Daftar Isi

SEBUAH PERSEMBAHAN YANG HIDUP

(A LIVING SACRIFICE)

 

Dr. W. A. Criswell

Roma 12:1-2

01-09-55

 

Di dalam khotbah kita melalui Firman Allah dalan seri Kitab Roma, kita telah masuk ke dalam Kitab Roma pasal dua belas. Dan di dalam Alkitab anda, jika anda berpaling ke dalamnya, anda akan menemukan keuntungan yang besar untuk mengikuti khotbah pada pagi hari ini di dalam Alkitab anda. Jika anda telah berada di gereja, di sini, di Gereja First Baptist di pusat kota Dallas, dan jika anda telah mengikuti khotbah pendeta sebagaimana dia telah berkhotbah melalui Alkitab, dan Kitab Roma, atau jika anda telah membaca kitab ini dan mengingat susunannya, anda tidak terlalu terkejut, atau hampir shok, ketika anda datang ke dalam pasal dua belas dari kitab itu. Di dalam  permulaan pasal sebelas Kitab Roma, jika anda telah mengikuti metode yang tepat dan alasan penutup yang ditulis oleh Paulus, anda akan terkejut dalam kenyataan himpunan dari motto dalam ketiga pasal itu, dan seakan-akan terhilang bersama-sama serta terhenti di dalam pasal dua belas ini. Tetapi jika anda melihatnya dengan lebih dekat, anda akan melihat bahwa Rasul Paulus mulai berkata sebagaimana dia membuka hal ini dalam bagian yang berbeda dari kitab itu, adalah tidak lain dari pada sebuah rentetan pikiran. Itu adalah sebuah alasan konsekuensi dari apa yang telah dia tulis sebelumnya,. Dia memulai dengan: 

 

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna [Roma 12:1, 2]. 

 

“Karena itu, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, “ itu yang dikatakan Paulus sekarang—menuliskan sebuah hal yang datang keluar dari apa yang telah dia sampaikan sebelumnya. Hal apa yang telah dia sampaikan sebelumnya? “Karena itu, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,: dalam pasa s1 hingga pasal 8, dia menjelaskan tentang kemurahan allah terhadap bangsa-bangsa lain—terhadap kita. Dan di dalam pasal 9, 10, 11, dia berbicara tentang kemurahan dan belas kasihan Allah terhadap orang Yahudi, dan atas dasar dari kemurahan Allah, pernyataan Allah di dalam Yesus Kristus. “Karena itu,” dan dia mulai untuk berbicara “Lihatlah ke dalam kemurahan Allah ini.” Dasar dari perkataan Paulus “Karena itu”—dan kemudian berhenti. Di dalam pasal sebelas, dalam ayat tiga puluh, tiga puluh satu dan tiga puluh dua:

 

Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah tetapi sekarang beroleh kemurahan…

Demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.

Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya ia dapat menunjukkan kemurahanNya atas mereka semua…

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu…..(Roma 11:30-12:1)

  

Dan selanjutnya semuanya berbicara tentang nasihat di dalam kehidupan orang Kristen.. 

Ada dua hal yang saya lihat sebagaimana Paulus memulai nasihatnya di dalam bagian praktikal, bagian aplikasi dari doktrin yang luar biasa dalam Kitab Roma. Dan bagian yang pertama adalah hal ini: Bahwa Paulus memberi dasar terhadap seluruh kehidupan Kristen, semua moralitas Kristen, semua etika Kristen—dia mendasarkannya atas doktrin Kristen, atas kepercayaan orang Kristen. Lagi Paulus menunjukkan bahwa, bagian kehidupan, bagian etika, bagian moral tidak berarti apa-apa tanpa sebuah konsekuensi logis dari bagian doktrinal, bagian kepercayaan, bagian kredo-kredo. 

Jika anda telah membaca semuanya, sejarah kekristenan, sejarah gereja, anda akan menemukan bahwa setiap abad selalu ada sebuah tendensi untuk membesarkan yang satu dan untuk meminimalisasikan salah satu dari mereka—doktrin dan praktika, kepercayaan dan hidup, iman dan aplikasi. Pada generasi masa lalu, sejarah gereja hampir tanpa pengecualian telah membesarkan bagian doktinal, kredo-kredo. Bagaimana orang melakukannya, bagiaman mereka hidup, bagaimana mereka berkelakuan tidak begitu masalah atau konsekuensi dari semuanya. Tetapi energi dari gereja telah diberikan untuk menulis kredo yang besar dan doktrin yang hebat. Mereka telah memasukkannya dalam kontroversi kekristenan yang lebar itu, di dalam masa reformasi, di dalam pengajaran iman; apakah yang seharusnya seseorang harus percayai dan di dalam tulisan tulisan yang keluar dari kredo yang hebat iti. Itu adalah gereja di dalam generasi lampau.

