MENABUR DAN MENUAI
(SOWING AND REAPING)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Pagi, 28 Januari 1973
di First Baptist Church in Dallas
Teks: Galatia 6:7-10
Pendengar radio dan pemirsa televisi terkasih, anda sedang mengikuti siaran Kebaktian First Baptist Church di Dallas. Dan ini adalah gembala kami yang pada pagi ini akan membawakan Firman Tuhan dengan tema: MENABUR DAN MENUAI, hukum tabur tuai.
Dalam khotbah seri kita dari kitab Galatia, kita sudah sampai di pertengahan pasal 6. Dan kita akan membaca ayat 6 sampai 9. Galatia 6, mulai ayat 6:
“Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:6-9)
Itu adalah ekspresi Paulus yang digunakan beberapa kali dalam surat-suratnya yang menjelaskan tentang masalah memberi. Kata Yunani “koinoneo” berarti “berpartisipasi, berbagi.” Sedangkan kata “koinonia” berarti “sharing.” Kadang-kadang kata ini diterjemahkan “a fellowship” (suatu persekutuan) dan kadang-kadang diterjemahkan “a communion” (komuni). Dan kata “koinonikas” adalah kata untuk “liberal.” Seseorang yang adalah “koinonikas” adalah liberal. Sedangkan “koinonos” berarti “a partner, a sharer” atau “teman berbagi.”
Jadi apa yang rasul sedang tuliskan kepada jemaat-jemaat di Galatia adalah bahwa orang-orang ini memiliki jemaat yang diberkati oleh Firman Allah, yang memimpin mereka untuk saling berbagi apa yang mereka miliki. Rasul mengharapkan mereka dengan sukarela saling mendukung pelayanan dan jemaat. Kemudian ia menulis hukum universal: “Karena apa yang ditabur orang” – berbicara tentang pemberiannya – “itu juga yang akan dituainya” – berbicara tentang tuaian atau berkat yang datang dari padanya. “barangsiapa menabur dalam dagingnya” – untuk dunia ini – “ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (aionios) dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik – dalam pelayanan ini—, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
Seseorang dapat berkata, “Tentunya ini tidak dapat diterapkan di dalam dunia rohani, hukum ini, yaitu hukum tabur tuai, hanya dapat kita temukan dalam dunia alami atau fisikal.”
“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ini pasti kebenaran di dalam dunia fisikal, namun tidak dapat diterapkan dalam dunia rohani. Namun sebaliknya, saya tidak dapat memikirkan tentang argumentasi yang lebih baik untuk satu Pencipta yang agung dari segala sesuatu yang kelihatan maupun tidak kelihatan, dunia spiritual dan fisikal, dari apa yang saya lihat dan kita alami di dalam satu hal yang agung ini. Keduanya adalah sama. Baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan adalah sama. Karena keduanya direncanakan, didisain oleh Pencipta yang sama, yaitu dunia natural dan supernatural, dunia rohani dan fisikal.
Apa yang kita temukan di dunia rohani adalah hal yang sama yang kita temukan dalam dunia fisikal, hanya saja ini tanpa dibungkus substansi. Saya menggunakan perkataan ini berdasarkan apa yang ada dalam dua buku agung yang Allah tulis. Ia menulis buku yang kita sebut Dunia Natural. Dan kita melihat tangan Tuhan di dalamnya. Kemudian Ia menulis buku yang disebut Dunia Spiritual. Dan kita melihat tangan Allah di dalamnya.
Setelah memikirkan dengan hati-hati dan lebih seksama, akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan bahwa ada satu buku, hanya satu buku, yang ditulis oleh jari dan tangan Allah. Dan tulisan ini memiliki dua pasal yang hanya dibagi oleh lima panca indra kita, yaitu natural atau supranatural, kelihatan atau tidak kelihatan, rohani atau tidak rohani, semua itu sama saja.
Sehingga rasul Paulus, berbicara tentang kita dan apa yang kita lakukan dalam hidup kita dan kepada apa hidup kita, kita berikan dan apa yang kita kasihi dan usaha-usaha dari tangan kita dan kerinduan-kerinduan hati kita, ia menggunakan hukum alam ini dengan begitu jelas dan sederhana untuk mengilustrasikan hukum rohani tentang menabur dan menuai, menanam dan menuai. Dan ia berbicara tentang hal ini dalam dua cara, yaitu yang pertama tentang jenisnya, dan yang kedua tentang tingkatannya.
