KEBANGUNAN ROHANI PADA MASA SAMUEL
(REVIVAL IN THE DAYS OF SAMUEL)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diterjemahkan Made Sutomo, M.A.
09-25-60
1 Samuel 6-7
Saya adalah gembala sidang dari Gereja Baptist Pertama, dan saya akan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan dengan judul: Kembalinya Samuel. Teks firman Tuhan yang saya ambil terdapat dalam I Samuel 6.
Pada hari Minggu pagi yang lalu, saya tidak membicarakan kutuk Allah terhadap bangsa Filistin, ketika mereka merampas tabut perjanjian Tuhan dan menaruhnya di rumah berhala mereka, yang bernama Dagon. Dan, ketika Tuhan memukul orang-orang Filistin, maka untuk menyelamatkan diri, mereka bersedia mengeluarkan tabut Tuhan, dan mereka melakukannya dengan cara yang luar biasa.
Caranya yang mereka pakai adalah dengan membuat kereta yang baru, dan kereta itu harus ditarik oleh dua ekor lembu yang menyusui. Mereka berkata, “Kita akan lihat apakah tabut itu satu lawatan dari Allah atau tidak. Kita akan mengambil dua lembu yang menyusui ini dan kita akan memasangnya pada kereta tersebut. Kita akan menaruh tabut Tuhan di atas kereta, kemudian kita akan membiarkan kedua lembu itu berjalan dan kemudian kita akan memperhatikan apakah Allah akan menuntun lembu yang meninggalkan anak-anak mereka di rumah dan pergi ke tanah orang asing, tanpa ada orang yang menghalau. Kita juga akan memperhatikan apakah kedua lembu itu akan mengembalikan tabut Tuhan kepada Allah Yahweh, di tanah Israel.”
Dapatkah Anda membayangkan kedua lembu yang menyusui itu menarik kereta ke tanah asing, sementara anak-anak mereka dikurung di rumah? Ada satu hal yang wajar bahwa bagi binatang domestik di mana mereka akan kembali ke rumah mereka, apakah mereka mempunya anak atau tidak. Namun demikian, kedua lembu itu pun berjalan menuju tanah Israel, membawa tabut tersebut. Selanjutnya mari kita membaca ayat 12:
“Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang menuju ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes” (I Sam. 6:12).
Pada waktu kedua lembu itu sedang menarik kereta yang berisi tabut Tuhan, orang-orang Bet-Semes rupanya sedang menuai gandum di lembah. Ketika mereka mengangkat muka tampaklah kepada mereka tabut itu, dan mereka dikatakan sangat bersukacita ketika mereka melihatnya. Sesudah kereta itu sampai ke ladang Yosua, orang Bet-Semes itu, maka berhentilah mereka di sana. Di sana ada batu besar. Dan kemudian mereka membelah kayu kereta itu lalu mereka mempersembahkan lembu-lembu sebagai korban bakaran kepada TUHAN, dan sukacita sorgawi terasa ada pada mereka.
Dan sekarang lihatlah ayat 19, mereka dikatakan telah melanggar hukum Tuhan yang berkata, “Engkau tidak diperbolehkan menjamah tabut perjanjian itu. Hal itu harus dibawa dengan cara dipikul oleh para imam yang ditunjuk.” Tetapi, orang-orang Bet-Semes itu bukan saja menjamah tabut TUHAN, namun rasa ingin tahu mereka juga melihat ke dalamnya, dan sebagai akibatnya Tuhan membunuh orang-orang dari rakyat itu.
Dalam terjemahan Alkitab Versi King James, dikatakan bahwa Allah membunuh lima puluh ribu tujuh pulu orang. Sekarang kita mempunyai satu cara yang indah tentang kritisisme teks. Kalau kita melihat perbedaannya maka kita bisa kembali dan kembali untuk membandingkan naskah-naskah kuno untuk mencari naskah yang asli. Dari Yosephus dan dari Septuaginta dan naskah-naskah yang lain, kita tahu bahwa jumlah tersebut adalah tujuh puluh orang.
Pada suatu ketika, dalam versi King James, karena memakai naskah-naskah yang kemudian, maka terjadi kesalahan dalam menulisnya dan kesalahan in i adalah kesalahan manusia. Tetapi kita masih mempunyai kesempatan untuk kembali menemui Firman Allah yang aslinya: di mana kita tahu bahwa Firman Allah ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Dan bila kita melihat kedua naskah kuno itu, kita akan menemukan hal-hal ini. Yang jelas, Firman Allah diinspirasikan oleh Allah kepada orang-orang tertentu dan kemudian mereka menulisnya. Peristiwa itu telah terjadi pada masa purba.
