MISTERI TRINITAS YANG TAK TERSELAMI
(The Unfathomable Mystery of the Trinity)
Oleh Dr. W.A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Korintus 13:14).
Trinitas atau Tritunggal disebutkan oleh Rasul Paulus ketika dia menulis suratnya kepada jemaat di Korintus. Ini adalah ucapan salam atau doa berkat yang didasarkan pada ke-Tritunggal-an Allah. “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”
Kita hidup di tengah-tengah misteri yang tidak dapat dipahami. Kita sendiri merupakan bagian dari misteri itu. Bahkan anda mungkin tidak bisa memahami tentang misteri diri anda sendiri. Kadang-kadang baik Alkitab, Tuhan Yesus maupun Rasul Paulus berbicara tentang manusia sebagai dikotomi. Alkitab kadang-kadang menjelaskan kepada kita bahwa manusia terdiri dari psuche dan soma, atau jiwa dan tubuh. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin jiwa dan tubuh itu bersatu atau antara roh dan materi menjadi satu sehingga menjadi manusia.
Kadang-kadang Alkitab dan secara khusus Rasul Paulus menghubungkan kita sebagai trikotomi. Paulus menjelaskan bahwa keberadaan kita terdiri dari materi atau keberadaan fisik (somatikos). Ia juga menghubungkan kita sebagai pribadi yang berpikir (psuchekos), dan ia juga menghubungkan kita sebagai keberadaan rohani yang memiliki sensitivitas terhadap Roh Allah (pneumatikos).
Kita adalah satu kesatuan dari tiga unsur yang ada di dalam diri kita, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Bagaimana anda dapat memahami akan hal itu, bagaimana anda dapat berpikir tubuh, jiwa dan roh bisa menjadi satu dan itu adalah manusia. Bagaimana saya terdiri dari roh (sesuatu yang tidak kelihatan atau invisible dan yang tidak bersifat materi atau immaterial) dan tubuh (sesuatu yang bersifat fisikal)? Tak seorangpun dapat memahami atau pernah memahami. Manusia memiliki pikiran yang terbatas. Kita semua melihat, memandang dan mengobservasi, namun kita tidak mungkin memiliki pemahaman yang lengkap.
Jika ini benar bagimana kita dapat memahami misteri yang lebih unik lagi yaitu misteri yang tak terselami ketika kita mencoba memahami misteri tentang ke-Tritunggal-an Allah.
Saya pernah membaca tentang kehidupan Agustinus. Suatu hari ketika ia berjalan menyusuri pantai, ia melihat seorang anak kecil yang menggali pasir membuat cekungan. Ia berjalan menghampiri anak itu dan bertanya kepada dia tentang apa yang sedang ia lakukan, anak itu menjawab “Tuan saya sedang membuat kolam.” Kata Agustinus “mengapa kamu lakukan itu?” anak kecil itu menjawab: “Saya akan mengosongkan laut dengan mengalirkan airnya ke kolam saya ini.” Agustinus adalah seorang pemikir besar. Dia adalah seorang bapa gereja Latin yang sangat terkenal. Setelah percakapannya dengan anak kecil itu, ia melanjutkan perjalanannya dan berpikir, “Jadi anak itu berpikir bahwa ia akan mengosongkan air laut dan mengalirkannya ke dalam kolamnya yang kecil yang telah ia buat dengan menggali pasir itu. Kadang-kadang kita menjadi seperti anak kecil ini, kita kadang ingin memahami Allah yang tidak terbatas dengan pikiran kita yang sangat-sangat terbatas.”
Saya dapat memastikan bahwa ini tidak mungkin. Kita tidak mungkin dapat memahami dan menjelaskan misteri ini. Kita bahkan tidak dapat memahami atau menjelaskan tentang pekerjaan-pekerjaan Allah. Darimana matahari itu berasal? Siapa yang membuatnya? Bagaimana kita berada di sini? Siapa yang menjadikan kita? Bagaiman kita dijadikan? Kita bahkan tidak dapat memahami tentang fenomena yang Allah kerjakan di sekitar kita. Bagaimana bunga mengeluarkan kuncupnya dan kemudian mekar dan nampak begitu indah. Jika kita tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekitar kita yang merupakan pekerjaan Allah, bagaimana mungkin kita dapat memahami misteri agung tentang Allah itu sendiri. Misteri tentang Trinitas adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami.
ALLAH MENYATAKAN DIRINYA SENDIRI
KEPADA KITA SEBAGAI TIGA PRIBADI
Di dalam pewahyuan Allah yaitu firman-Nya, Ia menyatakan diri-Nya sendiri sebagai tiga pribadi. Satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu. Setiap pribadi memiliki kesetaraan sama dengan yang lain, semuanya kekal, satu dalam esensi dan tiga di dalam subsistensi.
