YOHANES MENYINGKAPKAN TUJUAN DARI INKARNASI
(JOHN REVEALS THE PURPOSE OF THE INCARNATION)
Dr. W. A. Criswell
12-17-67
Yohanes1:18
Ini adalah Gembala yang sedang membawakan khotbah yang berjudul: Yohanes Menyingkapkan Tujuan dari Inkarnasi. Ini adalah sebuah khotbah yang diambil dari tulisan muridNya yang terkasih, dari Injil Yohanes, dari Surat Pertama Yohanes dan dari Kitab Wahyu, yang merupakan tulisan-tulisannya yang diinspirasikan.
Kalimat yang paling mengagumkan—tentu saja, salah satu dari kalimat yang paling mengagumkan—dari seluruh literatur adalah Yohanes 1:14:
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
“Firman itu telah menjadi manusia”: Allah menjadi seorang manusia.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan
—Firman, wujud Allah, satu-satunya Allah yang pernah kita kenal, satu-satunya Allah yang pernah kita rasakan, satu-satunya Allah yang pernah kita lihat—dan Firman, logos, itu adalah Allah.
Dan ini yang paling terkemuka dari seluruh kalimat: “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita.” Allah, Yang ilahi, menjadi seorang manusia dan dengan semua kehadiran dari kedukaan dan penderitaan. Mengapa?
Yohanes menjawab pertanyaan itu: Mengapa Allah mau mengambil daging, tubuh dan darah serta kehidupan manusia? Mengapa Allah mau menangis, meratap, dan menderita? Mengapa Allah berinkaransi dan menjadi daging? Mengapa Allah menjadi seorang manusia? Ini adalah jawaban dari Yohanes; Yang pertama, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Itu adalah tujuan dari inkarnasi. Yohanes berkata, bahwa tujuan yang pertama adalah sehingga kita dapat melihat Allah dan agar kita mengenal Allah. Dan Allah itu, yang ingin kita kenal, ada di dalam Kristus, ketika Firman telah menjadi manusia, dan diam diantara kita.
Dan kepenuhanNya
—kelimpahan Allah, ketidak-terbatasan Allah, keluasan Allah—
Dan kepenuhanNya yang kita telah terima, dan kasih karunia demi kasih karunia.
—Anugerah yang paling utama, anugerah yang ditambah-tambahkan—
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah
—Tidak seorangpun dapat melihat wajah Allah dan tetap hidup
tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Dalam pasal empat belas dari Injil Yohanes, Filipus, sang murid berkata kepada Juruselamat, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Mari kita melihat Allah. Seperti apakah Allah? Tunjukkanlah kami tentang keilahian. Mari kita melihat ke atas wajah yang Mahatinggi.
Dan pertanyaan itu, hasrat dari Rasul Filipus, adalah tangisan dari seluruh umat manusia selama berabad-abad. Dan itu adalah permintaan kita yang sederhana pada hari ini. Kita ingin melihat Allah.
Seperti apakah Allah? Sekarang, saya berpikir bahwa, ketika Filipus mengajukan pertanyaan itu—“Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”—Biarlah kami melihat Allah—Saya berpikir bahwa di dalam pikirannya, dia memiliki sesuatu yang dia pikir sama seperti penglihatan yang diberikan Allah kepada Musa, ketika Musa berkata kepada Allah, “Tuhan, perlihatkanlah kemuliaanMu kepadaku.” Dan Allah menempatkan Musa dalam celah gunung batu dan menempatkannya di sana dan melindunginya dengan tanganNya. Dan semua kemuliaan Allah lewat. Kemudian Allah menarik tanganNya dan Musa melihat temaram senjakala—Alkitab menyebutnya dengan “bagian belakang’ dari kemuliaan Allah dan kebesaran serta keagunganNya, sebab Allah berkata kepada Musa bahwa tidak seorangpun yang dapat melihat wajahNya dan tetap hidup. Tetapi Musa melihat temaram kemuliaan Tuhan, saat Ia berlalu.
Ketika Filipus mengajukan pertnyaan itu, “Tuhan, perlihatkanlah Allah itu kepada kami—sehingga kami dapat melihat Allah,” saya berpikir bahwa di dalam hatinya, ia membayangkan penglihatan yang digambarkan oleh Yesaya, ketika dia melihat Allah yang duduk diatas takhta yang menjulang tinggi, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci dan bumi penuh kemulianNya. “Tuhan tunjukkanlah Allah itu kepada kami.” Seperti apakah Allah itu.
