Daftar Isi

 

PEMBENARAN OLEH IMAN

(JUSTIFICATION BY FAITH)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Pagi, 23 Juli 1972

di First Baptist Church in Dallas

Teks: Galatia 2:1-6

 

 

             Anda beruntung bila anda sedang mengikuti atau mendengarkan siaran kebaktian First Baptist Church in Dallas melalui radio dan televisi. Kami menyambut anda dan dengan kerendahan hati berdoa kiranya Tuhan menjadikan pelayanan ini untuk menguatkan dan memberkati jiwa anda.

 

Ini adalah gembala kami yang akan membawakan khotbah dari Kitab Galatia. Pada kebaktian pagi ini, kita akan membahas surat Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia. Dan tema khotbah ini adakah tema dari kitab Galatia itu sendiri, yaitu: Pembenaran oleh Iman. Pembenaran oleh iman adalah kunci Injil yang diberitakan oleh Rasul Paulus, yaitu bahwa kita diselamatkan oleh anugerah dan bukan oleh perbuatan-perbuatan atau usaha pekerjaan kita. Paulus telah menuliskan Injil itu di dalam surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ini, yaitu jemaat-jemaat yang ia rintis pada perjalanan misinya yang pertama. Ia menulis surat ini dengan nada yang keras, dan seluruh komposisi buku ini bak halilintar.

 

 

DOKTRIN PEMBENARAN

 

Ia menulis panduan doktrin yang sama, berita Injil yang sama dengan suratnya kepada jemaat di Roma, perbedaannya dalam surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ini terletak pada hatinya yang terbakar sampai ke tulang sunsumnya seperti yang terimplikasi dalam surat ini! Ia telah menjadi sangat terganggu. Sementara surat yang ia tulis untuk jemaat di Roma berhubungan dengan masalah atau doktrin yang sama. Namun itu seperti suatu panduan teologikal. Namun kedua surat itu memiliki inti penekanan atau doktrin yang sama.

 

Saya telah menyampaikan tiga khotbah sebelumnya dari Galatia pasal pertama. Dan sekarang kita sampai pada Galatia pasal kedua, dan saya akan membaca mulai ayat pertama:

 

Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Tituspun – yang adalah orang Yunani, penyembah berhala yang telah dipertobatkan dan meninggalkan penyembahan berhalanya kepada iman Kristen --kubawa juga” (Galatia 2:1)

 

Setelah empat belas tahun sejak masa pertobatananya Paulus pergi ke Yerusalem dan di sana ia berhadapan dengan para pemeluk agama Yudaisme yang berkata bahwa manusia tidak dapat bertobat dan diselamatkan hanya dengan percaya Tuhan saja, tetapi ia juga harus memelihara ritual-ritual, upacara-upacara, dan seremonial-seremonial tertentu dan mentaati seluruh hukum Taurat.

 

Sementara Injil yang diberitakan oleh Paulus adalah bahwa manusia dapat diselamatkan hanya melalui percaya kepada Tuhan Yesus, tidak ada lagi tambahan lainnya. Bukan percaya Kristus ditambah dengan memelihara ritual, bukan percaya Tuhan dan ditambah dengan mentaati perintah-perintah atau hukum-hukum atau aturan-aturan tertentu, namun seseorang dapat diselamatkan dari penyembahan berhalanya, atau keluar dari heathenism atau paganism (agama berhalanya) hanya dengan melalui percaya Kristus, memandang Dia untuk memperoleh pengampunan dan keselamatan.

 

Namun ada orang-orang yang berpendapat bahwa selain percaya kepada Kristus seseorang juga harus memelihara Taurat dan perintah-perintah dan aturan-aturan dan ritual-ritual yang ditetapkan oleh Taurat untuk dapat diselamatkan, oleh sebab itulah para pemimpin gereja akhirnya mengadakan sidang di Yerusalem, dan sidang Yerusalem itu dicatat dan dijelaskan dalam Kisah Rasul 15. Ini terjadi setelah perjalanan misi Paulus yang pertama. Ini terjadi setelah pendirian jemaat-jemaat di Galatia. Sehingga ketika ia berkata, “setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem,” ini berhubungan dengan masa itu yaitu peristiwa yang tercatat dalam Kisah Rasul 15.