Allah adalah pribadi Ia menyatakan diri-Nya sendiri sebagai pribadi. Ia berpikir, Ia berbicara, Ia bertindak, Ia berkomunikasi, Ia memiliki perasaan. Itulah Allah. Kita adalah ciptaan yang dilengkapi dengan bahasa, oleh sebab itu Allah berkomunikasi dengan kita dengan menggunakan kata-kata, bahasa atau pikiran. Allah adalah pribadi. Ia bukan prinsip filosofi, ia bukan abstraksi para akademisi, Dia bukanlah penyebab pertama yang tidak berpribadi (impersonal first cause). Allah adalah pribadi dan Ia menyatakan diri-Nya sendiri kepada kita sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah Daud dan Allah Yesaya. Allah memiliki nama pribadi di dalam Perjanjian Lama yaitu Yehovah atau Yahweh. Nama-Nya di dalam Perjanjian Baru adalah Iesous atau Yesus, Juruselamat dan Tuhan kita.
Di dalam Alkitab, Abraham disebut sebagai sahabat Allah, bukan sebagai sahabat prinsip abstrak (abstrack principal) tetapi sahabat Allah. Kitab suci yang sama mengatakan bahwa Musa berbicara kepada Allah sama seperti seseorang yang berbicara dengan sahabatnya, bertemu muka dengan muka. Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang berpribadi.
Di dalam seluruh Alkitab, Ia menyatakan diri-Nya sendiri sebagai Allah dalam tiga pribadi atau Tripersonal. Ketiganya adalah kekal, setara. Seluruh Alkitab dari ayat pertama, pasal pertama dari kitab pertama sampai akhir Alkitab menjelaskan bahwa Allah adalah Allah yang Tritunggal, tiga pribadi dalam kesatuan dan itulah yang selalu dinyatakan di dalam Alkitab.
Yang pertama kita akan melihat konsep Trinitas yang dijelaskan Allah di dalam tiga pribadi yang tertulis di dalam kitab Perjanjian Lama.
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air… Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:1, 2, 26a.).
Ada pluralitas di dalam Allah di dalam kalimat pertama, ayat pertama. Ia memperkenalkan kepada kita sebagai pluralitas. Bentuk singular atau tunggal dari kata Allah adalah El. Anda dapat menemukannya dalam ribuan kombinasi di dalam Alkitab Perjanjian Lama. Sedangkan bentuk pluralnya atau jamak adalah Elohim dan kata itulah yang digunakan dalam Kejadian pasal 1 ini.
Dalam Kejadian pasal pertama kata Elohim digunakan 32 kali, di dalam kitab Musa, kata Elohim digunakan lebih dari 500 kali. Di dalam seluruh Alkitab Perjanjian Lama, kata Elohim digunakan lebih dari 5000 kali. Dalam 32 kali kata Elohim yang ditemukan dalam Kejadian pasal pertama, dalam lebih dari 500 kali kata Elohim yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Musa dan dalam lebih dari 5000 kali kata Elohim yang ditemukan di dalam kitab Perjanjian Lama, tanpa terkecuali semua kata Elohim yang digunakan di sini diikuti dengan kata kerja bentuk singular atau tunggal. Kata Elohim, plural dipakai di sini untuk menunjukkan kemuliaan, keagungan dan misteri Allah. Namun kata itu diikuti dengan kata kerja singular atau tunggal. Itulah Allah.
Keistimewaan yang kedua tentang Allah yang diperkenalkan kepada kita adalah Roh Allah. Roh Allah melayang-layang di atas air. Gerakan Roh Allah dinyatakan di dalam seluruh Alkitab di dalam Perjanjian Lama. Roh Allah yang datang kepada Bezaleel dan Aholiab untuk memberikan pimpinan kepada mereka ketika mereka membangun kemah suci dimana Allah disembah dan dimuliakan. Roh Allah yang datang kepada Daud, pemazmur dan pemuji dari Israel. Roh Allah yang meninggalkan Saul dan roh iblis yang merasukinya, Zakharia seorang nabi berkata, “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.” (Zakharia 4:6). Elohim menunjukkan bahwa Allah adalah satu di dalam tiga pribadi. Elohim, Allah; Ruach, Allah adalah Roh. “Marilah Kita membuat manusia menurut gambar dan rupa Kita.”
