DOA KITA YANG DIJAWAB ALLAH
(OUR PRAYER ANSWERING GOD)
W. A. Criswell
12-03-86
Yohanes 14:13
Malam hari ini kita akan berbicara tentang DOA KITA YANG DIJAWAB ALLAH.
Ini adalah pertengahan dari doa seminggu yang kita lakukan untuk pertobatan bangsa-bangsa di dunia, sehingga mereka datang ke dalam pengetahuan yang menyelamatkan dari Kristus Tuhan kita.
Dan kotbah ini tetap berhubungan dengan minggu doa. Teks kita diambil dari Yohanes 14, saya ingin supaya anda membacanya bersama dengan saya, yaitu ayat 13 dan 14.
Yohanes 14 : 13-14, mari kita baca bersama-sama: “Dan apa juga yang kamu minta dalam namaKu, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.”
Kemudian berpaling ke dalam pasal selanjutnya yaitu pasal 15. Dan kita akan membaca ayat 7. Mari kita baca bersama-sama: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
Pasal 16 ayat 23 dan 24, mari kita baca bersama-sama: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”
Di dalam setiap cara bahwa Allah dapat melakukannya dan Dia mendorong kita untuk berdoa. Mintalah. Hanya meminta.
Saya sedang berjalan di samping beberapa remaja melalui gang di bawah ruangan gereja ini. Dan mereka sedang berbicara. Saya bukanlah orang yang suka mendengarkan secara diam-diam atau saya tidak mau mendengarkan hanya karena mencoba mengetahui rahasia sebuah pembicaraan pribadi. Saya hanya menangkap pembicaraan mereka. Saya hanya sedang berjalan di samping para remaja itu. Salah satu bocah laki-laki sedang berusaha meyakinkan bocah laki-laki yang lain untuk menanyakan seorang gadis agar dapat berkencan dengannya. Dan bocah laki-laki itu sedang berusaha—berusaha untuk meyakinkan sahabatnya agar mengajak gadis itu—yang kelihatannya malu-malu serta takut-takut.
Dan akhirnya dia berkata, “Saya tidak tahu bagaimana untuk dapat memintanya.”
Dan bocah laki-laki yang pertama berkata, “Dengar, tidak ada salahnya untuk memintanya. Tanyalah dia.”
Saya merasakan hal yang sama tentang berbicara kepada Allah. Tidak ada salahnya untuk meminta. Mintalah.
“Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, bahwa engkau menghasilkan banyak buah. Mintalah maka kamu akan menerima. Ketoklah pintu maka pintu akan dibukakan bagimu.
Hanya berdoa di hadapan Tuhan Allah dan mintalah.
Sekarang saya akan berbicara, dengan pemikiran bahwa kita sedang berada dalam sebuah ibadah kesaksian, tentang hal-hal yang telah Allah lakukan kepada saya di dalam menjawab doa. Beberapa diantaranya akan menjadi hal yang di dalamnya anda memiliki bagian dan hidup di dalamnya.
Yang pertama. Ketika saya pergi ke akademi saya tidak memiliki uang sama sekali. Bagaimana saya dapat pergi ke sekolah dan tidak memiliki apa pun? Ketika saya pergi ke sekolah itu, saya melihat siswa-siswa yang sama miskinnya dengan saya. Mereka juga tidak memiliki apa pun. Dan mereka bekerja sambil sekolah. Saya menyaksikan beberapa diantaranya. Mereka memiliki sebuah tongkat yang panjang. Dan di ujung tongkatnya ada sebuah kait. Dan mereka pergi berkeliling membersihkan reruntuhan puing dan kertas serta dedaunan. Mereka membersihkan seluruh kampus.
Saya menyaksikan beberapa diantara mereka. Dan mereka membersihkan asrama dan mencuci seluruh jendela. Dan sepanjang kampus itu, mereka adalah orang-orang muda yang membuat cara mereka untuk sekolah dengan melakukan seluruh tugas penjaga gedung.
Tidak ada suatu hal yang dilakukan oleh anak-anak muda itu yang pernah saya lakukan. Semua hal yang saya lakukan adalah seperti yang dilakukan oleh anak kecil—menyapu kantor pos ketika saya masih muda, saya menyemir sepatu tukang pangkas, saya berjualan berkeliling. Saya tidak melakukan seperti yang mereka lakukan karena saya terlalu gengsi atau terlalu segan untuk melakukan hal-hal seperti itu.