Pada generasi kita dan dalam zaman modern, hal itu merupakan kebalikannya. Hari ini kita tidak memberikan sebuah jentikan jari tentang apa yang seseorang percayai, atau kredonya, atau gerejanya, atau tranpa kredo, atau tanpa gereja. Hari ini kita berkata, semua materi itu adalah tentang apa yang orang perbuat. Bagaimana dia hidup. Dan iman serta kredo dan doktrin tidak berarti sama sekali. Dan ini adalah alasan bahwa dalam generasi yang tenggelam dan bersifat murahan ini, kita datang kepada sebuah pengecualian, untuk menemukan, sejarah yang dahsyat dan duri yang besar. Tidak akan ada sebuah etika yang hebat kecuali oleh sebuah doktrin yang luar biasa, sebuah iman yang dalam serta kokoh. Pratktikal sangat diperlukan tetapi hal itu keluar dari perkembangan doktrin, kredo, iman dan apa yang orang percaya. Sekarang, di dalam rasul Paulus dan di dalam Alkitab ini, anda akan menemukan bahwa hal itu selalu seimbang.

Yang pertama, tidak ada alasan bagi hal ini—yang pertama, Paulus akan mendasarkan sebuah dasar doktrin yang luas, yang dalam dan luar biasa. Seperti ini, dalam bagian pertama pasal sebelas Kitab Roma. Kemudian di atas dasar itu, dalam perluasannya, dasar yang dalam, dia akan mengemukakan sebuah struktur yang hebat, yang bernilai, kehidupan orang Kristen yang terhormat. Itu adalah hal yang pertama.

Sekarang, hal yang lain di sini—Karena itu aku menasihatkan kamu saudara-saudara, demi kemurahan Allah. Kemurahan, disingkapkan di sini dalam pasal pertama hingga pasal delapan terhadap bangsa-bangsa non Yahudi. Kemurahan, disingkapkan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Pada pasal sembilan, sepuluh dan sebelas bagi orang Yahudi. Karena itu aku menasihatkan oleh pernyataan dan kemurahan dan belas kasihan Allah di dalam Kristus Yesus, bahwa—dan kemudian dia melanjutkan dengan kehidupan orang Kristen yang terhormat, yang ideal sebagaiman yang anda baca pada pagi hari ini.

Paulus menyampaikan hal itu di sini kepada dunia ini, bahawa telah datang kuasa yang baru, makna baru dari prestasi moral serta kedudukan moral yang tinggi. Baca kembali motto itu yang mana kita telah baca bersama-sama. Konsep itu sama seperti masa lalu. Sebagai contoh: “Jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum. Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.” Anda berkata, itu adalah sebuah penyingkapan doktrin Kristen yang menakjubkan. Ah, anda tidak tahu apa yang sedang anda bicarakan. Seribu tahun sebelum Kristus, Salomo berkata dalam Amsal 25:21-22: “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan Tuhan akan membalas ia kepadamu.”  

Apakah agama Kristen? Ia adalah sebuah penghasil ulang dari moralitas masa lalu dan pemikiran etika masa lalu? Dengarkan saya. Tidak pernah ada kebudayaan, sebuah peradaban besar, tidak pernah ada seorang yang terhormat dalam sejarah, tetapi mereka memiliki pengajar-pengajar etika yang luar bisa. Kembali ke masa lalu, sebelum Kristus, ada sejumlah pengajar moral yaitu—Konfusius, Hammurabbi, Lao Tse, Zoroaster, Socrates, Plato, dan ribuan lainnya. Saya ingat ketika saya mulai membaca sejarah, salah satu dari orang yang pertama kali melintas adalah Hammurabi. Anda ingat Hamurabbi? Dia hidup pada masa yang sangat lampau, yang mana saya tidak tahu kapan dia hidup. Tetapi dia adalah salah satu pengajar moral dan etika yang terkemuka.

