IMAN YANG MENYELAMATKAN
(SAVING FAITH)
Dr. W. A. Criswell
7-18-82
Roma 4:1-5
Terima kasih untuk orkestra dan paduan suara yang sangat indah. Dan Allah memberkati anda, orang-orang yang sedang bergabung dengan kami pada jam ini melalui siaran radio dan siaran televisi.
Ini adalah pendeta dari gereja First Baptist Dallas, yang sedang menyampaikan pesan doktrinal yang berjudul: Keselamatan Oleh Iman. Di dalam khotbah seri Doktrin Keselamatan, dua minggu yang lalu temanya adalah: “Dua Kata Dari Keselamatan,” Minggu yang lalu: “Pertobatan yang Sejati,” dan hari ini: “Keselamatan oleh Iman.”
Pembacaan teks kita dari Kitab Roma diambil dari pasal 4 ayat 1 sampai lima
Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Yang pertama-tama dibicarakan oleh rasul Paulus adalah tentang sebuah jalan keselamatan yang akan menjadi pembayaran dari hutang manusia yang merupakan prestasinya sendiri. Manusia datang ke hadapan Allah dengan memakaikan kebenarannya sendiri dan dia nampak di hadapan Tuhan sebagai karakter yang diciptakannya sendiri. Dia harus mengambil tanggung-jawab secara pribadi terhadap nasibnya, sekarang dan selamanya. Dan dia terlihat di hadapan Allah dengan usahanya sendiri dalam kekudusan dan kebenaran, dan dia memenuhi tuntutan Allah bagi keselamatannya sendiri sebagai pembayaran sebuah hutang.
Dia telah memenangkannya. Dia telah memperolehnya. Dia layak terhadap itu. Allah berhutang hal itu padanya, dan keselamatannya merupakan hadiah dari pembayaran sebuah hutang. Dia mulia dalam dirinya sendiri. Dia merupakan orang yang saleh. Dia telah menggambarkan dirinya sendiri kepada Allah dalam kekudusan dan kebenarannya sendiri.
Tetapi rasul Paulus memperingatkan bahwa di sana mesti ada jalan lain sehingga manusia dapat selamat, sebab tidak ada manusia yang dibenarkan di hadapan Allah dengan kekudusannya sendiri dan usaha baiknya dan pekerjaannya, karena dia tidak akan pernah dapat mencapai hal itu. Sebagai sebuah ilustrasi, dia memilih salah satu orang kudus yang dia kenal, yaitu Abraham yang merupakan sahabat Allah, bapa orang beriman, dan bapa sebuah bangsa.
Dan dia menulis, “Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah,” karena Allah mengenal dia.
Abraham mungkin dapat bermegah di hadapan kita. Dia mungkin dapat bermegah di hadapan teman-temannya dan kenalannya tetapi dia tidak dapat bermegah di hadapan Allah. Allah mengetahui dengan baik tentang kehidupannya, sekalipun dia adalah orang kudus yang paling terkemuka.
Sebagai contoh, dalam Kejadian, pasal 12 mengisahkan cerita Abraham yang berdusta kepada Firaun sehubungan dengan Sara istrinya. Empat pasal selanjutnya yaitu dalam pasal 16, mengisahkan Abraham yang masuk kedalam kehidupan Hagar, seorang budak dari Mesir. Dan melalui dia lahirlah Ismael yang merupakan bapa pendiri bangsa-bangsa Arab. Kemudian dalam empat pasal selanjutnya dikisahkan tentang Abraham sebagaimana yang dahulu, berdusta kepada Abimelekh tentang Sara istrinya
Jika Abraham dibenarkan karena usahanya, maka dia dapat bermegah: “Lihatlah padaku, saya melakukan hal itu.”
Tetapi Paulus berkata, “Tetapi tidak di hadapan Allah.” Allah mengenal dia, kelemahannya, pemberontakannya, kesalahannya dan kegagalan dalam hidupnya, sekalipun kehidupan itu merupakan kehidupan dari seorang suci yang terkemuka, yaitu Abraham.
Selanjutnya rasul mengakui bahwa harus ditemukan jalan lain sehingga olehnya manusia dapat diselamatkan. Dan dia menemukan hal itu dalam keselamatan Abraham sendiri. Dalam Kejadian pasal 15 ayat 6, dikatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Dia diselamatkan dalam anugerah dan kemurahan Allah, yang dihitungkan kepadanya oleh kepercayaannya dalam Tuhan.