Kemudian timbullah di dalam hati saya, pada usia tujuh belas tahun, Allah memanggil saya untuk menjadi seorang pendeta. Dan kemudian saya belajar menjadi seorang pendeta. Jadi saya berlutut di atas kaki saya di hadapan Allah dan berkata, “Tuhan, berikan jaminan kepadaku agar aku dapat meneruskan sekolahku dengan menjadi pendeta di daerah pedesaan. Tolonglah Tuhan, aku terlalu gengsi untuk melakukan hal lain, tetapi aku ingin menjadi seorang pendeta. Tolonglah Tuhan, biarkan aku menjadi pendeta di gereja-gereja pedesaan, dan tetap melanjutkan sekolah kependetaan dengan mengembalakan jemaat yang di pedesaan.”
Tuhan menjawab doa itu. Saya melanjutkan sekolah saya dengan mengembalakan gereja-gereja pedesaan itu. Ketika saya pergi ke Kentucky ke Seminari, saya belum pernah mengenal siapa pun di sana, hanya satu atau dua orang yang mendahului saya di seminari.
Ketika saya pergi ke Kentucky, saya ketinggalan satu khotbah minggu. Dan saya membuat jalan saya ke Seminari, selama enam tahun di sana mengembakan gereja-gereja pedesaan. Allah begitu baik kepada saya. Dan ketika saya melihat kembali tahun-tahun itu, saya belajar lebih banyak dari mengembalakan orang-orang itu dengan buku-buku yang saya baca di dalam tugas-tugas kelas. Saya bersyukur kepada Allah atas jawabanNya terhadap doa saya.
Dan lagi, ketika saya datang ke gereja ini, Dr. Truett merupakan orang Baptis yang sangat terkenal di dunia, dan seorang pengkhotbah Baptis terkemuka di Amerika yang pernah kita miliki. Dia adalah seorang warga dunia, dan telah menghilang selama beberapa waktu. Tidak ada seorang pengkhotbah di dunia ini dapat membangun sebuah jemaat dan menghilang. Dia tidak dapat melakukannya. Tidak peduli siapa pun dia. Truett tidak dapat melakukannya.
Dan pada tahun terkahir dari hidup Dr. Truett dia sekarat karena kanker tulang. Mimbar ini menjadi lowong selama setahun penuh sebelum Dr. Truett meninggal. Dan pada tahun-tahun itu, gereja ini mengalami kemunduran. Di dalam laporan statistik selama delapan tahun berurutan, pengunjung dan sekolah minggu berkurang dari tahun sebelumnya. Ketika saya berdiri di sini untuk berkhotbah pada minggu malam, kesan saya terhadap gereja ini adalah salah satu kayunya.
Saya melihat ke belakang bangku-bangku itu, bangku yang kosong, melihat kayunya. Tempat di sekitar balkon tidak dicat. Itu adalah warna dari belakang bangku, adalah kayu.
Ada sedikit orang di dalam jemaat ini bahwa ketika saya berdiri di sini dan melihatnya, hal itu seperti sebuah tumpukan kayu bagi saya. Tidak ada begitu banyak orang untuk menutupi kayu itu. Lalu saya ingat kembali untuk berlutut dan meminta kepada Allah, “Tuhan, jika aku setia dalam mengkhotbahkan Injil, maukah engkau mengirim jiwa-jiwa? Maukah Engkau Tuhan?”
Dan dengan jelas saya mendengar sebuah jawaban dari Allah di dalam hati saya. “Engkau akan setia didalam mengkhotbahkan firman, injil Kristus, pesan keselamatan Kristus, dan aku akan mengirim jiwa-jiwa kepadamu.” Dan pada hari itu hingga kini, Allah tidak pernah gagal untuk memenuhi permohonan itu. Allah mengirim kita jiwa-jiwa—pria dan wanita, keluarga yang tidak pernah saya dengar sebelumnya, yang tidak pernah saya lihat sebelumnya, datang ke dalam persekutuan gereja yang mulia ini.
