BERDOA DI DALAM NAMA YESUS
(PRAYING IN THE NAME OF JESUS)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 14:3
02-02-77
Sekarang, pelajaran kita pada malam hari ini berada dalam sebuah area kecil yang berbeda. Tetapi ini merupakan sesuatu yang berasal dari pikiran yang panjang, dalam cara bagaimana kita membentuk doa kita. Berdoa di dalam Nama Yesus. Dan saya memuji Allah bahwa jemaat kita di mana pun mereka berada, di dalam dunia Kristen akan menutup sebuah doa dengan kata itu. Sebab kami minta dalam nama Yesus atau atas kehendak Yesus. Orang-orang yang berdoa di dalam nama Krisna atau di dalam nama Muhammad atau di dalam nama Budaha atau sahabat Yahudi kita, tidak akan berdoa di dalam nama Yesus. Jadi saya tidak akan berada dalam sebuah kebijaksanaan untuk mengecilkan hati orang-orang kita dalam cara yang lain. Dan studi malam ini tidak memiliki tujuan bahkan untuk melakukan pendekatan pemikiran bahwa kita akan mengubah bingkai doa kita.
BERDOA DI DALAM NAMA YESUS. Tetapi apa yang saya lihat di dalam diri saya sendiri dan apa yang saya rasakan di dalam kehidupan praktikal dari kita semua, jika bukan kita semuanya, bukankah itu akan menjadi sebuah semboyan, sebuah ungkapan yang dikuduskan. Itu akan menjadi sebuah klise. Itu merupakan sesuatu yang kita katakan dan sukar bagi kita untuk mewujudkan apa maksud dari hal itu. Kemudian, ketika kita membaca janji yang tanpa syarat dari Tuhan kita, hal itu harus memiliki beberapa makna yang dalam dari pada sekedar mengucapkan kata itu. Seperti yang mereka pikirkan bahwa itu adalah sebuah "open sesame," hanya menyampaikan kata itu dan hal itu akan terjadi. Sebagai contoh, Tuhan kita berkata di dalam Yohanes 14:13: “Dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan dalam Anak.” Kemudian lagi dalam Yohanes pasal enam belas ayat dua puluh tiga dan dua puluh empat: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Sekarang, bukankah suara itu sangat tidak bersyarat. Hanya meminta. “Dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya.” Kemudian Tuhan Allah di dalam sorga, di dalam nama Yesus dan kemudian sebutkanlah apa pun. Apakah seperti itu? “Tuhan, berikan kepadaku lima juta dolar.” Atau “Tuhan, Tuhan, buatlah aku menjadi raja Inggris atau presiden Amerika Serikat,” atau meminta apa saja. Bukankah seperti itu maksud dari ayat-ayat itu? Pasti ada sebuah kelanjutan atau sesuatu yang sangat jelas, sebuah makna yang dalam di dalam hal itu, bahwa hal itu tidak hanya sebuah pertunjukan dari pada sekedar mengucapkan kata itu. Kami minta dalam nama Yesus. Jadi pada malam hari ini, kita akan melihat di dalam studi kita mengapa harus meminta dalam nama Yesus. Arti yang paling pokok, dan yang paling mendasar serta yang paling akhir tentu saja, bahwa kita harus meminta seperti yang diminta oleh Yesus.
Apa yang akan Yesus minta seandainya Dia di posisi saya, berlutut di tempat saya? Itu adalah sebuah doa yang kita bentangkan di hadapan Allah di tempatNya. Dalam posisiNya untuk kehendakNya.
Lalu apa yang kemudian diminta oleh Yesus? Apa yang Dia inginkan bagi diriNya dan bagi orang lain? Yang artinya, kehidupan seperti apa yang Dia tinggali?
Sekarang ketika kita melihat kepada Tuhan kita dan jenis petisi yang Dia akan bentangkan di hadapan Bapa, hidupNya yang tentu saja menyangkal dunia dan segala bujukannya dan honorarium dan hadiahnya serta kemuliaannya.
Yesus tidak akan pernah menerima jenis doa yang dibawa kepada Dia, doa yang berhubungan dengan semua honorarium atau bujukan serta hadiah dunia yang murahan. Sebagai contoh, di dalam Injil Matius pasal 4 ketika Setan membawa kehadapanNya kerajaan dunia serta semua kemuliaannya.
Dan Setan berkata, “Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Dan Tuhan menolak. “Sebab ada tertulis,” Dia berkata, “engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan kepada Dia sajalah engkau berbakti.”
