MELAMPAUI GERBANG KEMATIAN

(BEYOND THE GATES OF DEATH)

 

Dr. W. A. Criswell

Yohanes:1-5

 

07-17-88

 

Dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan sebuah khotbah. Sebuah khotbah yang berjudul Di Balik Gerbang Kematian. Di dalam seri khotbah kita menelusuri Injil Yohanes, yaitu Injil Yang Keempat, kita telah sampai ke dalam pasal empat belas.

Hal ini telah saya jelaskan sebagai Kekudusan yang Paling Kudus. Di dalam wahyu tentang kehidupan dan pelayanan dan kematian yang menebus dari Tuhan kita, tidak ada bahasa manusia atau di dalam karya sastra yang dapat dibandingkan dengan pasal 14, 15, 16 dan Doa Imam Besar dari Tuhan kita di dalam pasal 17 dari Injil Yohanes ini. 

Dan betapa bermaknanya hal itu bagi kita yang telah menemukan perlindungan di dalam Dia. Ada sesuatu yang lebih untuk hidup dari pada hanya sekedar kehancuran yang tidak terhindarkan dari tubuh kita yang fana ke dalam debu tanah, dan roh kita yang tidak memiliki tempat untuk pergi tetapi hanya mengembara tanpa tubuh, tanpa jasad di dalam dunia yang membosankan ini.

Pesan Kristus merupakan pesan yang paling bermakna dari semua pesan manusia yang dapat didengar oleh hati manusia jika kita mau membuka jiwa kita untuk mendengarkannya.

Jadi, Dia mulai di dalam Injil Yohanes pasal empat belas, malam ketika Dia dikhianati, dicobai, dihukum, di salibkan dan dipakukan ke atas kayu salib pada pukul 9 pagi di hari berikutnya. 

Sebelumnya Dia berkata, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu”

Kemudian tujuh kali di dalam pasal ini Dia berkata, “Aku pergi.” 

Di dalam ayat kedua Dia berkata, “Aku pergi.” 

Di dalam ayat ketiga, “Aku pergi.”

Kemudian di ayat keempat dan ayat kelima Thomas mengulang hal itu. 

Di dalam ayat dua belas Dia mengulanginya.

Di dalam ayat dua puluh delapan dia mengulangi kata itu sebanyak dua kali.

Ada tujuh kali di dalam pasal ini Tuhan berbicara tentang kematianNya, tentang kepergianNya. Anak Allah sendiri menghadapi kematian, inkarnasi Roh Bapa di sorga. Yesus menghadapai kematian.   

Dan betapa universalnya kita menemukan pengulangan di dalam hidup kita yang bersifat duniawi! Kita tidak dapat mengelakkan, dan tawar menawar dengan kematian.

Di dalam Kitab Wahyu pasal 6, Tuhan membuka materai-materai. Materai pertama yang Dia buka, “Lihatlah, sebuah kuda putih,” gambaran dari penakluk dunia seperti Aleksander, Seperti Caesar, seperti Napoleon—kuda putih penakluk.

Materai kedua yang Tuhan buka, “Dan lihatlah, sebuah kuda merah”—darah dan kekerasan.

Materai ketiga yang Tuhan buka, “Dan lihatlah, seekor kuda hitam”—Kelaparan dan kekurangan serta kebutuhan.

Kemudian materai yang terakhir, materai keempat, “Dan lihatlah, seekor kuda hijau kuning”—kematian.

Di dalam salah satu museum terbesar di dunia, Metropolitan Museum di Kota New York, suatu kali saya melihat sebuah lukisan yang sangat hidup. Itu merupakan sebuah jalur pacuan, dimana dua ekor kuda sedang berlari. Yang pertama ditunggangi oleh seseorang yang suram, rangka kematian yang mengerikan, dan yang lainnya ditunggangi oleh seorang bayangan keberadaan manusia yang hampir lenyap. Dan dia sedang melihat ke sampingnya, karena kuda hijau kuning terus-menerus mendekat ke sampingnya. Itu sangat universal. 