Tidak untuk mempermalukan mereka, tetapi hanya sebagai sebuah contoh. Yang duduk di baris kedua dari sini, pada setiap kali saya berdiri untuk berkhotbah adalah Dr. Lyon dan istrinya—yang tinggal di Oak Cliff. Saya tidak mengenal mereka sebelumnya. Tidak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Dokter itu datang menemui saya bersama dengan istrinya dan berkata, “Allah telah meletakkan di dalam hati saya untuk bergabung dengan Gereja First Baptist di Dallas ini, jemaat anda.”
Dia masih tetap menjawab doa. “Engkau setia,” kata Tuhan, “KepadaKu dan Aku akan mengirimkan jiwa-jiwa.” Dan dari seluruh metroplex ini mereka datang ke gereja ini. Allah menjawab doa-doa.
Dan lagi, saya sedang berdiri di Jalan Patterson di sebelah sana. Dan di sana ada sebuah tanda di atas Central Christian Church : untuk dijual. Mereka telah memutuskan untuk pindah. Mereka memiliki kepemilikan atas seperempat blok dimana gereja mereka dibangun di atasnya. Sebelah kanan di seberang Jalan Patterson. Tepat di sebelah sana. Pada waktu itu, kita sedang memiliki program untuk sebuah bangunan yang anda sebut dengan bangunan Criswell, bangunan kapel kita di sisi lain dari ruangan gereja kita di Jalan San Jacinto. Saya pergi ke dewan diaken kita dan berkata, “Beberapa perusahaan akan membeli properti itu dan membangun lima puluh toko di atasnya dan kita tidak akan pernah memilikinya. Ini adalah waktu untuk membelinya. Mari kita beli.”
Dan diaken dengan suara bulat menjawab saya, “Kami siap dengan obligasi keuangan yang lebih dari pada memikirkan membangun bangunan di seberang jalan. Dan kami tidak dapat melaksanakan ide untuk membeli Central Christian Church ini."
Saya sedang berdiri di sana dengan Billy, direktur pendidikan kita pada masa itu. Dan saya berkata kepadanya, “Saya ingin supaya anda melihatnya. Itu adalah pemandangan yang paling menyedihkan di dunia ini. Penjulan properti itu. Dan jika kita tidak membelinya maka kita tidak akan pernah memilikinya. Saya telah meminta kepada seluruh diaken untuk membelinya. Dan para diaken dengan suara bulat menolaknya.”
Mr. Billy melihat saya dan berkata, “Jadi, mengapa anda tidak meminta kepada Allah untuk hal itu?”
“Baiklah,” Saya berkata kepadanya, “Saya tidak pernah memikirkan itu. Saya pikir anda akan bertanya kepada diaken atas hal itu.”
“Jadi,” katanya, “Mengapa anda tidak meminta kepada Allah atas hal itu.” Saya kemudian memikirkan hal itu. Setelah saya berdoa selama beberapa minggu atas hal itu, saya menerima sebuah panggilan telepon dari Nyonya Slaughter Veal. Dan dia berkata kepada saya, “Saya mendengar anda sedang berdoa atas sesuatu. Anda sedang mendoakan apa?”
Saya berkata, “Nyonya Veal, saya sedang berdoa agar Allah memberikan kepada kita Central Christian Church. Tempat itu mau dijual.”
Dia berkata, “Jadi berapa harganya?”
Saya berkata, “Saya tidak tahu, tetapi saya yakin akan segera mengetahuinya.”
Saya akhirnya mengetahuinya. Saya memanggil dia kembali. Dia berkata, “Anda belilah tempat itu, dan saya akan memberikan uangnya kepada anda.” Jadi, sekitar satu atau dua minggu, dia memanggil saya kembali. Dan dia berkata, “Omong-omong, saya lupa bertanya kepada anda. Apa yang anda inginkan atas tempat itu? ”
“Baiklah,” Saya berkata, “Saya ingin membangun sebuah gedung parkir di atasnya dan di atas tempat parkir, saya ingin membangun sebuah fasilitas dimana jemaat kita dapat datang dan ada sebuah gymnasium di sana. Ada sebuah jalur skating di sana untuk anak-anak kita. Kemudian ada sebuah ruangan hamburger join disana sehingga jemaat kita dapat berkumpul.”
“Jadi,” katanya, “Berapakah biayanya?”