 

Dan Barnabas, seorang Yahudi Helenistik yang telah bertobat kepada Kristus, bersama dengan dia juga. Dan Titus orang Yunani yang dulunya adalah penyembah berhala yang telah diselamatkan hanya melalui memandang Yesus, hanya percaya Yesus, juga turut bersamanya. Selanjutnya berhubungan dengan konfrontasi doktrinal di Yerusalem itu, rasul Paulus berkata di dalam ayat empat

 

“Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita (mengenakan kuk perhambaan dari seluruh seremonial dan upacara-upacara dan seluruh Taurat). Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu” ( Galatia 2:4-5).

 

Kemudian di ayat 9 ia berkata:

 

“Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus (saudara Tuhan Yesus, gembala jemaat di Yerusalem), Kefas (itu adalah Simon Petrus) dan Yohanes (murid yang dikasihi Tuhan), yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat” (Galatia 2:9).

 

Mereka membuat pembagian pelayanan jemaat di sana. Dan anda telah mendengar khotbah saya tentang hal ini dua minggu lalu, bahwa ketika banyak orang menggunjingkan denominasi, saya pikir mereka tidak mengenal pikiran Kristus. Jika denominasi-denominasi ini begitu buruk, saya percaya bahwa Roh Allah akan mencoba untuk memeranginya. Saya tidak merasa bahwa Roh Allah berusaha memeranginya.

 

Anda melihat adanya denominasi pertama di sana. Di sana ada Kristen Ebionit. Ini adalah kekristenan yang dikarakteritik dengan agama Yahudi. Di sini anda melihat iman Ebionit yang dikhotbahkan oleh Yakobus, Kefas dan Yohanes. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tetap memelihara ke-Yahudi-an mereka dan memelihara aturan-aturan (ceremonial) Taurat, ritualistik Taurat seperti halnya sepuluh hukum Taurat.

 

            Namun telah diputuskan bahwa harus ada berita yang lain yang harus diberitakan di lingkungan orang-orang non Yahudi. Dan ketika Yakobus, Kefas dan Yohanes harus kembali kepada orang Yahudi, maka Barnabas dan Paulus dan orang-orang yang bersama dengan dia harus pergi kepada orang-orang non Yahudi.

 

Saya tidak berpikir ada yang salah dengan tata cara ibadah gereja-gereja Episkopal dibandingkan dengan tata cara ibadah di First Baptist Church in Dallas! Saya tidak melihat hal itu! Jadi ketika anda mendengar orang-orang mempersoalkan masalah denominasi sebagai sesuatu yang tidak baik, lupakan saja! Lupakan itu! Itu adalah cara orang dengan bebas mengekspresikan perasaan mereka masing-masing. Ada orang-orang yang suka mendengar Royce Reed menyanyikan lagu Handel’s “Messiah,” dan ada juga orang-orang yang suka menyanyikan lagu-lagu Pentakosta, misalnya “Father Along” sambil mengangkat tangan dan menghentak-hentakkan kaki mereka, dan saya pikir tidak ada yang salah di sana.

 

Kembali ke ayat 11, Paulus berkata, “Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.” (Galatia 2:11-12)

 

Kemudian ia mulai masuk ke dalam pembahasan doktrinal:

 

“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat…. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.” (Galatia 2:16, 21)

 

 

KEGIGIHAN PAULUS DALAM MEMBELA   INJIL

 

Dengan penuh semangat ia menegaskan itu. Jika saya dapat mendefinisikan pelayanan Paulus, Injil yang ia khotbahkan, saya akan memilih untuk mengalimatkan seperti di dalam Efesus 2:8-9:

 

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

 

Semua reaksi Paulus yang begitu semangat dan gigih mempertahankan Injil yang ia pernah beritakan adalah karena ia berkata bahwa ia menerima Injil itu melalui penyataan atau pewahyuan dari Yesus Kristus dari Sorga.