Dan anda menemukan hal itu di dalam literatur seluruh dunia. Penulis-penulis besar dari bahasa manusia telah menemukan bahwa hal itu tidak dapat dielakkan dari pikiran mereka.

Seseorang mengutip, “Kita tidak mati seluruhnya di dalam kematian kita. Kita telah meluruh secara berangsur-angsur jauh sebelumnya.  Kecakapan demi kecakapan, kepentingan demi kepentingan, kasih sayang demi kasih sayang, berangsur-angsur lenyap. Kini tersobek-sobek dari diri kita sementara kita hidup. Tahun demi tahun kita tidak lagi melihat diri kita sama, dan kematian hanyalah menyerahkan bingkai terakhir yang kita gunakan kepada debu.

Lagi, “Sahabatku, akan datang suatu hari sebuah pesan yang membuat anda tidak dapat berpaling. Dia akan berkata, ‘marilah bersamaku,’ dan semua kepentingan bisnis anda serta kesenangan dunia akan tidak ada gunanya. Ketika tangannya yang dingin menyentuh milik anda, anda akan menjatuhkan kunci kepada ruangan perhitungan selamanya. Anda tidak akan terlalu sibuk untuk mati.”

Dan yang lainnya, “Kematian adalah tiran. Kekuasaannya berada di kesunyian dan di kegelapan dan di pekuburan serta penjara-penjara. Dia hidup tanpa bentuk dan suara, sebuah bayangan yang tidak dapat dicapai oleh pandangan atau sentuhan, sebuah hantu dan ketakutan yang mengerikan.

Dan lagi, “Manusia, burung di udara mati untuk menyokong engkau.  Ternak di ladang mati untuk memelihara engkau. Ikan-ikan di laut mati untuk memberi makan engkau. Perut kita adalah kuburan mereka yang umum. Allah yang baik, dengan berapa banyak kematian sehingga hidup kita yang malang memiliki keberdaannya? Dan betapa penuhnya kematian di dalam hidup manusia yang sementara!”

Dan lagi, “Ke dalam kuburan kita berjalan. Ayunan kita berdiri di kuburan.”

Dan lagi, “Ada jalan yang tidak terhitung banyaknya di semua sisi ke dalam kuburan.”

Dan lagi, “Kemana pun aku melihat, tidak ada apa-apa selain gambaran kematian: bunyi lonceng yang perlahan-lahan, kain kapan, cangkul, kuburan, ruangan yang dalam dan lembab, kegelapan dan cacing-cacing.

Dan lagi, “Kematian lebih dekat kepada orang muda daripada orang yang sudah tua; inilah perbedaannya: kematian berdiri dibelakang punggung orang muda, tetapi di depan wajah orang yang tua.

Dan lagi,  

 

Pangeran yang memegang dunia dalam kekaguman

Hakim yang membuat ketetapan hukum

Orang kaya, orang miskin, orang besar, orang kecil

Memiliki level yang sama—kematian telah menguburkan mereka semua.

 

Dan saya menduga bahwa tidak ada anak sekolah yang tidak pernah mempelajari Elegy, karya Gray yang berjudul Elegy in a Country Churchyard

Kesombongan lambang ilmu, kemegahan kekuasaan,

Dan semua keindahan, semua kekayaan yang diberikan,

Menantikan waktu yang sama yang tak terhindarkan

Jalan setapak kemuliaan yang menuju kuburan.

 

Salah satu lainnya, “Semua manusia binasa dan dilupakan; kemuliaan mereka dan karya kesayangan mereka hancur. Kematian datang bahkan kepada stuktur monumental, dan kenangan yang terlupakan atas nama yang masyur sekalipun.”

Itu semua merupakan beberapa kutipan dari literatur besar yang ada di dunia. Kita hidup dalam sebuah dunia kehancuran dan kegelapan dan keputusasaan serta kematian. 