Saya berkata, “Saya tidak tahu, tetapi saya akan memberitahukan anda segera.” Jadi, saya memanggil dia kembali. Dan saya berkata, “Arsitek berkata biayanya sekitar satu juta lima ratus ribu dolar.”
Dia berkata, “Anda bangunlah bangunan itu dan saya akan memberikan uangnya kepada anda.”
Saya membangun bangunan itu disana. Dan jemaat tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia tidak ingin jemaat tahu bahwa dia yang memberikan uang. “Karena,” katanya, “Jika jemaat tahu bahwa saya memberikan uang seperti itu, mereka akan datang kepada saya di jalan itu dan meminta uang kepada saya. Saya tidak ingin anda memberitahukan orang-orang. Lakukanlah apa yang anda ingin lakukan.”
Jadi, saya membangun bangunan itu di sebelah sana. Dan jemaat tidak tahu apa yang sedang terjadi. Itu adalah jawaban doa yang sangat menakjubkan!
Dan lagi, Anda tahu bahwa saya sering berpergian dengan misionaris Wicliff. Misionaris Wycliff menjangkau suku-suku yang belum dijangkau oleh siapa pun, di tempat-tempat yang sulit dimana bahasa mereka tidak dikenal sebelumnya.
Saya melihat seorang misionaris Wycliff sore ini dan berkata bahwa saya telah bepergian ribuan mil dengan Cameron Townsend, pendiri dari organisasi misi Wycliff.
Dia ingin saya menemui seseorang. Dia adalah seorang yang memiliki pertobatan yang luar biasa, dan dia ingin saya pergi untuk menemui dia. Jadi saya kemudian berada di Peru di hutan perkemahan dari misionaris Wycliff. Kemudian diaturlah rencana bahwa saya akan pergi dengan sebuah pesawat kecil dengan satu tempat duduk, pesawat bermesin satu dengan Floyd, seorang pilot misionaris Wycliff seperti Orville Rogers yang berada di sini.
Dan dia membawa saya di atas pesawat itu. Dan untuk mencapai tempat tujuan itu, kami melintasi dua buah sungai yang mengalir bersama-sama di dalam hutan yang sangat luas. Dan menyebutnya sungai Amazon.
Pesawat itu dilengkapi dengan pontoon yang panjang yang besar, yang besarnya hampir sama dengan pesawat itu sendiri. Hutan Amazon tidak memiliki jalan, jadi jika sesuatu terjadi, anda dapat mendarat di sungai itu sama seperti seekor nyamuk.
Selama anda melihat sungai, anda tidak perlu khawatir. Jika anda turun maka pontoon itu dapat menahan anda. Tetapi jika anda sedang melintasi perlintasan sungai, lebih baik anda berdoa untuk keselamatan. Dan ditengah-tengah perlintasan yang sedang kami lewati saya merasakan bahwa pesawat itu meledak. Mesin menghasilkan suara yang mengerikan dan kemudian diam.
Kami sedang terbang dengan ketinggian 6.400 kaki di atas udara. Dan ketika mesin berhenti, tentu saja pesawat akan segera jatuh. Saya memasangkan sabuk pengaman di sekeliling saya demikian juga dengan bahu saya.
Dan berdoa, “Tuhan Allah, hanya satu hal. Tuhan berikanlah jaminan bahwa saya tidak akan hidup dengan punggung yang patah atau leher yang patah dan pikiran saya hilang. Seandainya pada hari ini adalah hari Allah menyambut saya ke sorga, saya sangat senang untuk melihat Engkau Tuhan. Tetapi jangan biarkan saya jatuh ke tanah dan menghempaskan pesawat ini ke tanah, yang mengakibatkan tubuh saya patah dan pikiran saya hilang, dan saya menjadi tidak berdaya, dan lumpuh.”
Jadi, di tengah-tengah perlintasan itu, mesin pesawat meledak, dan kami terjatuh. Dari pada mendaratkan pesawat di tengah-tengah perkampungan itu, dia mampu melakukan manuver ke dalam sungai dimana airnya memiliki kedalaman sekitar tiga atau empat inci yang mengalir sepanjang perkampungan itu. Dan kami melihat seseorang yang sedang mengayuh kano di tempat itu. Dan kami menabraknya dan kehilangan orang yang mengayuh kano yang melintasi sungai itu. Dan di dalam pemeliharaan Allah yang luar biasa, dia dapat melewati batu-batu dan kayu-kayu itu serta meluncur di atas air dengan pontoon itu dan menabrak tepi sungai yang berpasir.