 

Dan pembelaan tentang kemerdekaan di dalam Kristus itu ada di dalam surat kepada jemaat-jemaat Galatia ini. Ketegasan Paulus terhadap Injil ini dapat kita lihat ketika Paulus bersaksi: “Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah” (Galatia 2:11). Apa yang dilakukan oleh Petrus sang pemimpin para rasul ini, sehingga Paulus dengan terang-terangan menentang dia? Dari mana Paulus memperoleh otoritas itu? Apakah ia memiliki sertifikat atau surat kuasa dari hirarki, atau gereja, atau dari senat, atau dari konvensi, atau dari sinode? Tidak!

 

Darimana ia memperoleh keberanian itu? Ia memperolehnya dari kepercayaannya pada kebenaran di dalam penyataan atau wahyu Yesus Kristus sendiri. Roh dan semangat keberanian yang ia miliki sama dengan yang dimiliki oleh nabi-nabi Allah yang berdiri teguh, tanpa kompromi, dan tak tergoyahkan oleh apapun demi membela kebenaran.

 

Apakah anda mengingat kisah tentang Amos? Ia dulunya hanya seorang petani yang tidak berpendidikan, seorang gembala atau peternak domba dan pemungut buah ara hutan. Itulah pekerjaannya.

 

Dan Tuhan Allah mengutusnya untuk naik ke Betel dan berkhotbah di tempat di mana Yerobeam membangun anak lembu emas untuk disembah Israel. Dan Amos berdiri di sana dan menentang penyembahan berhala di tanah itu dan heathenism (penyembahan berhala) Raja Israel, yaitu Yerobeam II.

 

Dan ketika Amazia, sang penasehat raja, imam besar di tempat penyembahan itu  mendengar Amos, ia menyuruh orang untuk menghadap Yerobeam dengan pesan: “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya” (Amos 7:10). Amazia meminta raja untuk membungkam mulut Amos!

 

Dan tentu saja Yerobeam II menjawab: “Hentikan dia! Usir dia!”

 

Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: “Pelihat, -- penjaga domba, petani, pemungut buah ara hutan -- pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan” (Amos 7:12-13)

 

Dan kemudian Amos berbicara atau menjawab dengan kata-kata yang mengagumkan:

 

(Memang benar bahwa) aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi (bahwa memang benar aku tidak tamat dari seminari ataupun ayah saya juga bukanlah tamatan seminari), melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel. Maka sekarang, dengarlah firman TUHAN! Engkau berkata: Janganlah bernubuat menentang Israel, dan janganlah ucapkan perkataan menentang keturunan Ishak. Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan” (Amos 7: 14:17)

 

Itu adalah roh kenabian dari Allah! Anda menemukan hal yang sama dalam diri Athanasius, ketika ia berdiri di hadapan Arius. Anda akan menemukan roh yang sama yang ada dalam diri Savanarola, ketika ia berdiri di hadapan sidang rakyat. Anda dapat menemukan roh yang sama dalam diri Martin Luther, ketika ia berdiri di hadapan Diet of Worms. Anda dapat menemukan roh yang sama dalam diri John Knox, ketika ia berdiri di hadapan Ratu Mary dari Skotlandia. Anda dapat menemukan roh yang sama dalam diri Obadiah Homes, diaken dan pengkhotbah Baptis kita yang terkenal, ketika ia berdiri di hadapan Governor Winthrop of Massachusetts, ketika mereka memukulinya dan menyiksanya sampai darahnya mengalir deras ke sepatunya. Ini adalah roh utusan dari sorga, yang begitu kokoh, tak tergoyahkan, tanpa takut!

 

Sehingga rasul Paulus berdiri dan dengan berani, terang-terangan menegur Simon Petrus secara langsung, dan kemudian menuliskan peristiwa itu dalam surat kepada jemaat-jemaat di Galatia: “Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat” (Galatia 2:12).

