MEMBASUH KAKI DAN MEMBASUH BILUR-BILUR
(WASHING FEET AND WASHING STRIPES)
W. S. Criswell
05-22-88
Yohanes 13:1-17
Ini adalah Gereja First Baptist Dallas. Dan saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada jam sebelas pada pagi hari ini.
Seperti yang telah anda lihat, kami menerima dan menghargai senior kami yang telah lulus dari sekolah menengah dan yang mengarahkan wajah mereka saat ini ke arah akademi dan universitas.
Malam ini, pada jam tujuh, saya telah menyiapkan sebuah khotbah bagi mereka. Hal itu juga akan menjadi ibadah bagi sarjana muda dari Akademi First Baptist kita. Dan pada pagi hari ini kita akan melanjutkan khotbah kita melalui Injil Yohanes.
Kita telah sampai ke dalam pasal 13. dan judul khotbah kita adalah, MEMBASUH KAKI DAN MEMBASUH BILUR-BILUR .
Yang pertama teks kita diambil dari Injil Yohanes pasal tiga belas, ayat 4 hingga ayat 6.
Kemudian ayat 12 hingga 17: Lalu bangunlah Yesus—pada saat makan paskah—dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya.
Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? Kemudian setelah Dia berbicara dengan Simon Petrus, yang setuju terhadap hal itu, kemudian di dalam ayat 12: “Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya--
Dalam bahasa Yunani kata itu adalah amen, amen.--
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.”
Ketika kita melihat teks itu dan kisah itu, mengapa kita tidak memiliki sebuah ordinasi di dalam gereja kita untuk pembasuhan kaki? “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu”
Mengapa kita tidak memilikinya? Selama bertahun-tahun, tepatnya sekitar sepuluh tahun, saya merupakan pendeta di daerah pedesaan. Dan di dalam tahun-tahun iitu, saya sangat bersahabat dekat dengan para anggota dan pendeta dari gereja Baptist Primitif. Kadangkala disebut dengan ‘tempurung keras,’ gereja Baptis ‘pembasuh kaki.’
Mengapa kita tidak melakukan pelayanan pembasuhan kaki sebagai sebuah ordinansi gereja? Alasan kita tidak melaksanakannya adalah karena kita mengikuti Alkitab, firman Allah. Kita berusaha untuk menjadi sebuah gereja Perjanjian Baru. Dan firman dari Tuhan kita diinterpretasikan oleh rasul-rasul. Dan tulisan mereka berada di dalam Alkitab ini. Dan di dalam Perjanjian Baru, hanya ada dua ordinansi yang dilaksanakan oleh jemaat Kristus—ordinansi baptisan dan ordinansi Perjamuan Tuhan.
Tetapi tidak ada sebuah contoh atau ordinansi pembasuhan kaki yang dilakukan di Perjanjian Baru yang dicatat oleh lembaran-lembaran suci ini. Jadi, kita tidak memasukkan pembasuhan kaki sebuah ordinansi di konggregasi kita. Tapi saya ingin memberitahukan anda tentang hal ini. Saya tidak pernah merasa memiliki hal yang lebih berkesan di dalam hidup saya selain dari pada membasuh kaki mereka.
Wanita akan membasuh kaki wanita. Dan pria akan membasuh kaki pria. Dan jika kita memilih untuk memiliki sebuah pelayanan seperti itu di dalam gereja kita, saya akan bersukacita dan berbahagia di dalamnya. Saya pikir bahwa hal itu akan sangat indah bila kita mengumumkan sebuah ibadah dalam pelayanan membasuh kaki.
Dan para pelayan saya serta para diaken akan membasuh kaki orang-orang yang berada di jemaat ini. Dan para wanita akan saling membasuh kaki mereka. Akan ada sebuah pelayanan yang akan menggerakkan hati anda jika pernah melihat hal itu.
Jadi, peristiwa apakah yang terjadi di dalam hidup Tuhan kita sehingga hal itu terjadi? Saat membaca Injil sinoptik, seperti yang terdapat di dalam Lukas pasal dua puluh dua hal itu terlihat sangat jelas, mengapa peristiwa itu terjadi. Ketika murid-murid memasuki ruangan perjamuan untuk melaksanakan Perjamuan Tuhan, mereka mulai berselisih tentang siapakah yang terbesar di dalam kerajaan Allah.
