YESUS MENINGGALKAN SEBUAH WARISAN BAGI KITA
(JESUS LEAVES US A LEGACY)
Dr. W. A. Criswell
04-01-83
Yohanes 14:27
Pada hari ini saya akan berkhotbah tentang sesuatu yang berhubungan dengan konotasi legal, tentang warisan, dari Tuhan kita yang telah Dia tinggalkan untuk kita. Dan hari ini adalah hari Jumat, Jumat yang baik, saya akan berkhotbah dalam waktu yang agak panjang, yang mungkin akan lewat dari pukul 12:30. Jadi, jika anda ingin pergi, anda bebas untuk melakukannya. Kami semua dapat memahami akan hal itu, terutama saya. Warisan Dari Tuhan Kita, Yang Telah Dia Tinggalkan Untuk Kita. Teks kita, akan diambil dari Yohanes 14:27:
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Warisan Dari Tuhan yang Telah Dia Tinggalkan Untuk Kita. Kalimat yang baru saya baca itu merupakan pusat yang paling dasar dari pesan yang luar biasa dari Tuhan Yesus kepada murud-muridNya termasuk juga untuk kita, yang tercatat di dalam pasal empat belas dan lima belas dan enam belas dari Injil Yohanes. Mereka sedang berbicara di Ruangan Atas dan saat Dia berjalan bersama dengan murid-muridNya ke Getsemani.
Inilah cara ketika percakapan itu dimulai:
Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.
Kemudian, pasal itu ditutup dengan kata-kata berikut:
Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.
Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.
Ada sesuatu di dalam hidup Tuhan kita yang membuat kata-kata ini bersifat ganda, memiliki maka yang banyak. Itu terjadi karena hal ini. Mereka sedang berbicara pada saat malam jumat bagi waktu kita, tetapi bagi orang yahudi, itu adalah jumat pagi. Mereka berbicara pada malam, permulaan hari jumat. Selang beberapa waktu kemudia, Tuhan kita dikhianati, ditangkap dan dianiaya. Dan pada jam sembilan pagi, Dia disalibkan di atas kayu salib.
Lalu, sebelum Penyaliban yang mengerikan itu, Dia berbicara, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu.” Damai sejahtera yang berasal dari Tuhan kita, Dia berkata, bahwa hal itu sangat berbeda dengan dunia: “Dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
Anda tidak dapat pergi melintasi Rusia, berjalan melalui taman-taman mereka serta jalan-jalan mereka dan tidak menjadi peka terhadap sesuatu yang dapat anda temukan di mana-mana. Di sana anda monument-monumen dan patung-patung yang terbuat dari perunggu, marmer dan memberikan label “damai.” Dan pada prasasti marmer itu mereka akan mengukir merpati perdamaian. Dan pada patung perunggu mereka juga memiliki lambang seperti merpati perdamaian.
Tetapi di balik perdamaian itu adalah pertumpahan darah, perang, kekacauan, dan penderitaan yang mendalam. Dan seluruh dunia memiliki organisasi Komunis. Dan di dalam kebanyakan mereka, mereka memiliki kata “damai.” Damai mereka merupakan salah satu terror dan kekacauan serta masalah. Mereka adalah srigala berbulu domba.
Tetapi damai sejahtera dari Tuhan kita tidak sama seperti damai sejahtera dunia. Itu adalah sebuah tempat bagi sebuah hati yang bermasalah. Bagi sebuah jiwa yang kacau, bagi sebuah kehidupan di dalam keputusan, bagi sebuah dunia di dalam harapan mereka, Dia memberikan kita tempat yang nyata.
Yang pertama dari semua, Dia memberikan kepada kita damai sejahtera dengan Allah. Begitu banyak kehidupan yang tinggal dalam antagonisme, di dalam peperangan yang nyata dengan kehendak Allah, dan masalah mereka, dan hal itu tidak pernah berhenti: Sebuah peperangan dengan Allah sendiri dan kehendak Allah bagi kehidupan.
Ketika anda membaca di Kisah Rasul, tiga kali disebutkan tentang pertobatan dari Rasul Paulus. Ketika dia bertemu dengan Tuhan di jalan menuju Damsyik, Tuhan berkata kepadanya, “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.” Adalah sulit Paulus, bagi kamu untuk menusuk dirimu sendiri melawan tongkat, ujung tombak yang tajam dari panggilan Allah dan kehendak Allah bagi hidupmu. Dan Saulus berlutut di hadapan Tuhan dan berkata, “Tuhan, apakah yang ingin Aku lakukan untukMu?”
Dan di sana, di dalam kehidupannya yang selanjutnya—dia mengalami penganiayaan, dia telah disiksa dan dilempari batu, dipukuli serta akhirnya dipenggal—akan tetapi dia menulis di dalam suratnya tentang “Damai sejahtera Allah yang melampui pemahanan” dan lagi, “Damai sejatera Allah melampaui segala pengetahuan.”