Kehidupan Tuhan kita terpisah secara sempurna dari honorarium yang murahan dan upah dari dunia ini. Dan kemudian hidupNya dipanggil untuk memikul salibNya hingga mati.
Jika saya dapat berbicara dengan panjang lebar tentang pencobaan itu. Itu merupakan pencobaan dan pencobaan itu adalah, “Aku akan memberikan seluruh dunia dan kemuliaannya tanpa pengorbanan. Tanpa penyangkalan. Tanpa kematian. Dan tanpa penyaliban. Aku akan memberikannya kepadamu. Aku akan memberikannya kepadaMu hanya jika Engkau bersujud dan menyembah aku.”
Jadi ketika kita berbicara tentang berdoa di dalam nama Tuhan kita, itu akan menjadi sebuah doa yang di dalamnya terdapat sesuatu yang hidup dari penyangkalan diri dan penyaliban serta memikul salib.
Tidak hanya di dalam kehidupan Tuhan kita, tetapi juga di dalam panggilanNya terhadap murid-muridNya serta para pengikutNya. Untuk tinggal di dalam kehidupan salib. Di dalam Injil Markus pasal sepuluh, orang muda yang kaya itu tampaknya memiliki segalanya.
Tetapi hatinya sangat hampa. Di dalam hatinya dia memiliki dunia. Dia sangat kaya. Dia masih muda. Dia memiliki status sosial yang tinggi di antara rekannya dan di dalam komunitasnya. Dia adalah seorang pemimpin Yahudi. Sama seperti Nikodemus.
Akan tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Gerbangnya terlalu sempit dan jalannya terlalu sukar bagi engkau untuk masuk dengan dunia yang memenuhi hatimu. Singkirkanlah kasihmu kepada dunia.” Kemudian Dia menambahkan, “Dan datanglah, pikullah salib dan ikutlah Aku.”
Apa yang diberikan Tuhan kepada diriNya sendiri, Dia juga minta kepada murid-muridNya. Salib hidup. “Pikullah salib dan ikutlah Aku.” Kemudian di dalam Markus 8 : 34 Dia berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Sekarang, hampir selalu kita akan sering mendefinisikan memikul salib sebagai “saya memiliki suatu penderitaan.” Atau suatu jenis kegagalan atau suatu jenis kekecewaan. “Saya memiliki sebuah salib untuk dipikul,” atau mungkin itu sebuah hukum atau mungkin itu pada beberapa situasi bisnis. Saya memiliki sebuah salib untuk dipikul.
Saya tidak memiliki pertentangan dengan setiap orang yang memikul salib dengan perasaan “Saya memiliki sebuah beban’ dan “Saya memiliki sebuah kekecewaan” dan “Saya memiliki sebuah luka di dalam jiwa saya.” Tetapi maksud dari perkataan Tuhan bukan seperti itu.
Salib merupakan sebuah alat eksekusi. Salib merupakan sebuah tempat kematian. Dan ketika Tuhan berkata, “Mari, pikullah salib dan ikutlah Aku.” Atau “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan ketika Dia berkata bahwa kita harus memikul salib adalah sama seperti salibNya, Dia telah disalibkan. Kita telah disalibkan. Untuk memikul sebuah salib. Untuk memikul salib dan mengikuti Tuhan memiliki arti bahwa kita harus memikul sebuah alat penyaliban yang sama, yang mana suatu Kalvari telah mendapatkan kita terpaku atas kayu salib.
Hal itu sangat terlihat jelas bahwa salib adalah sebuah penyaliban dari hidup anda. Hal itu bukanlah memikul sebuah beban yang berat atau penderitaan yang dalam. Bahwa menyalibkan hidup merupakan maksud dari Yesus ketika Dia berkata, “Pikullah salib,” dapat terlihat di dalam diri rasul-rasul.
Sebagai contoh, Paulus menulis dalam sebuah ayat yang sangat terkenal yaitu di dalam Galatia 2 : 19, “Supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus.”
Menyalibkan hidup adalah kehidupan Yesus. Dan itu adalah hidup dan Roh Yesus yang olehnya kita datang ke hadapan Allah ketika kita berdoa di dalam namaNya. Jadi, kehidupan seperti apakah itu? Hidup yang telah disalibkan? Dan apakah maksudnya mati bagi diri sendiri?
