki 28 kapel, yang melaluinya kita berusah untuk menjangkau dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Setiap kali anda memberikan persembahan kepada gereja ini, sebagain besar dari persembahan itu disumbangkan untuk menolong orang-orang miskin.
Tetapi di sana ada sesuatu yang lebih dan bersifat dalam. Ada sebuah seruan yang dibuat di sini sepanjang waktu, bagi jemaat kita untuk memberi makan orang-orang miskin. Saya ingat tentang seorang wanita yang memiliki seorang bocah laki-lakiyang memiliki sepasang celana. Dan dia sedang mempersiapkan celana itu untuk dibawa ke gereja sebagai sumbangan. Dan di kantong celana itu dia menemukan di salah satu kantongnya beberapa kelereng. Dan secara hati-hati dia mengambil kelereng-kelereng itu dan meletakkannya di atas sebuah meja.
Kemudian dia mulia berpikir. Dan dia memasukkan kembali kelereng-kelereng itu ke dalam saku celana dan membawa celana itu ke gereja, dengan sebuah catatan di dalamnya.
Dalam beberapa minggu kemudian, dia memperoleh sebuah surat dari seorang ibu yang berkata, “Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada anda atas celana itu. Anak saya yang miskin sangat membutuhkannya.” Kemudian dia menambahkan, “Tetapi secara khusus saya sangat berterimakasih atas kelereng-kelereng anda. Mereka membuat anak saya sangat bahagia” Memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
Dan sebuah kalimat terakhir: Hidup kita di hadapan Allah dan kegembiran dan keroyalan—hanya untuk mengasihi Allah.
Bolehkah saya mengambil sebuah contoh dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama? Di dalam Perjanjian Lama, Elkana sekali setahun meninggalkan kotanya menuju rumah Tuhan, ke kemah suci—sekali setahun sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan sesuai dengan tuntutan hukum. Dia membawa persepuluhan dari seluruh domba, dan hasil ternak serta hasil ladang.
Tetapi Hannah membuat sebuah jubah kecil untuk Samuel. Dia memiliki baju efod yang terbuat dari kain lenan. Tetapi Hannah membuat sebuah jubah kecil baginya.
Dan Alkitab menyebutkan bahwa setiap tahun, Hannah beserta Elkana pergi ke rumah Tuhan dan membawa sebuah jubah kecil yang dia buat dengan tangannya sendiri—sesuatu yang lebih untuk Tuhan. Dan dari Perjanjian Baru. Dalam Khotbah di Bukit Tuhan kita berkata, “Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Latar belakang dari hal itu berasal dari hukum Roma, setiap prajurit Roma dapat memaksa siapapun dan menyuruh dia untuk membawa peralatan mereka sejauh satu mil.
Jadi, seandainya ada seorang prajurit Roma. Dan seandainya ada seseorang yang bekerja di ladang. “Kamu kemari.” Dan kemudian dia akan memikul peralatan prajurit itu dan membawanya serta mengikuti prajurit Roma itu sejauh satu mil.
Dan ketika dia mengikuti prajurit Roma itu, dia mengutukinya dalam setiap nafas yang dia hembuskan. Terkutuklah dia dan Imperium Roma serta seluruh prajuritnya. Dan di bagian penghujung satu mil itu, dia melemparkannya ke bawah.
Yesus berkata, “Engkau harus melakukan in. Ketika komandanmu dan prajurit Roma memaksa engkau untuk mengikuti dia sejauh satu mil, engkau bawalah peralatannya. Dan berjalanlah di sebelahnya. Dan ketika engkau sampai sejauh satu mil yang pertama. Engkau duduklah dan berpaling kepadanya serta berkata, ‘Tuan, bolehkan saya membawa peralatan anda itu sejauh satu mil lagi dan berjalan di samping anda?”’
Dan dia kemudian dia berjalan di sebelah prajurit itu sejauh satu mil lagi. Dan dia berbicara kepada prajurit itu tentang Yesus. Dan apa yang telah dilakukan Allah bagi dia.
Tidak heran, kalau iman Kristen dapat menaklukkan seluruh Kekaisaran Roma dan merubah peradabannya. Itulah mil yang kedua. Dengan senang hati, dengan penuh keramahan, keroyalan Allah yang luar biasa.
Dan itulah sebabnya, pujian diberikan kepada wanita yang luar biasa ini yaitu Maria. “Dia melakukannya karean kasihnya kepadaKu.” Dan itu cukup untuk hadiah yang paling berharga yang dapat diberikan atau ibadah yang dapat dijangkau yang dapat kita curahkan bagi namaNya yang mulia.
Bolehkah kita berdoa?
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.