MALAM KETIKA DIA DIKHIANATI
(THE NIGHT HE WAS BETRAYED)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 13:26-30
3-6-88
Kami mengucapkan terima kasih kepada anda semua, anggota paduan suara dan orkestra. Dan bagi anda semua yang sedang berbagi dengan kami pada jam ini melalui siaran radio dan siaran televisi. Anda sekarang sedang menjadi bagian dari Gereja First Baptist Dallas.
Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul, Malam Ketika Dia Dikhianati. Seperti yang anda lihat, di depan saya terdapat elemen-elemen dari Perjamuan Tuhan. Dan khotbah hari ini merupakan penjelasan dari kronologi dari peristiwa yang memimpin sebelum dan sesudah pelaksanaan ordinansi yang kudus.
Perjamuan Tuhan merupakan pusat di dalam penyembahan orang Kristen terhadap Kristus. Dari 1 Korintus 10:16, disebut sebagai komuni yang kudus, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah koinonia (komuni, persekutuan) dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah komuni (persekutuan, koinonia) dengan tubuh Kristus?”
Ada orang-orang yang menyebutnya sebagai eskatologi, persekutuan dari Juruselamat kita yang mulia dan kedatanganNya yang luar biasa. Pelayanan itu memiliki makna yang tidak terhingga bagi kita semua, bagi orang yang telah menemukan perlindungan di dalam janji dari kehadiran dan keselamatan yang telah datang, yang kita miliki di dalam Dia.
Hal ini bermula di dalam perjalanan terakhir dari Tuhan kita ke Yerusalem, berjalan di Perea, bagian lain di sisi sungai Yordan. Kita diperkenalkan kepada orang muda yang kaya, yang lebih mencintai dunia dari pada mengasihi Allah dan berpaling dari undangan untuk mengikuti Yesus. Dan di dalam kisah selanjutnya, Tuhan kita menyeberangi sungai Yordan dan berjalan masuk ke dalam kota yang paling tua di dunia yaitu, kota kuno Yerikho. Dan di sana Dia menyembuhkan orang buta yang bernama Bartimeus. Dan kemudian Dia diundang untuk menjadi tamu di rumah Zakheus, seorang pemungut pajak Roma yang dibenci.
Dan hari berikutnya, yaitu hari Minggu, Dia berada di Bethani. Dan pada hari itu Dia memasuki Yerusalem di dalam sebuah sambutan kerajaan yang penuh kejayaan. Dan disambut oleh teriakan yang riuh itu, Dia menjadi sebuah objek yang semakin dibenci dan tidak disukai oleh sebagian orang yang menolak kemesiasanNya, yaitu penguasa Bait Allah dan para pengikutnya.
Dan ketika orang-orang bersorak-sorai dan bersukacita di dalam kedatangan Mesias mereka yang dijanjikan, orang-orang yang membenci dan menolak Dia berkata, “Apakah kamu mendengar apa yang disampaikan oleh orang-orang ini? Tegorlah murid-murid-Mu itu untuk berpaling dari sambutan yang penuh kegembiraan dan sukacita itu."
Dan Tuhan kita menjawab: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."
Jadi Minggu itu ditutup ketika Dia menawarkan diriNya sendiri sebagai Mesias yang dijanjikan, Juruselamat bangsa. Hari berikutnya, pada hari senin, Dia masuk ke dalam kota, dan merasa lapar, Dia melihat sebuah pohon ara yang lebat, yang merupakan tanda bahwa musim menuai telah datang. Tetapi ketika Dia mendekati pohon itu, Ia tidak melihat buahnya. Pohon ara itu menjadi sebuah tanda bagi bangsa Israel yang kosong, yang dikutuk, sebuah nubuatan tentang penghukuman yang akan datang atas orang-orang yang menolak kasihNya dan anugerahNya yang berlimpah.