Bukankah itu sangat alami dan normal serta menjadi tipikal dari kita semua? Kita senang untuk menjadi lebih utama. Kita senang untuk menerima pujian dari sahabat-sahabat kita. Dan mereka jatuh kedalam sebuah perdebatan saat mereka duduk mengelilingi meja perjamuan. Apakah anda mengingat bahkan ibu dari Yakobus dan Yohanes, istri dari Zebedeus, datang kepada Tuhan dan meminta agar kedua anaknya, dapat duduk di sisi kanNya serta di sisi kirinya di dalam kerajaanNya.
Jadi mereka berselisih tentang siapakah yang akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan Juruselamat kita, dan kemudian di dalam posisi tempat duduk mereka siapakah yang akan duduk paling dekat dengan Tuhan.
Itu adalah latar belakang dari peristiwa yang dilakukan oleh juruselamat kita. Ia menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Dan pada masa itu, di dalam setiap rumah akan ada sebuah tempayan besar yang berisi penuh dengan air. Itu merupakan sebuah hal yang menyegarkan bagi para pengembara dan tamu-tamu. Mereka berjalan dengan kaki telanjang di atas tanah atau hanya memakai sandal.
Dan ketika mereka masuk ke dalam sebuah rumah, seorang pelayan akan menyuci kaki mereka—sebuah hal mulia dan menyegarkan untuk melakukan hal itu. Dan, di dalam ruangan itu tidak ada pelayan. Dan Tuhan mengambil kedudukan sebagai pelayan, dan mulai mencuci kaki mereka.
Apa yang anda pikirkan tentang hal itu? Allah—sang Ilahi—membasuh kaki. Yehova allah di singkapkan dalam Kitab ini selalu membasuh kaki—membasuh kaki para malaikat, membasuh kaki manusia dan membasuh kaki seluruh semestaNya. Allah yang melayani. Tuhan Juruselamat.
Dan jika kita sama seperti Dia, maka kita harus sama seperti itu—pelayan, seorang penjaga pintu atau seorang yang menyalakan lampu. Tugas yang sederhana tidak pernah terlalu rendah bagi orang yang berusaha melakukannya. Jika kita dapat menolong, jika kita dapat melayani, jika kita dapat mendorong orang lain, itu merupakan sebuah keistimewaan di dalam namaNya untuk melakukan hal yang sama.
Kesederhanaan. Seorang hati pelayan. Roh seorang pelayan. Respon seorang pelayan. Itu sama seperti sebuah tragedi di dalam natur manusia bahwa jika kita tidak dipuji, jika kita tidak menjadi yang terdepan, jika kita dilewatkan maka kita merasa diabaikan dan tidak dihargai.
O Tuhan, betapa jauh lebih baik untuk menerima sebuah samaran yang sederhana dan sebuah tempat yang sederhana dan untuk menjadi seorang penolong dan seorang pelayan dari orang-orang yang mungkin bisa kita dorong di dalam Tuhan.
Dimanakah seharusnya aku melayani hari ini,
Tuhanku?
Sehingga kasihku mengalir
Dengan bebas dan hangat
Dan Tuhan
Menunjukkan sebuah tempat yang sangat kecil
Dan berkata, “Peliharalah itu bagiku.”
Aku berteriak dengan keras,
“Oh Tuhan, jangan disana!
Mengapa disana?
Tidak seorangpun yang akan pernah melihat,
Tidak peduli seberapa baik aku mengerjakannya.
Bukan tempat kecil itu yang seharusnya bagiku.”
Dan ketika Tuhan menjawab,
Dia tidak berlaku kasar.
Dia menjawabku dengan lembut.
“Beritahukan kepadaKu anakKu,
Engkau bekerja untuk mereka atau untukKu?
Nazaret adalah sebuah tempat yang kecil
Demikian juga Galilea.
Dan aku berkata,
“Setiap tempat Tuhan,
Sehingga aku dapat
Tetap dekat kepadaMu
Dan merasakan kehadiranMu
Di dalam tugas itu.”
Betapapun sederhananya, Saya ditugaskan untuk menjadi pelayan anda karean kehendak Yesus. Seandainya saya dapat menolong dalam membasuh kaki.
