PELAYAN JEMAAT

(THE SERVANT CHURCH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

08-19-79

 

Yohanes 13:1-17

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung bersama dengan kami dalam ibadah di Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah Pendeta Gereja First Baptist Dallas yang sedang menyampaikan sebuah khotbah yang berhubungan dengan pelayanan dari seluruh umat Allah. Minggu malam yang lalu kita telah menyelesaikan khotbah dari pasal 12 dari seri khotbah kita melalui Injil Yohanes. Dan pada hari ini saya akan menyampaikan sebuah khotbah yang berjudul: Pelayan Jemaat. Dan teks kita berasal dari Yohanes pasal 13:

 

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,

Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

 

Sekarang ayat 12:

 

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?

Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu

Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.

Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

 

Kita tidak melihat hal itu sebagai sebuah ordinansi karena Tuhan berkata kepada rasul-rasul, “Roh Kudus akan menuntun kamu ke dalam seluruh kebenaran.” Kemudian kita melihat ke jemaat Perjanjian Baru, ke gereja-gereja apostolik—mereka hanya melaksanakan dua ordinansi: Baptisan dan Perjamuan Tuhan. Lebih lanjut kita mengetahui dari pengajaran Roh Kudus kepada rasul-rasul bahwa membasuh kaki bukanlah sebuah ordinansi. Tetapi itu merupakan sesuatu yang indah dan mulia dan tipe kesederhanaan, simbol dan contoh dari bagaimana seharusnya menjadi umat Allah yaitu membasuh kaki.

Pelayan jemaat—Yang pertama dari semua : melayani Tuhan kita. Jika anda telah hidup pada masa ketika Dia menjadi manusia dan telah melihat Yesus dan seseorang bertanya kepada anda, “Seperti apakah Dia?” Bagaimanakah anda akan menjawabnya? Anda dapat menjawabnya dari bahasa Tuhan sendiri di dalam menggambarkan diriNya. Dia berkata di dalam Matius 11:29: “Karena aku lemah lembut dan rendah hati.” Dia juga berkata, di dalam bagian yang baru saja kita baca “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Jika seseorang bertanya kepada anda, “Jenis pelayanan seperti apakah yang Dia lakukan? Apa yang Dia lakukan? Nabi yang berjalan berkeliling ini, ketika Dia berjalan diantara orang-orang, apa yang Dia lakukan? Pelayanan seperti apakah yang Dia miliki?

Kemudian, sekali lagi anda dapat menjawabnya dari firman Allah, sebagaimana Dia berbicara kepada Yohanes Pembaptis yang berada di penjara, yang bertanya kepadaNya tentang panggilan MesianisNya. “Pergilah dan beritahukanlah kepada Yohanes, apa yang kamu dengar dan kamu lihat : orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” Yesus yang lemah lembut dan rendah hati.

Simon Petrus meringkaskan pelayananNya di dalam Kisah Rasul pasal sepuluh: “Dia melakukan pekerjaan yang baik.” Bukankah itu merupakan sebuah  ringkasan yang kuat, kesimpulan dari keseluruhan hidup Tuhan kita? “Dia melakukan pekerjaan yang baik.”

Kemudian, tentu saja, di dalam Juruselamat kita, kita digambarkan kepada seseorang yang menderita dalam keheningan. Dia tidak melakukan bantahan. Simon Petrus, kembali lagi di dalam suratnya yang pertama di dalam pasal kedua berkata:

 

… Kristus telah memberikan sebuah teladan kepada kita...

… Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki.... 

… Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib…Oleh bilur-bilurNya kita telah sembuh.

 

Dan ketika saya membaca hal itu, segera saja saya berpikir tentang keagungan dan kekudusanNya. Hal itu hampir sama dengan masuk ke dalam sebuah ruang yang suci ketika membaca kata-kata itu.

Segera saja kita mengingat nubuatan yang dikutip oleh Simon Petrus itu dari Kitab Yesaya pasal lima puluh tiga : 

 

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan…..

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya…..

Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

 

Anda akan sulit untuk memaksa orang seperti itu: Penderita yang terdiam, Juruselamat yang dibawa ke hadapan orang-orang yang membantainya dan tidak memberikan sebuah bantahan.

