KETETAPAN ALLAH TENTANG BAPTISAN
(Divine Institution of Baptism)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 7 Maret 1982
di First Baptist Church in Dallas
“Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20).
Dalam pusat Amanat Agung itu anda melihat terus perintah bahwa murid-murid yang telah dimenangkan bagi Kristus harus dibaptiskan. Itu adalah ordinansi gereja yang diperintahkan kepada kita untuk dilaksanakan dan dipelihara.
PERMULAAN DISPENSASI PERJANJIAN BARU
DIMULAI DENGAN ORDINANSI BAPTISAN
Ketika saya mempelajari Alkitab, saya melihat bahwa dispensasi baru atau dispensasi anugerah atau dispensasi Perjanjian Baru, dimulai dengan ordinansi baptisan yang diperintahkan ini. Dispensasi Perjanjian Baru dimulai dengan munculnya seorang pengkhotbah dan juga seorang Pembaptis. Injil Matius dimulai dengan pernyataan seperti ini:
“Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan… Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan” (Matius 3:1, 5).
Injil Markus dimulai dengan perkataan ini juga:
“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah …. demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Markus 1:1, 4).
Injil Yohanes menjelaskan permulaan dispensasi baru atau dispensasi Perjanjian Baru dengan kata-kata seperti berikut ini:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes” (Yohanes 1:1, 6).
Kemudian para utusan Yerusalem datang kepadanya dan bertanya kepadanya, “Dengan otoritas siapakan kamu membaptis, engkau memperkenalkan upacara yang baru – ordinansi yang baru atau seremonial yang baru ini?”
Jadi dispensasi Perjanjian Baru dimulai dengan munculnya seorang pengkhotbah dan juga sekaligus seorang Pembaptis dan Allah memberikan nama kepadanya Yohanes. Di dalam bahasa Yunaninya adalah “Ioanes”, dalam bahasa Ibraninya adalah “Yohanan” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, “God is gracious.” Ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepada imam Zakharia di Bait Suci, Ia berkata kepadanya, “Hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elizabeth akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.” Dan pada saat itu Zakharia tidak dapat mempercayai janji itu, karena usianya dan usia istrinya sudah tidak memungkinkan untuk memiliki seorang anak. Dan malaikat Gabriel itu berkata kepadanya,
Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya” (Lukas 1:20).
“Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia” (Lukas 1:57-66).
Kitab Suci memberikannya nama yang lain. Ia disebut Ioanes Baptistes – ia dipanggil “Pembaptis” atau dalam Alkitab bahasa Inggris “The Baptist.” Ini adalah sesuatu yang istimewa ketika Anda membaca Alkitab bahasa Inggris Anda akan menemukan tiga kali kata “Christian” atau “Kristen” digunakan dalam Perjanjian Baru. Namun kata “Baptist” digunakan 14 kali di dalam Perjanjian Baru.
Dan menurut Kitab Suci,ia adalah permulaan dari dispensasi ini atau dispensasi anugerah atau dispensasi Perjanjian Baru. Ia adalah permulaan dari pelayanan Kristen, ia adalah pengkhotbah besar pertama tentang kerajaan Tuhan kita. ebagai contoh dalam Lukas 16:16 Juruselamat kita berkata:
“Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya” (Lukas 16:16).
Jadi Yohanes adalah pemula dari dispensasi ini. Ia adalah pemula dari dispensasi anugerah ini. Ia adalah pengkhotbah pertama dari hi kainos diatheke atau Perjanjian Baru ini.
Saya tidak dapat membayangkan betapa luar biasanya peristiwa ketika Yohanes ini berkhotbah di Padang Gurun. Alkitab mengatakan bahwa seluruh Yerusalem keluar dan datang dari kota mereka dan datang untuk mendengarkan Yohanes yang sedang berkhotbah. Seluruh kota-kota di Yudea dan Berea dan di tempat-tempat lain di sekitar Yordan dan seluruh daerah yang mengelilingi Yordan datang ke sungai itu untuk mendengarkan Yohanes Pembaptis memberitakan tentang kerajaan yang akan datang. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Yohanes berkhotbah pada waktu itu. Ia berkhotbah di depan ribuan orang yang mengelilinginya.