Pada suatu hari ada seseorang yang bergabung di gereja kita, seorang pejabat kota—seseorang yang memiliki sumber keuangan yang luar biasa dan pemimpin eksekutif. Anda tahu apa yang dia sampaikan ketika dia menjabat tang saya dan bergabung dengan gereja? Dia berkata, “Pendeta, saya ingin anda tahu bahwa anda tidak perlu untuk memanjakan saya atau menghargai saya atau mengutamakan saya. Saya akan berada di tempat dimana gereja ini membutuhkan saya. Tetapi saya pikir anda tidak perlu meninggikan saya.”
Oh, sebuah roh yang luar biasa! Betapa merupakan sebuah respon yang mulia terhadap panggilan Juruselamat kita! Membasuh kaki—seandainya saya dapat menolong, seandainya saya dapat menjadi seorang pelayan, jika saya dapat menjalankan sebuah suruhan, jika saya dapat melakukan hal yang paling kasar dan rendah, panggillah saya. Dengan senang hati saya akan berada di sana.
Ya Allah, semoga kami dapat seperti itu! Membasuh kaki—sikap yang penuh kemanusiaan. Membasuh bilur-bilur—tindakan kemanusiaan. Hal ini terdapat di dalam Kisah Rasul pasal enam belas.
Kitab kisah rasul pasal 16, di mulai di ayat 22. Membasuh bilur-bilur: “Juga orang banyak bangkit menentang mereka—Paulus dan Silas, dua orang pengkhotbah Kristus—Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah berkali-kali mereka didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.”
“Tetapi kira-kira tengah malam, Paulus dan Silas”—
Apa yang mereka lakukan di dalam—Apakah mereka menyalahkan Allah dan apakah mereka berperang dengan kekejaman yang telah menentang mereka dan memasukkan mereka ke dalam penjara? Tidak. Apakah yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen, sebesar masalah apapun itu? Mereka bernyanyi.
“Tetapi kira-kira tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah.”
Ya, Allah, bagaimana dapat menjadi seperti itu? Rasa sakit yang bagaimana pun, tragedi apa pun, kekecewaan apa pun, rasa sakit yang bagaimana pun, tetap mengangkat tangan untuk memuji Engkau! Dengan menderita luka, di dalam penjara yang gelap dengan kaki yang terbelenggu dengan kuat, berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Allah.
“Dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.”
Tanpa ragu. Tanpa ragu. Setiap orang mendengarkah hal itu. “Dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.
Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!"
Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.
Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”
Apakah anda memperhatikannya? Apakah anda memperhatikan hal yang paling pertama dari semua hal lainnya? Hal yang pertama—dia membasuh bilur-bilur mereka sebelum dia dibaptis, sebelum dia membawa mereka keluar, sebelum dia mengundang mereka ke rumahnya dan keluarganya, sebelum dia menghidangkan makanan kepada mereka, sebelum mereka memecahkan roti bersama-sama.
Yang pertama dari semua, dia membasuh bilur-bilur mereka. Alasan yang sangat mengesankan terhadap hal itu adalah perubahan yang tiba-tiba terhadap hati kepala penjara yang kejam dan keras itu.
Saudaraku, tidak ada hukum di Roma yang mengizinkan Paulus dan Silas dapat diperlakukan seperti itu. Anda dapat menyelidiki seluruh kitab hukum di dalam imperium itu dan tidak akan pernah menemukan hal itu. Tidak ada sebuah hukum yang dapat menghukum mereka karena mereka memberitakan injil. Tidak ada sebuah hukum yang mengijinkan mereka dimasukkan ke dalam penjara yang gelap dan membelenggu kaki mereka.
Dia sangat kejam melebihi hukum, melebihi ukuran dan perintah badan pembuat hukum. Sekarang lihatlah hal itu. Lihatlah ke dalam orang yang sama, yang sangat kejam dan keras—yang kemudian membasuh bilur-bilur mereka.
Tindakan simbolik merupakan tipikal yang sangat dasar dari iman Kristen. Seperti ordinansi, itu adalah sebuah simbol. Kita telah dikuburkan bersama dengan Tuhan, Alkitab menyebutkan dalam keserupaan dari kematianNya. Dan kita telah dibangkitkan, dibangkitkan dalam kebangkitanNya dari kuburan. Itu merupakan sebuah tidakan simbolik.
Ketika kita mengadakan Perjamuan Tuhan minggu depan, roti itu menyimbolkan tubuhNya yang terpecah. Dan anggur merah yang diperas merupakan simbol dari darahNya.