Seperti yang diketahui oleh beberapa orang dari anda, saya telah berkhotbah dalam sebuah pertemuan di Saint Louis minggu yang lalu. Dan salah satu pengkhotbah yang berbicara di pertemuan itu adalah seorang muda yang dibesarkan di Kota Dallas. Ayahnya adalah seorang Pendeta di sini.

Ketika dia memberitahukan sesuatu yang terjadi di sini, di kota saja. Segera saja saya langsung menyadarinya. Dan dan kejadian itu adalah seperti ini. Ada seorang pria di Dallas ini, yang bekerja dalam sebuah perusahaan pengepakan, rumah potong hewan. Dan tugasnya adalah menyembelih hewan ternak yang berada di sana, kemudian memasukkannya ke dalam tempat peluncuran untuk proses selanjutnya. 

Jadi, pada suatu hari, pendeta bertanya kepada pria itu, “Apa yang anda lakukan?”

Dan pria itu menjawab, “Saya telah berhenti. Saya telah berhenti.”

Dan pendeta itu berkata, “Mengapa? Apa yang terjadi?”

Dia berkata, “Pendeta, kejadiannya seperti ini: Ketika kita sedang memproses hewan ternak itu, saya berada di sana di bagian awal, memasukkan pisau ke dalam pembuluh venanya. Dan sapi yang besar itu akan jatuh ke dalam tempat peluncuran untuk proses selanjutnya. Kemudian, saya juga akan menyembelih hewan ternak yang lain. Dan hewan itu akan jatuh ke tempat peluncuran setelah disembelih. Tetapi mereka tidak pernah memberitahukan kepada saya bahwa mereka akan mulai memproses pemotongan anak domba.”  

Dan dia berkata, “Ketika saya telah menjatuhkan pisau itu ke dalam hewan ternak, mereka langsung jatuh ke dalam tempat peluncuran untuk diproses selanjutnya. Kemudian masuklah seekor anak domba. Dan kemudian saya memasukkan pisau saya ke leher anak domba itu.” 

Dan dia berkata, “Pendeta, ketika domba itu kehilangan tenaga dan mati, darahnya langsung membanjiri tangan saya. Saya kemudian membuang pisau saya. Dan saya berhenti. Dan saya tidak lagi menyembelih hewan, dan saya tidak kembali lagi ke tempat itu.” 

Anda tahu, saya pikir, “Bukankah hal itu sama seperti kita?” Kita memandang kepada Yesus dan entah bagaimana, hal-hal yang ada di dalam diri kita tidak akan sama lagi, kita menjadi orang yang berubah. Saya memandang Dia dan saya tidak lagi bermain judi. Saya memandang Dia dan saya tidak lagi mabuk-mabukan. Saya memandang Dia dan saya telah menjadi seseorang yang berubah. Itu adalah kasih Kristus yang membatasi kita. Bukankah hal itu benar? Itulah yang disampaikan oleh para rasul.

Dan jika anda mengenal Tuhan, anda tahu betapa berartinya lemah lembut dan rendah hati serta Tuhan Yesus yang menderita. Di dalam penghukumanNya kita menemukan perhentian. Dan oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan. Dan di dalam kematianNya yang menebus, kita diselamatkan.

Yang kedua: Gembala pelayan. Ketika anda memperoleh suatu keselarasan, dan melihat ke dalam Injil Yohanes di dalam Keselarasan itu, anda akan segera menyadari mengapa Yesus menanggalkan jubahNya, mengikat dirinya dengan sehelai kain lenan dan mulai membasuh kaki murid-muridNya. Hal itu membangkitkan sebuah persamaan umum di dalam kehidupan orang-orang itu. Mereka saling berselisih tentang siapakah yang akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan sorga.  

Saya pikir, dan ini hanya merupakan sebuah kesimpulan—saya berpikir bahwa hal itu berlangsung saat mereka duduk untuk makan Paskah. Dan tentu saja mereka semua ingin duduk di meja yang paling depan.

Bagaimanapun juga, Alkitab mencatat bahwa ada sebuah pertentangan yang timbul diantara mereka, tentang sipakah yang terbesar diantara mereka. Dan saat mereka sedang bertentangan, kemudian Tuhan mulai membasuh kaki mereka. 