Tidak ada sebuah rumah dan tidak ada keluarga yang ke dalam pintunya dia tidak datang. Apa yang terbentang di baliknya? Adakah sesuatu? Ketika saya mati, apakah itu kehampaan?

Ada sebuah dunia yang tanpa akhir—dalam faktanya, semua orang tidak percaya di dunia melihat kehampaan di balik kematian. Mereka memandang dengan tajam ke dalam kegelapan dan tidak menemukan apa pun. Ini merupakan pengakuan dari beberapa penulis dari umat manusia.

Seseorang berkata, “Kematian adalah kejahatan terbesar, karena ia memutuskan harapan semua manusia.”

Ratu Elisabeth berkata, “Semua milik saya, kerajaan saya, akan saya berikan kepada sebuah momen waktu.”

Yang lainnya berkata “Segera setelah seseorang menemukan kunci kehidupan, hal itu membuka pintu kematian.”

Yang lainnya, “Kematian, hari kegelapan yang pertama dari kehampaan.” 

Yang lainnya, “Tidak ada sesuatu yang pasti di dalam kehidupan manusia, tetapi hanya ini bahwa dia pasti akan mati.” 

Dan lagi, “Kematian hanyalah biara, kuburan hanyalah sel, makam yang bergandengan dengan biara merupakan penghinaan yang pahit dari kesia-siaan.” 

Dan lagi: “Matahari ditetapkan untuk terbit; tetapi kita; ketika hari kita yang singkat selesai jatuh ke dalam sebuah malam tanpa akhir.” 

Dan yang terakhir, “Ketika kita melihat musuh kita dan sahabat kita mati di depan kita, biarlah kita tidak melupakan kefanaan kita; kita akan segera berada dimana ajal kita tetap untuk selamanya.”

Betapa merupakan sebuah kesedihan yang tidak terkira, sebuah keputusasaan, keyakinan bahwa di dalam kematian seluruh hidup dan maknanya telah hancur. Betapa merupakan sebuah tragedi!

Mereka berkata bahwa kita tidak akan masuk, kita tidak akan keluar. Mereka berkata hidup ini adalah sebuah hutan dimana orang miskin dibinasakan dan dihancurkan. Kita merupakan korban di depan sebuah kekerasan dan musuh yang mematikan. 

Mereka berkata bahwa kita dikekang kepada kekuasaan dari sebuah kegelapan yang dahsyat yang tidak dapat kita kontrol.

Mereka berkata bahwa kita bertumpu antara ruangan atas dan bawah batu girinda kebrutalan, takdir yang kejam dan kegelapan yang tidak dapat dipecahkan dan krisis. 

Mereka berkata bahwa kita tinggal  di depan sebuah kereta raksasa, sebuah kereta perang kematian yang bergulung, yang pada akhirnya akan meremukkan kita ke dalam tanah, ke dalam debu.

Suatu ketika, ketika anda membaca, anda akan menemukan sebuah figur literatur yang terkemuka yang akan membuat sebuah konsensi yang hening. Sebagai contoh, Mary Anne Evans yang menulis di akhir abad sembilan belas di Britania Raya di bawah nama George Elliott, seorang novelis berbakat yang terkemuka. Dia berkata bahwa kita memiliki sebuah keabadian di dalam kehidupan orang lain yang kita pengaruhi.

Dan ketika saya berpikir sesuatu seperti itu, satu-satunya keabadian yang kita miliki, satu-satunya kehidupan yang kita miliki dibalik kematian adalah apa yang dapat saya hasilkan yang berpengaruh bagi orang lain. Bagi saya, hal itu membesarkan kekuasaan dari raja terror.

Hal itu menegaskan kesia-siaan dan kegagalan hidup. Kematian akan berkuasa  selamanya. Rantainya selamanya tidak akan terputuskan. Saya pikir hal itu juga mengagungkan keputusasaan dan ketidakberdayaan dari hati manusia kita dan iman Kristen itu sendiri.

