KITA AKAN MENGERTINYA KELAK

(WE SHALL UNDERSTAND BY AND BY)

 

Dr. W. A. Criswell

 

06-26-88

 

Yohanes 13:7

 

Anda semua sedang mengambil bagian di dalam ibadah dari jemaat Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan sebuah khotbah tekstual dari Yohanes 13 ayat 7, yang berjudul: Kita Akan Segera Memahaminya.

Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes kita telah berada di pasal 13. Dan dimulai seperti ini:

 

Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba.

… Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,

Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"

Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

 

Tuhan, pada malam itu, akan dicobai, dan ditangkap, dan hari berikutnya, Dia akan disalibkan. Tentu saja, pikiranNya, dan hatiNya berada di dalam kematian yang menebus kita. Dan  hal itu sangat bertentangan dengan murid-murid yang sedang berselisih tentang siapakah yang akan menjadi kepala dan yang terbesar di dalam Kerajaan Allah, dan siapakah yang akan duduk di sebelah kiri serta sebelah kanan dari takhta kemuliaan.

Dan di dalam peristiwa itu, kemudian Tuhan menanggalkan jubahNya dan mulai membasuh kaki murid-murid. Dan akhirnya sampailah kepada Simon Petrus, kepala rasul-rasul, Simon berkata, “Tuhan Engkau hendak membasuh kakiku?” 

Dan kemudian teks berikutnya, Tuhan berkata, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang. Tetapi engkau akan mengertinya kelak, segera sudahnya.”

Ada tiga hal yang dapat dimunculkan dari perkataan Tuhan kita ini. Yang pertama: Kita tidak mengerti pemeliharaan Allah yang menuntun hidup kita di masa sekarang ini. Kita tidak dapat mengetahuinya sekarang.

Yang kedua: Yesus mengasihi kita: “Mengasihi milikNya sendiri,” di dalam ayat 1—Dia mengasihi mereka sepenuhnya hingga akhir dunia. Dan kita dapat percaya kepada maksud dan tujuanNya di dalam hidup kita. 

Dan yang ketika: “Engkau akan mengertinya kelak.” Suatu hari kelak, Allah akan membuat hal itu tampak jelas. 

Yang pertama, kita tidak dapat memahaminya sekarang. Ada begitu banyak makna dari hidup dan pemeliharaan Tuhan yang menyelimuti kita dan tersembunyi dari mata kita. Kita menghidupi hari-hari kita di dalam sebuah misteri dunia, yang sulit untuk dijelaskan, sukar untuk dimasuki. Horizon yang terletak di hadapan kita seperti dinding kabut yang tebal.

Ada begitu banyak pertanyaan yang timbul di dalam hidup kita seperti butiran salju yang berjatuhan di dalam sebuah badai musim dingin. Setiap orang dari hidup kita adalah sebuah pulau yang terpisah di dalam sebuah lautan yang penuh misteri. Kita berteriak dan tidak ada yang mendengarnya tetapi suara itu menimbulkan gema yang hanya kita sendiri yang dapat mendengarnya. Kita mendorong perahu kita ke dalam sebuah lautan yang luas dan tanpa batas. Dan kita mengarunginya dengan penuh rasa takut. 

Kita berusaha mencari maknanya di dalam peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. dari manakah kita berasal dan ke manakah kita pergi? Dan tidak ada sebuah jawaban di sana.

 

Berjalan di suatu pagi

Di dalam sebuah negeri yang menyenangkan

Dengan sebuah sungai yang mengalir

Di atas pasir emas

Darimakah engkau berasal wahai air

Atau pasir emasmu

Kami mengalir

Dari sebuah negeri yang sunyi

Dan kemana pun engkau pergi wahai air

Atau pasir emasmu

Kami akan pergi mengalir

Ke sebuah negeri yang sunyi

Dan apa serta di mana

Apakah itu sebuah negeri yang jauh?

Sebuah pantai di kegelapam yang besar

Dari sebuah negeri yang sunyi.

 

 

Tidak ada jawaban. Dan seandainya diameter dari pengetahuan kita bertambah dan semakin luas, hal itu tetap dikelilingi oleh sebuah samudera kegelapan yang menyembunyikan kita dari makna kehidupan.

Seandainya hidup adalah sebuah pengembaraan, yang berpaling dalam setiap sudut, saat berakhirnya hari, mungkin ada sebuah peristiwa yang meremukkan kita dan menyelimuti kita. Apakah itu sebuah tanah yang indah atau gunung berapi yang terbakar? Apakah itu sebuah buaian yang kecil dari hidup yang baru atau sebuah peti mati yang kejam dan dingin?

Jika hidup adalah sebuah pelayaran, perahu kita berlayar di atasnya, tanpa mengetahui pelabuhan akhir dan tujuan kita. 