Ketika anda membaca Injil, ada sebuah perdebatan umum di antara para rasul: Siapakah yang akan menjadi terbesar di dalam kerajaan sorga? Yeremia berkata kepada juru tulisnya yaitu Barukh: “Janganlah mencari hal-hal yang besar bagi dirimu sendiri. Janganlah mencarinya,” Dan Tuhan berkata, “Barangsiapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”

Seseorang yang paling besar adalah seseorang yang merendahkan diri dan tidak ragu untuk melakukan sebuah tugas yang sederhana dan kasar. Itulah yang seharusnya menjadi ciri dari seorang gembala jemaat—gembala pelayan.

Simon Petrus menulis:  PoimainoPoimen adalah seorang gembala.  Poimaino adalah untuk menggembalakan sekawanan domba, dan diterjemahkan di sini dengan “Gembalakanlah kawanan domba Allah.”

 

Aku menasihatkan para penatua di antara kamu….

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu

Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.

Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

 

Ini adalah salah satu mahkota dari lima mahkota yang akan diberikan Tuhan di dalam Perjamuan Kawin Anak Domba: Mahkota bagi seorang gembala, upah bagi seorang gembala yang setia. 

Poimaino, “menggembalakan, memberi makan, merawat, memelihara” kawanan domba Allah, bukan menjadi penguasa atas warisan Allah.” Anda tidak dapat membaca hal itu dan tidak memberikan perhatian yang serius terhadap peringatan itu: ‘Tidak memerintah atas kawanan domba Allah.” 

Setiap pendeta yang mau membangun sebuah gereja yang luar biasa akan memiliki sebuah tujuan utama yang berada di depannya. Dan hal itu adalah: Untuk membangun kaum awamnya, untuk membangun jemaatnya di dalam Tuhan. Ketika seorang pendeta tidak melakukan hal itu, maka dia akan menguburkan dan memecah gereja dan dunia yang tiada henti ini. Saya dapat menunjukkannya kepada anda di dalam sejarah kekristenan dari kehancuaran gereja-gereja besar. Mereka hanya mendirikan dan mendasarkannya di sekitar satu orang, yaitu pendetanya.

Tetapi, saya juga dapat menunjukkan kepada anda, dan ini adalah salah satunya: gereja-gereja dibangun karena pertumbuhan dan kepemimpinan dari pria dan wanita yang memiliki dedikasi. Dan jika pendeta melakukan hal yang baik di dalam pelayanannya, maka hal itulah yang seharusnya dia lakukan. Dia akan membangun sebuah kepemimpinan yang kuat. Dan seandainya dia telah meninggal maka orang-orang yang berdedikasi itu secara sungguh-sungguh akan meneruskan kemuliaan gereja itu kepada yang lainnya. 

Dalam perintah untuk melakukan hal itu, pendeta harus melakukan satu hal: Dia harus memberikan kekuasaan dan tanggung jawab kepada orang-orang. Dan itu ,merupakan sebuah akibat yang wajar: Jika dia memberikan hal itu kepada mereka, kemudian dia tidak akan memilikinya.

Bukankah itu sangat sederhana? Bukankah itu suatu kebenaran? Jika pendeta memberikan otoritas dan tanggung jawab, maka dia tidak akan memiliki hal itu. Dia telah memberikannya kepada mereka. Dan mereka  mengerjakan hal itu.

Seseorang pernah datang kepada saya. Seorang sahabat yang baik dan salah satu diaken datang kepada saya minggu yang lalu. Dan dia berkata, “Pendeta, anda menulis di dalam tulisan anda “Tulisan Pendeta” bahwa orang-orang ini memiliki tanggung jawab terhadap institusi pendidikan ini dan komite ini bekerja di gereja. Tetapi kami pikir….”

Saya berkata kepadanya, “Anda benar. Kekuasaan berada di tangan saya. Saya yang memimpin gereja. Saya adalah gembala jemaat. Dan tentu saja, hal-hal itu terletak di dalam tangan saya.

“Tetapi,” kata saya, “Saya beritahukan anda sesuatu. Jika saya menghalangi dan campur tangan terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang ini, kita akan berubah bersama dengan institusi ini dan pekerjaan di dalam gereja—jika saya menghalangi dan campur tangan, dua hal yang akan terjadi.  

“Yang pertama, saya menjatuhkan semangat orang-orang ini. Mereka melihat diri mereka sendiri sesudahnya sebagai figure belaka dan karet penghapus. Bukankah itu merupakan tanggung jawab mereka yang nyata. Mereka akan berpikir; ‘Dia memiliki hal itu. Dan kita hanya perlengkapan. Kita hanya pion. Kita tidak melakukan hal itu dengan sesungguhnya. Dan kita tidak memiliki tanggung jawab yang sesungguhnya.”’