Ketika saya melihat hal ini dan menulisnya keluar, setiap kata yang diucapkan adalah sebuah peringatan bagi saya secara pribadi. Dan setiap bagian dari studi ini adalah sebuah panggilan untuk pertobatan, “O, Tuhan, Allah Maha besar, betapa tidak berharganya aku dan bagaimana mungkin aku berani datang dalam doa dan di dalam nama Yesus.”
Apakah itu, mati bagi diri sendiri? Dan kehidupan yang bagaimanakah itu, menyalibkan hidup? Yang pertama. Ketika anda melihat orang lain khususnya orang yang dekat dengan anda, yang anda kenal sangat baik. Ketika anda melihat mereka makmur dan maju. Dan memiliki kebutuhan mereka dan memakai pakaian dan posisi puncak yang anda sangat anda rindukan. Ketika anda melihat mereka mencapai ptrestasi, anda berusaha untuk meraihnya tetapi gagal untuk meraihnya. Dan anda dapat bersukacita di dalam prestasi dan kemakmuran mereka tanpa roh kecemburuan, maka anda telah mati bagi diri anda sendiri. Anda tinggal di dalah hidup yang tersalib.
Yang kedua. Ketika anda melihat keinginan orang lain terpenuhi dengan berlimpah, sementara kebutuhan anda sendiri sangat kekurangan dan anda berada di dalam keadaan putus asa. Dan anda tidak bertanya kepada Allah dan tidak gagal untuk berbahagia atas keberuntungan orang lain, itu artinya mati bagi diri sendiri. Anda tinggal di dalam hidup yang tersalib.
Yang ketiga, ketika anda tidak mencari pujian atau penghargaan atau kemuliaan atau pengakuan dari pekerjaan baik anda. Ketika anda datang ketempat yang anda sendiri tidak pernah peduli untuk melibatkan diri anda di dalam perbincangan. Ketika anda merasa bahwa sungguh-sungguh tidak dikenal dan anda tidak tersinggung akan hal itu. Atau berpikir bahwa diri anda adalah sebuah kegagalan. Maka itu berarti anda telah mati bagi diri anda sendiri. Itu artinya hidup di dalam penyaliban diri. Sama seperti seseorang yang berkata, “Anda dapat melakukan banyak hal yang baik di dunia ini jika anda tidak keberatan siapakah yang memperoleh keuntungan untuk hal itu.”
Yang keempat. Ketika seseorang yang lebih rendah di tempat anda dan berdiri menilai anda. Ketika seseorang yang memiliki status yang lebih rendah dari anda dan membawa teguran dan anda menerimanya dengan rendah hati dan tulus. Dan tidak menemukan pemberontakan atau dendam di dalam hati anda, itu merupakan tinggal di dalam hidup yang tersalib. Itu berarti mati bagi diri sendiri.
Yang kelima. Ketika anda berhenti dan merasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepada anda. Bahagia dengan makanan atau pakaian atau rumah atau suasana atau status sosial atau setiap kondisi hidup, maka anda telah mati bagi diri anda sendiri. Seperti yang dituliskan oleh Paulus dalam Filipi 4 : 11-13, "Ku katakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Setiap perkataan anda yang di dalamnya Allah menemukan kesalahan, keluhan, ketidakbahagiaan dengan keberuntungan anda, maka kita tidak hidup di dalam hidup yang disalibkan. Kita belum mati terhadap diri kita sendiri.
O Tuhan. Saya mengira saya akan dimaafkan jika saya berbicara tentang hidup saya di dalam pelayanan yang mana hidup saya telah ditempa. Jadi mari kita melihatnya. Anda pergi ke dalam sebuah pertemuan penginjilan. Saya berkata dua atau tiga orang di sana ingin untuk bergerak.
Saya didesak ketika saya pergi ke dalam suatu pertemuan. Pendeta ingin berkunjung bersama dengan saya. Dan apa yang dia inginkan saat berkunjung dengan saya? Dia ingin pindah. Dia tidak suka akan tempatnya. Dia tidak bahagia di tempat dia berada dan dia ingin pindah.
Saya berkata bahwa saya tidak punya profesi yang lain selain sebagai seorang pendeta. Tetapi ketika saya melihat hal itu, saya berpikir, ah, Allah yang di sorga, bagaimana jika seandainya orang itu sungguh-sungguh menyerahkan dirinya ke dalam pekerjaan Tuhan? Bagaimana seandainya dia melakukannya?
Dan bagaimana jika dia mulai berdoa kepada Allah untuk memberkatinya, di tempat dia berada? Tidak melihat atau mencari tempat lain? Suatu area yang lain? Suatu lahan yang lain? Suatu gereja yang lain? Suatu pelayanan yang lain? Tetapi tempat dimana dia berada.