Jadi, yang benar adalah bahwa Allah membunuh orang-orang Bet-Semes sebanyak tujuh puluh orang dari rakyat itu, karena mereka melihat ke dalam tabut TUHAN yang walau pun sudah dilarang untuk menjamah dengan tangan manusia dan juga dilarang untuk di lihat oleh mata manusia. Akan tetapi, apa yang dilakukan oleh orang-orang Bet-Semes stelah kujuh puluh orang itu terbunuh? Di sini kita melihat mereka melakukan hal yang berlawanan dan berkata, “Mari kita singkirkan tabut TUHAN ini. Kita tidak mau ini berada di rumah kita. Kita tidak mau ini ada di kota dan di tanah kita. Dengan kata lain, mereka berbelok ke arah yang ektrim.
Itu adalah reaksi dari sikaf manusia secara umum, dan secara khusus, dalam hal keagamaan. Kadang-kadang kita seperti bandul atau ayunan. Kita mengayun dari satu ekstrim ke arah ektrim yang lainnya. Misalnya, di Kades-Barnea, orang-orang Israel tidak mau naik untuk merebut harta warisan mereka. Kemudian, setelah mereka melihat akibat buruk dari keputusan yang mereka buat, mereka akhirnya berbalik ke arah yang berlawanan dan berkata, “Ya, kami akan nai ke atas.”
Dan, ketika larangan diserukan oleh Musa, “Engkau tidak boleh naik ke atas,” mereka menjawab, “Kami akan tetap naik ke atas, apakah dilarang atau tidak.” Dan ketika mereka naik ke atas, maka mereka jatuh ke tangan orang Amalek. Bukankah hal itu sesuatu yang aneh?
Kita juga menemukan contoh ini dalam sikap Petrus ketika Tuhan Yesus hendak mencuci kaki murid-muridNya. Simon Petrus berkata, “Tuhan, Engkau tidak akan membasuh kakiku. Dan, sesaat kemudian, ia berkata, “Tuhan, bukan saja tangan dan kakiku, tetapi juga kepalaku. Basuhlah aku seluruhnya.”
Atau kita juga bisa melihat pada sikap Elia. Ketika ia berada di Gunung Karmel, ia sama sekali tidak merasa takut dengan nabi-nabi Baal dan raja dan seluruh orang yang menyembah berhala, namun hari berikutnya, ia duduk di bawah pohon, karena lari untuk menyelamatkan hidupnya dari Izebel.
Sebagai manusia kita memang lucu. Satu hari panas, dan satu hari dingin. Satu hari kita berapi-api, dan hari berikutnya kita menjadi padam, dan jadi debu api. Kita beralih dari satu ektrim kepada keektriman yang lainnya.
Demikianlah kita melihat sikap orang-orang di kotaBet-Semes. Pertama-tama mereka begitu senang dan bersukacita menerima tabut TUHAN, tetapi setelah itu mereka berkata, “Apakah ada orang yang mengambil tabut ini dari kami?” Lalu mereka mengirim utusan kepada penduduk Kiryat-Yearim dengan pesan: “Orang Filistin telah mengembalikan tabu TUHAN; datanglah dan angkutlah itu kepadamu” (I Sam. 6:21). Kiryat adalah nama kota; Yearim, adalah hutan. Kita berkata dalam bahasa kita: “Woodville” (Nama tempat di Texas). Kami mempunyai Woodville di Texas, bukankah demikian?
Jadi, mereka mengirim utusan ke Woodville dan berkata, “Datanglah dan ambilah tabut itu dari kami.” Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang dan mengangkut tabut TUHAN itu dan membawanya ke rumah Abinadab yang di atas bukit. Sejak saat itu tabut TUHAN itu tinggal di Kirya-Yearim selama 20 tahun (I Sam 7:1). Jadi, selama 20 tahun tabut Tuhan tidak pernah ada beritanya, terkecuali sekali secara kebetulan disebutkan, hingga Daud menirima utusan dan membawanya ke kota Daud.
Ketika tabut itu berada di rumah Abinadab selama 20 tahun, Eliazar, anak Abinadab dikuduskan untuk menjaga tabut Tuhan itu. Eliezer harus menjaga hingga tiba waktunya ketika Allah menunjuk satu tempat di mana Ia akan menyebutNya Rumah Doa. Di situlah akan ditempatkannya untuk selama-lamanya.