Dan saya berkata, “Hal kedua yang terjadi adalah hal ini. Orang-orang ini akan sangat senang untuk mengembalikan hal itu kepada saya: “Baiklah pendeta. Anda menginginkan hal itu. Itu adalah milik anda. Semua hal yang kami lakukan hanyalah berusaha membantu anda untuk melayani Tuhan. Dan jika anda menginginkan hal itu, kami akan sangat bahagia untuk meletakkan hal itu kembali ke dalam tangan anda. Jika anda menginginkan untuk memiliki sekolah itu adalah milik anda. Ambil sajalah. Jika anda menginginkan keseluruhan program musik, itu adalah milik anda. Anda hanya tinggal mengambilnya. Jika anda menginginkan keseluruhan urusan kantor, itu adalah milik anda. Anda dapat mengambilnya saja. 

Dan ketika saya melakukannya, siapa yang dapat melakukan tugas yang sangat banyak itu? Bagaimana saya dapat melakukannya, sekalipun saya adalah seorang pendeta yang sangat bijaksana?

Hal yang seharusnya yang saya lakukan di dalam firman Allah adalah tidak memerintah  atas kawanan domba Allah. Ketika saya mengekspresikan larangan dan menghalangi untuk melakukan hal itu, maka hal itu tidak sesuai dengan kehendak Allah yaitu “tidak memerintah atas mereka,” tetapi melihat atas orang-orang sebagai kawan-kawan: berdoa untuk mereka, untuk memimpin mereka kepada Allah, untuk meminta berkat Tuhan atas mereka, dan untuk mengangkat mereka dan menguatkan mereka di dalam keputusan hebat yang mereka buat.  

Saya sudah berada di sini untuk waktu yang lama, seperti yang disampaikan oleh Dr. Estes. Dan inilah yang harus saya pelajari: Anda harus mempercayai orang-orang itu, dan mereka dengan setia akan mencurahkan seluruh hidup mereka ke dalam pelayanan itu dan panggilan mereka atau tugas mereka. Kita harus percaya bahwa hal itu akan menjalankan sekolah kita. Saudara yang terkasih, betapa setianya orang-orang itu! Dan kita memiliki komite yang mengawasi dan memperhatiakan setiap area di dalam kehidupan gereja ini. Dan mereka melakukannya dengan setia sungguh-sungguh, sama seperti untuk Tuhan.

Saya tidak dapat memberikan  penjelasan yang mendetail tentang asal dari diaken-diaken ini, yang ditetapkan pertama kali, dan di catat dalam Kisah rasul pasal 6 ayat satu, disebutkan: “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani”—Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani. Dan mereka memilih orang-orang ini untuk membantu para rasul di dalam mendirikan dan membangun serta menjalankan gereja.

Saudara yang terkasih, ketika saya menggembalakan jemaat saya yang pertama, saya hanya memiliki 18 anggota jemaat, dan saya melakukan semuanya sendirian. Saya bahkan tidak memiliki seseorang yang dapat memimpin doa umum. Saya yang memimpin doa. Saya tidak memiliki seorang pemimpin pujian. Saya yang memimpin pujian. Saya tidak memiliki seseorang yang dapat mengajar. Saya yang mengajar. Saya tidak memiliki seorang pun yang dapat melakukan pelatihan. Saya yang melakukan pelatihan. Saya sendiri yang melakukan segalanya.

Dan ketika saya memiliki gereja yang memiliki 40 anggota jemaat, gereja yang kedua, saya tetap melakukan hal yang sama.

Dan Allah telah melipatgandakan kita di gereja yang kita kasihi ini. Dan bagi seorang gembala untuk menanggung semua tanggung jawab dari seluruh pelayanan ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipikirkan, tidak dapat dibayangkan, tidak rasional dan tidak masuk akal.

Jadi, kita melakukan apa yang berkenan kepada Allah. Orang-orang ini diberikan tanggung jawab dan kekuasaan. Dan mereka bertemu bersama-sama dan bekerja bersama-sama. Dan mereka menghabiskan banyak waktu di dalam pelayanan yang sangat banyak ini.   