Kemudian kami menundukkan kepala kami dan berdoa—dengan mencucurkan air mata, saya memuji Tuhan dan bersyukur kepada Allah—yang dalam kondisi itu, kami tidak kehilangan nyawa kami. Dan ketika saya mengangkat wajah saya, orang-orang Amazon itu berada disana dan mengelilingi pesawat, di sungai kecil itu. Saya sering berpikir bahwa kami telah menabrak orang yang mengayuh kano itu dan membunuhnya, dan itu akan menjadi sebuah gerakan yang mengerikan dari mereka. Akan tetapi malahan sebaliknya, mereka justru sangat baik.
Radio masih tetap menyala. Dan tidak hancur. Jadi, pilot kemudian memanggil seorang misionari Presbiterian, yang meneruskan pesan itu ke kemah Wycliff yang ada di hutan. Dan mereka berkata, “Kami akan mengirim sebuah pesawat kecil untuk anda yang dapat mendarat di tempat terbuka.”
Tetapi di sekitar alang-alang yang tebal itu, di tempat yang terbuka itu terdapat lubang-lubang yang mengelilinginya, lubang itu merupakan tempat yang dalam untuk memelihara. Beberapa dari antaranya sangat dalam. Jadi para penduduk kampung itu, mereka semua, bahkan anak-anak kecil dengan sebuah pisau atau sendok dan sebuah tongkat, bekerja untuk menutupi lobang-lobang itu, sehingga pesawat dapat mendarat di tengah-tengah perkampungan yang kecil itu.
Ketika kami masuk ke dalam pesawat itu untuk pergi, ketika pilot menyalakan mesin, pesawat kemudian masuk ke dalam lingkaran. Dan karena tanahnya dipenuhi lumpur dan basah, pesawat tertahan dengan keras di sekitarnya. Dan mereka mendorong kembali ke dalam hutan sejauh yang mereka bisa. Dan pilot berdoa, “Tuhan, angkatlah kami, angkatlah kami.” Dan dia menyalakan mesin. Dan ketika masuk ke dalam lingkaran itu, landasan pacu, kemudian pesawat itu terangkat.
Dan di depan pesawat ada sebuah pelangi. Cuaca pada hari itu sangat cerah. Saya tidak pernah melihat sesuatu seperti itu. Ada sebuah pelangi yang mendahului kami saat kami kembali. Allah sedang menjawab doa.
Bolehkah saya berbicara tentang salah satu hal lainnya? Di dalam gedung fasilitas parkir dan didalam penambahan dari gedung Spurgeon-Harris, kita membuat hutang atas gereja kita sebanyak sepuluh juta lima ratus ribu dolar.
Dan yang sangat mengherankan bagi seluruh dunia keuangan, bunga rata-rata naik hingga dua puluh dua setengah persen. Dan kita memiliki surat hutang ke Bank untuk membayar satu poin diatas bunga dasar. Kita membayar sebesar dua puluh tiga setengah persen atas hutang yang berjumlah sepuluh juta lima ratus ribu dolar itu. Itu berarti gereja kita harus membayar bunga sekitar dua juta tiga ratus atau lima ratus ribu dolar setahun. Bunga. Dan hal itu menghancurkan gereja kita.
Di dalam dewan diaken kita, ada sesuatu yang mereka sebut sebagai sebuah komite eksekutif. Hal itu dibentuk oleh ketua dewan. Mereka mengadakan sebuah pertemuan di Dallas Country Club pada saat sarapan. Dan mereka berkata kepada saya, “Kita tidak dapat menanggung hutang ini. Hal itu menghancurkan gereja. Kita harus menjual salah satu gedung ini. Dan, Pendeta, anda dapat memilih setiap bangunan untuk dijual. Tetapi kami menyarankan untuk menjual gedung Spurgeon-Harris. Dan kita tidak memiliki pilihan lain. Kami tidak ingin menjualnya. Hal itu meremukkan hati kami untuk menyampaikan bahwa kita harus menjualnya. Tetapi waktunya telah datang. Gedung itu harus dijual. Kita tidak dapat menanggung hutang ini.”