Dan jika hidup adalah sebuah permainan misteri, karakter yang berada di dalamnya sangat membingungkan. Beberapa diantaranya tampak berbeda, para pecandu, para pemabuk dan penzinah. Atau mereka adalah orang-orang yang redup, yang berkata bahwa kita bukanlah apa-apa di dalam hidup ini yang tidak lebih dari sekedar kayu apung. Atau mereka adalah orang agnostik, yang berkata bahwa kita tidak mengetahui apa pun atau kaum atheis yang berkata bahwa tidak ada apa pun yang dapat diketahui, atau orang-orang yang berusaha mencari Budaha untuk menuju nirwana, di mana keberadaan di sana akan menjadi; tidak mengetahui apa-apa, tidak merasakan apa-apa, tidak mencari apa pun. 

—Mungkin seperti para penghibur Ayub, yang duduk dalam keheningan,  di depan Ayub selama tujuh hari, dan terlihat seperti orang bijaksana. Tetapi ketika mereka membuka mulutnya mereka sangat bodoh.

Apakah makna dan misteri dari kehidupan manusia? Kita membawa jiwa kita yang malang kepada Tuhan Yesus. Dan kita percaya di dalam Dia—bahwa Dia mengetahui masa depan, bahwa Dia berkuasa atas sebab dari hari-hari kita dan kesimpulan serta akhir dari hidup kita.

Di dalam Kitab Wahyu pasal lima, ada sebuah gulungan kitab yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luar, dan ada sebuah suara yang nyaring, katanya,

 

Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka materai-materainya?

Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.

 

Dan seseorang akhirnya ditemukan: Anak Domba Allah, Kristus dunia, pengharapan dari keselamatan kita. Dia layak membuka gulungan kitab itu, untuk melihat ke dalamnya dan untuk membacanya.

Kehidupan dari tiap-tiap orang dari kita merupakan sebuah gulungan. Dan apakah saya berani membukanya, dapatkah saya? Jika hal itu diletakkan di dalam tangan saya, mungkinkah saya mengamati lembaran-lembarannya?

Mungkinkah? Mengikuti gulungan kitab kehidupan saya, di sini ada sebuah tragedi yang besar dan di sini ada sebuah kelimpahan, penderitaan yang tidak ada batasnya. Dan di sini ada sebuah penyakit. Dan ini adalah hari kematian saya. 

Dan seandainya saya dapat membaca gulungan hidup saya, saya akan takut tehadap lembaran-lembaran ini. Saya akan berjimpuh di dalam kedukaan dan penderitaan di hadapan yang satu ini. Dan apakah yang akan saya lakukan ketika saya sampai di hari kematian saya? 

Tuhan, lebih baik saya tidak mengetahuinya. Lebih baik saya tidak membacanya. Lebih baik saya meninggalkannya di dalam tanganMu yang layak. Layaklah Engkau Tuhan, untuk mengambil kitab gulungan itu dan membacanya.

Dan pilihannya berada adalah milikMu. Hal itu terletak di tanganMu. Dan saya akan terus berjalan tanpa menhgetahuinya. Saya tidak akan mau mengetahuinya seadainya saya dapat. Saya lebih baik berjalan bersama dengan Kristus, dengan iman, dari pada berjalan sendiri, di dalam pandangan saya. Saya lebih baik berjalan di dalam gelap bersama dengan Dia dari pada berjalan dalam gelap bersama dengan  cahaya saya sendiri. Semuanya berada di tangan Allah. Dan kita percaya bahwa Allah akan memberikan apa yang terbaik kepada kita.   

Suatu ketika saya membaca tentang seorang bocah lumpuh yang berteriak kepada seorang kondektur trem. Anak kecil yang bersuara sopran itu berteriak: “Hei Tuan—Tuan Kondektur, tunggu. Tunggulah saya.” 

Ketika sampai di atas, kemudian dia didudukkan oleh seseorang yang sedang membaca Koran. Pria itu melihat ke arahnya. Anak itu sangat berseri-seri. Pria itu berkata, “Nak engkau kelihatan sangat gembira.”

Dia menjawab, “Iya pak.”

Orang itu penasaran—Dia berkata, “Bagaimana kamu sangat gembira padahal kamu tidak dapat berjalan dan tidak memiliki tongkat penyangga?”

“Oh,”  kata bocah kecil  kepada orang asing itu—“Oh,” katanya, “Ayah saya berkata kepada saya bahwa Allah selalu melakukan yang terbaik bagi kita.” “Ayah saya berkata ini adalah yang terbaik bagi saya. Dan bukankah anda pikir, Tuan, bahwa saya harus bergembira untuk yang terbaik?”