Ketika kita mengadakan sebuah ibadah ordinansi, kita meletakkan tangan kita ke atas kepala orang-orang yang telah kita tetapkan menjadi diaken atau pelayan injil.
Di dalam faktanya, anda dapat menyimpulkan keseluruhan iman Kristen di dalam sebuah simbol. Akan ada sebuah salib yang berada di puncak sebuah menara, sebuah simbol. Akan ada Alpa dan Omega, yang awal dan Yang Akhir. Akan ada tujuh lampu dian yang menggambarkan jemaat-jemaat Tuhan kita. Ada begitu banyak simbol.
Jadi, yang ini adalah salah satunya. Membasuh bilur-bilur, sebuah simbol dari iman Kristen. Membasuh bilur-bilur. Saya ingin anda melihat betapa perihnya hal itu dibandingkan latar belakang peradaban, budaya Imperium Yunani_Roma di mana kejadian ini terjadi.
Apakah anda tahu di dalam peradaban dunia pada masa itu, tidak ada satu pun rumah sakit.
Tidak ada rumah yatim piatu. Tidak ada sebuah rumah sakit jiwa. Tidak ada sebuah institusi yang memperhatikan orang-orang miskin. Tidak ada sebuah institusi yang memperhatikan orang-orang yang sudah tua—tidak ada satu pun di seluruh imperium itu.
Di dalam budaya pada masa peradaban itu, ada sebuah penelantaran yang luas bagi anak-anak.
Apa maksud anda dengan penelantaran itu Pendeta? Penelantaran terhadap anak-anak berate, jika seseorang tidak menginginkan seorang anak, di, berdasarkan hukum, dapat mengambil anak itu dan menempatkannya di tempat yang terbuka di mana binatang liar atau anjing-anjing dapat memakannya. Atau lebih buruk, sebuah keluarga yang tidak beradap dapat memungutnya dan memutilasinya, dan mematahkan tulang-tulangnya dan membagi tubuhnya serta menempatkannya di atas jalanan untuk mengemis.
Itu adalah sebuah dunia di mana kaum wanita dipandang sebagai budak. Sokrates pernah berkata, “Saya bersyukur kepada dewa-dewa bahwa saya adalah seorang Yunani dan bukan seorang barbar. Bersyukur kepada dewa bahwa saya adalah orang bebas dan bukan seorang budak. Dan saya bersyukur kepada dewa-dewa bahwa saya adalah seorang pria dan bukan seorang wanita.”
Mereka adalah budak yang menjadi properti. Dan seandainya anda berjalan di jalan-jalan dari setiap kota di Imperium Roma, tiga dari lima orang yang anda lihat adalah budak, dunia perbudakan.
Bolehkah saya mengambil dari Perjanjian Baru, gambaran yang menyedihkan dari budaya pada masa itu? Dimanakah orang Gadara yang kerasukan setan itu tinggal? Dia berteriak siang dan malam. Dimanakah rumahnya? Dimanakah dia tinggal? Alkitab berkata di tinggal di pekuburan. Dia tinggal di antara orang-orang mati.
Pernahkah anda berpikir ketika anda membaca kisah dari orang-orang yang menderita kusta itu—seorang yang kena penyakit kusta, mereka dapat menghampiri Yesus dengan mudah. Tuhan dikelilingi oleh begitu banyak orang, dikerumuni dari berbagai sisi, dan kemudian seorang yang kena kusta dapat menghampiriNya dengan mudah.
Pernahkah anda berpikir, bagaimana dia dapat melakukan hal itu? Alasannya adalah, dimana pun dia berada dan kemana pun dia pergi, orang-orang menjauhinya. Dan dia dapat berjalan di tengah-tengah sebuah lingkaran yang tidak ramah. Orang-orang yang kena kusta dikirim ke kuburan.
Atau ambil lagi contoh dari seseorang yang tidak beruntung yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho dan jatuh ke dalam tangan segerombolan penyamun yang memukuli dia dan merampoknya habis-habisan serta meninggalkannya dengan setengah mati. Dan seorang Lewi datang ke tempat itu, setelah melihatnya, ia melewatinya dari seberang jalan. Dan selanjutnya datanglah seorang imam ke tempat itu, dan setelah melihatnya, ia melewatinya dari seberang jalan.