Saya meratap dan menangis serta berseru di hadapan Tuhan, hari demi hari dan minggu demi minggu. Itu merupakan sesuatu yang menyakitkan hati melampaui seluruh pengalaman yang ada di dalam hidup saya. Jika anda kehilangan setiap properti yang berada di pusat kota, maka anda tidak akan dapat lagi memperolehnya kembali. Dan jika kita menjual gedung itu maka tidak akan kembali ke dalam tangan kita lagi.
Kemudian saya meminta kepada Tuhan, “Tuhan, Allah, saya tidak tahu untuk menyusun surat permohonan. Tetapi tolonglah Tuhan, lakukanlah sesuatu.” Saya membawa hal itu ke gereja, ke dalam mimbar ini, memohon dan meminta dan meratap serta berdoa. Dan gereja memberikan dua setengah juta dolar untuk menolong jaminan properti itu. Saya melanjutkan doa dan memohon serta berseru kepada Allah.
Dan apa yang terjadi? Tidak ada sebuah badan keuangan, pemimpin perusahaan atau presiden bank atau seorang entrepreneur keuangan di dunia ini yang dapat menyampaikan apa yang terjadi di depan.
Dan apa yang terjadi adalah Lincoln Properti datang dan berkata, “Kami akan memberikan kepada anda tujuh juta lima ratus ribu dolar untuk digunakan terhadap dua gedung parkir yang anda miliki—gedung parkir Ross Avenue disebelah sana dan gedung parkir Spurgeon Harris yang di sana itu. Kami akan memberikan kepada anda tujuh juta lima ratus ribu dolar untuk digunakan terhadap gedung itu. Dan kami akan membiarkan anda untuk memiliki penghasilan dari kedua gedung itu.”
Penghasilan itu jumlahnya sekitar satu juta lima ratus ribu dolar setahun. Mereka memberikan kepada kita tujuh juta lima ratus ribu setahun yang hanya digunakan untuk kedua gedung itu, dan memberikan kepada kita satu juta setengah dolar setahun dari pendapatan gedung itu. Tidak ada hal yang seperti itu yang pernah diatur sedemikian rupa di perusahaan dunia.
Allah melakukan hal itu. dan kedua properti ini telah bebas. Mereka telah membayarnya. Ketika anda melihat properti Ross Avenue itu, gedung itu telah lunas. Lihatlah gedung KCBI, gedung itu telah lunas. Lihatlah ke arah bentuk L di San Jacinto dari ruangan gereja. Gedung itu telah dibeli. Lihatlah gedung Veal. Gedung itu telah dilunasi. Demikian juga dengan Gedung Christian Education dan Gedung Spurgeon-Harris Building. Semuanya telah dibeli dan telah lunas dibayar.
Dan sebentar lagi, kita akan membayar penuh sebanyak empat juta dolar enam ratus ribu dolar untuk gedung pemuda dan lima juta dolar akan diambil untuk merombak gedung Doug Wood dan fasilitas para remaja itu.
Itu adalah sebuah kisah yang melampaui segala sesuatu yang pernah saya impikan di dalam hidup saya. Saya merasa ingin meminta maaf kepada anda atas parade kesaksian saya atas doa-doa kita yang dijawab Allah. Anda dapat melakukan hal yang sama, setiap orang dari anda.
Ketika saya memikirkan hal itu melalui ibadah malam ini. Saya berpikir saya akan melakukan cara itu. Saya akan memiliki seorang sukarelawan untuk maju ke depan dan memberitahukan hal-hal luar biasa tentang apa yang telah Allah lakukan terhadap anda.
Kemudian, ketika saya memikirkan hal itu lebih lanjut, saya berpikir, “Mungkin lebih baik jika saya sendiri yang akan menjadi juru bicara hal itu.”
Jangan takut untuk meminta. Mintalah. Raihlah hal itu dari Allah. Bentangkan di hadapan Allah. Mintalah. Dia mendorong kita untuk melakukannya. Hal itu berkenan kepada Allah. Ambillah hal itu dari Allah. Dan lihatlah apa yang Allah mampu lakukan.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.