Pertama, tentang jenisnya: Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
Ini sudah pasti bahwa apapun yang seseorang tabur, itu jugalah yang akan ia tuai. Sesuatu yang dijual hanya akan anda dapatkan jika anda membelinya. Apapaun yang anda peroleh, anda harus memperolehnya dengan membayar harga. Jadi dalam hal apa yang kita tanam dan kita tuai, apapun yang kita tabur, itu jugalah yang akan kita tuai. Seseorang akan sangat terkejut bila tuaian yang ia peroleh adalah sesuatu yang berbeda atau lain dari pada yang ia tabur. Misalnya ia menabur gandum namun tidak menuai gandum. Atau jika ia menanam biji pohon Ek, tentunya ia tidak akan mengharapkan bunga magnolia. Apa yang orang tabur, itu jugalah yang akan ia tuai.
Di sini ada anak muda yang kuliah mengambil jurusan medis. Ia tidak akan menjadi seorang petani yang mahir, namun ia akan menjadi seorang dokter. Atau seorang anak muda yang mengambil jurusan hukum, ia tidak akan menjadi seorang insiyur yang mahir. Apa yang ia tabur, itu jugalah yang akan ia tuai. Kepada apa ia menyerahkan atau mengabdikan hidupnya, tuaiannya akan kembali padanya.
Begitu juga dalam dunia rohani. Rasul menasehatkan di sini: “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Sebab barangsiapa menabur untuk dunia, jika ia menabur dalam dagingnya, jika energi dan fokus hidupnya ditujukan untuk hal-hal keduniawian, jasmaniah, maka ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya. Atau ketika seseorang memberikan hidupnya untuk dunia dan ia menabur untuk daging, tuaiannya dapat saja berupa uang, kekayaan, kesuksesan, keseangan, kebebasan dari kelaparan dan kedinginan dan kepanasan. Berapapun banyaknya hal yang ia dapatkan sebagai tuain dengan menabur untuk daging, menabur untuk dunia, rasul Paulus berkata bahwa ada juga tuaian yang lain di dalamnya. Dan itu adalah tuaian yang merupakan kebinasaan, kerugian dan kehilangan. Rasul Paulus berkata bahwa tidak ada berkat rohani. Tidak ada tuaian rohani ketika seseorang hanya menabur dalam daging dan hanya untuk dunia.
Sebagai contoh, uang. Uang dapat membeli tempat tidur, namun bukan membeli tidur. Uang dapat membeli makanan, namun tidak dapat membeli selera makan. Uang dapat membeli rumah, namun tidak dapat membeli keluarga. Uang dapat membeli obat/medis, namun tidak dapat membeli kesehatan. Uang dapat membeli hiburan dan kesenangan, namun tidak dapat membeli kebahagiaan. Uang dapat membeli banyak hadiah, namun tidak dapat membeli cinta. Uang dapat membeli patung salib, namun tidak dapat membeli Juruselamat. Ketika kita menabur untuk kedagingan, untuk dunia, ketika visi dan mimpi kita adalah tentang hal-hal dunia ini, kedagingan maka anda akan menuai kebinasaan, kerusakan dan keruguan.
Suatu kali ada seseorang yang berkendaraan bersama dengan temannya melewati daerah perumahan elit dengan rumah-rumah yang begitu indah dan mewah. Dan seorang bertanya kepada temannya, “Berapa harga properti di sini?”
Dan temannya menjawab, “Saya tidak dapat mengatakan kepada kamu berapa harganya, namun saya dapat mengatakan kepada kamu harga pemiliknya.”
Dan ia berkata, “Apa? Apa?”
Dan temannya menjawab, “Harga orangnya sama dengan harga semua yang dimilikinya. Harga orangnya sama dengan harga jiwanya.”
Seorang Vikaris di sebuah gereja Anglikan di Great Britain, Inggris, sedang berlutut di samping salah satu anggota gereja yang sangat kaya, dan ia meminta agar orang itu menyerahkan hatinya kepada Allah.
Dan ia berkata kepadanya, “Tuan, jika anda mau memberikan hidup anda kepada Allah, jiwa anda kepada Allah, hati anda kepada Allah, peganglah tangan saya.”
Namun orang itu menolak.
Dan Vikaris itu mendesak dia, “Tuan, akhir dari segala sesuatu sudah dekat. Kehidupan ini akan segera berlalu. Kematian telah mendekat. Berikanlah hati anda kepada Allah, jika anda mau, tunjukkan dengan memegang tangan saya. Genggamlah tangan saya.”
Orang itu tetap menolak.