Selanjutnya, kemudian Dia masuk ke dalam Bait Allah, dan untuk yang kedua kalinya Dia menyucikan Bait Allah. Tempat itu telah menjadi sebuah tempat perdagangan, yang dikendalikan oleh sebuah kepentingan politik pribadi. Ketika Dia masuk ke dalam Bait Allah, Ia mengusir semua orang yang berdagang di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang. Ia mengusir para pedagang lembu, merpati dan hewan-hewan lain. Dan di dalam pembersihan itu, orang-orang yang telah membenci dan menolak Dia, sekarang menjadi semakin marah terhadap Dia. Orang-orang yang membencinya berusaha membuat persepakatan untuk membunuh Dia. Dan mereka merencanakan bagaimana mereka dapat mewujudkan hal itu.
Pada keesokan harinya, pada hari Selasa, anda dapat melihat konfrontasi yang tidak dapat dielakkan antara Yesus dan para pemimpin Bait Allah. Mereka tidak berani menyentuhNya. Mereka tidak berani menangkapNya. Alkitab berkata, “Banyak orang bersukacita mendengar perkataanNya.”
Dia disukai oleh orang-orang, ditinggikan oleh orang-orang yang kepada mereka telah diberikan berkat kesembuhan dan kebahagiaan. Jadi para penguasa Bait Allah tidak berani secara terbuka untuk menangkap Dia. Tetapi di dalam persepakatan mereka, mereka mencari kemungkinan untuk menjerat Dia ke dalam kompromi sehingga akan membawa ketidaksukaan terhadap orang-orang. Jadi kelompok pertama yang berusaha mencobai Dia adalah Sanhedrin. Mereka datang menemui Tuhan dan berkata, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?"
Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.
Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?
Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi."
Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesuspun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
Setelah Sanhedrin merasa frustasi, kemudian bangkitlah orang Farisi untuk mencobai Dia. Dan mereka melakukannya di dalam sebuah cara yang lihai yang menjebak. Mereka bertanya kepadaNya, “Apakah diperbolehkan bagi kita yang merupakan anak-anak Allah, untuk membayar pajak kepada Kaisar, penguasa Roma yang merupakan penyembah berhala?”
Anda lihat, jika Dia berkata boleh, dan itu merupakan sebuah kewajiban, dalam memberikan pajak kepada kaisar, maka Dia akan menimbulkan kemarahan dari orang banyak. Jika Dia berkata bahwa tidak diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar, maka mereka dapat mendakwa Dia di hadapan pemerintahan Roma dan dapat menangkapnya dengan segera. Akan tetapi, Tuhan kita menjawab dengan sebuah cara yang luar biasa, Dia berkata, “Kamu lihatkah koin ini (sebuah mata uang Roma)? Gambar dan tulisan siapakah ini? Berikanlah kepada Kaisar apa yang kamu wajib berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Mereka tidak dapat memiliki cara untuk menuduh atas jawaban yang luar biasa itu. Mereka akhirnya menjadi frustasi, selanjutnya, orang Saduki berusaha untuk mencobai Dia. Mereka adalah orang-orang humanis sekuler. Sekalipun Kitab Suci memberika kepada kita harapan tentang kebangkitan orang mati, mereka menolak pengajaran itu. Dan mereka memiliki sebuah teori yang mereka sukai, sebuah kisah yang mereka sukai, yang mereka ambil dari hukum tentang perkawinan. Bagaimana mungkin ada kebangkitan dari orang mati ketika seseorang memiliki istri dan dia telah meninggal?
Dan berdasarkan hukum perkawinan, saudaranya harus mengambil istrinya itu, janda itu dan membangkitkan keturunan atas namanya supaya garis keturunannya tidak musnah dari muka bumi ini. Kemudian mereka bercerita tentang tujuh orang saudara. Jadi orang yang pertama ini kawin, kemudian ia mati. Dan karena tidak memilik keturunan, ia meninggalkan istrinya itu bagi saudaranya. Demikian juga yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. Dan akhirnya sesudah mereka semua, perempuan itu pun akhirnya mati. Kemudian, pada hari kebangkitan, menjadi istri siapakah perempuan itu?” tanya orang-orang Saduki yang menolak kebangkitan orang mati.
Dan Tuhan kita menjawab, “Pada hari kebangkitan kita akan menjadi sama seperti malaikat—(seperti Gabriel, seperti Mikahael, seperti Allah)—Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.”