Dan kemudian, karena pelanggaran umatNya maka akhirnya tabut itu di pindahkan ke sorga. Kita diberitahukan bahwa Yohanes melihat peti perjanjian itu dalam penglihatannya.
Sekarang mari kembali kepada cerita Samuel lagi, dan sekarang kita akan melihat pada pasal tujuh. Dalam I Samuel 7: 2, kita membaca: “Sejak saat tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua pulu tahun.” Jadi selama dua puluh tahun, mereka tidak pernah dengar dari Samuel. Dua puluh tahun di bawah tangan besi orang Filistin, dan selama itu bangsa Israel mengeluh kepada TUHAN.”
Anda tahu bahwa untuk berada di bawah tekanan orang Filistin selama 20 tahun merupakan waktu yang cukup lama. Ketika membayangkan hal itu, saya akhirnya berpikir tentang negara-negara di bawah tangan besi Soviet Union. Dan waktu itu cukup lama. Saya mendengar beberapa dari Anda bisa menggambarkannya. Saya sendiri belum pernah berada di satelit Soviet dan saya tidak pernah pergi ke Rusia. Saya hanya melihat orang-orang yang keluar dari si situ dan saya pernah ke perbatasan di bagian Timur dan barat. Tetapi sama sekali saya belum pernah pergi ke nera tersebut. Namun, saya mendengarkan sebagaian dari saudara menggambarkan tragedi dan penderitaan dan kelesuan orang-orang yang dalam keadaan tertekan itu dan hal itu kita dapat melihat di wajah orang-orang yang ditekan oleh Rusia atau negara Komunis Cina.
Kasihan Israel, karena pernah ditekan oleh tangan besi orang-orang Filistin. Pada masa-masa itu, sebagaimana saya telah beritahukan kepada Anda bahwa Samuel, selama 20 tahun, rupanya sedang pergi dari Mispa ke Ramah, Gilgal, Betel – ke seluruh kota – dengan membawa kitab di tanganya. Dan Ia pergi berkeliling untuk mengajarkan tentang pengenalan akan Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Alkitab.
Dan setelah Samuel selesai mengajar tentang pengetahuan Allah selama 20 tahun, maka timbulah dalam hati orang-orang Israel kerinduan akan Allah – yang kita sebut kebangaunan rohani. Jadi, setelah 20 tahun, “seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN.”
Sekarang saya ingin Anda melihat apa sebenarnya yang telah lakukan oleh orang-orang Israel:
Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian:
Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, Maka
jauhkanlah para allah asing dan para asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukkanlah hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepadaNya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin. Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN” (I Sam. 7:3-4).
Sekarang saya akan mengambil waktu sejenak untuk menggambarkan kepada Anda apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh orang-orang Israel. Mereka sudah tidak melayani Yehovah dan sebaliknya mereka telah melayani dewa Baal dan Asytoret, dewa kembar pucat orang Punisia, yang sekarang menjadi dewa orang Kanaan. Baal adalah dewa matahari, dan Astarte, adalah ratu langit, dewi bulan, yang dapat disebut Venus, bintang yang indah dan terang.
Kata jamak untuk Baal adalah Baalim. Kata jamak untuk Astarte adalah Asytoret. Astarte selalu menunjukkan bentuk jamak, hingga pemerintahan Salomo. Astarte adalah dewi orang-orang Kanaan dan orang-orang Punisia.
Nama dewi ini ada dalam bahasa kita dan banyak bahasa disepanjang zaman, seperti dalam bahasa Punisia dan Kanaan disebut Astarte; dalam bahasa Mesir, Estar, dalam bahasa Yunani, Aster, dalam bahasa Latin, Stello; dalam bahasa Inggris, Star. Jadi, di sepanjang abad dan generasi dan dalam berbagai bahasa, nama Astater selamanya hidup: Star, Aster, Stello, Estar, Astarte.
They worshiped her: the queen of heaven. They worship the queen of heaven today in image form in many, many places, here in Dallas and all over the world—the queen of heaven. They worshiped the queen of heaven in Israel in the days of their idolatry. Any time you bow before an image, you are an idolater. Any time you worship a created form other than God Jehovah, you are an idolater. And,, Israel was in idolatry.