Dan ketika ia mati, tangannya begitu dingin. Dan di dalam tangannya, pendeta itu melihat kunci keselamatan, yang seharus dengan mudah dapat ia peroleh. Ia menabur dalam daging dan menuai kebinasaan.
Tidak ada Mason (anggota perkumpulan kebatinan) di sini atau dengan melihat televisi atau radio anda tidak akan pernah lupa dengan bagian kisah drama di pondok Masonic.
Ketika Hiram Abif terbunuh dan seseorang mencari orang untuk membangkitkan dia dari antara orang mati; dan orang itu berusaha untuk mengangkat tubuhnya yang telah beku, telah mati, dan ketika ia mengangkat tangannya yang telah rusak itu, ia berkata, “Aku tidak dapat mengangkatnya. Aku tidak dapat menaikkannya. Karena tangannya telah hancur.”
Ada orang yang sangat kaya yang telah memberikan hidupnya kepada dunia dan bukan kepada Allah. Dan dalam hidupnya yang mengalami penyakit, terobsesi dengan tangannya. Dan istrinya meminta teman-teman dekatnya, yang telah menjadi temannya selama bertahun-tahun, dan berkata, “Kunjungilah dan berbicaralah kepada John. Mungkin kamu bisa membantunya. Ia terobsesi dengan tangannya, ada gangguan dalam pikirannya.”
Sehingga Jim datang untuk menemui sahabat lamanya yang telah ia kenal dan kasihi selama bertahun-tahun. Dan ketika ia mengunjungi sahabatnya yang menderita itu, Jim akhirnya berkata kepadanya, “John, tidak ada yang salah dengan kedua tanganmu. Tidak ada yang salah dengan kedua tanganmu.”
Dan John mamandangnya dan berkata, “Jim, Jim, lihat, lihatlah. Oh Tuhan, Jim, kedua tanganku begitu kosong. Kedua tanganku begitu kosong.”
Ia menabur dalam daging, untuk dunia, ia menuai kekosongan, kebinasaan, kerugian dan kehilangan.
“Oh Tuhanku, Jim, lihat kedua tanganku begitu kosong. Begitu kosong.”
Kematian adalah hal yang tidak dapat diacuhkan dan dihindari. Kematian bagi orang yang menabur dalam daging, yang menabur untuk dunia, sangatlah memalukan, suatu kengerian yang secara tiba-tiba menghampirinya. Itu bukan gerbang menuju firdaus. Itu bukan gerbang menuju sorga. Itu bukan gerbang kemuliaan.
Ia yang menabur dalam daging akan menuai kebinasaan.
Kedua, menabur dan menuai menurut tingkatannya
“Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, – ini adalah orang-orang yang bergabung dalam jemaat Tuhan – membagi segala sesuatu (koinoneo) yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.” (Galatia 6:6).
Barangsiapa menabur dalam Roh, dalam hal-hal tentang Allah, mendukung pekerjaan Allah, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Dan Paulus menulis:
“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” ( II Korintus 9:6-8)
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada anda menurut tingkatannya, menurut apa yang anda tabur di dalam nama Allah untuk pekerjaan Tuhan. Namun tuaian itu, oh, Tuhan, betapa berlimpahnya, betapa berkelebihan dan berharganya. Hukum tuaian, tuaian rohani, berkat rohani, menabur dan menuai, menamam dan menuai.
Sudah banyak kali orang bertanya kepada saya, “Apakah anda pernah mengenal Dr. Truett?”
Dr. Truett pernah berdiri di mimbar ini selama empat puluh tujuh tahun, untuk memberikan Injil kasih karunia Anak Allah.
“Apakah anda pernah mengenal Dr. Truett?”
Saya menjawab, “Tidak seperti itu. Saya tidak pernah mengenal dia sebagai gembala atau seseorang yang saya kenal dengan baik atau intim. Saya hanya mengenal dia sebagai seseorang yang lebih muda. Saya akan pergi ke Southern Baptist Convention atau pertemuan besar dan mendengarkan dia. Saya hanya mengenal dia sebatas itu. Namun efek yang ia miliki atas diri saya, dan juga terhadap banyak orang lain, kadang-kadang hampir tak terlukiskan.”
Di sini, di salah satu konvensi kita, dalam kebaktian bersama gereja-gereja kita ia pernah menguraikan firman Tuhan kepada para cowboy di West Texas. Setiap musim panas ia akan pergi ke sana dan memberitakan Injil kepada para peternak sapi di sana.