Frustasi dan tidak memperoleh hasil, orang Saduki itu kemudian pergi.
Dan selanjutnya yang berusaha mencobai Dia adalah ahli Taurat. Dan mereka berkata kepadaNya, “Tuhan, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
Mereka telah memperdebatkan hal itu selama beberapa generasi, dan jika Dia memilih salah satunya maka hal itu akan menjadi sebuah penghinaan bagi orang yang memegang yang lainnya. Tetapi Tuhan kita menjawab dalam sebuah cara yang luar biasa, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia sama seperti dirimu sendiri.”
"Lalu siapakah sesamaku itu?”
Dan Tuhan menjawabnya dalam kisah tentang orang Samaria yang baik hati. “Yang menjadi sesamaku adalah orang yang membutuhkan uluran tanganku.”
Oh, Tuhan yang luar biasa! Juruselamat yang mulia, dan pimpinanNya yang mulia! Tidak heran Alkitab berkata, “Sejak hari itu tidak ada seorang pun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya.”
Itu terjadi pada hari selasa—kemudian hari berikutnya, di kota Betani di rumah Simon yang menderita kusta, sebuah perjamuan dipersiapkan bagi Tuhan kita. Dan di dalam perjamuan itu, saudari dari Marta dan Lazarus yang telah dibangkitkan Tuhan dari kematian, mengambil sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal dan mencurahkannya atas kepala Yesus dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya—betapa mulianya, dan betapa indahnya hal itu, hal yang abadi yang dilakukan karena kasihnya karena Yesus telah membangkitkan saudaranya dari kematian.
Tetapi Yudas melihatnya sebagai sebuah pemborosan dari pengurapan minyak wangi tersebut, dia berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
"Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya."
Dan Tuhan mencela Yudas atas perkataannya terhadap apa yang dilakukan oleh gadis itu, sebuah ekspresi kasih dari Maria. Dan dia tersandung oleh perkataan Tuhan itu dan mendengar nubuatanNya bahwa dalam dua hari ke depan Dia akan disalibkan, dia berusaha untuk mewujudkan bencana yang dia sebabkan. Lalu pergilah Yudas menemui imam-iman kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak. Dan ia menerima uang dari mereka sebanyak tiga puluh keeping perak.
Itulah yang terjadi pada hari rabu—pada hari kamis, di saat siang Tuhan mengutus Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan makan Paskah, Perjamuan Paskah. Dan pada malam itu, di dalam sebuah ruang perjamuan, Yesus berkumpul bersama dengan kedua belas muridNya untuk makan Paskah bersama. Ketika mereka masuk ke dalam ruangan itu dan mulai duduk, ada sebuah perselisihan di antara mereka berhubungan dengan ambisi mereka tentang siapakah yang akan duduk di tempat yang terutama di kerajaan Tuhan kita. Tuhan kita mencela mereka atas ambisi pribadi mereka serta peninggian diri mereka.
Bagi kita yang berusaha melampaui orang-orang, bagaimana pun panggilan yang kita miliki, itu merupakan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bagi mereka, bagi setiap orang. Satu-satunya ambisi terbesar yang harus kita miliki dalam dunia ini adalah, “Tuhan, tolong saya untuk menjadi sahabat yang terbaik dan pelayan yahng terbaik, penolong yang terbaik, pemberi semangat yang terbaik, semampu saya, untuk menjadi sebuah berkat.”
Dalam mencela sifat keduniawian mereka, ambisi pribadi mereka, Tuhan kita menanggalkan jubahNya. Tidak ada sesuatu di dalam dunia Allah yang memiliki tempat paling rendah dari pada seseorang yang telanjang. Itu merupakan sebuah hal yang aneh. Tetapi Dia melakukan hal itu. Dan Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Ada beberapa orang yang memandang hal itu sebagai sebuah ordinansi yang harus dilaksanakan oleh gereja. Saya sama sekali tidak memiliki keberatan terhadap hal itu. saya senang untuk menjadi orang yang pertama untuk membasuh kaki saudara-saudara saya. Alasan bagi kita untuk tidak melakukan hal itu adalah karena kita mengikuti Perjanjian Baru. Dan di dalam Perjanjian Baru, membasuh kaki bukanlah sebuah ordinasi. Hanya ada dua ordinansi yang dilakukan oleh Perjanjian Baru, ordinasi awal adalah baptisan dan ordinansi yang dilakukan secara berulang-ulang adalah ordinansi Perjamuan Tuhan. Dan kiat berusaha untuk menjadi sebuah gereja Perjanjian Baru.