Bangsa Israel menyembah dewi ini, dewi langit. Banyak orang zaman ini masih menyembah dewi langit ini, di mana di banyak tempat dewi ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik di Dallas, dan di banyak tempat di dunia. Di Israel, pada masa-masa mereka jatuh dalam penyembahan berhala, mereka menyembah dewi ini, sehingga dengan demikian mereka adalah penyembah berhala.
Tentang dewa Baal, dewa ini selalu berwujud batu, karena menggambarkan kekuatan. Kemudian wujud dari Astarte senantiasa dibuat dari kayu, dan mereka menyebutnya Asytoret, yang menggambarkan dewi langit. Dalam Perjanjian Lama, Versi King James diterjemahkan “grove.”
Mereka yang menyembah dewi Astarte dan dewa Baal adalah orang-orang yang tidak bermoral dan buruk sekali sehingga sangat sulit untuk dilukiskan. Penyembahan berhala selalu membawa manusia ke tarap hidup yang rendah. Dalam bahasa apa pun, dalam agama apa pun, dalam bangsa mana pun, di dalam seluruh sejarah manusia, hal itu tidak ada perkecualian. Itulah sebabnya Allah dengan tegas melarang, dan larangan itu terdapat dalam perintah yang Ia tulis sendiri dengan tanganNya pada loh batu. Dan ketika bangsa Israel mulai menyembah berhala, secara turun temurun mereka telah jatuh ke dalam kesengsaraan dan penyelewengan: kebohongan moral, kebohongan sosial, kebohongan nasional, di bahwa hukuman Allah yang kudus dan benar.
Maka Samuel berkata, “Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepadaNya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin” (I Sam. 7:3).
Bukankah hal itu sebagai satu pelajaran untuk kita juga? “Allah akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin.” Perhatikan di sini bahwa Allah tidak menyuruh mereka untuk membentuk pasukan tentara yang besar. Dan Ia juga tidak berkata bahwa mereka harus membentuk pasukan angkatan laut untuk Israel.” Yang Allah anjurkan adalah, mereka harus “berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati.” Artinya mereka harus membereskan hubungan yang rusak dengan Tuhan, dan dengan demikian Allah akan membebaskan mereka dari tangan orang Filistin.
Sebagaimana Anda ketahui, saya bukan seorang yang tidak setuju perang. Perdebatan besar pertama yang saya hadapi sebagai pendeta dari gereja ini adalah tentang konstruksi militer secara universal. Saya percaya untuk membuat negara kita siap siaga. Saya percaya untuk membuat negara kita kuat. Saya percaya tentang pria-pria yang harus membela negara kita dengan hidup mereka, yang terbang di udara untuk melindungi kita dari bom-bom yang mungkin akan menghujani kita dari langit, yang berada di dasar laut sebagai pasukan kapal selam, yang melindungi kita dari serangan peluru kendali. Dan saya percaya dengan tentara kita, yang di tempatkan di mana-mana di seluruh permukaan bumi, untuk melindungi negara kita. Saya percaya akan hal-hal itu. Saya percaya apa yang dikatakan Alkitab.
Akan tetapi, pada waktu yang sama, saya masih mengakui bahwa keputusan terakhir tidak tergantung pada kapal selam, peluru kendali atau pun bom, tetapi akan terletak pada perhitungan Allah. Dan satu bangsa yang menundukkan diri dan meminta berkat dan pertolongan Allah, satu bangsa yang berlutut dann yang merendahkan diri mereka dalam berdoa, adalah satu bangsa yang akan dilindungi oleh tangan Allah yang perkasa.
Sekarang, saya mau Anda melihat apa yang dilakuakan Samuel. Dalam I Samuel 7:5 kita membaca, “Lalu berkatalah Samuel: Kumpulkanlah segenap orang Israel ke Mizpa; maka aku akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.” Di sini ada satu prinsip yang baik. Pertama berdoa, kemudian pelayanan firman Tuhan: Itulah yang dilakukan dalam Kisah Para Rasul pasal enam ayat keempat: “supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman” (Kis. 6:4)
Berdoa dan berkhotbah; berdoa dan menyembah; berdoa dan melayani Allah; merupakan hal yang pertama untuk memohon Allah memberkatinya. Jadi Samuel berkata, “Aku akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.” Setelah berkumpul di Mizpa, mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan TUHAN. Itu merupakan satu tanda kelemahan-kelemahan mereka.
Lalu mereka berkata, “Kami telah berdosa kepada TUHAN” (I Sam. 7:6). “Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak domba yang menyusui lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN sebagai korban bakaran. Dan ketika Samuel berseru kepada TUHAN bagi Israel, maka TUHAN menjawab dia” (I Sam. 1:9).