Saya sangat mengingat John R. Sampaey, professor Ibrani kami di Seminari Louisville yang sedang kembali dari sebuah kebaktian kebangunan rohani di Missouri. Dan ketika dia kembali, dia memiliki roh yang terangkat di dalam hatinya. Di dalam suaranya. Di dalam pengajarannya. Di dalam segala sesuatu yang ada di dalam dirinya.
Ada sebuah kebangunan di dalam dirinya. Pada saat itu dia menjadi presiden dari Seminari kami di Louisville. Seorang sarjana bahasa Ibrani yang terkenal di dunia. Jadi apa yang telah terjadi di dalam dirinya adalah seperti ini. Dia kembali dan memberikan sebuah laporan kepada kami atas kebangunan rohani yang dia adakan di Missouri.
Dia berkata, “Bahwa sesuatu terjadi di dalam sebuah gereja dimana pendetanya adalah seorang lulusan dari Seminari Louisville. Dia telah mengalami kegagalan dalam pekerjaannya. Di dalam pelayanan. Dan akhirnya dia mengumumkan kepada istrinya bahwa dia akan berhenti dari gereja dan pelayanan. Dia tidak akan lagi menjadi pendeta.”
Saya membaca sebuah artikel di Christianity Today, salah satu majalah rohani yang diterbitkan secara periodik. Dan artikelnya berhubungan dengan betapa banyaknya jumlah pendeta yang meninggalkan pelayanan.
Dan lebih lagi di dalam sistem keimaman komunitas Roma Katolik. Mereka mengalami peningkatan dalam segala hal. Dan hal itu terjadi di setiap tempat. Mereka lelah terhadap hal itu. Mereka letih terhadap hal itu. Mereka kecewa dengan hal itu. Dan mereka meninggalkan pelayanan.
Jadi, anak muda ini sama seperti itu. Dia telah lelah. Dia kecewa dan letih. Dia merasa gagal. Kemudian dia memberitahukan kepada istrinya, “Saya akan pensiun. Saya akan berhenti. Akan akan berhenti melayani.”
Jadi, istrinya pastilah seorang istri yang bijak dan saleh. Dan istrinya berkata kepadanya. “Suamiku, jika kamu ingin melakukan hal itu, baiklah. Saya akan menolong kamu dalam setiap keputusanmu.
Tetapi satu hal yang ingin saya minta kepadamu sebelum kamu melakukan hal itu. Maukah kamu bangun satu jam lebih awal setiap hari dan berdoa? Maukah kamu melakukannya atas permintaanku? Untuk mencobanya satu jam lebih awal setiap hari dan menghabiskan waktu untuk berdoa?”
Jadi, anda tidak akan dapat berkata tidak untuk sebuah permintaan seperti itu. Jadi, dia memulainya. Dia berdoa sebanyak lima menit. Hal itu nampaknya seperti lama sekali. Akhirnya dia mendapati dirinya bahwa dia dapat berdoa selama sepuluh menit. Rasanya seperti dua abad. Akhirnya kemudian dia mendapati dirinya dapat berdoa selama lima belas menit. Hal itu nampaknya sebuah akhir yang panjang untuk dapat berdoa sebanyak lima belas menit.
Tetapi dia bertahan dengan hal itu. Dan sebagaimana hari berlalu, dia mendapati dirinya mulai berdoa untuk para diaken. Dan berdoa untuk guru-guru sekolah minggu. Dan berdoa untuk anggota kawanan jemaat. Dan kemudian berdoa untuk orang-orang yang kehilangan harapan. Dan kemudian berdoa untuk orang-orang yang terhilang. Dan berdoa untuk komunitas.
Dan Roh doa mulai memenuhi hatinya ketika dia memohon untuk orang-orang. Mereka dijangkau oleh Roh dan mulai berdoa. Dan di sana ada sebuah Roh yang baru dan sebuah hati yang baru dan sebuah pencurahan di komunitas itu.
Dan Presiden Seminari kami berkata, “Ketika dia tiba di sana, sepertinya dia berada di tengah-tengah kebangunan rohani yang besar.”
Dan itu merupakan sebuah pencurahan di dalam rohnya sendiri. Sekarang itu berarti Allah di dalam kita. Ketika saya tidak bahagia dengan apa yang saya miliki. Dan ketika saya lelah dengan tugas saya. Dan saya gelisah penuh dengan keluhan, maka saya tidak mati terhadap diri saya sendiri. Saya tidak tinggal dalam sebuah penyaliban diri. Dan saya tidak sedang berdoa di dalam nama Yesus.