Setelah Tuhan membasuh kaki mereka, Dia berbicara kepada mereka. Dan saat mereka makan Paskah mereka mengelilingi sebuah meja, Yohanes yang bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya merupakan murid yang paling dikasihiNya. Dan ketika Tuhan mengumumkan sebuah pengumuman yang mendukakan mereka, bahwa salah seorang dari antara mereka akan mengkhianatiNya, Yohanes berkata, “Tuhan siapakah itu? Siapakah yang akan melakukan hal itu?”
Dan Tuhan menjawab, “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah aku mencelupkannya.”
Dan sesudah berkata demikian ia mengambil roti dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Dan Alkitab secara jelas mencatat, “Pada waktu itu hari sudah malam.” Setiap saat, setiap tempat, setiap waktu, ketika kita berpaling dari Tuhan, kita masuk ke dalam kegelapan malam.
Dan setelah Yudas pergi, kemudian Tuhan kita melaksanakan perjamuan yang mengingat akan Dia. Dia mengambil roti, roti yang tidak beragi dan mengucap syukur kepada Allah dan memecah-mecahkannya. Dan mereka semua makan roti itu. Kemudian Tuhan mengambil cawan, dan meminumnya terlebih dahulu dan memberkatinya. Itulah sebabnya mengapa banyak orang menyebut hal ini sebagai Ekaristi, eucharisteo, “mengucap syukur.” Dia mengucap syukur dan mereka semua minum dari cawan itu. Dan mereka menyanyikan sebuah lagu pujian dan kemudian pergi. Dan itu adalah institusi dari peringatan perjamuan ini.
Sementara mereka berada di Ruang Perjamuan setelah perjamuan selesai, Tuhan menyampaikan kepada mereka kata-kata yang tidak ada bandingnya yang terdapat dalam Yohanes 14, 15, 16:
Dan apabila Aku pergi, aku akan datang kembali dan membawa kamu ketempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada kamu pun berada.
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Kemudian di suatu tempat antara Ruangan Perjamuan dan Getsemani, Dia berlutut dan berdoa, doa Tuhan yang seutuhnya terdapat dalam Injil Yohanes pasal 17 dan kemudian doa saat Dia menderita kesakitan yang amat dalam di Getsemani. Dan di dalam momen yang mengerikan di Getsemani, Yudas datang dan mencium Dia, sebagai tanda pengkhiatannya. Itu adalah tanda bagi penjaga bait Allah untuk menangkap Dia. Dan pada saat jumat awal, mereka menangkap Dia, dan membawaNya ke hadapan Hanas, dan ke hadapan Kayafas, dan akhirnya ke hadapan Pontius Pilatus. Dan di sana, Dia diperintahkan untuk dihukum mati.
Pada pukul sembilan pagi pada hari jumat, mereka memancangkan Salib tempat di mana Anak Allah di paku. Dan pada pukul tiga sore, Dia meninggal. Salah satu hal yang paling mengesankan dari pengorbanan Tuhan kita, adalah ketidakberdosaanNya, sama seperti anak domba, mati untuk kita, membayar hukuman atas dosa-dosa kita: “Sebab upah dosa ialah maut,” dan “Jiwa yang berdosa harus mati.”
Dan Dia menimapakan kepada diriNya sendiri hukuman atas dosa-dosa kita. Dia mati untuk menggantikan kita sehingga kita dapat dibasuh, disucikan dimurnikan dan menjadi putih dan berdiri di dalam pembenaran Allah, dimuliakan, ditebus dan diselamatkan. Oh, betapa merupakan sebuah kebaikan yang luar biasa di dalam kasih Kristus kepada kita. Saya dapat memahami apa yang menjadi keyakinan dari Negro tua itu yang menulis syair di bawah ini:
Apakah engkau di sana,
Ketika mereka menyalibkan Tuhanku?