Sebagaimana yang dituliskan oleh rasul di dalam Roma pasal 4, “Terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia, menuliakan Allah”—bukan untuk dirinya sendiri, tetapi memuliakan Allah, dan menjadi yakin secara penuh tentang apa yang sudah Allah janjikan. Dia mampu untuk menunjukkan dan lebih lanjut, hal itu dihitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kebenaran yang dia pakai dalam dirinya bukan sebuah pakaian merupakan hasil dari dirinya sendiri, tetapi hal itu merupakan kebenaran dari Allah: diselmatkan oleh iman, oleh kepercayaan. Dan imannya diperhitungkan sebagai kebaikan, sebagai kekudusan, sebagai kebenaran, diselamatkan dalam kemurahan dan pengampunan Allah.
Kemudian hal itu juga diperingatkan oleh rasul tehadap kita. Jika kita ingin diselamatkan , maka hal itu tidak akan pernah menjadi pembayaran hutang terhadap Allah yang kita peroleh sendiri, yang kita usahakan dengan kesalehan kita, kekudusan kita dan kebenaran kita sendiri. Kita tidak kudus, kita tidak layak, dan kita tidak memiliki kesalehan.
Allah menginginkan kesempurnaan jika kita ingin masuk ke dalam kotanya yang kudus dan indah serta melihat kearah wajahNya dan hidup. Tetapi jika memberontak dalam hidup kita walau hanya sekali dalam hidup kita, maka kita telah kehilangan dan menghancurkan kesempurnaan itu. Yakobus, saudara Tuhan Yesus, gembala dari jemaat Yerusalem, menulis dalam suratnya, Yakobus 2: 10: “Tetapi barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” Dia telah menghancurkan kesempurnaan itu.
Hal itu seperti sebuah kandil tempat lilin dalam sebuah rangkaian. Anda tidak perlu untuk menghancurkan setiap sambungan kadil itu untuk menjatuhkannya ke lantai. Putuskan saja satu sambungannya maka ia akan jatuh seluruhnya. Jadi demikian juga dengan hidup kita, kita tidak dapat menjadi benar dan kudus dalam setiap arena kehidupan kita, tetapi jika kita berdosa, maka kita berada di bawah hukuman maut: “Setiap jiwa yang berdosa harus mati,” dan “ganjaran terhadap dosa adalah kematian.” Tidak ada seorang manusiapun, yang dapat dibenarkan, atau dapat dihitung benar, dapat diselamatkan, dengan usaha dari pekerjaan baiknya.
Ada seorang pribadi dalam kota kami ini, seorang yang kuat, dan memiliki kemampuan. Selanjutnya dia mengalami sedikit masalah di dalam hidupnya. Saya pergi kepadanya, mengunjunginya untuk menjelaskan kelahiran baru dan regenerasi di dalam Kristus Tuhan kita, untuk memberikan kekuatan dan kemampuan di dalam Dia.
Dia menjawab saya, “Saya sendiri mampu melakukan hal itu. Saya tidak memerlukan Allah, dan saya tidak membutuhkan Kristus, serta saya tidak membutuhkan gereja. Saya akan menemukan jawabannya di dalam diri saya sendiri.” Akhirnya dia memberikan dirinya sendiri kepada minuman keras dan bunuh diri.
Tidak ada seorangpun, betapapun kuatnya dia, semuanya setara, di dalam diri manusia itu sendiri, terhadap hukuman dan pemeliharaan hidup. Apa yang dapat dilakukan olehnya pada hari kematian? Dan apa yang dapat dia lakukan ketika dia berdiri dalam penghakiman yang besar dari Allah yang Mahakuasa? Seperti yang Yesaya katakan, kesalehan kita di hadapanNya seperti “kain yang usang.”
Harus ada jalan lain dimana melaluinya kita dapat diselamatkan, dan jalan itu ditemukan oleh kita sebagaimana hal itu terjadi pada Abraham. Dia sungguh-sungguh percaya kepada Allah. Dia menyerahkan dirinya atas kemurahan Allah, dan Allah menyelamatkannya oleh anugerah, oleh iman, oleh percayanya.