Apakah kita kurang pengajaran moral? Apakah kita kekurangan hukum perbuatan dan etika yang telah diberikan oleh keyakinan Kristen? Tidak, ungkapakan-ungkapan moral itu akan anda temukan di dalam pasal dua belas dan di setiap tempat dalam Perjanjian Baru. Ungkapan-ungkapan moral itu adalah hal yang selalu kita sebutkan  secara berulang-ulang. Sepanjang zaman dan sepanjang pengajaran moral. Tetapi apakah kekurangannya, maksudnya adalah mereka kurang kuasa atau kemampuan, artinya adalah kita tidak memiliki kemampuan untuk mencapai prestasi moral yang tertinggi. Seneka adalah orang yang hidup sekontemporer dengan Paulus. Mereka berada di Roma pada saat yang sama. Dan beberapa dari penulis literatur yang jenius ini suka untuk menulis puisi dan esai tentang pertemuan bersama—diskusi antara Seneka dan Paulus. Seneka adalah orang yang hidup sezaman dengan Paulus dan dia mengajarkan hal-hal yang besar dan luar biasa. Bacalah tentang dia dan lihat. Tetapi pada saat yang sama, ketika Seneka mengajarkan hal yang hebat, Roma memiliki sebuah moral yang rendah dan Nero bukanlah apa-apa kecuali sebagai seorang tukang jagal. Apakah yang dikatakan oleh syair yang indah ini?  

 

Naik ke atas, bergerak ke atas

Dan mari bergerak semakin naik

Dan usir keluar kebuasan

Dan biarkan monyet dan harimau mati

 

Tepat seperti itu. “Bergerak naik. Dan mengusir keluar kebuasan. Dan biarkan monyet dan harimau mati.” Bukankah hal itu luar biasa? Tetapi bagimana kita dapat menggerakkan kitab kita yang berat ini? Bagaimana kita membiarkan monyet serta harimau yang berada di dalam diri kita mati? Apakah karena kita tidak tahu dengan lebih baik bahwa kita tidak tahu untuk melakukan hal yang lebih baik?  Apakah karena dunia kekurangan guru etika yang telah dilemparkan ke dalam kegelapan dari kesusilaan yang tidak dapat digambarkan? Apa yang menjadi kekurangan dunia ini adalah maksud, kuasa, kemampuan untuk menghasilkan moral yang ideal yang telah diketahui sejak awal. Dan itu adalah kepercayaan Kristen dan iman Kristen dan pesan keristenan. Hal itu dicurahkan ke dalam hati dan jiwa manusia—Kekristenan mencurahkan sebuah kejeniusan yang baru, sebuah kemampuan yang baru, sebuah kesanggupan. Di dalamnya ada kuasa melahir barukan, ada sebuah roh yang menggerakkan yang berasal dari Allah yang datang ke dalam kehidupan orang Kristen dan akarnya serta cara kerjanya  adalah bersama-sama secara alami dan sebuah konsekuensi. Seperti kuncup yang akan berubah menjadi bunga, dan seperti bunga yang berubah menjadi buah, demikian juga dengan doktrin Kristen, penyingkapan Yesus Kristus, ketika hal itu telah diterima dan dipercayai oleh jiwa manusia, ia akan menghasilkan keindahan dari kehidupan orang Kristen. Itu yang sesungguhnya. “Karena itu, aku menasihatkan kamu demi pernyataan Allah, dengan doktrin Allah, dengan kepercayan Kristen” dan semua hal itu akan diikuti sesudahnya tetapi oleh sebuah konsekuensi alami dari iman, dari sebuah keyakinan, dari sebuah doktrin, dari sebuah kepercayaan seseorang yang telah diberikan dalam hidupnya. Dan kepercayaan itu ada dalam Alkitab. Di dalam rasul Paulus.

 

Aku menasihatkan kepada kamu oleh doktrin yang luar biasa ini supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sebagai ibadahmu yang sejati.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:1-2).

 

Dan sekarang, saya menggunakan hal itu untuk keseluruhan. Saya menggunakan seluruh pengetahuan bahasa Yunani Perjanjian Baru saya dalam mengkotbahkannya; tetapi ada sebuah perasaan yang datang kepada saya bahwa orang merasakan seakan-akan saya suka pamer dan salah belajar. Jadi saya menghentikannya. Hanya sesekali waktu saya mereferensikannya dengan Akitab bahasa Yunani saya. Tetapi jika mereka berkata bahwa saya sok pamer dan salah pada pagi hari ini, baiklah, Saya pikir saya akan mengambil resiko itu, karena bagi saya hal itu memang terlihat berbeda bagi saya dalam Kitab ini di bandingkan dengan bahasa Yunani, sehingga saya merasa perlu untuk melakukannya. Sekarang, saya ingin menunjukkan mengapa hal itu terlihat berbeda bagi saya. Saya dapat membaca dalam bahasa Inggris di sana selamanya. Dan saya mendapat ide untuk memberikan tubuh saya kepada Kristus. Tetapi hal itu tetap tidak begitu jelas di dalam pikiran saya. Tetapi mari kita lihat di sini sejelas mungkin. Dan saya akan menunjukkan kepada anda mengapa. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Dan kita akan berhenti untuk beberapa menit.