Saya berpikir bahwa di dalam hati Filipus, dia memiliki sebuah pandangan seperti yang dilihat oleh Yehezkiel di Sungai Kebar, di antara sungai-sungai Babel, yang digambarkan dalam pasal pertama dari nubuatannya. Dan kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan penglihatan yang dilihat oleh Yehezkiel saat dia melihat ke atas sorga. “Tuhan tunjukkanlah Allah itu kepada kami.” Seperti apakah Dia? Mari kita melihatNya.
Semua visi ini yang terdapat di Perjanjian Lama, hanyalah sebuah bagian, sekalipun hal terlihat seperti yang ada di semak yang menyala atau seperti kilat yang di Gunung Sinai, ataupun Shekinah yang terdapat di Kemah Suci; sekalipun seperti visi yang dilihat oleh Musa atau Yesaya atau Yehezkiel—mereka semuanya hanya sebuah bagian. Mereka adalah figur dan tipe serta ritual-ritual.
Jika kita melihat Allah, kata Juruselamat kepada Filipus, “Filipus, barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Seperti yang diungkapkan oleh penulis surat Ibrani ketika ia mengawali suratnya yang mulia itu:
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
Maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Jika kita ingin mengenal seperti apakah Allah, lihatlah kepada Yesus. Jika anda mau mendengan firman Allah, dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Yesus. Jika anda mau melihat bagaimana Allah bekerja, pekerjaan tanganNya, belas kasihan dari jiwaNya, lihatlah ke atas Yesus. Yehova dari Perjanjian Lama dan Anak Domba Allah dari Wahyu. Yang ditinggikan, yang akan dinobatkan sebagai Raja dan Juruselamat sampai selama-lamanya, yaitu Yesus, Tuhan kita.
Kita mau melihat Allah, Anak Tunggal Allah, yang berada di pangkuan Bapa. Dia telah menyatakanNya. Ini adalah tujuan dari inkarnasi, agar kita dapat melihat Allah.
Tujuan yang kedua dari kelahiran Yesus di Betlehem, ketika Allah menjadi manusia, terdapat di dalam pasal yang sama, Injil Yohanes pasal yang pertama:
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”
Tujuan kedua dari inkarnasi, dari bayi yang lahir di Betlehem, dari keilahian yang mengambil bentuk dan daging serta hidup di dalam tubuh manusia adalah untuk ini, sebagai sebuah korban, sebagai Anak Domba Allah, sebuah tubuh telah dipersiapkan, sehingga Dia dapat menghapus dosa dunia.
Yohanes Pembaptis adalah seorang manusia yang dilahirkan dan dikirim hanya untuk menyampaikan sebuah kalimat, hanya satu. Dia adalah seorang pembuka jalan yang agung, dan telah dilahirkan dan dikirim ke dalam dunia untuk memperkenalkan Kristus yang mulia.
Apakah kalimat yang telah diserukan oleh Yohanes Pembaptis di pinggir sungai Yordan dan di tengah Padang Gurun Yudea? Apakah kalimat itu adalah seperti ini: “Lihatlah, seorang manusia yang dapat membangkitkan orang mati? Oh, betapa sebuah kalimat yang hebat, seandainya pun seperti itu.
Apakah kalimat itu, yang menjadi sebab dia dilahirkan untuk mengatakannya. Apakah kalimat ini: “Lihatlah seorang manusia yang dapat menyembuhkan orang sakit?” Dan betapa merupakan sebuah kalimat yang mengagumkan dan penuh makna, jika seperti itu. Akan ada begitu banyak orang sakit dan begitu banyak orang yang menderita yang akan mengikuti hal itu. Di sini ada seseorang yang dapat menyembuhkan orang sakit, menghapuskan penyakit kusta, mengangkat yang jatuh, menguatkan yang lemah. Betapa merupakan sebuah pengumuman besar untuk dibuat. Tetapi dia tidak mengatakan hal itu.
Dia dapat mengatakan, “Lihatlah seorang manusia—lihat—yang dapat memberi makan orang banyak.”
Ini adalah sebuah jawaban bagi orang-orang yang kelaparan, bagi orang yang melarat, bagi orang yang miskin, bagi orang yang pelit dan yang membutuhkan. “Ini adalah seorang manusia yang dapat memberi makan orang banyak.”