Dan apa yang harus saya lakukan adalah bekerja bersama dengan mereka dan berdoa untuk mereka dan mengangkat mereka dan memimpin mereka serta mendorong mereka. Dan jika saya adalah seorang pendeta yang baik, itulah yang akan saya lakukan: “Tidak memerintah atas kawanan domba Allah,” menjadi seorang gembala yang melayani, seorang yang sederhana, sahabat yang selalu berusaha untuk menolong. 

Dan itulah pengakuan kita yang ketiga: Diaken yang melayani.  Diakonos dalam bahasa Yunani merupakan sebuah kata yang biasa, seperta kata-kata anda “pelayan”—diakonos, “pelayan.”  Diaken adalah pelayan gereja. Dia bukanlah seorang diktator yang mutlak. 

Dan dewan diaken tidaklah sama seperti sebuah perusahaan di dalam sebuah bisnis yang besar di pusat kota. Tetapi seorang diaken adalah seorang pelayan jemaat. Itulah sebutan mereka dan kualifikasi mereka di dalam Perjanjian Baru. Dan untuk seseorang yang ingin menjadi diaken, di dalam semangat yang benar dari panggilannya dan pengabdiannya di dalam Alkitab, di dalam Perjanjian Baru, adalah seseorang yang harus menjadi rendah, diberkati oleh Allah, mengasihi orang-orang di dalam pelayanan Tuhan. 

Ketika saya berada di Dewan Pengawas dari Southern Seminary di Louisville, Kentucky, presiden dari dewan itu adalah Mr. Anderson, seseorang yang memiliki Anderson Department Store di Knoxville, Tennessee.  Dia adalah salah satu orang yang terkaya di dunia.

Pendetanya adalah Dr. Fred F. Brown, tentu saja dan tanpa ragu merupakan seseorang yang sangat dikasihi, salah satu pendeta yang termanis di dunia. Saya sangat senang jika bisa seperti Fred Brown. 

Fred Brown, mulai berkhotbah dijalanan di Knoxville. Knoxville, seperti yang anda ketahui merupakan tempat dari Universitas Tennesse. Yang lokasinya sekitar dua atau tiga blok dari gereja.  

Dan itu adalah sebuah mimbar yang sangat mengherankan. Dan beberapa anggota gereja berkata satu sama lain, “Merupakan sebuah hal yang merendahkan martabat bagi seorang gembala dari gereja kita yang besar untuk berdiri di pojok jalan dan mengkhotbahkan injil.”

Mr. Anderson mendengar tentang hal itu. Setelah mendengar tentang hal itu, saat berikutnya ketika Dr. Brown pergi untuk berkhotbah di Knoxville, Tennessee, Mr. Anderson, orang yang luar biasa ini berdiri di samping pendetanya. Dan dia memegang traktat yang akan dibagikan kepada orang-orang. Dan dia menjabat tangan mereka serta mengunjungi mereka. Seorang pelayan Tuhan yang sederhana, bersaksi tentang Yesus di atas jalanan. 

Itu yang mereka pikirkan untuk membuat sebuah gereja menjadi besar: Bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani; menyapu lantai—jika anda butuh seseorang untuk menyapu lantai, seseorang berdiri di pintu; seseorang berusaha untuk menjangkau para janda; seseorang berusaha menolong di parkiran; seseorang membantu untuk membuka pintu dan menolong ibu-ibu yang menggendong bayi. Pelayanan ini akan membuat gereja menjadi manis dan menyenangkan dan disukai oleh orang-orang—seorang diaken yang melayani. 

Pada hari Jumat, Gene Clower, administrasi bisnis kita datang kepada saya dan berkata, “Pendeta anda tidak mungkin dapat membayangkan kesetiaan dari orang-orang kita.” Dia berkata, “Dalam empat bulan ini—setiap Rabu, dari sore hingga malam, sekitar 20 orang dari mereka telah datang kemari, bekerja dengan dana anggaran ini.” Dan dia berkata, “Telah ada sebuah parade dari orang-orang yang berada di gereja ini untuk membuat permohonan dalam menggalang dana.” Dia berkata, “Pendeta, jika ada 15 orang dari mereka yang datang ke hadapan komite, maka akan ada 15 pertemuan doa pada hari itu.” Dia berkata, “Setiap orang yang datang ke hadapan komite mereka memiliki sebuah sesi doa dan termasuk permohonan yang mereka buat.”

Itu sangat hebat. Hal itu sangat luar biasa.