Maria Magdalena diselamatkan dari tujuh iblis, dari kepemilikan iblis hingga mati, untuk dikuburkan dalam kuburan. Zakheus diselamatkan dari ketidakjujurannya dan membuatnya menjadi makanan cacing-cacing.

Murid-murid diajarkan dalam iman hanya untuk mendapati bahwa hal itu akan terhempas ke dalam kegelapan kematian. Dan Yesus disalibkan hanya untuk dikuburkan selamanya di dalam kuburan.

Ketika saya memikirkan dunia ketidakpercayaan di dalam reaksinya terhadap kematian yang tidak dapat dielakkan dan tidak dapat ditawar, saya dapat mengulang jeritan Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 15:19, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” 

Terimakasih Allah, di sana ada bagian yang lain. Ada sesuatu yang lain untuk disampaikan. Ada sebuah injil pengharapan dan keselamatan dan hidup serta kemuliaan. Dan ayat berikutnya, Paulus mulai menyampaikan hal itu.

1 Korintus 15, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.

Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

 “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya.

Musuh yang terakhir yang dibinasakan ialah maut

Dia akan bertakhta sampai selama-lamanya. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.  

Itulah pengharapan dari injil Anak Allah.

Ada dua kali ganda tentang kedatangan Tuhan kita. Dia datang pertama kali untuk mati bagi dosa-dosa kita, untuk membuat perdamaian atas pemberontakan kita. 

Dia datang kembali. Dan kedatanganNya yang kedua kali, Dia datang untuk menebus orang-orang yang telah meninggal. Dia datang untuk menyelamatkan keseluruhan tubuh dan jiwa saya.

Saya dan anda tidak akan terserap ke dalam sebuah elemen yang universal saat kita mati. Allah menandai tempat di mana kita dibaringkan. Allah mengenal debu yang ke atasnya kita berpaling saat kita mati.            

Dan dari kuburan itu, Allah akan membangkitkan transformasi yang sempurna, tubuh kebangkitan yang bersifat kekal anda yang nyata.

Seperti yang dikatakan oleh Tuhan kita, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."

"Adakah padamu makanan di sini?"

Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng.

Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.

Kita akan menjadi seorang manusia. Kita akan menjadi diri kita sendiri. Dan akan menjadi anda. Dan saya akan menjadi saya. Dan kita akan duduk di Perjamuan Kawin Anak Domba dan memecahkan roti bersama-sama, dan tinggal di dalam sebuah firdaus yang dibingkai oleh tangan Allah yang mahakuasa.

Ada sebuah kata di sini yang digunakan Paulus di dalam penjelasannya tentang apa yang akan terjadi ketika Yesus datang kembali, di akhir zaman. Dan kata itu adalah tagma.  Dia menyebutkannya di sini di ayat 23 dari pasalnya yang mulia, “Tetapi tiap-tiap orang menurut tagma,tagma,” dan Dia memberikan perintah. 

Kata itu diterjemahkan di sini, “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya, tagma.”  Tagma adalah sebuah terminologi tentara. Dan hal itu menunjuk kepada tingkatan dan rentetan dari barisan tentara ketika lewat dan diperiksa.

Tagma, sebuah urutan, sebuah rentetan. Dan ada suatu tagma, ada suatu tingkatan, di akhir zaman.             

Bolehkah saya menambahkannya kepada anda sekarang? Yang pertama : Tuhan yang berada di sorga mempersiapkan sebuah tempat bagi kita. Dia berada di sana. Dia telah mendahului kita untuk menyediakan sebuah rumah besar bagi kita.

Itulah cara dalam memulai pasal yang indah ini, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan topos, tempat bagimu.  

“Dan apabila Aku pergi ke situ dan telah menyediakan topos, sebuah tempat bagimu”—topos merujuk kepada sebuah tempat dimana anda tinggal. Hal itu merujuk kepada sebuah tempat di mana kita menyembah namaNya. 