Kemudian pria itu menjadi sangat takjub, dia berkata, “Saya pikir kamu benar nak. Saya pikir hal itu benar.”

Dan kemudian bocah itu menambahkan, “Anda tahu, Ayah saya berkata bahwa suatu hari nanti, kaki saya tidak akan seperti ini. Suatu hari nanti, kaki saya akan menjadi kuta, dan Allah akan memberikan kepada saya tubuh yang lain, suatu tubuh yang baru.”  

O, Tuhan, semua berada di dalam tanganMu. Adalah pilihanMu apa yang terbaik, Tuhan. Aku mengucap syukur kepadaMu atas kebaikanMu dan pemeliharaanMu yang manis. Dan setelah semua itu, kita akan memahaminya dengan sifat dan karakter dari Juruselamat kita: “Semua kuasa,” kataNya, “telah diberikan kepadaKu.” Segala sesuatu yang diciptakan, diciptakan oleh Dia. Dia yang berdaulat dan penguasa serta raja dari alam semesta ini. Semua kebijaksanaan berada di dalam Dia. Dan tidak ada seorang pun yang pernah berbicara seperti itu. Dan Dia mengasihi kita. Dia adalah sahabat kita.   

Pada masa yang lalu, saya menganggap bahwa anak-anak Allah akan berjalan melalui rasa sakit keraguan. Akhirnya datang kepada saya, sebuah pemahaman yang saya dapat  di dalam buku-buku saya dan di dalam pembelajaran saya dan di dalam pelatihan saya serta pendidikan saya.

Saya memulai pengembalaan ketika saya berusia 17 tahun. Dan pada setiap akhir minggu, pada hari minggu, saya akan berkhotbah di gereja dusun saya, me;akukannya dengan seluruh kemampuan saya. Dan kemudian, pada masa minggu-minggu saya membaca buku-buku dan mendengarkan para professor, saya terjatuh ke dalam sebuah perang keraguan di dalam hati saya.

Dan pada masa itu saya menulis puisi ini:

 

Aku telah masuk ke dalam lembah

Dan tidak dapat memahaminya mengapa

Allah terlihat sangat jauh

Yang terus menerus menjatuhkan air mataku

Hatiku berpaling ke dalam sebuah kompromi

Bahwa setan tidak dapat menyangkal.

Kristus berkata, “Aku akan menyertaimu,”

Dan Dia tidak dapat berbohong

Aku telah mengembara di padang liar

Dengan putus asa mencari jalan setapak

Kitab-kitab manusia dan manusia kitab

Telah melukai hatiku hingga begitu pucat

Tanganku menjangkau berusaha meraih seorang penolong

Kepada Kristus yang dapat menjangkaunya

Tanganku telah disambar oleh Kristus

Dan Dia tidak dapat gagal.

Oh, jiwaku,

Mengapa engkau bimbang di hadapan Tuhan?

Lihatlah Dia memimpin selamanya

Kepada setiap orang yang mempercayai firmanNya.

Mengikuti panggilan Roh

Kemana pun Roh bergerak

Untuk setiap pertempuran adalah bersama dengan Yesus

Dan Dia tidak dapat kalah.

 

Dan itu adalah sebuah komitmen hidup saya sejak masa muda saya hingga akhir hidup dan pelayanan saya.

Saya telah berdiri di atas makam ayah saya dan ibu saya dan melihat ke atas tumpukan tanah kuburan itu. Dan ibu saya dikuburkan dengan sebuah emas, dengan pakaian klasik berpita emas, dan cincin kawin yang melingkar di jarinya. Dia telah memakai pita emas itu selama lebih dari setengah abad. Dan ketika dia dikuburkan, dia dikuburkan dengan cincin kawin yang ada di jarinya. Itu adalah sebuah komitmen hingga akhir hayat. Dan itu adalah komitmen saya di hadapan Tuhan Allah.

Apa yang tidak dapat saya mengerti, Dia memahaminya. Apa yang tidak saya ketahui, Dia mengetahuinya. Tempat yang tidak pernah saya jangkau, Dia telah jajaki. Dia mengetahui masa depan. Dia mengetahui hari esok. Dan pada suatu hari, Dia akan menjelaskannya kepada saya, kelak. 

Jadi, teks kita yang sangat indah: “Engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."  Suatu hari yang mulia, Allah akan membuatnya sangat jelas. Kita akan mengetahui setiap peristiwa di dalam kehidupan manusia.

Terlihat sekarang sepertinya banyak hal berada di luar dari pemeliharaan Allah, di luar dari tangan Allah. Tetapi di dalam kebijaksanaan Allah dan pengetahuan Allah serta kemampuan Allah, segala sesuatu  memiliki tujuan dan menjangkau sebuah akhir yang mulia.