Ada pribadi lain yang nampak di dalam seluruh kitab Perjanjian Lama. Ia disebut Malaikat Allah dan Ia selalu ada di dalam Alkitab Perjanjian Lama.
Dalam Kejadian 22 kita menemukan kisah yang mengharukan, yaitu ketika Abraham mempersembahkan Ishak di Gunung Muria. Ketika Abraham mengangkat tangannya untuk menghujamkan pisau ke jantung anaknya yang tunggal yaitu anak perjanjian yang dilahirkan oleh Sara, datanglah suara yang berkata kepada Abraham, dan inilah kisah itu.
“Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku” (Kejadian 22:15-18).
Siapakah Malaikat Tuhan yang berkata kepada Abraham dan berkata, “kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan… Aku akan memberkati engkau”?
Ada lagi di dalam Kejadian 31, Malaikat Tuhan berbicara kepada Yakub, “Aku adalah Allah yang di Betel.” Siapakah Malaikat Tuhan yang berbicara kepada Yakub yang kemudian disebut Israel itu?
Dalam Keluaran pasal 3, kita membaca bahwa Musa mengembalakan kawanan domba milik mertuanya, Yitro di Padang Gurun. Pada suatu hari ia melihat semak belukar yang menyala kemudian ia menghampiri semak belukar yang terbakar itu untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Ketika Allah melihat bahwa Musa menghampiri semak belukar yang terbakar itu, Ia berkata kepada Musa di dalam nyala api itu “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub” (Keluaran 3:6a). Siapakah Malaikat Tuhan yang berbicara kepada Musa dalam nyala api itu?
Lihat kisah tentang Yosua dan penaklukannya atas Kanaan. Setelah menyeberang sungai Yordan dan mengelilingi Yerikho, Yosua melihat seseorang berdiri di depannya dengan pedang di tangannya.
“Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Dan Yosua berbuat demikian” (Yosua 5:13b-15)
Siapakah Panglima yang nampak berdiri di depan Yosua dan mengumumkan kepadanya sebagai Panglima Balatentara TUHAN itu?
Dalam kisah yang tiada bandingnya yang tercatat di dalam Daniel pasal 3, ketika 3 orang muda Ibrani dilemparkan ke dalam peleburan api yang dipanaskan tujuh kali lipat, di sana muncul pribadi yang lain.
“Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!" (Daniel 3:24-25).
Siapakah seseorang yang muncul di dalam nyala api bersama dengan ketiga orang yang dilemparkan ke dalamnya itu?
Pribadi ini nampak di seluruh Alkitab Perjanjian Lama. Anda dapat menyebutnya sebagai epiphany atau penampakan Allah dan Kristofani atau penampakan Yesus Tuhan kita sebelum Ia berinkarnasi. Selalu ada tiga pribadi dalam Perjanjian Lama, Elohim berhubungan dengan Allah, Ruach berhubungan dengan Roh Allah dan Malaikat Tuhan berhubungan dengan Yesus Kristus Tuhan kita. Dalam Perjanjian Lama Allah menyatakan diri-Nya dalam tiga pribadi dalam satu kesatuan yang memiliki kesetaraan dan Dia ada di dalam kekekalan.
Ketika kita membuka Perjanjian Baru kita menemui pewahyuan yang tak terselami atau misteri tentang Allah yang sama seperti kita temukan di dalam Perjanjian Lama. Jadi kitab Perjanjian Baru menjelaskan bahwa ada Tritunggal di dalam pribadi Allah.
Dalam Injil Matius pasal yang pertama, Roh Allah mengandung anak di dalam rahim perawan Maria.
“Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita” (Matius 1:20b-23).
Semuanya, ketiga pribadi itu ada di dalam ayat ini, yaitu Allah adalah Bapa kita, Roh Kudus yang mengandung di dalam rahim Maria dan Yesus Kristus yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa, yang menjadi Imanuel yang berarti Allah beserta kita.
Pada permulaan pelayanan Mesianik Yesus tiga pribadi itu muncul secara bersama-sama.
“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:16-17).
Ini adalah ke-Trinitas-an dalam pribadi Allah.
Injil Matius ditutup dengan menunjukkan ke-Tritunggal-an Allah. Sama seperti dengan permulaan pelayanan Mesianik-Nya, demikian juga diakhir pelayanan-Nya memberikan kesimpulan Allah adalah Tritunggal.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20).