Hal itu merujuk kepada sebuah tempat yang menjadi alamat anda, topos.  Itu adalah sebuah tempat yang nyata. Itu bukan sebuah fantasi. Itu bukan sebuah yang tidak dapat dirasakan dengan jelas, yang jauh, hal imajinasi yang diharapkan atau yang ditebak. Itu merupakan sebuah realitas. Itu adalah sebuah topos

Saya tinggal dalam sebuah topos.  Demikian juga anda. Itu adalah sebuah tempat yang nyata. Dan Tuhan mempersiapkan tempat yang seperti itu bagi kita. Kita akan menjadi manusia yang nyata. Dan kita akan berada dalam sebuah rumah yang nyata, sebuah kota yang nyata yang disebut Sorga, Yerusalem Baru.

Hal yang kedua: Tidak hanya kita memiliki urutan dalam Tuhan, tidak hanya bahwa Allah telah mempersiapkan sorga bagi kita, mempersiapkan topos, tempat bagi kita, tetapi ketika kita mati segera saja kita berada di dalam hadiratNya. 

Tidak ada sebuah hal di dalam firman ini bahwa jiwa manusia tertidur atau menunggu hingga ahir zaman. Bahwa kita akan berada di sana ketika kita mati, akan tetapi kita akan segera berada di hadiratNya.      

Ketika penyamun yang sekarat itu berpaling kepada Tuhan di atas salib dia berkata, “Tuhan ketika Engkau masuk ke dalam kerajaanMu, ingatlah aku.” Saat itu dia berpikir tentang sebuah masa yang jauh.

Tuhan kita menjawab, “Sēmeron—hari ini, saat ini, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.”

Di dalam Kisah Rasul pasal enam belas, ketika mereka merajam Stefanus hingga mati, dia mengangkat matanya dan melihat Tuhan berdiri menyambut dia pada saat itu.

Dengan berdiri. Setiap tempat lain, Tuhan selalu digambarkan duduk di sebelah kanan Allah. Dan ayat itu merupakan satu-satunya tempat yang menunjukkan Dia berdiri untuk menerima roh orang kudusNya yang menjadi martir pertama.

Di dalam  2 Korintus  5:8, “Beralih dari tubuh untuk menetap bersama dengan Tuhan, pada saat itu anda berada di hadirat Tuhan. 

Kemudian di akhir zaman. Ketika Tuhan kita datang, ada lagi sebuah urutan. Ada sebuah tagma.  Ada sebuah rangkaian.  

Dapatkah saya membacakannya? Di dalam 1 Tesalonika 4 dimulai dari ayat 13, “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak memiliki pengharapan. 

“Jika kita percaya kepada Yesus”—dan kita memang—“bahwa Dia telah mati dan telah bangkit maka kita juga percaya bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.  

Siapakah yang pertama kali akan bertemu dengan Yesus? Orang-orang yang telah tidur dalam Yesus, orang-orang yang telah meninggal mereka akan menjadi orang yang pertama. Tuhan akan membawa bersamaNya dari sorga, jiwa-jiwa dari orang yang telah meninggal. 

Dan yang pertama dari kedatanganNya adalah Dia akan membangkitkan orang mati terlebih dahulu, dan roh serta tubuh akan bersatu. Mereka akan menjadi sama seperti tubuh kebangkitan Tuhan. Mereka akan bertemu dengan Dia terlebih dahulu.

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa”—bahasa Yunani adalah harpazō, “menangkap secara cepat.” Alkitab Latin Vulgata menterjemahkannya dengan raptus, kata kerjanya raptura.  Kita mengadopsi kata rapture dari kata itu. 