Menurut Injil Yohanes pasal yang pertama diantara ribuan orang yang ada di sana untuk mendengarkan khotbah Yohanes Pembaptis juga datang utusan Sanhedrin yang datang untuk menanyakan kepada dia.
“Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya” (Yohanes 1:16-23).
Setiap pengkhotbah seharusnya seperti itu. Ia tidak akan memutarbalikkan atau mempermainkan khotbahnya jika ia adalah pengkhotbah sejati. Ia adalah utusan dari Sorga dan ia menyampaikan apa yang Allah ingin sampaikan kepada umat-Nya. Jika saya mempermainkan khotbah saya atau khotbah yang saya sampaikan hanya isapan jempol belaka, maka saya bukanlah pengkhotbah yang sejati. Di sini Yohanes berkata aku adalah suatu suara. Ia adalah suara yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan oleh Yesaya.”
Kemudian utusan-utusan itu bertanya kepada dia,
“Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak” (Yohanes 1:25-27)
Yohanes memperoleh otoritas untuk berkhotbah dan membaptis yang datang dari Allah sendiri. Allah yang mengutus dia untuk menjadi pengkhotbah dan membaptiskan orang-orang yang bertobat. Ini adalah permulaan dari ordinansi gereja dan ini merupakan simbol dari kuasa kebangkitan.
ARTI KATA “BAPTIZO”
Selanjutnya kita akan memperhatikan kata ‘Baptizo’ di dalam Alkitab bahasa Yunani yang mana kata ini tidak pernah diterjemahkan (translated) ke dalam berbagai bahasa tetapi ditransliteretkan (transliterated) menjadi ‘Baptist’ dalam bahasa Inggris atau ‘Baptis’ dalam bahasa Indonesia. Mengapa kata itu tidak diterjemahkan atau di-translate? Karena para penerjemah Alkitab bahasa Inggris mula-mula adalah orang-orang dari gereja Anglikan. Dan mereka menyampaikan hal itu kepada raja dan bertanya, “Apa yang harus kami lakukan dengan kata ini?” Akhirnya para penerjemah dan raja membuat persetujuan untuk tidak menerjemahkan kata itu. Tetapi mereka men-transliterate-kan kata itu. Kata Yunani Baptiso kemudian mereka transliterate-kan menjadi Baptize.
Apa sebenarnya arti dari kata itu? Apa yang Yohanes lakukan di sungai Yordan itu ketika dikatakan bahwa ia “membaptis.”
Yang pertama kita akan lihat adalah apa sebenarnya arti dari kata Baptizo di dalam bahasa Yunani pada umumnya. Selama ribuan tahun kata itu tidak pernah berubah artinya, kata itu memiliki arti yang sama di dalam bahasa Yunaninya seperti ketika kata itu digunakan oleh orang Yunani 1000 tahun yang lalu atau 2000 tahun yang lalu. Selanjutnya saya akan mengajak anda untuk melihat atau membaca apa terjemahan kata ini menurut ahli-ahli sejarah Yunani yang tersohor ataupun bahkan ahli-ahli geografi, orang-orang professional dan para filsuf. Dan selanjutnya saya akan mengajak anda untuk menerjemahkan kata ini.
Hippocrates adalah bapa dari ilmu kedokteran ia hidup pada tahun 460-377 SM. Ketika Hippocrates menjelaskan di dalam kata-kata bahasa Yunani berhubungan dengan pasiennya yang mengalami sakit akibat ganguan pernafasan dan pembengkakan yang terjadi pada tenggorokannya. Ia berkata demikian: “Ketika ia bernafas, ia bernafas seperti seseorang yang baptizo (tenggelam).”
Seorang filsuf yang tersohor yaitu Aristoteles yang hidup 384-322 SM, ia pernah berkata demikian, “Orang-orang Phoenix berlayar melampaui Pilar-Pilar Herkules. Melampaui Gibraltar dan sampai ke daerah yang tidak berpenghuni, yaitu suatu pantai yang penuh ancaman bahaya dari gelombang laut dan ketika air laut surut daerah itu tidak terendam oleh air, namun ketika air pasang seluruh daerah itu baptizo (tenggelam).”