Suatu hari, setelah kebaktian pagi, salah satu dari para peternak yang mempunyai peternakan yang begitu besar dan luasnya, berkata, “Dr. Truett, maukah anda berjalan-jalan bersama dengan saya?”
Kemudian pendeta ini bersama dengan pemilik peternakan tersebut berjalan-jalan sampai akhirnya sampai ke tempat yang sepi.
Peternak itu berhenti dan memandang pendeta itu serta berkata, “Tuan, hari ini, untuk pertama kalinya, saya menyadari bahwa ratusan ribu akre tanah peternakan ini bukanlah milik saya, semua itu adalah milik Tuhan dan saya hanyalah seorang pelayan. Untuk pertama kalinya hari ini, saya telah melihat bahwa kawanan lembu yang begitu banyaknya ini bukanlah milik saya. Semua itu adalah milik Tuhan dan saya hanyalah pelayan-Nya. Dan semua kekayaan atas nama saya ini, sebenarnya bukan milik saya sama sekali. Semua itu adalah milik Allah. Dan saya ingin mempergunakannya untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya.”
“Dan sekarang,” ia melanjutkan, “Dr. Truett, saya ingin anda berlutut di sini, dan saya akan berlutut di samping anda, dan saya ingin anda mengatakan kepada Tuhan atas nama saya bahwa pada hari ini saya mau memberikan semua tanah saya dan peternakan saya dan semua yang saya miliki kepada Dia, dan bahwa saya akan mencoba untuk menjadi pelayan yang baik, yang menggunakan semua kekayaan ini untuk kemuliaan Allah. Katakanlah itu atas nama saya kepada Tuhan.”
Kemudian mereka berlutut, dan pendeta besar ini dengan kepala tertunduk dan merendahkan hati, di samping pemilik peternakan itu menyerahkan segala sesuatu yang orang itu miliki kepada Tuhan dengan berjanji bahwa ia akan mempergunakan semua itu untuk kemuliaan Tuhan.
Dalam menjelaskan ini, Dr. Truett berkata bahwa ia pikir orang itu telah benar-benar menyerahkan semua miliknya kepada Tuhan. Ini adalah doa penyerahan dari semua yang orang itu miliki, dan ia, sebagai pekerja Tuhan akan mempergunakan semua miliknya itu dengan baik dan bijaksana.
Namun ketika ia selesai berdoa menyerahkan semua itu, ternyata pemilik ternak itu belum menyerahkan semua yang dimilikinya kepada Tuhan. Ketika pendeta ini selesai berdoa pemilik ternak itu memegang lengan Dr. Truett dan berkata, “Dan sekarang, Dr. Truett, dan sekarang, Dr. Truett telah menyerahkan segala sesuatu yang saya miliki kepada Tuhan dan saya telah berjanji kepada Allah bahwa saya akan menggunakan semua itu untuk kemuliaan-Nya, dan sekarang Dr. Truett, bolehkah saya juga menyerahkan anak durhaka saya kepada Allah? Dan bolehkan saya minta Allah menyelamatkan dan membawa kembali anak durhaka itu? Maukah anda meminta itu dari Tuhan? Maukah anda berdoa untuk itu kepada Tuhan?”
Oh, saya tidak hanya menemukan diri saya sendiri menangis, namun saya melihat untuk pertama kalinya kebenaran berkat Allah atas kita.
Kita memiliki hak untuk meminta. Ketika kita menabur di dalam Roh, ketika kita menyerahkan semua kedagingan dan keduniawian kepada Tuhan, kita berhak untuk meminta tuaian, berkat kepada Allah.
Dan menurut hukum dari yang Mahakuasa yang tidak dapat berubah dan kekal, tuaian itu adalah benar dan pasti. Ketika saya menabur dalam roh, saya memiliki hak untuk mengaharapkan tingkatan atau jumlah tuaian dari tangan-Nya yang penuh kemurahan.
Oleh sebab itu Rasul Paulus membuat ajakan: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).
Janganlah berhenti berdoa. Janganlah ragu. Jangan sedih. Jangan pernah. Karena akan tiba saatnya, menurut waktu Tuhan, engkau akan menuai, apa yang anda tabur akan anda tuai, serahkan kepada Tuhan kasih dan hati dan perhatian serta komitmen jiwa dan kehidupan kita, dan harapkan janji Tuhan yang akan menjawab doa-doa kita, dan mencurahkan berkat serta rahmat-Nya seratus kali lipat. Itulah Allah. Itulah Tuhan yang menjadikan kita dan alam semesta yang di dalamnya kita hidup.