Yang keenam. Jika anda dapat menerima setiap interupsi oleh kehendak dan pilihan kedaulatan tujuan Allah. Ketika anda dapat mengasihi dan sabar menanggung setiap kekacauan atau ketidakberesan setiap gangguan.
Ketika anda dapat melihat dengan jelas penampilan yang buruk dari orang yang bekerja bersama anda dan dari orang yang anda harapkan begitu banyak. Dan memikulnya sama seperti yang dipikul oleh Yesus dengan sabar. Anda hidup dalam sebuah kehidupan yang tersalib. Anda telah mati bagi diri anda sendiri. Yang mana itu adalah sebuah hal yang jauh yang masih dapat saya lakukan dalam hidup saya.
Hati saya sangat geram dengan cara beberapa orang dalam melakukan sesuatu dan bekerja. Saya sangat tidak sabar terhadap mereka. Mereka memiliki tugas dan mereka tidak melakukannya atau melakukannya dengan sedikit saja. Dan mereka memberi tawaran kepada Allah sekalipun mereka berkata kepada saya, “Saya telah dipanggil Tuhan.” Mereka menawarkan kepada Allah sebuah korban yang miskin dan sebuah pelayanan yang tersendat-sendat.
Tuhan, Tuhan, apa yang harus aku lakukan dengan hatiku? Jadi, saya harus sama seperti yang dilakukan oleh Yesus, ketika murid-muridNya sangat lambat untuk belajar dan memiliki contoh yang miskin dari apa yang seharusnya mereka lakukan.
Mengasihi, kesabaran dan penerimaan. Dan berdoa dan meminta Allah untuk menolong mereka dan mungkin untuk menolong saya dan menolong mereka ketika saya berdoa, mereka akan meminta Allah untuk menolong saya.
Dan untuk menerima sebuah larangan dari Allah dalam sebuah rencana atau sebuah program yang telah saya gambarkan atau yang telah kita bayangkan atau yang datang dari akal manusia. Hanya dengan menerimanya dan berkata, “Tuhan, jika ini bukan kehendakMu, maka kehendakMulah yang jadi.”
Dan menerima hal itu sebagai tangan Allah dan mencari serta menemukan pikiran Allah di dalam apa yang harus kita lakukan. Ya, Allah, mereka dapat seperti itu.
Yang ketujuh. Ketika anda dilupakan atau diabaikan atau dengan sengaja disia-siakan dan anda tidak terluka karena tidak memikirkannya atau tidak menganggapnya sebagai penghinaan. Tetapi anda merasa bahagia di dalam hati anda, merasa layak diperhitungkan untuk menderita bagi Kristus, itu adalah mati bagi diri sendiri. Itu adalah penyaliban diri.
Apa yang orang lain pikirkan atau apa yang orang lain katakan? Hal itu tidak menjadi masalah bagi kita. Hanya peduli terhadap apa yang Allah pikirkan. Dan bagaimana Allah memandang kita? Bukan di sana atau mereka, tetapi Allah. Tidak bekerja untuk mereka, tetapi untuk Allah. Seperti kepada mata Allah sendiri.
Seringkali saya menemukan di antara jemaat kita dan tentu saja saya bersimpati dan mengerti karena saya sendiri menemukannya di dalam diri saya sendiri. Jika kita tidak diingat dan dihargai, kita berpikir, “Saya tidak terhitung terhadap apa pun dan saya tidak melakukan apa pun dan lebih baik berhenti sebaik mungkin dan tidak muncul atau tidak berusaha atau tidak bekerja atau tidak hadir.”
Oh, hal itu hanya dipenuhi oleh diri kita sendiri. Berpikir tentang diri kita sendiri dan tidak berpikir tentang Tuhan yang telah memberikan kita hidup dan bagi Dia yang seharusnya kita mendedikasikan hidup kita.
Yang kedelapan. Ketika kebaikan anda dibicarakan dengan buruk. Ketika hasrat anda diacuhkan. Ketika nasihat anda diabaikan. Ketika opini anda diejek. Ketika beberapa keyakinan dasar anda ditertawai dan anda menolak untuk membiarkan kemarahan bangkit di hati anda, bahkan anda menolak untuk mempertahankan diri anda sendiri, tetapi menanggapi semuanya dengan sabar dan penuh kasih. Itu adalah hidup yang disalibkan. Itu berarti anda mati terhadap diri sendiri.