Semua kata-kata itu adalah keterangan tambahan untuk tubuh. “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah—pernyataan dari Yesus kristus—supaya kamu mempersembahkan”dan itu adalah sebuah teknis dari bahasa Yunani untuk persembahan Imamat. Seseorang yang mau mengadakan ibadah untuk menyembah Allah pada masa Imperium Roma, dia mengambil sebuah persembahan bersama dengan mereka, sebuah korban. Dan itu adalah paristemi, sebuah kata teknis untuk “membawa, pemberian” dari persembahan mereka kepada Allah. Dan setiap orang Roma yang membacanya dan setiap orang Yahudi yang membacanya, secara tepat mengetahui artinya. Membawa sebuah hewan korban dan menempatkannya di atas altar di hadapan Allah. Jadi kita, kata Paulus, harus memberikan “persembahan” di hadapan Allah—kita harus membawa “tubuh” kita ke altar Allah. sekarang saya akan menyatakannya dalam bahasa Yunani dan anda akan melihat hal itu. Setiap kata dari kalimat itu diikuti dalam sebuah kalimat penjelasan untuk tubuh—somata. Sekarang kita akan melihatnya ke dalam kalimat itu.  

Setiap kata darinya akan menuju akhir dalam surat yang sama, di dalam bentuk akusatif—“tubuhmu”—thusian, zosan, hagion, euareston, latreian, logiken, hemon.  Setiap kata dari mereka memiliki sebuah an—sebuah an, sebuah on, sebuah on, dan on.  Sekarang, ketika anda melihatnya di dalam kalimat ini, semua kata itu dimodifikasi bahwa ketika anda mempersembahkan tubuh anda, anda membaringkannya di atas altar  Allah, supaya anda “mempersembahkan tubuhmu sebagai sebuah korban di atas altar Allah.” Thusian—apakah itu? Itu adalah tubuh anda sebagai “korban.” Baringkan di atas Altar. Zosan—“hidup,” tidak mati, tidak terbunuh.  Sebagaimana mereka membunuh hewan; tetapi anda harus membaringkannya di atas altar dalam keadaan hidup—zosanHagion—adalah untuk menjadi “murni” dan “tanpa noda.”  Euareston—adalah “yang berkenan.” “Tanpa cacat.” Anda tidak dapat mengambil seekor anda domba yang luka atau lecet. Domba itu harus yang terbaik dalam kawanannya untuk “berkenan” bagi Allah.  Logiken—berarti “logis.” Itu adalah kata yang tepat di sini—“logis.”  Itu adalah sebuah ibadah yang anda lakukan terhadap Allah, bukan karena ketidaktahuan atau karena sebuah kebiasaan.  Hal itu harus dari pikiran anda. Itu berarti dari suatu pemikiran yang keluar dengan jernih. Hal itu harus menjadi sebuah kesadaran. Anda dapat menerjemahkannya dengan “kerohanian.” Anda dapat menerjemahkannya dengan “layak.”  Ketika anda datang ke hadapan Allah dan apa yang anda lakukan adalah karena sebuah kebisaan, dengan ibadah yang diulang-ulang, Allah berkata: “Tidak.” Tetapi ibadah anda harus dengan sebuah kesadaran dan bersifat rohani, yang berasal dari pikiran anda sendiri.  

Sekarang kita akan melihat hal itu beberapa saat—untuk membawa tubuh kita. Sekarang di dalam bagian ayat selanjutnya, dia berbicara tentang pikiran kita. Kita harus membawa tubuh kita dan membaringkannya di atas altar. Tetapi bagian pertama di sini adalah tubuh kita. Melalui kematian kita, kita meraih sebuah kehidupan rohani di dalam Tuhan Yesus. Dan korban yang kita bawa bukanlah sebuah korban yang mati, dan bukan persembahan kematian. Tetapi merupakan persembahan yang hidup. Dan itu adalah prestasi. Lihatlah ke arah itu untuk sesaat. Itu adalah sebuah prestasi. Bagaimana saya akan membawa tubuh saya dan membaringkannya  di sana, di atas altar Allah, sesuatu  korban yang hidup, persembahan yang hidup. Bagimana saya akan melakukannya? Karena daging begitu banyak di dalam kita dan sangat mustahil untuk menaklukkannya untuk menundukkannya dan menguasainya. Bagaimana saya akan melakukannya? Baiklah, inilah cara yang harus dilakukan. Saya dapat membawa tubuh saya dan membaringkannya di atas altar Allah, sebuah persembahan yang hidup dan menundukkannya dengan memotongnya, dengan mendera, dengan menyengat dan dengan masuk biara, dengan memuaskan diri dan pendisiplinan hidup. Saya dapat melakukannya seperti itu.