Dia dapat memperkenalkan Yesus dalam sebuah kalimat: “Lihatlah seorang manusia yang dapat melakukan hal-hal ajaib.” Dia dapat berjalan di atas air. Semua hal, angin, gelombang, takluk kepada Dia. “Lihatlah manusia pembuat keajaiban: Kristus Yesus”—Semua hal itu dapat disampaikan oleh Yohanes Pembaptis.
Apa yang dia sampaikan? Sebuah kalimat yang Allah telah letakkan di dalam jiwanya—sebuah kalimat yang untuk hal itu dia telah dilahirkan. Kalimat itu adalah ini: “Lihatlah Anak Domba Allah—korban dari sorga, darah tebusan—Lihatlah, manusia yang menghapus dosa dunia.”
Bayangkanlah hal itu. Pikirkanlah hal itu. Bukan dosa-dosa, bukan akibat dosa, tetapi akarnya, hal yang paling utama, sumber kejahatan dan hal yang paling pokok itu sendiri yang Dia hapuskan—menghapus dosa dunia.
Singkirkan sebuah senjata dari seorang pembunuh, dia tetap seorang pembunuh, singkirkan botol minuman dari seorang pemabuk, dia masih tetap seorang pemabuk. Singkirkan jarum suntik dari para pecandu narkoba, dia tetap seorang pecandu narkoba, singkirkan pelacur dari para hidung belang, dia tetap seorang pelacur. Bagimanapun, di dalam kemurahan Allah dan kebijaksanaanNya, dosa dan akarnya harus dihapuskan.
Mengapa Allah tidak mengampuni dosa dengan perkataan saja? Mengapa Allah harus masuk ke dalam dunia ini dengan airmata dan penderitaan? Mengapakah Allah harus datang untuk mati, untuk mencurahkan seluruh hidupnya, untuk memerahkan dunia? Mengapa?
Mengapa Allah tidak menghapuskan dosa dengan firmanNya, dengan menyampaikan sebuah kata, menggerakkan sebuah tangan dan hal itu akan selesai? Akan tetapi, Yohanes menjelaskan dan mengeksposnya di dalam penyingkapan ilahi: Allah tidak memberikan diriNya bagi hasil dosa, tetapi kepada akar dan sebab utama dari dosa. Allah tidak memberikan diriNya untuk bintik-bintik luar, tetapi kepada aliran darah yang berada di dalam.
Dan Allah menolak untuk menyetujui hal itu atau untuk membuat syarat-syarat penyelidikan. Ini adalah keputusan Allah yang tertinggi dan tujuan utama dari Allah yaitu untuk menghapuskan dan membinasakan dosa sampai selama-lamanya. Dan untuk melakukan hal itu, dibutuhkan penderitaan, hukuman, air mata, darah dan kematian.
Ada sesuatu di dalam karakter Allah yang selamanya bersatu secara bersama-sama yaitu dosa dan penderitaan, ketidakadilan, ketidakbenaran, penghakiman dan kematian. Adalah Allah yang telah menyatukan rantai itu: “Sebab upah dosa adalah maut” dan “jiwa yang berdosa harus dihukum mati.” Tepat seperti itu, di dalam karakter Allah, hukuman, penghakiman terhadap dosa. Dan ketika Allah memiliki urusan dengan dosa, anda akan menemukannya di dalam Salib dan di dalam korban, penderitaan dari Anak Allah, tetapi sebuah pekerjaan yang terlihat dari tujuan penebusan berada di dalam sorga dengan dunia sebagai dasarnya.
Jika ada sebuah kemungkinan bagi Allah untuk mengampuni dosa hanya dengan perkataan atau gerak tubuh, maka tidak akan pernah ada sebuah inkarnasi. Maka tidak akan pernah ada Allah ada di dalam daging. Tidak akan pernah ada sebuah salib. Maka tidak akan pernah ada seorang bayi yang lahir di Betlehem.
Adalah tujuan Allah menyingkapkannya dalam sejarah yang memberikan kita kisah tentang Kristus sebagai anak-anak, sebagai manusia, Yesus Kristus dan penebusanNya dengan mati di atas kayu salib.