Damai sejahtera, kedamaian yang sesungguhnya—dimasukkan ke dalam penjara setelah dipukuli, dia dan Silas berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Allah. Damai sejahtera, kedamaian yang sesungguhnya: Damai dengan Allah.
Tidak hanya bahwa Tuhan kita telah memberikan kita damai melalui Tuhan dan Juruselamat kita, dan Allah di sorga, tetapi Dia juga memberikan damai dengan diri kita sendiri, di dalam jiwa kita, di dalam hati kita. Bukanlah hal yang tidak biasa untuk menemukan orang yang berperang dengan dirinya sendiri. Mereka bertujuan untuk memenuhi keinginan diri mereka sendiri dan hidup mereka dipenuhi dengan kehancuran dan kebimbangan.
Dia memberikan kedamaian di dalam hati kita dan jiwa kita yang terdalam.
Suatu kali, saya melihat sebuah lukisan yang diberi label “Kedamaian.” Dan tanpa ragu, itu adalah sebuah pusaran yang paling hebat yang dapat dilukis oleh seniman. Itu adalah lukisan badai di lautan, dengan guntur dan kilat, dan angin yang kencang memutar air dan ombak yang menghempas bebatuan dari sebuah karang yang tinggi.
Gelap dan mengerikan, sebuah badai yang bergejolak, akan tetapi sang artis membeli label “Kedamaian.” Dan ketika saya melihat lukisan dengan lebih dekat, di atas sana, di atas karang yang terjal itu dengan laut yang bergelora, sang artis melukis seekor burung kecil yang kepalanya berada di dalam sayapnya dan sedang tertidur nyenyak.
Damai, kedamaian yang terdapat di dalam batin: Ketenangan jiwa yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
Dia menyembunyikan jiwaku, dalam sebuah celah gunung batu
Bayangan yang kering itu, tanah yang gersang
Dia menyembunyikan hidupku, pada kasihNya yang dalam
Dan menaungiku, di sana dengan tanganNya
Damai, kedamaian yang berada di dalam batin: sebuah ketenangan yang melewati semua gambaran dari diri kita. Itu adalah sebuah hal mulia yang tidak terbandingkan dan hadiah yang luar biasa dari Juruselamat kita.
Sekitar sebulan yang lalu, saat menyiapkan khotbah untuk ibadah pagi di gereja ini, saya telah membaca tentang seorang martir, seorang martir Kristen yang dibakar di tiang pembakaran di Inggris dan hakim yang memimpin untuk melakukan pembakaran itu berada di dekatnya.
Sang martir berkata kepadanya, “Kemarilah dan letakkan tanganmu ke atas jantungku dan lihatlah apakah ia berdebar dengan keras. Lihatlah apakah aku berada dalam penderitaan atau bergairah.” Kemudian sang martir berkata kepada hakim, “Letakkan tanganmu di atas jantung anda sendiri dan beritahukanlah kepada saya siapakah yang berada di dalam penderitaan dan siapa yang berada di dalam kegelisahan.” Damai, kedamaian yang berada di dalam batin.
Itu adalah sebuah karunia dari Allah yang berasal dari Kristus. Seberapa darurat peristiwa yang terjadi di dalam hidup, di dalam Dia kita memiliki damai yang sempurna, sebuah ketenangan yang mulia. Tidak hanya bahwa Allah mewariskan kedamaian yang melampaui pengetahuan. Dan tidak hanya bahwa kedamaian berada di dalam batin, tetapi juga kedamaian berada di bagian luar, damai dengan orang lain.
Tidak ada hal lain yang menghabiskan jiwa seperti kepahitan pribadi terhadap orang lain. Ketidaksukaan dan kebencian: yang memakan, menggerogoti dan menghancurkan. Akan tetapi Dia memberikan sebuah damai sejahtera di dalam hati kita terhadap orang lain.
Tidak ada sebuah hal yang menyakitkan hati dari kesalahan dan kemunafikan di dalam literatur manusia dibandingkan dari pada yang terdapat di dalam Injil Matius pasal dua puluh tiga: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.” Dan mereka merancang kematianNya.
Mereka menyerahkan Dia kepada orang Roma untuk disalibkan.
Tetapi, bagaimanakah Dia meninggal? Di atas kayu salib, Dia berdoa dan berkata, “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Tidak ada dendam pribadi atau kepahitan atau kebencian.
Saya berpikir ketika Tuhan berkata Saulus dari Tarsus: “Mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.”—Saya berpikir bahwa Tuhan memberikan rujukan yang jelas kepada Saulus saat dia menyaksikan kematian Stefanus: Martir Allah yang pertama. Dia memandang wajahnya, dan mukanya seperti muka malaikat dan dia mendengar Stefanus berdoa, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini atas mereka.” Dan kemudian Alkitab berkata, “Dia meninggal.” Tanpa dendam atau kebencian atau kepahitan, kedamaian dan ketenangan mengelilingi dia.
Dan hal lainnya: Dia memberikan kita kedamaian, ketenangan dan kelegaan bagi kita melampaui hal-hal besar di dalam hidup, melampaui kehidupan, melampaui kematian, melampaui kuburan: Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Damai sejahtera.