Beberapa waktu yang lalu, yang menakutkan saya dan membuat saya heran adalah saya membaca di mana teolog terkemuka dari Roma Katolik yang hidup dalam abad pertengahan, bahwa  teolog itu diperintahkan untuk memberikan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup di hadapan Allah, diperintahkan untuk mengatasi pencobaan di dalam daging, dia harus mengebiri dirinya dalam perintah untuk menanggulangi pencobaan di dalam hidupnya. Ketika saya membaca hal itu, saya sangat terkejut dan sangat heran. Sebuah persembahan yang dibaringkan di atas altar Allah, dipotong, dikebiri, dan cacat.

 Ketika saya melihat film Martin Luther—setiap orang harus berusaha untuk melihatnya—the Life of Martin Luther—ketika dia berada  dalam biara, dia berusaha unuk menundukkan kedagingannya. Apakah anda mengingat gambaran itu ketika dia masuk ke dalam sel biara dan dia berbaring di dinding dan mencambuk dirinya dengan tang besi yang berat itu? Dan ketika panggilan makan malam datang, Martin Luther tidak muncul. Dan para biarawan datang dan membuka pintu sel, dan di sana Martin Luther berbaring tak berdaya dia atas lantai dari selnya. Dia telah menyiksa dirinya sendiri hingga pingsan.

Bagaimanakah saya akan membaringkan tubuh ini di atas altar Allah? Anda tidak perlu mencambuknya. Dengan hidup mengikuti displin biara. Allah berkata, “Tidak!” Tetapi ketika tubuh itu dibaringkan di atas altar, dia harus tanpa cacat. Tanpa terpotong. Tanpa dikebiri, ia harus sempurna sebagaimana kita dapat membuatnya sempurna. Setipa tetesan darah haruslah menjadi sebuah tetesan nyala api. Setiap urat saraf dan tulang harus utuh dan tetap pada tempatnya. Dan tubuh itu dibaringkan sebagai sebuah korban di hadapan Allah, yang hidup, sebuah perasaan. Seluruhnya, didedikasikan,  dan diserahkan kepada Allah. Itu yang disampaiakan oleh Kitab itu. Bagaimanakah saya seharusnya membaringkan tubuh di atas altar? Saya akan membaringkannya di sana dan kemudian, ketika waktu terasa berat dan masalah begitu besar, dan beban begitu berat, lalu saya akan berhenti. Dan saya tidak mau memikulnya. Itu adalah korban yang mati. Sebuah persembahan yang mati. Persembahan yang harus dibaringkan di atas sana adalah anda, persembahan yang harus dibaringkan di atas sana adalah seluruh hidup dan dibangunkan oleh kuasa Allah yang Mahakuasa sebagaimana Allah hidup dan bernafas di dalam anda. Seluruh diri anda. Segenap diri anda. Itu berarti tidak diam dan tidak mati, tanpa henti, tanpa sebuah kekhawatiran. Itu berarti sebuah perjuangan. Itu berarti sebuah konflik. Itu berarti sebuah perang sipil, bahwa setiap orang harus tahu bahwa siapa yang berusaha berbaring di atas altar Allah, kehidupan itu adalah milik Allah. Seluruh hidup adalah sebuah pertempuran melawan musuh. Dan seberapa banyak, cahaya yang diberikan kepada Allah. Sebab itu aku menasihatkan kamu sudara-saudara, demi doktrin dan pernyataan dan kemurahan Allah untuk bangkit ke atas altar yang tinggi untuk membaringkan tubuhmu di atas altar itu. Bukan yang mati tetapi yang hidup. Tanpa cacat melainkan yang berkenan, kudus tanpa cacat di hadapan Allah. altar—logikon, “logika”—pikiran anda, ibadah yang layak. Itu adalah sesuatu yang anda lakukan dengan kepala anda dan hati anda. Hal itu merupakan suatu pilihan.    