Itu adalah pengangkatan orang-orang kudus Allah. Yang pertama adalah orang-orang yang telah meninggal di dalam Kristus. Mereka akan bertemu dengan Dia terlebih dahulu kemudian di dalam tagma, kita yang masih hidup ketika Dia datang akan diubah dalam sekejap mata.” Kemudian kita akan bangkit untuk bertemu dengan Tuhan di angkasa.

Biarkan saya mengambil waktu sedikit untuk menyampaikan satu hal, dari banyak hal yang menekan hati saya.  “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit”

Mengapa orang lain tidak mendengarNya? Mengapa orang-orang yang tidak percaya tidak mendengar suaraNya dan bunyi sangkakala itu? Mengapakah hanya orang-orang yang mengasihi Yesus saja yang dapat mendengar suara itu?

Kemudian, suatu hari saya membaca sesuatu yang dapat menjelaskan hal itu kepada saya.  Pada saat musim dingin seperti yang anda tahu, bebek liar yang besar terbang dari utara ke selatan. Dan mereka menghabiskan musim dingin di selatan. 

Kemudian ketika musim panas, musim semi, mereka kembali ke utara. Jadi ketika bebek-bebek liar itu datang ke selatan Louisiana, ada seorang pria, seorang petani menangkap seekor bebek liar yang besar. Dan dia menempatkan sebuah tali, sebuah benang di kakinya. Dan mengikatnya pada sebuah pancang di atas kolam tempat bebek-bebek lokal di pertanian itu berenang.

Dan bebek-bebek liar yang berasal dari utara akan berenang di sekitar danau itu. Mereka menghabiskan musim dingin bersama bebek-bebek lokal. 

Akan tetapi, ketika musim semi mereka terbang kembali ke tempat asal mereka di utara, bebek-bebek liar itu naik dan terbang dari terusan yang berada di Lousiana selatan. Dan saat mereka melihat ke bawah, mereka melihat bebek liar itu, yang satu jenis dengan mereka yang sedang berenang dengan bebek lokal di pertanian itu. 

Dan mereka memanggil dari langit ke arah bebek liar yang besar itu, dan bebek liar itu mengangkat kepalanya dan mendengarkan teriakan yang berasal dari atas dan kemudian dia mengembangkan sayapnya yang besar dan berusaha untuk terbang ke atas. Tetapi tali dan pancang itu menariknya kembali. Bebek-bebek liar yang terbang diatasnya membentuk lingkaran dan berteriak kepadanya dari langit. Dan dia berusaha kembali untuk membebaskan dirinya. Dan tali serta pancang itu menariknya kembali. Dan bebek-bebek liar yang terbang diatasnya kembali membentuk lingkaran dan berteriak lagi. Kali ini dengan sebuah sentakan besar, bebek liar yang besar itu mengembangkan sayapnya. Dan dengan usaha yang terakhir, dia memutuskan tali itu dan terbang ke atas langit dan pulang ke tempat asal mereka di tanah utara.

Ketika saya mengetahui hal itu, saya berkata, hal itu sangat tepat terjadi ketika akhir zaman tiba. Orang-orang yang meninggal tanpa Kristus tidak mendengar. Mereka tidak tergugah. Hati mereka tidak tergerak sama seperti bebek lokal itu. Mereka tetap bergerak di lingkaran bumi dan di dalam kolam.           

Tetapi bebek liar itu, ketika mereka dipanggil dari langit, hatinya tergugah, dan dia mengangkat kepalanya dan matanya serta bergabung bersama mereka di angkasa.

Itulah yang akan terjadi dengan kita. Jika kita telah tertidur (meninggal) di hadapan Allah ketika Kristus datang, ketika sangkakala dibunyikan dan penghulu malaikat berseru, kita akan mendengar suaraNya. Dan kita akan bangkit untuk bertemu Tuhan kita serta orang-orang kudus Allah di angkasa.

O…Allah betapa merupakan sebuah pengharapan yang sangat mulia! Sebuah janji! Sebuah pintu yang terbuka ke dalam kemuliaan!

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.