Allah menghitungkan imannya sebagai kekudusan, sebagai kebenaran, dan oleh anugerah kita semua diselamatkan oleh iman dan bukan oleh diri kita sendiri. Ini merupakan sebuah karunia dari Tuhan, bukan oleh usaha, tidak ada seorangpun yang dapat berkata, “saya melakukannya” dan memuliakan dirinya sendiri.
Dan rasul menulis pengampunan itu, kemurahan itu, anugerah yang ditemukan dan didasarkan dalam penebusan dari kasih Yesus Kristus Tuhan kita. Dia menuliskannya dalam Roma pasal 5:
Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan Allah.
Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada yang berani mati—
Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
.
Dalam kemurahan dan kematian dan penderitaan dari Tuhan kita, kita pasti akan diselamatkan melalui Dia, diperdamaikan dengan Allah oleh kematianNya, diselamatkan oleh kebangkitanNya dan perantaraanNya bagi dalam kemuliaan, oleh dia yang mana kita sekarang menerima penebusan bagi dosa-dosa kita.
Bukan lagi “saya” tetapi “Dia.” Bukan lagi karena kekuatan saya, tetapi di dalam Dia, diselamatkan karena percaya, dengan menerima, dengan melihat berkat Allah. Apa yang telah Yesus lakukan bagi kita!
Ini merupakan hal yang sama dalam surat Paulus yang menghadapi polemik dalam jemaat Galatia. Mereka telah menemukan keselamatan dalam Kristus. Mereka telah menerima Roh, percaya di dalam Yesus. Dan mereka telah berjalan dengan nyaman dari kehadiran Anak Allah.
Kemudian datang orang-orang Yudaistik yang berkata, “Iman adalah hal yang baik. Percaya adalah hal yang baik. Tetapi anda tidak dapat diselamatkan hanya melalui iman dan percaya. Jika anda ingin diselamatkan, anda harus memelihara hukum, dengan menjalankan kewajiban-kewajiban, ritual-ritual dan upacara-upacara.”
Melihat hal itu, rasul Paulus kemudian menulis suratnya kepada jemaat Galatia. Ini adalah sebuah badai, sebuah surat yang bergemuruh. Dan dengan satu pukulan, rasul Paulus menghanyutkan semua kemungkinan keselamatan yang dibawa kepada kita melalui legalisme, dengan tatacara dan upacara. Jika seorang manusia diselamatkan, dia berkata, itu karena ada di dalam kasih dan anugerah dari Yesus Kristus “Yang telah mengasihiku dan yang telah memberikan diriNya sendiri kepadaku.”
Sebagaimana yang kita baca dalam Kitab suci, hal itu sangat terbukti dalam bagian yang suci yang kita pelajari dan yang kita mengerti dalam pikiran dan tujuan Allah bagi kita. Seseorang dapat berdoa dan terus berdoa tetapi mati dengan terhilang. Dalam pasal enam Injil Matius, di dalam Khotbah di Bukit, Tuhan menjelaskan tentang seorang Farisi, yang meniup trompet di depan mereka dan berdiri di sudut-sudut jalan sehingga semua orang dapat melihat mereka berdoa. Dan di dalam pesan Injil yang sama, Tuhan menggambarkan seorang Farisi yang pergi ke Bait Suci dan berdoa dengan dirinya sendiri dan berterimakasih kepada Allah untuk semua ketaatannya dalam seluruh hidupnya. Dan Tuhan katakan bahwa dalam tempat yang sama datang seorang yang berdosa, yang bahkan tidak berani mengangkat wajahnya terhadap Allah, tetapi dengan memukuli dadanya dia berkata, “Tuhan, bermurah hatilah padaku, seorang pendosa ini.”
Dan Tuhan berkata, “Orang yang berdosa itu, pulang ke rumahnya dengan dibenarkan—benar dalam pandangan Allah, karena dia menyerahkan jiwanya ke dalam iman dan percaya bahwa Allah dapat menyelamatkannya.”
Lihat lagi, didalam Alkitab kita telah melihat contoh-contoh orang baik yang terlihat di hadapan Tuhan dan murid-muridNya. Nikodemus merupakan orang yang benar. Dia merupakan anggota dari Sanhedrin. Dia merupakan pemimpin Yahudi. Tetapi Allah berkata kepadanya, “Jika engkau tidak dilahirkan kembali—oleh Dia yang dari atas, engkau tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.”