Minggu yang lalu saya menerima sebuah surat dan menempatkannya dalam “Tulisan Pendeta” saya untuk minggu yang akan datang ini: Sebuah surat dari Howard dan Ed Hecht. Kesetiaan dari orang-orang ini, yang pada saat ini sedang melakukan kunjungan, berbicara kepada orang-orang tentang Tuhan: tahukah anda, anda semua yang menandatangi surat itu—anda tahu seorang pengunjung, pada sore hari ini anda akan mendapat kunjungan dari diaken kami pada siang hari ini. Itu sangat luar biasa, kesetiaan dari orang-orang ini. 

Kadang-kadang saya berpikir, Tuhan Allah, bagaimanakah hal itu terjadi, bahwa saya akan mengembalakan orang-orang seperti ini, diaken seperti ini, kaum wanita dan kaum pria yang kita miliki di gereja ini?

Kita harus mempercepat khotbah ini. Yang terakhir: Jemaat yang melayani—gereja yang melayani. Ada dua hal yang ingin saya sampaikan tentang pelayanan gereja kita: Yang pertama berhubungan dengan keanggotaan kita; Dan yang kedua berhubungan dengan orang-orang miskin.

Yang pertama adalah tentang keanggotan kita. Paulus menulis kepada jemaat Galatia, di Galatia 6:2: “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”  

“Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu.” Jika ada sebuah kematian yang mendatangi rumah, jika ada orang yang sakit dalam sebuah keluarga, jika ada sebuah beban yang berat dan kedukaan dalam sebuah keluarga, maka kita seharusnya menjadi orang pertama yang berada di sana. Sebelum orang lain hadir, kita seharusnya terlebih dahulu berada di sana.  

Apakah anda mengingat stansa yang ada di dalam lagu yang indah itu, “Blest Be The Tie That Binds”—Apakah anda mengingat baris itu?

 

Kita menanggung kesengsaraan kita bersama-sama

Beban kita bersama-sama

Dan bagi yang lainnya mengalirlah

Air mata yang penuh simpati

 

Tidak ada seorang pun dari kita yang dapat melarikan diri dari kedukaan, rasa sakit, kekecewaan, air mata, kesakitan dan kematian—tidak ada satu orang pun. Ketika saya akan mulai berkhotbah pada pukul delapan lewat lima belas pada pagi hari ini, seorang wanita yang merupakan jemaat gereja ini datang menemui saya dan dengan menangis dia berkata, “Pendeta, kemarin saya telah menempatkan suami saya di rumah peristirahatan. Oh, hal itu serasa membunuh saya.” Dia berkata, “Maukah anda menemuinya?”

Saya berkata, “Saya akan menemui John Step untuk membawa saya dan saya akan menjenguk suami anda.”

Saya tahu bagaimana perasaannya. Saya menempatkan ibu saya di rumah perawatan pada suatu waktu. Dia tinggal di sana selama tujuh tahun.

Kita semua, bagaimana pun di dalam perjalanan dan pengembaraan hidup kita akan jatuh ke dalam air mata dan sakit hati. Dan jika hal itu terjadi dengan salah satu dari jemaat kita, kita harus berada di sana untuk berdoa, menyentuh tangan mereka dan menyampaikan kata-kata hiburan. Sentuhan tangan kita atau doa kita atau kehadiran kita  mungkin tidak akan mengubah hal itu, tetapi hal itu akan sangat bermakna bahwa ada seseorang yang tahu dan peduli dan menggenggam tangannya. Dan itulah yang seharusnya kita lakukan. Jemaat yang melayani: bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Dan kemudian, bagi orang-orang yang miskin dan yang membutuhkan. Pendeta, sekarang apa maksud anda menyampaikan hal itu, ketika anda berbicara tentang pelayanan gereja terhadap orang-orang miskin dan yang membutuhkan? 

Apakah anda memiliki hal ini di dalam pikiran anda? Bahwa kita memiliki jutaan dan milyaran dolar di sini, dan sebuah garis yang tidak terbatas di samping gereja, di atas plaza yang ada di sebelah gereja, dimana mereka memiliki kupon makanan dan di sebelah gereja ini, dimana kita memiliki uang sedekah dan cek kesejahteraan? Apakah itu yang anda maksudkan?