Di sini juga ada kalimat yang ditulis oleh Heraclides yang terkenal kira-kira 325 SM. Ia pernah menulis cerita-cerita Homerik, ia adalah murid dari Aristoteles, ia adalah penulis dari cerita Homerik tentang dongeng atau fabel Mars dan Vulcan. Kemudian ia berkata, “Neptunus sangat diharapkan untuk menyelamatkan Mars dari Vulkcm dengan memberi tanda ini, ketika sepotong besi panas merah membara yang dikeluarkan dari api dan baptizo (dimasukkan) ke dalam air maka panas diusir dan dipadamkan.”
Pueblius adalah seorang sejarawan Yunani yang tersohor. Ia terkenal pada tahun 204-122 SM. Ketika mendeskripsikan suatu tombak Pueblius berkata, “Sekalipun tombak itu mungkin jatuh ke laut, namun ia tidak akan hilang karena tombak itu dibuat dari pohon Ek dan Cemara, sehingga jika tombak itu ‘baptizo’ (tenggelam), itu hanya bagian yang berat saja, sementara sisanya akan tetap terapung dan kemudian ditemukan.” Ketika tombak itu dilempar dari perahu bagian yang tenggelam atau ‘baptizo’ hanya ujung tombak yang terbuat dari besi itu, sementara yang dibuat dari kayu itu tidak tenggelam sehingga tombak itu tidak akan hilang.
Pueblius dalam bukunya yang berjudul History menjelaskan tentang para prajurit yang menyebrangi sungai River Pabia yang telah mengalir dengan deras karena diguyur hujan lebat semalam-malaman dan ia berkata, “Para prajurit menyeberangi sungai itu dengan susah payah. Mereka semua ‘baptizo’ (tenggelam) sebatas dada.”
Diodorus adalah seorang sejarahwan Roma yang hidup pada tahun 60 SM. Ia pernah menulis di dalam bahasa Yunani dan di sini adalah dua kalimat yang saya kutip dari Diodorus: “Arus sungai yang semakin deras itu ‘baptizo’ (menenggelamkan) banyak orang.” Lagi ia berkata: “Banyak binatang buas yang terkepung oleh arus sungai dan binasa. Binatang-binatang itu ‘baptizo’ (tenggelam), namun beberapa yang lain dapat melarikan diri ke dataran tinggi dan selamat.”
Strabo adalah ahli geografi yang paling terkenal di jaman purba. Ia hidup se-zaman dengan Tuhan Yesus. Ia pernah menulis di dalam bahasa Yunani dan berkata, “Seseorang yang melepaskan anak panah dari atas ke dalam air yang mengalir, kekuatan aliran air itu akan membuatnya mental sehingga anak panah itu sulit untuk ‘baptizo’ (tenggelam).” Lagi di dalam bukunya yang berjudul Geography ia berbicara tentang prajurit-prajurit Aleksander dan ia berkata, “Suatu kali mereka melewati antara puncak-puncak pegunungan dan laut Famfilia.” Daerah itu sering dilanda banjir yang disebabkan oleh badai yang besar. Dan kemudian ia mengutip perkataan Strabo yang mana Strabo berkata, “Inilah yang terjadi bahwa sepanjang hari mereka berjalan di dalam air, orang-orang itu ‘baptizo’ (terendam) air sebatas pundak.”
Flavius Josephus adalah seorang sejarawan Yahudi yang terkenal yang hidup se-zaman dengan Rasul Petrus, Paulus, Yakobus dan Yohanes. Ia menulis buku sejarahnya dalam bahasa Yunani yang berjudul The Antiquities of Jews, The Wars of the Jews, yang mana buku-buku ini adalah buku yang sangat penting yang harus dipelajari oleh setiap mahasiswa Seminari di sepanjang masa. Ketika menjelaskan seorang pembunuh penguasa, Josephus berkata, “Dan mengulurkan tangan kanannya agar tidak terlihat oleh siapapun, ia ‘baptizo’ (membenamkan) seluruh pedang itu ke dalam tubuhnya.”
Selanjutnya saya mengajak anda melihat penyair yang bernama Julian. Julian menulis syair untuk melukiskan cinta. Inilah kata-kata Julian dalam syair itu,
Tatkala aku merangkai karangan bunga
Ku temukan dewi asmara di dalam bunga itu
Ku pegang sayapnya,
Ku baptizo (celupkan) dia ke dalam anggur,
Dan ku angkat dia dan meminumnya
Dan sekarang di dalam tubuhku
Ia menggelitik dengan sayap-sayapnya.