Dan saya menyadari, dengan menyatakan hal itu, bahwa setiap teologi di dunia ini mengakui, “Itu adalah sebuah hal yang sangat dahsyat dan sebuah ide yang sangat besar sekali, karena Allah itu kudus dan sempurna serta bergerak, Allah tidak dapat menderita. Allah tidak dapat meratap. Allah tidak dapat menangis. Allah tidak dapat merasakan rasa sakit.”
Tetapi itulah teologi. Dan teologi kadang-kadang tidak merefleksikan tentang apa yang saya baca di dalam Alkitab ini. Dosa membawa penderitaan kepada kita, yaitu benar. Dan dosa membawa penderitaan dan kematian bagi kita, ya, itu benar. Dan, dosa membawa penderitaan dan air mata bagi kita, ya itu benar. Tetapi, dosa juga membawa penderitaan, kesedihan dan air mata serta kedukaan bagi Allah. dan ketika Yesus menjadi manusia dan menangis. Dia menangis dengan mengeluarkan air mata Allah. Dan ketika Yesus, inkarnasi ilahi, menundukkan kepalaNya di bawah beban dosa, Dia yang tidak berdosa, telah dibuat menjadi dosa karena kita.
Allah telah menderita dengan sangat dalam serta penuh beban dan dihukumkan karena kesalahan kita.
Ini adalah sebuah tujuan inkarnasi: bahwa Dia datang dan menanggung kesalahan kita, bahwa Dia menanggung kematian kita, bahwa Dia dapat menyingkirkan hukuman dari kesalahan yang kita lakukan: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.”
Yohanes menyingkapkan tujuan ketiga dari inkarnasi: Mengapa Allah menjadi manusia, mengapa Allah mengambil rupa dalam daging dan darah dengan semua tambahannya yaitu air mata, penderitaan dan kematian. Di dalam Suratnya yang Pertama dalam pasal 3 ayat 8 dia mengatakan: “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu.”
Itu adalah salah satu hal yang paling tajam dari semua kalimat yang pernah ditulis oleh Yohanes: “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu.” Setiap kata dalam kalimat itu penuh dengan kekekalan yang signifikan.
“Untuk membinasakan perbuatan-perbuatan iblis,” demikian yang dikatakan Alkitab, dan Kitab Suci menggambarkan Setan sebagai sebuah pribadi yang di dalam tangannya dia memiliki kuasa dan nasib dari bangsa-bangsa yang ada di bumi. Dan kita, secara tragis berada di dalam gengamannya. Kita berada di dalam dunia yang dipimpin oleh raja kegelapan.
Ada sesuatu yang dikatakan Allah tentang dia: Yang pertama, Tuhan berkata dia adalah pembunuh dari sejak semula. Membinasakan hidup dan kehidupan rohani, adalah pekerjaan tangan iblis. Dia ingin menghapuskan dan menyingkirkan Allah dari kita, ini adalah sebuah pekerjaan setan. Dia membunuh kehidupan rohani kita, menghancurkan kehidupan mental kita. Dia mengaburkan pandangan manusia terhadap kemuliaan Allah, dan dia memenuhi pikiran kita dengan ribuan pandangan duniawi dan menyingkirkan pandangan Allah yang begitu banyak sehingga manusia dengan pengetahuan keilmuannya dan prestasi akademiknya, dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian menerbitkan buku-buku dan menyampaikan kata-kata dan mengajarkannya di kelas-kelas bahwa tidak ada Allah.
Bagimana Setan membutakan mata dan menghancurkan pikiran-pikiran manusia! Dia menghapuskan semua pandangan yang nyata tentang Allah. Dan sebagai seorang pembunuh, hidup kita telah ditakdirkan—nafas ini, tubuh ini ditetapkan bagi kejahatan dan kuburan serta kegelapan. Perbuatan-perbuatan Setan: adalah pembunuh sejak dari semula.
Tuhan berkata sesuatu yang lain juga tentang dia. Tuhan berkata, “Dia adalah pendusta dan bapa dari segala dusta.” Adalah Setan yang menipu orang tua kita yang pertama. Dan dia menggunakan sebuah cara yang tidak biasa. Dia menanamkannya di dalam hati Hawa, dan melalui Hawa lalu setelah itu kepada suaminya, dia menanamkan di dalam hati orang tua kita yang pertama untuk meragukan Firman Allah. “Ya,” kata Setan—dan saya dapat mendengar perubahan nada suara ketika dia berbicara—“Ya,” kata Setan, “Apakah Allah berkata, bahwa kamu sungguh-sungguh akan mati?” “Ya, ya, apakah Allah telah mengatakan itu?” Lalu, kebohongan pertama: “Sesungguhnya kamu tidak akan mati.”