Ketika seseorang mengambil benih dan menaburkannya ke dalam tanah, hal itu terlihat bodoh dan buruk. Mengambil benih dan menanamnya di atas tanah. Saya melihat sebuah gambar yang sangat mengerikan di layar televisi di negara Dunia Ketiga. Orang-orang kelaparan hingga mati. Dan pemerintah Amerika telah mengirim mereka bibit gandum untuk mereka tanam. Dan malahan yang terjadi adalah sebaliknya, bukannya menanam benih itu untuk hasil yang akan mereka terima tahun berikutnya, tetapi orang-orang yang kelaparan itu membawanya ke dalam mobil boks dan truk dan mengkonsumsinya.           

Nampaknya bahwa dengan mengambil benih itu, dan menaburnya ke tanah  dari pada menjadikannya sebagai makanan bagi orang yang kelaparan, seakan-akan itu merupakan kebalikan dari kasih dan kepedulian. Tetapi jika anda memahaminya maka itu adalah yang terbaik.

Jadi, Allah melakukah hal itu kepada kita sepanjang masa hidup kita. Bahkan, kita, pada suatu hari, akan ditanam ke dalam tanah, dan dikuburkan di dalam debu, sehingga suatu hari kita akan dibangkitkan di dalam tubuh kebangkitan yang baru di dalam Kristus.

 

Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.

Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.

Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. 

 

Allah memiliki sebuah alasan, bahkan di dalam menabur tubuh kita di dalam debu tanah. Dan sepanjang peristiwa hidup, Allah memiliki sebuah alasan. Dia akan menjelaskannya kepada kita suatu saat kelak.

Di dalam beberapa hal yang kita baca di dalam Firman yang Suci, pemeliharan yang terjadi nampaknya begitu kejam. Seperti seorang Yusuf, ketika ayahnya memberikan sebuah jubah yang maha indah, hal itu menimbulkan kecemburuan bagi saudara-saudaranya. Mereka kemudian menempatkannya dalam sebuah sumur yang dalam hingga kelaparan. Kemudian mereka menjualnya kepada orang-orang Ismael, yang menjualnya kepada Potifar, ke dalam perbudakan, yang akhirnya memenjarakannya selama bertahun-tahun.

Tetapi, hasil dari hal itu, ketika Israel dan anaknya datang ke Mesir untuk membeli makanan dan akhirnya tinggal di Mesir, Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya ketika menyingkapkan dirinya, “Kamu memiliki maksud yang jahat, akan tetapi Allah membuatnya menjadi maksud yang baik.” Kita akan memahaminya kelak. 

Saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Rasul Yohanes ketika Dia melihat pada malam saat Yesus ditangkap. Dan mereka meninjuNya serta menarik janggutNya. Dan mereka memahkotaiNya dengan duri dan mencambuknya dengan cambuk yang mengerikan. Dan akhirnya mereka memakukanNya di atas kayu salib.

 

Oh, oh, oh. Apakah engkau di sana?

Apakah engkau di sana,

Ketika mereka menyalibkan Tuhanku?

Ya Allah.

Oh, kadang-kadang hal itu membuatku

Gemetar, gemetar, gemetar.

 

Tetapi yang keluar dari hal itu adalah penebusan kita, pengampunan atas dosa-dosa kita, keselamatan kita.

Dan hal itulah yang menyertai hidup kita. Allah akan membuatnya jelas, pada suatu hari yang mulia dan penuh kejayaan.

 

Pencobaan dan godaan

Aku ragu untuk berharap

Mengapa hal itu terus terjadi

Sepanjang masa yang lama

Sementara yang lain,

Tidak pernah terganggu

Sekalipun hidup dalam kesalahan,

Kemudian pada akhirnya,

Kita akan mengerti mengapa

Jadi, berbesar hatilah saudaraku

Tinggal dalam sinar mentari yang cerah

Kita akan mengetahui semuanya

Suatu saat kelak.

 

Tuhan yang mulia, peganglah tanganku.

Tuntunlah aku, bantulah aku berdiri.

Aku lemah, Aku lelah, dan aku letih lesu.

Melewati badai dan melewati malam.

Tuntunkah aku ke dalam terang.

Tuhan yang mulia, peganglah tanganku dan tuntunlah aku pulang

Ketika jalanku semakin suram

Tuhan yang mulia, tetaplah dekat

Ketika hidupku hampir berakhir

Dengarlah tangisanku, dengarlah panggilanku

Tuntunlah tanganku agar aku tidak jatuh

Tuhan yang mulia, peganglah tanganku dan tuntunlah aku pulang.

 

Anda tidak memahaminya sekarang. Tetapi anda akan mengertinya kelak. Suatu hari Allah akan membuatnya sangat jelas. 

Bolehkah kita berdoa?

 

Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.