Sekarang Anda dapat menerjemahkan kata ‘baptizo’ itu. Dalam ribuan literatur Yunani kata ini terus dipakai dan digunakan dan kata itu tidak pernah diterjemahkan dengan arti yang lain selain ‘menyelam.’
Apa yang Yohanes lakukan di sungai Yordan? Ia baptize. Ia menyelamkan orang ke dalam air dan kemudian mengangkat mereka untuk menggambarkan kehidupan yang baru di dalam kerajaan Tuhan kita. Itu adalah pertama kali upacara baptisan seperti ini ada di dunia. Memang orang Yahudi memiliki banyak upacara yang mirip seperti itu. Mereka memiliki banyak upacara pembasuhan. Misalnya pembasuhan kaki, atau pembasuhan tangan atau pembasuhan seluruh tubuh mereka, pembasuhan perabotan, dll. Namun upacara seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis yang membaptiskan orang itu adalah yang pertama kalinya dapat disaksikan oleh dunia. Yaitu ketika Ioanes ho Baptizo atau ketika Yohanes Pembaptis melakukan pembaptisan di sungai Yordan. Itulah sebabnya mengapa utusan Yerusalem bertanya, “Darimana engkau memperoleh ordinansi baru ini? Mengapa? Dengan otoritas siapakah engkau memperkenalkan ritus baru ini?” Yohanes menjawab, “Aku memperolehnya dari Allah.”
Dispensasi baru, kainos diatheke atau Perjanjian Baru dimulai dengan munculnya seorang pengkhotbah yang membaptiskan orang-orang yang bertobat. Ini adalah permulaan dari ordinansi suci baptisan.
BAPTISAN ADALAH SIMBOL PERTOBATAN
Kedua, sesuai dengan pengalaman kita sendiri pada saat kita diundang untuk masuk ke dalam kerajaan Juruselamat kita, itu dimulai dengan upacara simbolik tersebut. Kehidupan baru kita di dalam Kristus mulai ketika kita diselamatkan oleh Dia di dalam iman yang kemudian disimbolkan dengan ordinansi Baptisan. Markus dalam Injil Markus 1:4: “Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di Padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah (metanoia) dan berilah dirimu dibaptis (baptismal) dan Allah akan mengampuni dosamu.” Yohanes melayani baptisan, ia mengkhotbahkan baptisan yang mana ordinansi tersebut adalah tanda atau simbol dari metanoia, yaitu pertobatan. Ketika seseorang datang kepada Kristus, ketika ia memberikan hatinya pada kerajaan Tuhan kita maka ia telah bertobat. Namun baptisan bukanlah pertobatan itu sendiri, itu bukan metanoia melainkan tanda atau simbol dari metanoia tersebut. Sama seperti seseorang memakai cincin perkawinan, cincin tersebut bukanlah perkawinan, tetapi itu adalah tanda bagi perkawinan. Sama seperti ketika kita melihat bendera yang sedang dinaikkan, bendera itu bukanlah bangsa atau negara tetapi itu adalah simbol suatu negara. Jadi berhubungan dengan ordinansi baptisan, itu bukanlah instrumen untuk pertobatan dan itu bukanlah pertobatan itu sendiri, tetapi baptisan adalah tanda dan simbol metanoia, pertobatan, keputusan seseorang untuk menyerahkan hatinya dan hidupnya dan percaya kepada Tuhan atau diselamatkan.
Anda dapat melihat itu di seluruh Perjanjian Baru. Dalam Kisah Rasul pasal 8, Filipus dipimpin oleh Roh Kudus diutus kepada sida-sida Etiopia yang sedang membaca kitab Yesaya pasal 53. Dan ketika Ia membaca Yesaya pasal 53 tersebut, Filipus bertanya, “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” Jawabnya “Bagaimana aku dapat mengerti kalau tidak ada yang memimpin aku?” Anda ingat ini perikop yang dibaca sida-sida tersebut demikian: “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikian Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.” (Kisah Rasul 8:32-33)
Tentang siapakah nabi ini berbicara? Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan mereka dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: “Lihat di situ ada air apakah halangannya jika aku dibaptis?” Sahut Filipus: “Jika tuan percaya dengan segenap hati boleh.” Jawabnya: “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” Lalu orang Etiopia itu menyuruh meghentikan kereta itu dan keduanya turun ke dalam air baik Filipus maupun sida-sida itu dan Filipus membatis dia. Dan setelah mereka keluar dari air dan tiba-tiba Roh Tuhan melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.