Kornelius digambarkan kepada kita dalam pasal sepuluh dari Kisah Rasul sebagai seorang yang baik dan saleh, yang melayani Allah dengan seluruh pengetahuan yang dimilikinya. Tetapi seorang malaikat datang kepadanya dan berkata, “Suruhlah beberapa orang ke Yope untuk menjemput Simon Petrus di rumah seorang penyamak kulit yang akan datang dan memberitahukan firman sehingga engkau dan seisi rumahmu dapat selamat.”
Saya tidak dapat diselamatkan dalam kesalehan dan kebenaran saya sendiri. Saya telah kekurangan kemuliaan Allah. saya harus menyerahkan diri saya keatas kemurahan Yesus. Dan adalah Dia, dan hanya Dia sendiri, yang melepaskan saya dan mengampuni saya serta menyelamatkan saya.
Paulus memperingatkan bahwa bukan Yesus dan sesuatu yang saya lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus dan suatu pekerjaan baik yang saya lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus dan suatu upacaya yang harus saya pelihara. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus dan baptisan saya, atau oleh Yesus dan memelihara hari Sabat, atau saya tidak diselamatkan oleh Yesus dan airmata saya atau permohonan saya. Saya tidak diselamatkan oleh sesuatu yang lain kecuali menerima Yesus, Yesus satu-satunya, dan hanya Yesus saja dan tidak ditambah dengan apapun, hanya Yesus sendiri.
Dan ketika saya berdiri di hadapan kemuliaan surgawi, nyanyiannya merupakan, “Layaklah Anak Domba.” Layaklah Kristus Allah menerima pujian yang telah membasuh kita dari dosa-dosa kita di dalam darahNya sendiri. Bagi Dialah kemuliaan dan kekuasaan serta kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
Dan fakta bahwa seseorang seseorang yang percaya Yesus dan ditambah dengan hal-hal yang lain membuktikan bahwa dia tidak pernah sungguhsungguh memberikan dirinya kepada Yesus. Dia tetap memegang sesuatu yang lain. Saya tidak sungguh-sungguh menyerahkan uang saya ke bank jika saya tetap memegangnya. Saya tidak sungguh-sungguh mengirim surat ke kantor pos jika saya tetap memegangnya dalam tangan saya. Saya tidak sungguh-sungguh menyerahkan diri saya ke pilot dalam pesawatnya sebelum saya mendapat struktur dan duduk. Saya tidak sungguh-sungguh menyerahkan diri saya kepada Kristus hingga saya menyerahkan diri saya—yang miskin yang tidak berharga, yang tidak bernilai, orang berdosa yang terhilang—di atas kakiNya dan menangis, “Jika saya binasa, saya binasa di sini. Jika saya mati, saya mati di sini, percaya di dalah kasih dan anugerah Yesus yang penuh berkat.”
Dan anda tahu apa yang terjadi? Ketika saya melakukan hal itu, Yohanes 6:37 berkata, “Barangsiapa yang datang kepadaKu tidak akan Kubuang.” Saya telah diselamatkan. Saya telah lahir kembali, saya telah menjadi ciptaan baru. Saya telah dicuci menjadi bersih, putih dan murni, percaya, mengasihi, percaya, dan berkomitmen. Itu merupakan cara Allah menyelamatkan kita.
Bolehkah saya sekarang berbicara alasan mengapa Allah telah memilih iman ini sebagai jalan keselamatan kita? Yang pertama: bahwa tidak ada jalan lain yang olehnya kita dapat selamat. Jika saya menggantungkan keselamatan saya diatas kekudusan saya dan kesalehan saya, bagimana dengan yang terdahulu? Apa yang harus saya lakukan sehubungan dengan hal-hal yang telah terjadi dalam hari-hari dan tahun-tahun yang telah lewat dimana saya telah jatuh, dimana saya telah memberontak, dan telah berdosa?
Apa yang harus saya lakukan dengan masa lalu? Dapatkah saya kembali dan melepaskan pemikiran dan perbuatan itu? Saya tidak dapat. Jika di sana tidak ada cara lain bagi Allah untuk menyelamatkan saya, saya terhilang karena penghukuman terhadap hal-hal masa lalu.