Seluruh dunia sama seperti itu. Dan kemudian, kita semua tahu bahwa tidak ada anak sekolah yang tidak mengetahui yang tidak mengetahui bahwa tidak ada sebuah peradaban yang paling genius di dunia ini seperti imperium Yunani-Roma.
Tidak pernah ada sebuah karya seni yang hebat seperti yang mereka miliki. Di dalam arsitektur, dalam literatur, dalam darama, dalam puisi, dalam lukisan, di dalam setiap area seni, tidak ada yang dapat mengungguli Yunani-Roma.
Akan tetapi, di dalam peradaban itu dan di dalam budaya itu, orang-orang yang tidak beruntung dilupakan dan ditinggalkan dan bahkan dibiarkan binasa hingga mati. kemudian datanglah Tuhan kita, dan umatNya yang membasuh bilu-bilur orang-orang dan menyembuhkan rasa sakit umat manusia. Dan dimana pun injil diberitakan, di sana anda akan menemukan umat Allah yang membasuh bilur-bilur manusia.
Saya telah berusaha menggambarkannya kepada anda tentang perasaan saya ketika berada di Afrika Barat, di mana mereka membuang dan mengusir orang-orang yang menderita sakit kusta hingga binasa. Membiarkan mereka di tempat terbuka hingga kelaparan, bahkan anak-anak kecil yang mengidap kusta. Anak-anak yang masih sangat kecil, para remaja, para ayah dan para ibu, mereka semuanya diusir dengan ekstrim, dan mereka yang menderita penyakit itu, satu demi satu bagian tubuh mereka akan berguguran. Hidung mereka akan jatuh. Telinga mereka akan jatuh, bahkan seluruh organ tubuh mereka yang terkena kusta akan lepas. Mereka kemudian tampak mengerikan, itulah sebabnya mereka dibuang.
Misionaris Allah, Dr. Goldie, yang merupakan misionaris kita, mengumpulkan mereka di sebuah tempat yang dia sebuat sebagai klan penampungan. Dan di dalam sebuah cekungan yang besar di Afrika Barat, dia mengumpulkan mereka bersama-sama, yang luasnya sekitar bermil-mil. Dan memberikan pelayanan kepada mereka.
Saya pergi bersama dia untuk memberitakan injil, membangun gereja-gereja dan mengajarkan injil kepada mereka serta mengasihi mereka, membasuh bilur-bilur mereka.
Injil Kristus. Ketika saya meninggalkan mereka dan keluar dari tempat yang pernah saya lihat di dalam hidup saya di tengah Afrika Barat, saya pergi ke rumah sakit di mana Dr. Giles Fort dan Wana Istrinya, menjadi dua orang dokter di tempat itu. Dan sekarang mereka telah pensiun dan berada di gereja kita ini.
Di sana, saya berjalan naik turun melalui gang yang luas itu dan melihat pelayanan mereka terhadap orang-orang—gambaran dari membasuh bilur-bilur.
Saya tidak akan pernah melupakan apa yang saya rasakan ketika suatu kali saya berdiri di sebuah gereja yang dipenuhi oleh banyak orang yang setengah telanjang, dan yang tidak berpendidikan, yang menunggu janji saya untuk berkhotbah di sana, mereka berdiri di sana hingga mencapai mimbar.
Dan di sisi belakang dinding itu, ada sebuah lukisan Tuhan kita. Dan di sekelilingNya, ada sebuah kutipan: “Yesus adalah jawaban untuk setiap kebutuhan manusia.”
Yesus adalah jawaban untuk setiap kebutuhan manusia—membasuh bilur-bilur, menyembuhkan rasa sakit umat manusia.
Itu merupakan sebuah hal yang baru. Itu adalah Allah.
Membasuh bilur-bilur. Saudara yang terkasih, saya beritahukan kepada anda, dari semua hal yang ada di gereja kita, tidak ada hal yang paling menyenangkan saya atau yang membuat saya bersyukur kepada anda selain dari pada pelayanan kita melalui dua puluh delapan kapel yang kita dirikan. Dan setiap hari Tuhan, kita mengumpulkan makanan dan pakaian. Dan selama hari-hari sepanjang minggu kita memberikannya kepada orang-orang miskin itu.
Membasuh bilur-bilur. Menyembuhkan luka. Tuhan, saya sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga Allah. Saya tidak akan menukar hidup saya di dalam gereja yang terkasih ini untuk hal yang lain di dunia ini.
Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.