 

Kemudian ia menegaskan pendirian Injilnya:

 

“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat…. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:16, 21)

 

DOKTRIN PEMBENARAN DIRI SENDIRI

 

Mengapa injil yang mengajarkan tentang pembenaran melalui pekerjaan atau usaha sendiri, keselamatan oleh karena kebaikan atau kebenaran diri sendiri ini terus ada di sepanjang zaman? Dan walaupun anda ingin menghapuskannya dan memeranginya, doktrin seperti itu akan tetap muncul dan muncul lagi. Mengapa bisa demikian?

 

Pertama, Ketertarikan Manusia Terhadap Kebenaran Dirinya Sendiri

 

Salah satu alasannya mengapa “injil pembenaran melalui perbuatan” ini tetap ada di sepanjang masa adalah karena ini disebabkan oleh ketertarikan manusia terhadap dirinya sendiri (personally attractive), melayani untuk kebanggan diri sendiri. Ada kelemahan yang tidak pernah dapat diperbaiki di dalam kemanusiawian kita yang telah jatuh ke dalam dosa, dan itu adalah pada waktu kita berpikir bahwa diri kita sendiri baik. Dan ketika kita berpikir tentang kebaikan dan kebenaran kita sendiri, itu akan membuat kita berpikir bahwa dengan kebenaran kita sendiri kita diselamatkan. Itu adalah kesombongan dan keangkuhan kita.

 

Oleh sebab itulah injil yang menekankan keselamatan melalui perbuatan menarik sebagian manusia di sepanjang zaman, yaitu bahwa jika saya melakukan ini dan itu, mentaati dan melaksanakan ritual-ritual, jika saya mentaati perintah-perintah Taurat, jika saya memberikan korban persembahan, jika saya menderita untuk itu, jika aku menyiksa tubuh dan jiwaku, maka aku akan membawa diriku sendiri kepada Allah.

 

Saya ingin memberikan contoh yang ekstrim dari sebuah artikel yang saya ambil  dari sebuah surat kabar, dan saya ingin membacakannya untuk anda. Ini berasal dari United Press:

 

Seorang ibu dari tujuh anak membakar dirinya sendiri pada sebuah tiang dengan berharap untuk menjadi santa (orang kudus), dan polisi menerima laporan itu pada hari Rabu. Para pemimpin berkata bahwa Angliday Bourson, umur empat puluh delapan tahun, mengumpulkan jerami dan kemudian menyiramnya dengan bensin. Setelah itu ia mengikat dirinya sendiri dalam tumpukan jerami itu dan setelah itu membakar jerami itu atau dirinya sendiri.

“Saya akan mati,” ia berkata dalam sebuah surat, “seperti Joan of Arc, dan jiwa saya akan diterima ke dalam kerajaan sorga.”

Mrs. Bourson terkena cancer ganas, dan setiap malam ia naik ke lotengnya untuk berdoa. Ia membaca Alkitab secara terus menerus dan yakin bahwa penyakitnya disebabkan oleh karena dosa-dosanya. Itulah kata keluarganya.

Keluarganya berkata, “Kelihatannya ia berharap bahwa dengan kematian dalam bentuk yang mengerikan, akan menyebabkan dosa-dosanya akan ditebus [diampuni].”

 

Itulah doktrin pembenaran melalui pembenaran diri sendiri, usaha sendiri, yaitu dengan berkata: “Jika saya melakukan semua hal ini; jika saya menderita untuk semua hal ini; jika saya mentaati semua hal ini, maka saya akan membawa diri saya sendiri kepada Allah dan saya dapat diselamatkan. Saya dapat melakukannya!”

 

 

Kedua, Menurut Mereka itu adalah yang Paling Masuk Akal

 

Bukan hanya ketertarikan pada kebenaran diri sendiri yang membuat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan memiliki natur yang rusak ini tertarik dengan doktrin pembenaran diri sendiri, karena menurut mereka itu adalah yang paling masuk akal. Anda dapat mengatakan itu sebagai aksiomatik belaka! Apakah anda seorang penganut aliran empiris? Anda dapat memiliki alasan praktis yang kuat untuk mendukung doktrin ini, yaitu bahwa karena manusia harus diajar untuk melakukan hal yang baik atau perbuatan baik, untuk menjadi benar, dan untuk mencapai semua hal ini, manusia harus memelihara semua perintah Allah. Itu sangat masuk akal!