Dan apa yang harus saya lakukan terhadap masa depan? Bagaimana saya dapat mengetahui, bahwa mulai dari saat ini saya tidak akan pernah memberontak, tidak pernah berdosa, tidak pernah melakukan kesalahan?
Saya menghukum diri saya kedalam sebuah kehidupan yang sengsara dan tanpa pengharapan, jika saya mencoba untuk menemukan cara lain dari keselamatan lebih dari pada dalam anugerah dan kemurahan serta pengampunan dari Allah. Saya tidak memiliki pengharapan dengan hal itu. Tidak ada cara lain bagi saya untuk diselamatkan kecuali diterima dalam kebaikan Allah dan kemurahanNya terhadap saya.
Yang kedua, tidak ada jalan lain dimana saya memiliki jaminan dan perlindungan dari keselamatan saya jika saya mendasarkan keselamatan atas usaha dan kebaikan saya. Bagaimana mungkin saya dapat mengetahui bahwa saya telah bertobat dengan cukup atau bahwa saya telah menangis dan meratap dengan cukup atau saya telah cukup berduka atau saya telah memiliki kasih yang cukup?
Ketika saya melihat keselamatan saya di dalam diri saya, saya terjatuh kedalam kecemasan dan kekhawatiran dan keputusasaan. Dan semakin saya berusaha, semakin saya merasakan perasaan terhilang, dan kegagalan menyelimuti saya.
Marthin Luther merupakan seorang rahib dari ordo Agustinian di biara Wittenberg Jerman. Dan dia berusaha untuk membuat dirinya benar di hadapan Allah. Dia mengikat dirinya hingga pingsan. Dia memukuli dirinya sendiri dengan cambuk hingga darah mengalir dari tubuhnya.
Akhirnya dalam pengharapannya untuk mencari kedamaian, dia membuat sebuah perjalanan suci ke Roma. Dan sementara dia merangkak dengan lututnya menaiki Scala Santa di depan gereja St. John Lateran, untuk memperoleh keselamatan melalui usahanya sendiri, dengan mendaki melalui lututnya, tiba-tiba seperti guruh bergema suara dari surga dan memenuhi hatinya, “Hidup hanya oleh iman, dengan percaya di dalam Allah.” Luther berdiri, menuruni tangga itu dan kembali ke Jerman, dan reformasi dimulai.
Ketika saya melihat kedalam diri saya sendiri—usaha-usaha saya dan perbuatan baik, untuk memperoleh pengampunan dan kesucian serta kemurnian, saya terjatuh kedalam keputusasaan. Tetapi ketika saya melihat kearah Yesus, saya dikuatkan dan merasa nyaman, tertolong, diangkat dan dibangkitkan keluar dari lubang yang berlumpur. Saya mungkin tidak benar tetapi Dia benar, saya mungkin lemah tetapi Dia kuat. Saya mungkin gemetar ketakutan dari serangan gencar dosa. Dia tidak pernah gagal, tidak pernah kalah dalam sebuah pertempuran.
Dan keselamatan saya tidak bersifat subjektif: dalam saya. Keselamatan bersifat objektif: dalam Dia. Seperti bahtera, seperti darah pada Paskah, seperti ular tembaga di padang gurun, saya melihat ke arah Dia dan saya bercahaya, dibenarkan, dimaafkan dan diselamatkan. Saya dibasuh dalam anugerahNya dan kasih serta kemurahanNya. Tidak ada jaminan lain selain di dalam Dia.
Mengapa, iman ini adalah jalan keselamatan—karena disana tidak ada jalan keselamatan yang lain dimana saya dapat diselamatkan, di sana juga tidak ada jalan lain dimana saya mendapatkan perlindungan dan jaminan. Tidak ada jalan lain dimana Allah menunjukkan kemurahan dan belas-kasihanNya.
Dalam pasal pertama dan kedua Kitab Kejadian, Pencipta yang Agung digambarkan di sana, sebagaimana oleh perintahNya, Dia menempatkan alam semesta ini kedalam sebuah keberadaan. Dia menggerakkan planet ini dalam ruang angkasa. Dia menciptakan gunung-gunung dan lautan, bintang-bintang dari cakrawala dan kemuliaan dunia. Tetapi tidak hanya sampai pada pasal tiga dari Kitab Kejadian dan pasal empat dari Kitab Kejadian tetapi dari seluruh pasal yang mengikutinya kita melihat Allah sebagai penebus, sebagai yang kudus dan Juruselamat surgawi.