Doktrin tentang Trinitas dipresentasikan di seluruh Kitab Perjanjian Baru. Berulangkali Allah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai pribadi yang Tritunggal. Anda akan menemukan bahwa Tritunggal dijelaskan di dalam bagian-bagian Alkitab seperti; Lukas 1:35; Yoh. 14:26; Yoh. 15:26; 2 Kor. 13:14; Gal. 4:6; 1 Petrus 1:2; Yudas 20-21 & Wahyu 1:4-6. Anda juga dapat menemukan penyataan Trinitas di dalam surat Efesus beberapa kali misalnya: Efesus 1:17; 2:18; 3:14-16; 4:4-7; 5:18-20 dan 6:17-23. Dalam teks kita 2 Kor. 13:13, kita melihat ada tiga nama di sana.
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin”
Allah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai Tripersonalitas di dalam seluruh Kitab Perjanjian Baru, yaitu Allah sebagai Bapa kita, Allah sebagai Juruselamat dan Allah Roh Kudus yang memimpin di dalam hati kita.
PENEMUAN YANG AJAIB
Ketika saya mempelajari Alkitab saya menemukan hal-hal yang sungguh ajaib di dalamnya. Di mana tiga pribadi dari Trinitas dipresentasikan secara bersama-sama dan mereka selalu bersama-sama di dalam seluruh Alkitab tanpa terkecuali. Ini selalu bersama-sama dalam karya penebusan, kasih-Nya, dalam keselamatan, dalam pemulihan orang berdosa. Tidak terkecuali dimana saja kita menemukan Allah di dalam Alkitab selalu dipresentasikan sebagai Allah yang Tritunggal.
Kadang-kadang ketika Allah Bapa dipresentasikan sendirian itu menunjukkan Allah yang menghakimi, Allah yang memberikan perintah-perintah-Nya di Gunung Sinai. Presentasi Allah sebagai Hakim dinyatakan di dalam Alkitab atas seluruh bumi.
Perhatikanlah Yesus Kristus ketika Ia ada di Bait Suci pada Minggu terakhir dari hidup-Nya, Ia berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan dan jika batu itu jatuh ke atas manusia orang itu akan menjadi remuk (Matius 21:44)! Gambaran Yesus sebagai Hakim atas orang-orang yang menolak Dia dan tidak mau menerima Dia sungguh mengerikan.
Ada lagi kita dapat melihat penyataan pribadi ketiga di dalam pribadi Trintas.
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” (Matius 12:31-32).
Orang yang menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan dan itu adalah dosa yang tak terampunkan. Ini sungguh mengerikan.
Tetapi ketika tiga pribadi Trinitas ini nampak secara bersama-sama, ketika mereka dinyatakan secara bersama-sama di dalam Alkitab, itu selalu menunjukkan Allah yang penuh rahmat, kasih mesra dan pemberi keselamatan.
Lihat dua bagian Alkitab berikut ini, yang satu di dalam Perjanjian Lama dan yang satu di dalam Perjanjian Baru.
“Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umat-Ku, anak-anak yang tidak akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka” (Yesaya 63:7-10).
Betapa indahnya gambaran tentang Allah Tritunggal Yang Agung di sini!
Dalam Perjanjian Baru Trinitas dipresentasikan kembali.
“Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya-- dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin” (Wahyu 1:4-6).
Di manapun ketika pribadi itu dipresentasikan secara bersama-sama di dalam Alkitab, itu selalu menujukkan Allah yang penuh kasih mesra, penuh rahmat dan kasih penebusan serta pemulihan.
ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA SENDIRI
DI DALAM PENGALAMAN MANUSIA
Kita mengenal Allah di dalam pengalaman manusiawi kita sebagai Tripersonalitas, yaitu Allah Bapa adalah pribadi yang transenden yang melampaui segala sesuatu; Allah Anak pribadi yang imanen di dalam kita semua; dan Allah Roh Kudus pribadi yang inherent atau tinggal di dalam kita semua. Pengalaman pribadi kita menunjukkan Trinitarian. Allah adalah kudus. Bagaimana mungkin manusia yang penuh dosa dapat melihat atau mendekati kekudusan Allah? Tidak, manusia bahkan tidak dapat melihat wajah-Nya. Kita bahkan tidak dapat melihat matahari yang merupakan salah satu ciptaan yang kecil dari tangan-Nya, apalagi bagaimana mungkin kita bisa melihat wajah Allah yang penuh dengan kemuliaan, yaitu Allah yang transenden.
Kita mendekati Allah kita Yang Agung di dalam kasih Tuhan kita dan kasih yang menebus di dalam darah-Nya yang dikorbankan untuk menutupi dan menyucikan dosa-dosa kita. Kita menghadap Allah di dalam Kristus, kita adalah ciptaan yang mana untuknya Dia mau mati. Kita adalah orang berdosa yang telah Dia selamatkan. Kita tahu Allah hanya membuka pintu bagi kita yang mau masuk ke hadirat-Nya melalui Yesus.