Dan dia berpaling kepada pikiran—“ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna [Roma 12: 2]. Dan itu bukan sebuah kebisaan pada zaman ini. Jika anda berpaling ke dalam 1 Petrus pasal satu ayat empat belas: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu” (1 Petrus 1:14). Itu merupakan kata yang tepat—Saya akan menunjukkan tempat yang lain di mana anda menemukan kata itu. Saya tidak memiliki waktu untuk hal itu—“ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah.” Kata  Yunaninya adalah kata yang telah anda tahu, metamorphoo, “metamorfosis.” Dan anda akan menemukan kata itu di dalam Transfigurasi dari Yesus Kristus. Bertrnsfigurasilah kamu. Bermetamarfosislah kamu. “Berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).

Kemudian anda memiliki sebuah keterangan tambahan yaitu “ons” dan lagi: to agathon,  euareston, telleion.  Apakah “kehendak Allah”—apakah kehendak Allah, yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Sekarang, janganlah menjadi serupa dengan dunia ini. Tetapi bermetamorfosislah. Berubahlah kamu dengan pembaharuan budimu. Kita telah membaringkan tubuh kita di atas altar, tanpa terpotong, dengan seluruh hidup, kudus yang didekasikan kepada Allah. Kita telah meletakkannya di atas altar.

Sekarang, pikiran kita. Ada dua hal di sana yang saya lihat, yang mana Paulus berkata tentang pembaharuan budi kita, pikiran kita. Dan yang pertama adalah hal ini: bahwa kita tidak membiasakan kehidupan kita berdasarkan dunia ini, tetapi kita harus membiasakan hidup kita dengan kekudusan yang ideal, pola yang diberkati, yang ditempatkan Allah dalam sebuah regenerasi hati atau sebagaimana yang dia gunakan di sini, di dalam pembaharuan budi. Seluruh hidup tidaklah memiliki arti apa-apa selain dari pada visi yang keluar, keyakinan, tujuan dari umat manusia di dalam pikirannya, di dalam kepalanya. Dan ada dua pola yang dapat dimiliki manusia di dalam kepalanya, di dalam pikirannya. Dia dapat memiliki dunia atau dia dapat memiliki pikiran yang berada di dalam Kristus Yesus. Dan apapun yang dibangun manusia dalam hidupnya akan berdasarkan pada keyakinannya, hal-hal yang dia pikir layak, kepemilikan yang berharga, memiliki hal yang layak yang dia miliki dalam pikirannya.

Untuk menunjukkan hal itu kepada anda, yang bukan berdasarkan Perjanjian Baru, (itu adalah sebuah hal yang aneh) jika anda pernah membaca filsafat Platonik—filsafat dari Plato yang hidup ratusan tahun sebelum Kristus. Filsafat Platonik adalah: ada sesuatu yang berada di alam semesta ini yang bersifat sebagai sebuah kekekalan. Yaitu ide. Ada banyak pola. Hal yang bersifat kekal adalah ide dan pola-pola itu. Dan semua hal yang kita lihat bukanlah apa-apa tetapi sebuah salinan dari ide dan pola-pola itu. Ada satu manusia yang luar biasa kudus, satu pola dan semua hal lainnya adalah salinan. Tetapi di sana ada sebuah pribadi yang ideal. Anda memiliki banyak sekali piano, salinan dari piano; tetapi hanya satu piano yang ideal. Dan segala sesuatu, kata Plato, hal yang kekal adalah ide dan semua hal lainnya hanyalah salinan dari sesuatu itu.

Sekarang Paulus berkata di sini bahwa di dalam pikiran kita adalah visi itu dan mimpi-mimpi itu dan keyakinan dari manusia itu, di mana pun mereka berada di dalam diri seorang manusia, terhadap keyakinan itu dan mimpi itu, seseorang pada akhirnya akan mengasimilasikan dalam hidupnya. Tidak ada sebuah hal, Paulus berkata sebagai pikiran yang salah dan ideal-ideal yang miskin. Dan berhala-berhala yang tidak layak serta sebuah kehidupan yang luar biasa terhormat. Jika seseorang ingin memiliki sebuah  kehidupan yang terkemuka dan yang luar biasa dan hidup yang terhormat, dia harus memiliki ideal yang luar biasa dan visi yang luara biasa dan pemikiran dan aspirasi yang terhormat. Teladannya yang sempurna, kemuliannya, tujuannya yang besar terhadap apa yang dia rasakan, dia akan raih dalam hidupnya, mereka harus kudus, mereka harus datang ke dalam pembaharuan pikiran. Jika kita memiliki hal itu, hidup kita, kata Paulus akan diasimilasikan ke dalamnya. Kita bertumbuh bersama kebaikan kita, tidak peduli apapun allah yang kita sembah, kita akan menjadi lebih baik dari kebaikan sebelumnya. Dan hal itu berada dalam pikiran kita dan dalam hidup kita yang keluar dari visi dan mimpi serta tujuan itu.  