Adalah sesuatu yang indah untuk memuji Allah dalam kebesaranNya. Tidak ada hal yang lebih berharga dari pada mengasihi Allah terhadap kemurahan dan pengampunan yang diberikan kepada kita.
Dan bagaimana Allah mengulang dalam setiap bagian Alkitab, undangan yang penuh dengan keramahan: “Kata Yesus, engkau sudah diampuni. Datanglah, engkau, setiap orang yang haus, biarlah dia datang kepada air yang hidup dan meminumnya. Yang diberikan dengan Cuma-Cuma.” Itu adalah kemurahan Allah, dalam keramahanNya terhadap kita yang selalu mengingat kita.
Mengapa iman ini merupakan jalan keselamatan? Karena ini merupakan satu-satunya jalan bagi setiap kita dan bagi kita semua, sehingga dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini merupakan pintu yang terbuka—ini adalah jalan iman—ini merupakan pintu yang terbuka bagi semua kebusukan yang berada di tengah-tengah kita.
Di dalam jemaat kita, ada seseorang yang sangat kotor dan dekil, seperti tikus dalam got, dihukum dalam penjara. Dan Allah mengangkat dia. Dia menjadi bersih. Dia telah dibasuh. Dia menjadi pemenang jiwa. Dia telah berubah, seorang yang kotor dan dekil sekarang menjadi orang kudus Allah.
Ini adalah pintu yang terbuka bagi orang-orang yang tidak terpelajar dan tidak berpendidikan. Saya tidak pernah begitu digerakkan dalam hidup saya daripada mendengarkan seorang pengkhotbah di pegunungan Kentucky, dia diselamatkan ketika dia sudah menjadi manusia yang sangat dewasa, dibaptiskan dalam pertengahan hidupnya, merasakan panggilan Allah untuk berkhotbah, berdiri di sana, di gereja wilayah sana, tidak dapat membaca, tidak pernah dilatih, dan tidak berpendidikan.
Tetapi saya berdiri di sana, dan mendengarkan pengkhotbah gunung itu dan Mazmur 104 ayat 24 merupakan teks yang dia sampaikan. Seseorang telah membacakannya untuk dia: “Betapa banyak perbuatanMu ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu.”
Dan dia berkhotbah tentang kehidupannya sebagai orang gunung, tinggal disana selama hidupnya. Gunung-gunung yang luar biasa itu katanya, berfungsi untuk menghancurkan kekuatan dari topan lautan. Allah menempatkan mereka disana. Pohon-pohon yang bertumbuh, mereka membuat kayu sebagai rumah mereka, membuat peti mati dalam pemakaman mereka ketika mereka meninggal. Aliran jeram membawakan air hidup bagi jiwa-jiwa mereka yang dahaga.
Mengapa, sebagaimana saya berdiri di sana dan mendengarkan orang itu, yang tidak berpendidikan, yang terbelakang, saya merasa jiwa saya diangkat dalam pujian yang luar biasa terhadap Allah. Itulah Allah: sebuah pintu yang terbuka bagi orang yang tidak berpendidikan dan yang terbelakang.
Iman yang merupakan jalan keselamatan, ini adalah sebuah pintu yang terbuka bagi orang-orang yang tidak memiliki pengharapan dan yang membutuhkan pertolongan. Tidak ada peristiwa yang memedihkan di dalam kehidupan Juruselamat kita daripada ketika Dia mati di atas kayu salib, di dekat Dia, seorang pencuri, seorang penjahat, seorang pengkhianat, seorang pembunuh. Dan berpaling kepada Allah, sebab dia tidak dapat melakukan hal lain, berkata, “Tuhan, ketika engkau masuk ke dalam kerajaanMu, maukah Engkau mengingat aku? Maukah Engkau memanggil namaku?”
Dan Tuhan berpaling kepada dia dan berkata, “Hari ini, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.” Ini adalah sebuah jalan yang terbuka bagi orang-orang yang tidak memiliki pengharapan dan yang butuh pertolongan. Ketika dia tidak dapat lagi melakukan apapun.