“Dia adalah pendusta dan bapa dari segala dusta.” Dan dia mengaburkan alasan kita, dan dia membuat mustahil keputusan kita yang benar. Dia menipu kita. Dia mengubah tanda yang menuju kota perlindungan—Seorang pendusta dan bapa dari segala dusta.
Dia adalah pendosa tertinggi dunia. Dosa tidak dimulai dari anda. Dosa tidak bermula dari orang tua anda. Dosa tidak dimulai dari bapa-bapa pendahulu kita. Bahkan tidak dimuali dari Taman Eden, di dalam pemberontakan Adam dan Hawa.
Dosa dimulai dari suatu tempat, suatu tempat di dalam suatu masa yang berabad-abad lamanya dan masa sebelum dunia diciptakan. Dosa di mulai di dalam hati Lucifer, penghulu malaikat, kerub yang berjalan di atas batuan api. Dosa bermula dari hatinya. Dan ketika kisah Taman Eden dimulai, di luar gerbang firdaus di sanalah pendosa dan mahluk yang menjijikkan serta makhluk yang tidak kudus. Dan dunia, dengan air matanya dan darah yang tumpah dan kegelapannya telah berada di dalam kisah dari tuduhannya selama berabad-abad hingga pengadilan yang terakhir, itu adalah perbutan iblis.
Dan tujuan dari inkarnasi: “Untuk inilah Anak Allah telah phaneroo.” Sebuah pesan yang luar bisa di dalam sebuah kata kerja yang telah digunakan oleh Yohanes: “Untuk inilah Anak Allah phaneroo”—menyatakan diriNya, membuka diriNya, menyingkapkan diriNya, sehingga kita dapat melihatNya, sehingga Iblis dapat melihatNya, sehingga seluruh malaikat dan seluruh ciptaan dapat melihat diriNya.
“Untuk inilah Anak Allah telah phaneroo diriNya.” Kata itu berarti bahwa Dia tidak memulainya di Betlehem. KehidupanNya tidak di mulai pada saat Dia menjadi manusia. Kata itu, kata kerja itu, bermakna bahwa sebelum penciptaan dan sebelum dunia ada dan dari kekekalan hingga kekekalan, selalu dan sampai selama-lamanya Allah telah ada. Dan Allah telah menjadi manusia ketika Yesus, Sang Juruselamat lahir di Betlehem.
“Untuk inilah Anak Allah telah menyatakan diriNya.” Dia mengambil rupa dalam darah dan daging, sehingga Dia dapat luo. Tidak ada seorang anak yang pergi ke sekolah untuk belajar bahasa Yunani, atau seorang pelajar seminari yang tidak segera mengenali paradigma dari kata kerja itu. Ini adalah kata kerja yang anda tafsirkan. Ini adalah sebuah paradigma. Ini adalah cara kita mempelajari bahasa Yunani—luo: “Untuk inilah Anak Allah telah menyatakan diriNya, membuka diriNya, sehingga Dia dapat luo,” yang diterjemahkan di sini dengan “membinasakan”—sebuah terjenahan yang baik.
Arti dari kata itu sesungguhnya adalah “melepaskan, membubarkan, mematahkan.” Ini adalah sebuah kata umum yang terdapat di dalam Alkitab. Anda akan menemukannya ketika Yohanes Pembaptis Yesus ketika dia berkata, “Dia yang datang kemudian lebih besar dari pada aku; bahkan untuk luo, untuk membuka tali kasutNya pun aku tidak layak.”
Kata yang umum ini juga terdapat dalam Kisah Rasul pasal tiga belas. Dr. Lukas berkata, “Jemaat luo—bubar,” seperti yang anda lihat bahwa jemaat ini berpencar ketika ibadah telah selesai.
Di dalam Kisah Rasul pasal dua puluh tujuh, Dr. Lukas kembali lagi menggunakan kata itu, seperti yang sering kali digunakan. Dalam badai yang mengerikan itu di Laut Mediterania, Lukas berkata bahwa mereka berusaha untuk mempertahankan kapal itu dan mendorongnya ke daratan. Mereka berusaha mendamparkannya ke pantai Pulau Malta. Dan di sana, kata Lukas, “Kapal itu kandas, haluannya terpancang dan buritannya luo dipukul oleh gelombang yang hebat.” Kapal itu hancur.