Ketika seseorang diselamatkan, ketika ia berjumpa dengan Tuhan hal pertama di dalam hatinya adalah, “Aku ingin dibaptis.” Saya tidak dapat membayangkan bila ada orang yang lapar namun ia tidak ingin makan. Saya tidak dapat memikirkan tentang seseorang yang haus namun ia tidak ingin minum. Saya tidak dapat memahami jikalau ada orang yang kedinginan membeku sampai hampir mati, namun ia tidak ingin dihangatkan. Begitu juga saya tidak dapat memahami jikalau ada orang yang telah berjumpa dengan Kristus atau jika seseorang sudah diselamatkan, namun ia tidak ingin dibaptis.
Itu adalah tanda yang pertama dari orang yang telah diselamatkan: “Aku ingin dibaptis.” Baptisan merupakan simbol dari kematian kita bagi dunia – “Dikuburkan bersama Dia” – dan kebangkitan kita untuk memperoleh hidup yang baru di dalam Kristus. Dan baptisan juga menyimbolkan ketaatan kita pada Juruselamat yang telah mati bagi dosa-dosa kita.
Yesus datang kepada Yohanes dan berkata, “Aku ingin engkau membaptis Aku,” agar Ia dapat mengidentifikasi diri-Nya sendiri dengan kita orang-orang berdosa yang terhilang. Setiap rasul telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan baptisan ini merupakan suatu kualifikasi bagi mereka untuk menjadi seorang rasul.
Dalam Kisah Rasul pasal 2, mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus karena pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jadi itulah yang pertama dilakukan oleh orang yang sudah diselamatkan dan telah menemukan kehidupan baru di dalam Kristus, yaitu memberi diri dibaptis.
Jadi jelas di sini bahwa dispensasi yang baru atau dispensasi Perjanjian Baru dimulai dengan ordinansi baptisan ini dan pengalaman baru yang kita temukan ketika kita menerima Kristus adalah mulai dengan ordinansi baptisan tersebut.
BAPTISAN SEBAGAI KESAKSIAN KESELAMATAN
Yang ketiga, baptisan atau ordinansi ini merupakan kesaksian bagi orang yang diselamatkan bahwa ia telah menjadi milik Kristus. Jadi Tuhan melakukan sesuatu. Ia menempatkan dalam ordinansi baptisan ini kesaksian yang penuh kuasa bagi Kristus. Baptisan merupakan penginjilan yang dinamik. Ini adalah kesaksian yang penuh kuasa.
Ketika mereka bertanya kepada Yohanes di dalam Injil Yohanes yang pertama, “Darimana kamu memperoleh otoritas begitu dan mengapa engkau membaptis?” Dan Yohanes menjawab, “Ia yang telah menguts aku untuk membaptis, mengutus aku kepada seseorang yang engkau akan lihat Roh Allah yang turun atas-Nya. Aku membaptis dengan air tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian daripadaku membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Yohanes Pembaptis berkata bahwa tujuan dari Baptisan atau tujuan ordinansi suci-Nya tersebut adalah untuk menyatakan Yesus kepada Israel dan kepada dunia. Tujuan ordinansi ini adalah untuk penginjilan yaitu untuk meninggikan Yesus untuk membawa kita kepada Dia.
Anda melihat bahwa dalam Amanat Agung yang menjadi pusat dari perintah Amanat Agung. Ini adalah ketika seseorang telah dimenangkan bagi Krsitus, ketika seseorang dimuridkan maka mereka harus dibaptis. Itulah cara Tuhan membangun kerajaan-Nya dan memperluas anugerah keselamatan dari jemaat-Nya. Baptisan merupakan alat yang di dalamnya ada kuasa untuk bersaksi, yaitu memberitakan tentang keselamatan di dalam Kritsus. Itulah Baptisan.
Itulah kehendak Allah bagi kita. Itu adalah cara bagaimana kita memulai kehidupan kita sebagai orang Kristen dengan bersaksi tentang apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Ia membangkitkan kita dari kehidupan yang lama yang telah mati dan membukakan bagi kita pintu pengharapan dan kemuliaan.