Ini merupakan pintu yang terbuka bagi setiap orang yang berpengaruh dan orang-orang duniawi. Saya dapat menunjukkan kepada anda orang-orang di dalam jemaat ini, dalam setiap jemaat yang berkumpul di sini, para suami, para istri, orang tua, para pasangan, orang-orang kaya, orang-orang yang sukses, orang yang memberikan hidup mereka kepada dunia, orang yang suka berpesta, orang yang egois, orang yang kedagingan, orang yang terkemuka. Sekarang mereka telah menemukan Allah dan memiliki arti dalam usaha mereka, dalam ibadah mereka, di dalam permohonan mereka. Mereka berjalan dalam terang kemuliaan Allah
Dan ini merupakan pintu yang terbuka bagi setiap orang dari kita. Saya dapat menggambar sebuah lingkaran disekeliling setiap orang dari kita di sini. Dan dalam lingkaran itu, anda dapat diselamatkan, hanya anda dan Allah, dengan iman, dengan percaya, dengan komitmen, memandang kepada Yesus: “Tuhan, inilah hatiku dan aku telah membuka hatiku kepadaMu.”
Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.
Tetapi setiap orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya
Dimanapun anda berada anda dapat diselamatkan. Dimanapun anda berada, anda dapat mendedikasikan keluraga anda kepada Allah, dimulai dari hari ini. Ini akan menjadi hari yang baru bagi kita di dalam rumah kita dan di dalam keluarga kita dimanapun anda berada
“Tuhan, Tuhan, hatiku terbuka untuk surga,” Kehendak Allah. “Dan setiap orang yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan,” hanya anda dan Allah.
Oh, keluarga yang manis, datanglah, datanglah. Puji Tuhan. Datanglah, datang. Seseorang dari anda, yang berada di atas Balkon, turunilah salah satu tangga ini, yang berada dalam kerumunan orang yang berada di lantai bawah, telusurilah salah satu lorong bangku ini: “Pendeta, hari ini kami telah memutuskan untuk datang kepada Allah, dan di sini kami berdiri,” bukan karena kesalehan saya, tetapi di dalam Dia; bukan karena kekuatan saya, tetapi di dalam Dia. Lihatlah kepada Yesus, kemurahanNya dan kasihNya serta pengampunannya menjadi perantara bagi kita melalui kepercayaan kita, iman kita, dan ketika saya melakukan hal itu maka saya menjadi selamat. Allah menuliskan nama saya dalam Kitab Kehidupan. Allah melakukan sesuatu di dalam hati saya. Allah memberkati saya dalam pengembaraan saya di dunia ini. Mari datanglah.
Mari kita berdiri.
Tuhan kami yang luar biasa, yang memenangkan sebuah perperangan bagi kami yang tidak dapat kami menangkan, mengatasi sebuah musuh yang ingin membuat kami berpaling kedalam debu tanah, Oh, Tuhan Yesus Kristus, dalam anugerahMu, dalam kemurahan, kasih dan kebaikanMu, kami semua telah diselamatkan. Semoga tidak ada seorangpun yang meninggalkan pintu gereja ini tanpa mengatakan ini terlebih dahulu pada hari ini, pada saat ini: “Saya membuka hati saya dan rumah saya, serta keluarga saya kepada kehendak Allah, kehendak Yesus dan kehendak surga.”
Pada momem ini, ketika jemaat kita berdoa, dan ketika kami menunggu sebuah keluraga, katakan: “Pendeta di sini kami berdiri. Kami telah memutuskan untuk datang kepada Allah dan inilah kami.”
Bagi anda yang merupakan pasangan keluarga, ini adalah hari dimana Allah telah berbicara kepada kita, dan kita akan meletakkan rumah kita, kelurga kita dan hidup kita ke dalam tangan Yesus. Dan siapapun anda, katakanlah: “Ini merupakan hari dimana saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya, dan saya datang.”
Lakukanlah. Buatlah keputusan sekarang di dalam hati anda. Dan ketika kita menyanyi sebentar lagi, turunilah tangga itu, dan telusurilah lorong itu: “Aku datang pendeta, aku berada di jalanku.” Semoga malaikat mengundang anda dan Allah memberkati anda sebagaimana anda menjawabnya dengan seluruh hidup anda.
Dan terima kasih Tuhan, atas tuaian berharga yang Engkau berikan kepada kami. Di dalam keselamatanMu dan pemeliharaan namaMu. Amin.
Alih bahasa: Wisma Pandia