Apakah engkau di sana?
Oh, kadang-kadang hal itu membuatku
Gemetar, gemetar, gemetar.
Apakah engkau di sana
Ketika mereka menyalibkan Tuhanku?
Apakah engkau di sana,
Ketika mereka memaku Dia Ke atas kayu salib?
Apakah engkau di sana?
Apakah engkau di sana
Ketika Dia menundukkan kepalaNya dan mati?
Apakah engkau di sana?
Oh, kadang-kadang hal itu membuatku
Gemetar, gemetar, gemetar.
Apakah engkau di sana
Ketika Dia menundukkan kepalaNya dan mati?
Inilah yang telah Dia lakukan untuk saya. Salah satu pertobatan yang paling menakjubkan dalam sejarah kekristenan adalah pertobatan dari Count Zinzendorf, seorang yang suka melawan, seorang bangsawan yang jahat. Tetapi pada suatu hari dia berdiri di Galeri Seni Dusseldorf di depan sebuah lukisan yang berjudul Ecce Homo (Lihatlah Manusia Itu), Lukissan dari Yesus yang disalibkan, dan kutipan yang ada di bawahnya berbunyi, “Hoc facio pro te; quid facies pro me?” "Inilah yang telah Kulakukan untukmu; apakah yang telah kau lakukan untukKu?” Dan bangsawan muda itu, pada hari itu menundukkan kepalanya dan memberikan hidupnya kepada Tuhan.
Dialah yang mengerakkan misi kaum Moravia yang mempertobatkan John Wesley dan yang telah memberitakan injil ke seluruh dunia. “Hoc facio pro te,” "Inilah yang telah Kulakukan untukmu”; “quid facies pro me?” "apa yang telah kau lakukan untukKu?”
“O Tuhan, seandainya aku memiliki seribu kehidupan, dan aku akan mencurahkan seluruhnya kepadaMu, itu tidak akan pernah dapat membalas hutangku kepadaMu. Allah yang di sorga, Apa yang telah Engkau perbuat bagiku. Semoga kekuatan dari hari-hariku dan segala sesuatu yang kumiliki akan menjadi milikMu, Tuhan yang kekal sampai selama-lamanya. Amin.”
Sekarang bolehkah kita menundukkan kepala kita untuk berdoa? Juruselamat yang mulia, Ya Allah kami, betapa besar hutang yang kami miliki kepadaMu atas pengharapan yang kami miliki di sorga, berkat yang sangat melimpah di dalam hidup ini, persahabatan yang kami miliki di dalam Engkau, perjalanan pengembaraan ini, di dalam setiap langkah yang penuh berkat dari Engkau. Oh, Kristus Tuhan kami, semoga kami semakin kecil hingga tidak bersisa dan segala sesuatu adalah Engkau saja. Terima kasih Tuhan, karean telah mati untuk menggantikan aku dan membuka pintu gerbang sorga bagiku. Di dalam namaMu yang menyelamatkan, amin.
Di dalam sebuah kesempatan saat kita berdiri untuk menyanyikan lagu permohonan kita. Saat kita menyanyikannya, sebuah keluarga dari anda yang mau bergabung ke dalam persekutuan jemaat ini, atau seseorang dari anda yang mau menerima Yesus sebagai Juruselamat anda atau sekumpulan orang dari anda yang mau mendedikasikan hati anda kepada Tuhan. Ketika Tuhan menekankan seruan ke dalam jiwa anda, buatlah keputusan itu sekarang. Dan di dalam kesempatan ini, di dalam baris yang pertama dari pujian ini, datanglah dan berdiri bersama kami. Bagi anda yang berada di atas balkon atau yang berada di lantai bawah, katakanlah: “Pendeta, ini merupakan hari Allah bagi saya, dan saya datang sekarang.”
Semoga malaikat mengirim anda di jalan anda ketika anda menjawab dengan seluruh hidup anda, saat kita berdiri, dan saat kita bernyanyi. “Ini adalah hari Tuhan buat saya, dan saya datang segera. Saya sedang berada di jalan saya.
Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.