 

 

DOKTRIN PEMBENARAN DIRI SENDIRI ADALAH PENGINGKARAN TERHADAP INJIL ANAK ALLAH

 

Mengapa Paulus menyebut ini sebagai  pengingkaran terhadap Injil Anak Allah? Ada tiga alas an, yaitu;

 

Pertama, Injil Pembenaran oleh Pekerjaan atau Usaha Sendiri Meniadakan Anugerah Allah

 

Pertama, jika kita percaya bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri, bahwa kita dapat berbudi luhur dan berjasa dengan kekuatan kita sendiri, maka kita tidak memerlukan anugerah dan rahmat Allah sama sekali.

 

Saya ingin memberikan ilustrasi kepada anda: ada seorang laki-laki yang berdiri di hadapan sidAng pengadilan. Dan orang itu tidak bersalah. Sehingga ketika ia berdiri di hadapan hakim kemudian ia berkata, “Saya tidak bersalah, saya tidak melakukan kesalahan apa-apa. Saya tidak bersalah!”

 

Dan hakim itu menjawab, “Saya tahu itu, dan sidang ini akan menunjukkan kepada anda rahmat dan anugerah.”

 

Dan laki-laki itu mencawab, “Rahmat? Pak Hakim yang terhormat, apa yang anda maksudkan dengan rahmat? Saya tidak memerlukan rahmat. Saya tidak bersalah! Saya tidak melakukan pelanggaran! Dan yang saya minta dari pengadilan ini adalah keadilan. Saya menuntut hak saya karena saya bukan tersangka dan bukan penjahat. Saya tidak bersalah. Dan saya tidak memerlukan rahmat.”

 

Karena jika laki-laki itu menerima rahmat atau kemurahan hati dari hakim, itu sama artinya dengan ia mengakui kesalahannya – ia bersalah, ia melakukan pelanggaran – dan ia menerima rahmat atau kemurahan hati dari pengadilan. Ini sama dengan ia berkata, “Kiranya pengadilan ini toleran, kiranya pengadilan ini mengampuni saya, kiranya pengadilan ini dapat memberikan kebijaksanaan kepada saya, kiranya pengadilan ini bersimpati terhadap saya, kiranya pengadilan ini memahami saya: Saya memohon simpati kepada sidang pengadilan ini, dan saya memohon rahmat dan pengampunan!” Itulah yang akan terjadi jika orang itu telah melakukan kesalahan.

Persis sama seperti itulah bila manusia berdiri di hadapan Allah dan berkata kepada Tuhan: “Saya tidak berdosa! Saya tidak pernah berbuat dosa! Tidak pernah ada kejahatan di dalam hati saya. Tidak pernah ada kesalahan dalam hidup saya. Saya tidak pernah melakukan pelanggaran. Saya telah mentaati secara sempurna semua yang Allah syaratkan atau perintahkan kepada saya dari sejak kelahiran saya. Dan saya berdiri di sini di sidang pengadilan untuk menuntut keadilan, jadi berikanlah kepada saya hak saya!”

 

Dan Tuhan dapat menjawab: “Betapa baiknya kamu! Tidak pernah ada kejahatan di dalam hati dan hidupmu – engkau hidup sempurna, hidup mulia – hidup menurut Kerajaan-Ku. Aku mengucapkan selamat datang, engkau manusia yang sempurna!”

 

Seperti itulah ketika orang Farisi berdiri di hadapan Dia dan berkata: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Lukas 18:11-12).

 

 Dan ketika ia pergi tidur, ia mengucapkan selamat untuk dirinya sendiri setelah merasa telah hidup suci tak bercela sepanjang hari. Dan ketika ia bangun di pagi berikutnya, ia menggosok-gosok kedua tangannya dan keluar dalam kesombongan dan kebenaran dirinya sendiri.