Itu adalah gambaran yang diberikan oleh Yohanes kepada kita di dalam kata kerja Yunani ini, tentang apa yang Yesus lakukan terhadap perbuatan-perbuatan Iblis. Dia telah datang untuk menghancurkannya, untuk membinasakannya. Dan kapan saja ketika anda melihat Setan datang, suatu hari dia akan dikurung. Di mana saja anda melihat Setan berkusa, suatu hari dia akan diremukkan. Di mana saja anda melihat setan menaburkan air mata dan keputusasaan suatu hari dia akan dibuang.
Pemjara keputusasaan, rencana penghukuman, kekuasaan kematian, kegelapan dan kekalahan yang kita alami di dunia itu, Dia telah datang untuk menghancurkannya. Kita akan memiliki sebuah hari yang baru, seorang Raja yang baru, sebuah kehidupan yang baru, sebuah pengharapan yang baru dan sebuah pandangan yang baru serta sebuah dunia yang baru, yang didalamnya orang-orang saleh tinggal, ketika Dia mengangkat semua dosa dunia.
Dan hal itu memimpin Yohanes untuk memberikan penjelasan yang nyata tentang tujuan terakhir dari inkarnasi. Mengapa Allah telah datang dalam daging? Mengapa Allah telah menjadi manusia? Agar kita dapat melihat Bapa—dan, ketika kita melihat Yesus, kita melihat Allah; agar Dia dapat menghapus dosa dunia; agar kita dapat hidup dalam kesalehan, agar Dia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis—tidak ada lagi malam, tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi kuburan dan penderitaan serta air mata yang menjadi bagian dari kedagingan.
Dan hal itu memimpin kepada tujuan yang keempat. Mengapa Allah menjadi manusia? Agar kita dapat bersama dengan Dia, berkuasa dalam kejayaan, dalam kemenangan, dalam kebesaran, dan dalam kemuliaan sampai selama-lamanya.
Kadang-kadang, gambaran dari pesan yang ada di dalam Alkitab begitu sangat melimpah, melampaui dari apa yang saya pikirkan, “Ya, Allah, bagaimana hal itu dapat terjadi?” Dan ini adalah salah satunya, bahwa Allah dari seluruh alam semesta, sekarang ini memiliki sebuah tubuh dan seorang manusia.
Dapatkah anda memikirkan hal itu? Tidak mengherankan ada begitu banyak penolakan terhadap sebuah konsep yang disingkapkan dalam Perjanjian Baru. Allah: seorang manusia? Dan Dia yang duduk di atas takhta alam semesta adalah seorang manusia?
Kitab Allah berkata demikian. Tidakkah anda pernah mendengar saya berkata, dengan semua penekanan yang dapat saya akui tentang hal itu, bahwa satu-satunya Allah yang akan anda rasakan adalah Roh Kudus, Allah beserta kita; satu-satunya Allah yang akan anda lihat adalah Yesus Kristus, lahir dari seorang wanita. Allah-manusia yang kekal, satu-satunya Allah di sana adalah Yehova, Bapa yang ada di dalam sorga?
Dan untuk berpikir bahwa Allah memiliki sebuah tubuh, bekas luka-luka, dan kemuliaan, kebangkitan, kekekalan, masih merupakan manusia yang sama, yaitu Kristus Yesus, bersama dengan keistimewaanNya, dengan kepribadianNya yang menjadi pembawaanNya, dengan bekas luka yang ada di tanganNya, Di kakiNya, dan di lambungNya—adalah Yesus yang sama yang penuh dengan berkat.
Pikirkanlah hal itu. Dan Dia telah menjadi manusia sehingga kita dapat berbagi bersama dengan Dia dalam kemuliaan, kebesaran, keagungan yang telah Allah persiapkan, dimana hal itu melampaui dari apa yang dapat kita bayangkan atau yang dapat dikatakan oleh lidah, atau dari apa yang pernah didengar oleh telinga.