Michelangelo adalah seorang yang canggung, dan dalam banyak kali, Michelangelo memiliki sebuah perkataan bahwa seni patung bukanlah apa-apa di bandingkan dengan membawa bagian-bagiannya. Dari hal itu, dia bermaksud seperti ini: bahwa seorang seniman dapat melihat ke dalam patung itu di dalam zat padat, potongan marmer yang kasar. Dan sebagaimana artis melihat ke dalam patung itu di dalam marmer yang belum terpotong, di memotong di sana dan dia memotong di sini dengan sebuah martil di sini dan sebuah pahat di sana hingga akhirnya yang keluar dari pecahan marmer itu sebuah patung yang tinggal dalam pikiran dan hati  dari seniman patung yang jenius. Jadi maksud Paulus di sini sebagai acuan kepada pikiran kita dan hati kita, tujuan dari hidup kita, di dalam pikiran kita dan di dalam hati kita adalah sebuah prestasi dengan  mengambil bagian di sana dan di sini. Dan meresapi mereka, menandai mereka serta memberikan sentuhan yang baik terhadap mereka. Dan sebagaimana kita menuju akhir, patung itu keluar, hidup kita muncul, terbentuk berdasarkan kepada visi, dan mimpi yang kita miliki di dalam hati kita dan di dalam pikiran kita. Kita menghasilkan hal itu, metamorfosis dari hidup kita, kebiasaan dari hidup kita, tidak berdasarkan berhala-berhala dari dunia ini dan panggilan zaman. Kita tidak melakukannya berdsarkan zaman ini dan kehidupan ini, tetapi kita melakukannya ke atas, kita melakukannya berdasarkan gambaran yang hebat dan pola dari pikiran yang telah diregenerasikan, yang dibangun di dalam Kristus Yesus. Dalam perintah itu, kita dapat membuktikan, kita dapat mematuhi kehendak Allah. Yang kudus, yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.  

Sekarang, sebuah kata-kata tentang hal itu dan saya akan berhenti. Bagaimanakah seseorang dapat mengetahui kehendak Allah? Oh, saya tahu kehendak Allah—gereja saya memberitahukan kepada saya kehendak Allah. Saya tahu kehendak Allah—persekutuan ini memberitahukan kepada saya kehendak Allah. Saya tahu kehendak Allah—hal itu berada dalam kredo ini. Saya tahu pernyataan Allah—hal itu berada dalam perasaan ini, di dalam ungkapan-ungkapan ini. Saya tahu kehendak Allah—mengapa, saya telah diberitahu tentang hal itu. Itu adalah cara saya mengetahui kehendak Allah. dan itulah sebabnya mengapa dalam kebanyakan waktu saya gagal total dengan banyak orang ketika mereka datang kepada saya dan berbicara kepada saya tentang iman dan kepercayaan kita.

Hal ini berkembang di sini di dalam pelayanan saya, kebanyakan melalui perkawinan, akan ada seorang gadis yang akan menikahi seorang pemuda yang memiliki iman yang berbeda. Jadi mereka berusaha mati-matian untuk dapat bersama-sama, jadi mereka datang kepada saya dan ini adalah sebuah peristiwa yang biasa terjadi. Dan sebagaimana saya mulai berbicara kepada pemuda itu, sebagaimana saya mulai berbicara kepada gadis itu; saya melakukannya dengan sebuah Alkitab di tangan saya. Tetapi mereka berkata kepada saya, “Ya, tetapi persekutuan saya, pemimpin saya berkata,” dan kemudian saya hanya menjadi seorang yang tidak berdaya. Selama kehendak Allah bagi anda hanyalah ketetapan yang mati, selama kehendak Allah bagi anda adalah pengakuan iman seseorang, selama kehendak Allah bagi anda adalah apa yang seseorang sampaikan yang mengenakan pakaian imam, saya tidak dapat berbicara. Saya tidak memiliki apapun untuk disampaikan. Tetapi jika kemauan anda adalah seperti yang Paulus sampaikan di sini—dengan mendedikasikan hidup kita dan pikiran anda kepada pikiran Kristus—jika anda mau menguji dan membuktikan dan untuk melihat dengan pengalaman apakah kehendak Allah itu, anda akan mengetahuinya bagi anda dan bagi keluarga anda dan bagi hidup anda, ada akan tahu apa yang baik, to aghaton, yang layak, yang baik—apa yang Dia ingin anda lakukan dan yang sempurna. Apakah seluruh pelajaran dari Allah di dalam kartuNya bagi hidup anda. Dan anda akan mengetahuinya dengan pengalaman.  