Dan Roh Allah menggerakkan hati kita dan kemudian membawa kita kepada Dia dalam kasih yang menyelamatkan. Ketika saya berkhotbah, Roh Allah ada di dalam hati saya, dan Ia turut memberikan kesaksian tentang Firman yang saya khotbahkan dengan menggerakkan dan memimpin hati saya. Selanjutnya kita dibawa kepada Bapa Surgawi Yang Agung, kita diundang untuk datang kepada-Nya. Orang-orang berdosa seperti kita tidak layak, namun Ia mau mengundang kita untuk datang kepada-Nya, untuk menemukan anugerah yang dapat menolong dan memenuhi kebutuhan kita akan keselamatan.
Kita mengalami keselamatan dari Allah dalam bentuk Trinitarian itu. Yesus telah mati untuk kita, Ia telah mati untuk dosa-dosa kita di dalam pengorbanan-Nya sendiri dan kasih-Nya. Roh Kudus membawa berita tentang Yesus dan menarik hati kita sehingga kita datang ke hadapan Allah di dalam nama-Nya, di dalam anugerah-Nya. Itu adalah cara kita diselamatkan dan itu adalah cara kita hidup sebagai orang-orang Kristen.
Itu juga cara kita berdoa. Abraham berkata “Aku adalah debu yang tidak layak datang berbicara kepada Engkau.” Ini sama seperti kita. Kita semua tidak layak di hadapan Tuhan. Kita tidak layak untuk datang kepada Allah. Namun kita dapat datang kepada Allah di dalam nama Yesus. Kita mendasarkan pengharapan dan iman kita di dalam kebenaran-Nya, di dalam kasih dan rahmat-Nya, dan kita dapat datang kepada Allah oleh karena Roh Allah menggerakkan hati kita. Tanpa Roh Allah yang mengerakkan hati kita, kita tidak akan pernah dapat datang atau mau datang atau mau percaya atau mau berdoa kepada Dia. Roh Allah lah yang menggerakkan dan memimpin kita kepada Tuhan di dalam keselamatan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari tiga pribadi dari Allah Tritungal ini begitu nyata di dalam pengalaman hidup kita.
Marilah kita menyimpulkan dengan memberikan satu kebenaran lagi. Ketika seseorang menolak pewahyuan Allah yang menyatakan bahwa Allah sebagai Tripersonalitas, ia akan langsung jatuh ke dalam iman yang kosong tanpa pengharapan.
Itu adalah kebenaran yang berhubungan dengan Yesus Tuhan kita. Jika kita mengingkari doktrin Tritunggal maka Yesus adalah orang lain dan Ia telah mati sebagai orang lain. Ia tidak dapat menyatakan Bapa kepada kita secara sempurna karena Ia adalah orang lain. Kita tidak memiliki jaminan kalau demikian. Ia tidak bisa mendengar doa-doa kita. Ia tidak dapat membuat jiwa kita damai. Ia tidak memiliki kata-kata yang penuh anugerah dan keselamatan. Ia tidak dapat mengampuni dosa kita. Ia tidak dapat memelihara kita. Karena kalau doktrin Tritunggal itu ditolak maka Yesus bukan Allah. Dia adalah orang lain dan bukan pribadi Allah.
Di sisi lain ketika kita dapat menerima pewahyuan Allah, bahwa Allah adalah Tritunggal maka Yesus adalah Juruselamat Yang Agung dan Ajaib. Pribadi kedua dari Tritunggal yang menyatakan Allah Bapa kepada kita dan membawa kita ke dalam keselamatan di dalam hadirat-Nya yang menyelamatkan. Yesus adalah Allah yang menjadi daging, Ia menyatakan Bapa yang tidak kelihatan. Jika saya ingin mengetahui Allah, Dialah Allah; jika saya ingin melihat Allah, saya dapat melihat Dia; jika saya ingin menyembah Allah, saya dapat menyembah Dia.
Ketika manusia menyembah Allah yang benar, ketika ia membungkuk di depan Tuhan Yesus Kristus, ketika ia menerima kesaksian Roh Kudus di dalam hatinya yang bersaksi tentang anugerah keselamatan di dalam Kristus, orang itu akan dipulihkan. Dia akan dinaikkan dan dia akan dibangun.
Ada satu Allah dan nama-Nya adalah Allah Bapa kita dan Allah Juruselamat kita dan Allah di dalam hati kita yang memimpin kita kepada anugerah keselamatan dan itu adalah Roh Kudus.