Sekarang, sementara mereka melakukan itu, apa yang dilakukan oleh orang-orang Filistin? Apa yang selalu dilakukan oleh si Iblis? Ia tidak duduk tenang-tenang untuk memperhatikan umat Tuhan mengetok pintu sorga, dan menonton umat Tuhan dalam keadaan menang. Kapan saja ada kebangunan rohani besar, gerakan Allah yang besar di antara anak-anak Tuhan, maka di sana pula akan ada kegiatan Setan. Selalu seperti itu.
Saya teringat pada suatu hari, saya pergi mendirikan gereja kecil di daerah pedesaan, di mana hal itu memang secara vital dibutuhkan dalam satu komunitas yang besar itu. Dan ketika saya ke sana, saya mulai berkhotbah di gereja tersebut. Tetapi, secara luar biasa Iblis membangkitkan sekelompok orang di sana untuk menyatakan tidak setuju didirikan gereja di tengah-tengah mereka. Mereka membawa kuda-kuda mereka dan sementara saya sedang berkhotbah, mereka naik kuda mengelilingi gedeng gereja itu sambil berterik-teriak.
Saya sudah katakan kepada saudara bahwa saya bukan orang yang tidak setuju perang. Saya berkata kepada mereka, diberkatilah hatimu, lalu saya berhenti berkhotbah. Dan itulah pekerjaan si Iblis.
Gambaran ini persis dihadapi oleh bangsa Israel. Firman Tuhan berkata, “Ketika didengar orang Filistin, bahwa orang Israel telah berkumpul di Mizpa, majulah raja-raja kota orang Filistin mendatangi orang Israel” (I Sam. 7:7). Saya ingin berkata kepada Anda bahwa kita tidak perlu takut kepada Iblis bila Anda memiliki telinga Allah. Anda tidak perlu takut dan gemetar bila Anda membawanya kepada Allah dan menyerahkannya ke dalam tangan Allah.
Perhatikan apa yang terjadi. Dalam I Samuel 7:10 kita membaca, “Sedang Samuel mempersembahkan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel.” Jadi di sini kita melihat bahwa ketika umat Tuhan sedang menyembah Tuhan, sedang menatap ke sorga, pada saat orang-orang Filistin datang untuk membunuh dan menghancurkan. Namun demikian, Allah tidak tinggal diam. Segera ketika orang-orang Filistin maju untuk menyerang, “TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel” (ayat 10b). Selanjutnya, untuk menunjukkan rasa terima kasih atas apa yang Allah telah lakukan, Samuel memanggil orang-orang Israel untuk berkumpul dan kemudian ia mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Ebenhaezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.” Bila di tulis, kira-kira doa Samuel adalah seperti berikut:
Di sini aku mendirikan Ebenhaezerku;
Aku datang ke sini dengan pertolonganMu.
Dan aku menharapkan kesukaanMu
Tiba di rumah dengan aman.
Saudara yang saya kasihi, adalah satu hal yang luar biasa untuk memenangkan peperangan dalam doa. Adalah satu hal yang luar biasa mengalami kemenangan, dengan memandang kepada Allah. Kiranya Tuhan memberkati setiap bagian dalam kehidupan kita. Bari kita berkata kepada Tuhan, “Ebenhaezer, sampai di sini Tuhan menolong kita.”
Ini merupakan satu tanda dan satu monumen bahwa Allah menjawab doa. Dan, kali berikut bila saya berkhotbah, saya akan mengkhotbahkan tentang: Ebenhaezer, batu kesehatan, doa yang dijawab, sorga yang membebaskan, semuanya karena kemurahan Allah kita, Tuhan dan Juruselamat kita.
Sekarang, sementara kita bernyanyi, seseorang akan memeberikan hidupnya kepada Yesus pagi ini. Seseorang akan memberikan hidupnya dalam persekutuan gereja ini. Ketika kita menyanyikan ayat pertama dari lagu ini, Anda yang mau menyerahkan diri kepada Yesus, saya mempersilahkan untuk datang. Jika Tuhan membuka pintu dan mengundang Anda ke depan, maukah Anda menanggapinya sekarang? Maukah Anda melakukannya pada pagi ini, sementara kita berdiri dan semnetara kita menyanyi?
(Video: http://www.wacriswell.com/Search/videotrans.cfm/sermon/2100.cfm)