Seorang gadis kecil di sekolah minggu kita, di Gereja First Baptist ini menderita sakit dan sedang sekarat. Dan ketika gadis kecil itu hampir sekarat, dia kehilangan penglihatannya. Dia menjadi buta. Dan anak kecil itu berseru kepada ibunya dan berkata, “Ibu, ibu semuanya mulai menjadi gelap. Dan aku sangat takut.”
Dan sang ibu mendekatkan anaknya ke hatinya dan menjawab, “Anakku yang manis, ada Yesus di sana, Yesus bersama dengan kita di dalam kegelapan, sama seperti Dia berada bersama dengan kita di dalam terang”—Ketenangan, saat kita menghadapi dunia yang akan datang.
Di dalam kalimat yang indah ini, ada begitu banyak air mata yang menodai lembaran-lembaran Alkitab yaitu di dalam pasal empat belas jika dibandingkan dengan tempat lain di Kitab Suci Allah. Ketika Dia berkata, “Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada,” kata yang digunakan di situ t-o-p-o-s, yang diterjemahkan dengan “tempat.” Dan sepanjang Alkitab, di mana saja kata itu digunakan, ia memiliki arti sebuah tempat tertentu.
Kita tidak akan diserap kedalam sebuah elemen kehidupan yang universal. Kita akan pergi ke sebuah tempat, sebuah tempat yang pasti. Yohanes melihatnya turun dari sorga. Ketika Tuhan membuat bumi baru dan langit yang baru, akan ada sebuah kota yang indah. Dan itu adalah rumah kita yang kekal—sebuah tempat, tempat yang pasti.
Dan kita akan memasuki tempat itu dengan kebangkitan atau pengangkatan. Yang penuh kemenangan dan kemuliaan. Jika dengan kematian, maka Allah mengirim malaikat untuk membawa saya di atas sayap putihnya menuju rumah sorgawi saya yang berada di atas. Dan seandainya dengan pengangkatan, maka itu akan berlangsung seperti ini:
Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
Dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.
Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
—Damai sejahtera, sekalipun saya dibangkitkan atau sekalipun saya diangkat.
Tidakkah anda berharap agar kita berada di sini ketika Dia datang?
O sukacita! O, kesenangan! Haruskah kita pergi tanpa kematian,
Tanpa sakit, tanpa kesedihan, tanpa ketakutan tanpa tangisan,
Diangkat bersama dengan Tuhan kita melalui awan-awan ke dalam kemuliaan
Ketika Yesus datang untuk milik kepunyaanNya.
Ketenangan. Kedamaian.
Yang lainnya: Kita akan menjadi manusia yang nyata. Kita tidak akan menjadi hantu bayangan.
Dia berkata, “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku.” Bahwa “Aku” merupakan Tuhan kita yang mulia dan “kamu” adalah anda. Dan saya akan menjadi manusia yang nyata. Anda akan menjadi anda dan saya akan menjadi saya.
Paulus menyebutnya sebagai sebuah misteri besar, yang tidak dapat diduga, tetapi bagi Allah, di dalam tujuan kedaulatan Allah, itu adalah sesuatu yang indah dan mulia. Pendahulu saya di gereja ini, sebelum saya datang kemari merupakan manusia Allah yang terkenal, George Truett.
Suatu kali saya mendengar dia berkata, “Orang-orang seringkali bertanya kepada saya, ‘Apakah kita akan saling mengenal di dalam sorga?’’
Dan dia akan menjawab, “Saudaraku, kita tidak akan sungguh-sungguh mengenal satu sama lain hingga kita berada di sorga. Sebab Alkitab berkata, “Tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal oleh Allah.”
Murid-murid itu mengenali Elia, mereka mengenali Musa, dengan intuisi, dengan intuisi rohani, dengan pengetahuan yang berasal dari kebaikan Allah. Ketika Rasul Yohanes berada di Pulau Patmos, dia mendengar sebuah suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala di belakangnya. Dan ketika dia berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadanya, dia melihat Tuhan kita yang mulia. Dan dia jatuh tersungkur sama seperti orang yang mati. Dan kemudian dia menulis, “Dan Tuhan meletakkan tangan kananNya di atasku”—Tuhan Yesus yang sama.
Ia meletakkan tangan kanan-Nya—di atasku,lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
.
“Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu”—Warisan dari Tuhan kita.
Aku akan menyanyikan sebuah lagu bagimu tentang negri yang indah itu
Jauh di sana, kediaman bagi jiwa
Dimana badai tidak akan pernah menghempas di atas hamparan pantai yang berkilau
Dimana tahun-tahun keabadian menggelinding
Oh, betapa manisnya jika berada di negeri yang indah itu
Terbebas dari semua kedukaan dan kesakitan
Dengan lagu diatas bibir kita dan pengharapan di atas tangan kita
Untuk bertemu kembali antara satu dengan yang lain
Warisan dari Tuhan kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.