 

Itulah doktrin pembenaran melalui pekerjaan, melalui usaha sendiri. Namun ketika manusia berdiri dalam hadirat Allah yang mahakuasa, apa yang akan anda katakan di hadapan Dia di sorga?

 

Kita semua akan mengaku: “Tuhan, aku mengaku kepada Engkau bahwa aku adalah manusia yang terhilang, manusia binasa.”

 

Dalam pengalaman saya sebagai gembala, pernah suatu kali ada seorang muda yang sangat brilian bekerja di Bank dan melalukan penggelapan uang dengan merekayasa buku pembukuan sehingga ditangkap dan diadili oleh pengadilan. Ia telah mencuri ribuan dollar dari bank itu. Dan orang tua anak muda itu meminta saya mendampingi anaknya dengan berkata, “Maukah anda mendampingi dia? Maukah anda mendampingi dia di sidang pengadilannya?”

 

Saya menajwab, “Saya bersedia.”

 

Kemudian saya pergi ke kota besar itu, dan berdiri di depan sidang pengadilan untuk mendampingi anak muda itu. Dan hakim yang duduk di belakang meja sidang itu memandang dia dan menanyakan pertanyaan yang simpel kepadanya, “Bersalah atau tidak bersalah?”

 

Dan anak muda itu dengan jujur menjawab, “Bersalah.”

Saya berdiri di sampingnya. Dia menjawab, “Bersalah!” Dan anda tahu, saya merasa ketika itu seperti saya sedang menyaksikan semua manusia ketika berdiri di hadapan hakim yang bertanya, “Bersalah, atau tidak bersalah?”

 

Dan ia menjawab, “Bersalah!” Kita semua menjawab demikian! Dan jika anda tidak bersalah, maka anda dapat menyelamatkan diri anda sendiri, dan oleh sebab itu rahmat serta anugerah Allah tidak anda perlukan. Namun jika anda adalah orang berdosa, dan bila anda adalah manusia binasa, kita semua sama seperti anak muda yang diadili tadi. Kita menatap wajah hakim itu dan berkata, ‘Pak Hakim yang terhormat, saya memohon kemurahan hati dan pengampunan dari sidang pengadilan ini.” Dan pada waktu itu Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada anak muda itu, dan Ia memberi kesempatan kepada anak muda itu untuk memperbaiki kesalahannya. Dan saya membantunya untuk keluar dari masa-masa pencobaan yang sulit dalam hidupnya itu untuk beberapa tahun berikutnya setelah kejadian itu.

 

 

Kedua, Injil Pembenaran oleh Pekerjaan

atau Usaha Sendiri Membuat Kematian Kristus Menjadi Sia-Sia

 

Pertama, injil pembenaran oleh pekerjaan atau usaha manusia meniadakan anugerah dan rahmat Allah, dan membuat anda tidak memerlukannya. Dan yang kedua adalah: injil pembenaran melalui pekerjaan atau usaha sendiri atau percaya bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri dengan apa yang dapat kita lakukan sendiri membuat kematian Kritus menjadi sia-sia (dorean). Anda tidak memerlukannya. Lihatlah kata-kata Paulus di sini: “Aku tidak menolak (atheteo, menghapuskan, memandangnya sebagai sesuatu yang sia-sia) kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah (dorean, bentuk adverb atau kata keterangan, yang berarti “without cause, groundlessly” atau “tidak menyebabkan apa-apa, tanpa dasar” dan di sini diterjemahkan “sia-sia”)  kematian Kristus” (Galatia 2:21).  

 

Jika manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan kebenaran dan usahanya sendiri, maka mereka tidak memerlukan kematian Kristus. Seperti apa yang ditegaskan oleh Paulus bahwa kematian-Nya menjadi “dorean” atau di sini diterjemahkan “sia-sia,” tidak diperlukan dan tidak ada gunanya. Jika demikian maka tidak perlu lagi Perjanjian Baru. Jadi marilah memlihara Perjanjian Lama saja dan melakukan perbuatan-perbuatan ini dan kita akan hidup. Tidak perlu ada penderitaan Kristus, tidak perlu ada Kalvari, tidak perlu ada pencurahan darah penebusan, tidak perlu ada kematian di kayu salib. Kita semua dapat menyelamatkan diri kita sendiri.