Minggu ini di Saint Louis, menempatkan kita dalam sebuah motel, sebuah penjara yang terkenal dan pada pagi hari, dan tempat itu penuh. Dan di sana ada sebuah tempat, yang memiliki tiga tempat duduk, dan mereka berkata, “Mari kemari dan duduk bersama dengan kami.” Jadi, saya akhirnya duduk di sana.            

Dan kemudian, mereka membuat sebuah pernyataan kepada saya, “Akan menjadi sesuatu yang sangat lama, sebelum anda dapat dilayani.” Kemudian saya melihat ke sekeliling dan melihat dan saya kemudian mengerti. Di dalam kumpulan orang banyak itu, di dalam restoran itu, pada pagi itu, ada seorang gadis yang sakit lumpuh dan seorang tua yang mengangkat piring-piring kotor.”

Saya kemudian pergi ke managemen restoran itu dan berkata, “Apa yang terjadi di sini? Mengapa anda tidak melakukan dengan lebih baik di sini? Lihatlah orang-orang  yang butuh untuk dilayani. Lihatlah mereka. Anda mempunyai seorang gadis yang lumpuh, seorang gadis yang timpang, dan satu orang tua. Apa yang terjadi dengan anda?”

Mereka akan menjawab, sama seperti jawaban dari Gereja First Baptist Dallas replies dan sama seperti jawaban dari 10,000 kali dari  10,000 pengusaha yang lain: “Tuan, kita tidak dapat menyewa mereka. Mereka lebih suka untuk mengambil uang sedekah, cek kesejahteraan dari pemerintah dari pada sebuah pekerjaan yang rendah seperti melayani meja.”

Itu adalah keburukan dari pemerintah dunia: sebuah cek kesejahteraan dari pemerintah. Hal itu merusak struktur masyarakat. Hal itu akan membuat masyarakat menjadi pengemis. Saya menentang hal itu, selama Allah masih memberikan nafas kepada saya, saya menentang hal itu. Orang harus bekerja. Allah berkata, “Barangsiapa yang tidak bekerja tidak usah makan.”

“Jadi, apa maksud anda Pendeta, ketika anda berkata bahwa gereja harus menjadi pelayan, seorang pelayan bagi orang-orang miskin?” 

Inilah yang saya maksudkan. Anda tidak menyadari hal itu, tetapi sebagian besar uang yang anda berikan kepada gereja ini diberikan kepada orang-orang miskin. Lebih dari setengah dolar setiap tahun; kita memberikannya kepada orang-orang yang membutuhkan di kota Dallas ini. Tetapi kita tidak memiliki suatu barisan dari orang-orang yang mencari sedekah atau cek kesejahteraan. 

Apa yang kami lakukan adalah hal ini: kami mengambil uang yang telah didedikasikan kepada Tuhan dan di dalam 12 kapel dan setengah lusin tempat berkhotbah lainnya, kami berusaha melayani orang-orang ini: memberikan makanan saat dibutuhkan; memberikan pakaian ketika itu sangat penting; membantu mereka dengan rumah penampungan dan pengobatan ketika mereka tidak memiliki alternatif lainnya; tetapi yang paling utama dari semuanya adalah menjangkau mereka untuk menerima Tuhan Yesus. Kemudian orang itu akan menjaga dirinya sendiri. 

Saudara yang terkasih, suatu malam, di Auditorium Colemen ini penuh sesak dengan orang-orang, dan program yang dilakukan pada malam itu adalah kesaksian dari pria dan wanita yang berada di misi itu. Saya tidak membesar-besarkan ketika saya berkata kepada anda bahwa saya duduk di sana selama dua jam dan menangis. Sangat tidak pernah digerakkan seperti saat itu. 

Seorang demi seorang berdiri dan berkata, “Saya dulunya adalah seorang gelandangan, mabuk-mabukan dan mencuri. Saya berada di tempat kumuh, anak-anak saya kelaparan,  istri saya setengah telanjang dan gubuk kami sangat hina. Saya dulunya adalah orang yang hina dan pendeta ini—dia menunjuk salah satu pendeta misi itu—dan, pendeta ini mencari saya dan menemukan saya dan memenangkan saya kepada Tuhan.  

“Dan sekarang,” katanya, “Saya telah mendapatkan sebuah pekerjaan yang baik. Dan kami sedang membayar sebuah rumah yang kecil bagi kami. Dan anak-anak saya memiliki pakaian. Dan istri saya berjalan dengan bermartabat di dalam komunitas kami.

 

Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.