Sekarang, hal ini berada di dunia yang lain. Ini berada di dalam dunia literatur. Tetapi saya memilih untuk menutup—karena waktu saya telah selesai—saya telah memilih dengan potongan literatur ini karena hal ini menunjukkan dan mengilustrasikan kebijakan hidup orang Kristen yang berada di luar gereja dan di luar dari pemuridan dan persekutuan dari Kristus sendiri.
Apa yang indah di dalam kita juga indah di luar sana yaitu di dunia ini. Ketika anda hidup di dalam sebuah kesalehan dan keindahan hidup, hal itu seperti sebuah cahaya yang bersinar di dalam dunia yang gelap. Ketika kita menjadi orang Kristen yang baik dan terhormat, maka hal itu sama seperti cahaya bintang yang bersinar dalam gelap atau seperti fajar pada pagi hari.
Dan saya telah memilih syair ini dari literatur sehingga anda dengan mudah dan segera mengenalinya. Sebagai sebuah ilustrasi tentang bagaimana indahnya nilai-nilai kebajikan orang Kristen yang segera saja terlihat setiap hari di dunia yang penuh dengan kedagingan. Itu adalah karya dari Rudyard Kliping yang berjudul “Jika”—
Jika kamu dapat mengangkat kepalamu ketika semua hal tentang kamu
Kehilangan milik dan mereka menyalahkan kamu;
Jika kamu dapat mempercayai diri kamu sendiri ketika semua orang meragukanmu,
Tetapi membuat penghargaan terhadap keraguan mereka juga:
Jika kamu dapat menunggu dan tidak lelah dengan menunggu,
Atau didustai, jangan setuju terhadap dusta,
Atau telah dibenci, jangan berikan kesempatan kepada kebencian,
Dan kemudian tidak terlihat baik, atau pun berbicara bijak;
Jika kamu dapat bermimpi—tidak membuat mimpi menjadi tuanmu;
Jika kamu dapat berpikir—dan tidak membuat pemikiran sebagai tujuan,
Jika kamu dapat bertemu dengan Pemenang dan Pemberontak
Dan mengancam kedua penipu itu dengan sama;
Jika kamu dapat menanggung untuk mendengar kebenaran yang engkau bicarakan
Yang membelit dengan yonker untuk membuat sebuah perangkap bagi orang bodoh,
Atau melihat hal-hal yang engkau berikan hidupmu kepadanya, hancur,
Dan berhenti dan membangun dengan peralatan yang lusuh….
Jika kamu dapat berbicara dengan orang banyak dan menjaga kebijakanmu
Atau berjalan dengan raja—dan tidak kehilangan sentuhan yang biasa,
Jika tiada seorang pun musuh atau pun sahabat yang terkasih dapat menyakitimu
Jika kamu dapat memenuhi menit-menit yang tidak termaafkan dengan lima detik yang berharga,
Milikmulah bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya
Dan—lebih lagi—kamu akan menjadi seorang Pria, putraku!
[Rudyard Kipling, “Jika”].
Dan apa selanjutnya, anda akan menjadi orang Kristen yang menjadi teladan. Itulah maksudnya berdoa dalam nama Yesus. Mempersembahkan kepada Allah, hidup yang tersalibkan. Tidak ada satu pun tentang aku, Tuhan. Dan jika di dalam doa itu ada sesuatu tentang aku, Tuhan ampunilah. Tetapi doa itu adalah untuk Engkau semuanya. KehendakMu dan hatiMu dan RohMu dan kasihMu dan kelembutan dan kemurahan serta anugerah.
Tuhan, Tuhan, mengosongkan diriku sendiri. Sebab itu adalah sebuah mayat. Diriku sendiri telah mati. Dan berdoa di dalam nama Tuhan Yesus. Di dalam hidupNya seperti Dia berdoa untuk keyakinanNya di dalam kedudukanNya hanya untuk Yesus.
Sekarang, bolehkah kita menundukkan kepala kita untuk sesaat. Dan sementara kita menunduk di hadapan Allah, jika ada seseorang pada malam ini yang memberikan dirinya di dalam iman dan percaya kepada Juruselamat, mari datanglah. Atau untuk datang bergabung ke dalam persekutuan gereja ini. Kita saling membutuhkan satu sama lain. Dan kita butuh gereja. Itulah sebabnya mengapa Allah memberikannya kepada kita. Dan kita butuh untuk berdoa. Kita membutuhkan pelayanan yang manis dari Yang Kudus.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.