 

 

Ketiga, Injil Pembenaran melalui Pekerjaan

atau Usaha Sendiri Menghapus Pujian bagi Anak Domba dalam Kitab Wahyu

 

Bukan hanya injil pembenaran melalui pekerjaan atau usaha sendiri, atau bila kita dapat menyelamatkan diri sendiri meniadakan anugerah dan rahmat Allah dan menyebabkan kematian Kristus di kayu salib menjadi sia-sia saja, namun yang ketiga ini menjadi alasan bagi anda untuk menghapus atau tidak menyanyikan semua kata haleluya yang anda akan dapat baca dalam Kitab Wahyu.

 

Apa yang mereka nyanyikan di dalam kemuliaan? Apakah puji-pujian dan haheluya yang ada di sorga? Tanpa kecuali mereka semua menaikan pujian ini: “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya-- dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin” (Wahyu 1:5-6).

 

Atau dalam Wahyu 5: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!”…. Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! (Haleluya! Amin!)” (Wahyu 5:12, 13).

 

Itu adalah pujian di sorga. Anda tidak akan menemukan dalam kitab ini, atau akan menemukan dalam kemuliaan atau sorga, seorangpun yang berdiri di hadapan sang Penebus dan dapat berkata: “Bagiku segala pujian dan kemuliaan karena apa yang telah aku lakukan. Aku melihara hukum dan perintah-perintah Tuhan. Aku telah melaksanakan berbagai seremonial dan upacara. Aku tidak pernah melakukan pelanggaran. Aku tidak pernah berdosa. Aku berada di sini oleh karena apa yang telah aku lakukan!” 

 

Seluruh mahkluk di sorga, dan di manapun juga, pada akhirnya akan selalu menaikan pujian ini, “Bagi Dia, bagi Dia, bagi Dia! Karena aku adalah manusia terhilang dan mati dan tidak dapat berbuat apa-apa, Dia telah mengangkat aku dari tanah kotor, dari dalamnya jurang maut yang mengerikan, dan meletakan kakiku di atas batu karang yang teguh. Darah-Nya menyucikanku menjadi putih bersih. Dosaku yang semerah kermisi Dia sucikan putih bagai salju di dalam darah Anak Domba.”

 

“Bagi Dia kemuliaan dan hormat dan kuasa dan puji-pujian untuk selama-lamanya dan selama-lamanya. Bagi Dia yang telah menebus kita oleh darah-Nya.” Dan itulah roh atau semangat Injil dari hamba Kristus yang sejati! Selalu demikian!

 

Ketika Ayub berusaha untuk mempertahankan kebenarannya sendiri, berbicara tentang kebaikkannya sendiri sampai Ayub 41, namun ketika ia sampai pada pasal 42, ia akhirnya membungkuk di hadapan Allah dan berkata: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:5-6).

 

Sampai pasal 41 Ayub telah berusaha untuk mempertahankan atau membela integritasnya dan kebenaran melalui kesalehan hidupnya sendiri. Namun ketika ia sampai di pasal 42, ia mengaku, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” Itulah roh anak-anak kebenaran, dan murid atau hamba Allah yang sejati. Ia akan berkata, “Tuhan, ini bukan karena kelayakannku namun kelayakan-Mu. Itu bukan kekuatanku, tetapi kasih-Nya kepada kita.” Dan ketika kita datang kepada Dia, dengan rendah hati kita akan berkata, “Tuhan, ingatlah akan aku.” Allah yang telah melakukan karya kesalamatan bagi kita! Ia yang menyelamatkan kita! Itulah sebabnya mengapa Yesus datang!  Itulah Injil yang diberitakan oleh Paulus. Itulah Injil Kristus. Itulah Injil dari Alkitab yang agung ini. Dan itulah pengharapan kita sekarang dan kekekalan yang akan datang!