Dan kata-kata yang menjadi kejayaan kita yang mencapai akhir terdapat dalam Wahyu pasal 12 ayat 11: “Dan mereka mengalahkan dia—Setan—oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.”—dengan komitmen mereka terhadap Yesus—“Dan mereka mengalahkan dia dengan darah Anak Domba.” Mengapa Allah telah menjadi seorang manusia? Mengapa Allah telah datang ke dalam dunia ini? Agar Dia meletakkan fondasi dari kemenangan kita yang paling akhir yang penuh dengan kejayaan: “Mereka mengalahkan dia dengan darah Anak Domba.”
Di dalam salib Kristus, kita memiliki setiap janji dari kemenangan kita yang paling pokok: pengampunan dosa, menghapuskan noda dari jiwa kita, menulis nama kita di dalam kitab kehidupan Anak Domba. Dalam darah Anak Domba, semua kepenuhan kasih karunia, kasih karunia di atas kasih karunia, kemurahan di atas kemurahan; pengampunan yang ditambahkan ke dalam pengampunan, kasih yang melimpah—semuanya ada dalam salib Yesus—setiap kecukupan yang saya butuhkan, semuanya dipenuhi, semua anugerah, di dalam kasih karunia yang melimpah dari Anak Allah sebagaimana Dia telah mati untuk dosa-dosa kita.
Dan ketika peperangan digambarkan dalah kitab Wahyu pasal 12, dan Setan dilemparkan ke bumi, dan kemudian kalimat kejayaan itu: “Dan mereka telah mengalahkan—oleh kita, manusia yang fana, yang terdiri dari darah dan daging—“dan mereka telah mengalahkan dia oleh darah Anak Domaba”—dengan kuasa salib—“dan oleh perkataan kesaksian mereka,” dengan komitmen hidup mereka kepada Yesus.
Oh, saya tahu—dan, dengan menjadi gembala di gereja ini, kadang-kadang saya berpikir, “Ya, Allah, bagaimana mungkin setiap manusia dapat menanggung begitu banyak air mata dan begitu banyak penderitaan, frustasi dan kekecewaan? “Sebab telah turun dalam murka yang besar,” dan dia menunjukkan bajak dan kehancuran, dan kita sangat butuh pertolongan
Tetapi, mereka telah mengalahkan dia dengan darah Anak Domba, dengan kuasa salib, dengan komitmen hidup mereka terhadap Yesus. Ini adalah kemenangan yang sekarang. Ini adalah kemenangan kita pada saat kita mengahadapi kematian. Ini adalah kemenangan kita di dalam dunia yang akan datang.
Untuk tujuan itulah Allah telah menjadi seorang manusia: agar Dia dapat memberikan kepada kita sebuah kemenangan yang final dan kerajaan Allah yang akan datang. Jika Dia memerintah, kita akan memerintah. Jika Dia Raja, kita akan menjadi raja. Jika Dia memperoleh kemenangan, kita juga akan memperoleh kemenangan, karena Dia telah disamakan dengam umatNya. Dia telah menjadi salah seorang dari pada kita, sehingga kita dapat menjadi sama dengan Dia.
Oh, bagaimana anda akan menyanyikannya? Bagimana anda akan menyanyikannya? Catatan datang, dibingkai dengan melodi, dan tujuan datang, menempatkan suku kata dan kalimat bersama-sama: Kemuliaan, keajaiban dan berkat yang penuh dengan anugerah dan kasih dari Allah di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Ketika kita menyanyikan himne kita pada pagi hari ini, sebuah keluarga dari anda, mari datanglah: sebuah pasangan, atau seseorang dari anda, datanglah. Ketika kita menyanyi dan membuat permohonan, maukah anda datang saat ini?
Di sekitar balkon, turunilah salah satu tangga ini, buatlah sebuah keputusan pada pagi hari ini. Seseorang dari anda, telusurilah salah satu lorong ini dan datanglah ke depan, katakan, “Pendeta, saya datang segera. Sekarang saya akan membuat keputusan.”
Dan dalam sebuah momen, ketika kita berdiri untuk bernyanyi, berdirilah dan datanglah, katakan, “Pendeta, ini adalah istri saya, dua orang anak saya. Kami semua datang pada hari ini.”
Atau hanya salah satu atau dua orang dari anda, sebagaimana Roh Yesus, menekankan permohonan di dalam hati anda, buatlah hal itu sekarang. Datanglah sekarang dan lakukanlah, pada saat kita berdiri dan menyanyikan lagu.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.