Beberapa orang pria dari anda adalah pengacara. Anda berdiri di hadapan sebuah pengadilan dan di depan juri. Apa yang dimiliki Paulus dalam pikirannya adalah hal ini: bahwa seseorang berdiri di hadapan dunia dan di hadapan sahabat-sahabatnya dan di hadapan orang banyak. Dia berdiri di sana di dalam cara yang sama bahwa seorang saksi berdiri di depan pengadilan tertinggi Roma. Dan pengacara-pengacara mereka di sisi yang lain, memeriksa dia. Dan mereka melakukannya dengan tajam. Dan mereka melakukannya dengan prasangka. Dan mereka melakukannya dengan tanpa iman dan dalam ketidakpercayaan. Tetapi kesaksian yang benar dari Kristus adalah untuk berdiri dan berkata di depan pengadilan dan di depan hakim: Dia sama, membawa kesaksian kepada  sesuatu yang tidak dapat dibantah, pengalaman yang tidak dapat disangkal dari hidupnya. Hal itu bukan tentang sesuatu yang di dengar tentang saya. Hal itu bukanlah kata-kata yang jatuh yang diulang dari mulut orang lain. Hal itu tidak berasal dari apa yang orang lain telah sampaikan, tetapi ini adalah sebuah kehendak Allah bagi hidup saya sebagaimana saya menemukannya dari pengalaman. Sebagaimana saya telah membacanya dari firman Tuhan, sebagaimana saya telah berdoa di hadapan Allah, sebagaimana saya berusaha untuk hidup di depan manusia dan itu adalah kesaksian yang orang suka untuk melihatnya. Kesaksian dari sebuah kehidupan yang adalah pengalaman yang diberikan kepad iman dan doktrin dari Tuhan Yesus Kristus. Sebagaiaman hal itu telah anda temukan. Sebagaimana anda telah tinggal di dalamnya. Apakah kehendak Allah. Manusia bukanlah sebuah ukuran di hadapan Paulus. Tetapi Allah. Apa yang mereka katakana. Apa yang mereka pikirkan. Apa yang mereka khotbahkan. Bagaimana mereka melakukannya. Hal itu tidak menjadi masalah. Bagi kita adalah, apa yang Allah katakan? Apa yang Allah pikirkan? Apa yang Allah panggil bagi kita untuk dilakukan? Dan kita telah diberikan di dalam doktrin dan kemurahan dan Iman dari Tuhan Yesus Kristus. Kita telah diberikan kepada panggilan yang tertinggi itu, melihat kehendak Allah dengan pengalaman, memberikan hidup kita ke atasnya.

Ah, itulah Alkitab. Saya membaca sebuah kisah dari hal itu pada pagi hari ini. Tetapi setiap bagian kecil yang lama dari Kitab itu, jika anda menjatuhkan tali pengukur dan berusaha untuk mengukur kedalamannya. Itu adalah sebuah samudra, kedalaman yang menakjubkan dari kekayaan kemuliaan Allah di dalam Kristus Yesus, di dalam Kitab itu, Kitab yang penuh berkat. Baiklah Mr. Souther, kita nyanyikan lagu kita. Dan ketika kita menyanyikannya seseorang dari anda, telusurilah lorong ini dan berdiri di samping pendeta. Pendeta, ini saya datang. Saya ingin memberikan hidup saya kepada Allah. Saya ingin melakukannya. Saya telah diberitahukan tentang hal itu. Saya telah menilainya bagi diri sya sendiri. Itu adalah sesuatu yang saya telah pilih untuk saya lakukan. Itu adalah logikon latreian saya. Itu adalah kelayakan saya, masuk akal dan ibadah rohani. Saya telah memilihnya pendeta, saya telah memilih dan di sini saya berdiri. Saya telah memilih Allah dan iman, pernyataan Allah di dalam Kristus Yesus. Atau di dalam persekutuan dari jemaat kita, dengan baptisan, dengan surat, bagaimana pun Allah telah berfirman, datanglah anda, di mana saja, dari mana saja. Datanglah dan berdiri di samping saya sementara kita berdiri bersama-sama dan menyanyikan lagu.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.