Daftar isi

PENGHARAPAN KITA DI DALAM SORGA

(OUR HOPE IN HEAVEN)

 

by W. A. Criswell

12-12-54

Roma 11:25-32 [juga, 13:11-12]

 

            Anda sedang mendengarkan ibadah dari Gereja First Baptist di pusat kota Dallas. Dan ini adalah pendeta yang sedang membawakan khotbah pada pagi hari ini yang berjudul, PENGHARAPAN KITA DI DALAM SORGA. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Roma kita telah sampai  dalam pasal tiga belas.

            Dan ini adalah pesan yang terakhir dari pasal itu. Sebuah khotbah yang di dasarkan pada teks, atau dalam sebuah seruan atau tanda dari Paulus yang dia buat sebagaimana dia mendiskusikan sesuatu yang lain

            Sebagaimana dia berbicara tentang sepanjang kebajikan-kebajikan dan nasehat  terhadap orang Kristen, dia berkata, dalam ayat sebelas dan dua belas, “Karena kamu mengetahui keadaan waktu yang sekarang, yaitu saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya.”

            “Hari sudah jauh malam. Telah hampir siang.” 

            “Sebab sekarang keselamatan kita sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya.”

            “Hari sudah jauh malam. Telah hampir siang.”

            Paulus tinggal hampir sangat dekat dengan yang lain, di bagian atas, dunia surgawi. Bagi dia, hal itu sangat dekat sekali.

            Tidak begitu jauh, melainkan sangat dekat, dekat sekali. Saya dapat melihat hal itu di dalam diri rasul itu dengan lebih jauh bahwa dia tanpa tendeng aling-aling, dan seperti sebuah kesempatan yang tidak direncanakan dia menuliskan hal itu lebih dari pada teologi yang telah dia tuliskan. 

            Ini adalah salah satu dari antaranya. Ini adalah bagian kecil yang dia tulis di sini tentang kehidupan kekristenan kita dan kebijaksanaan kekristenan kita yang dia sampaikan secara insidental, “Sebab sekarang keselamatan kita sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya.

            “Telah hampir siang. Sebab itu kita harus.”

            Dapatkah saya memberikan bagian yang lainnya? Di dalam 1 Korintus pasal 7, yang mana dia berbicara tentang keluarga, pernikahan dan kehidupan, dunia ini dan kebiasaannya. Dia akan secara tiba-tiba berhenti untuk berkata, “Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: Waktu telah singkat! Waktu telah sangat singkat.

            "Hal itu menyisaratkan bahwa mereka yang menangis seolah-olah tidak menangis. Mereka yang bergembiras eolah-olah tidak bergembira. Dan mereka yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa-apa.” 

            “Mereka yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya.”

            "Sebab dunia yang seperti kita kenal sekarang ini akan berlalu. Waktunya telah dekat. Tuhan sudah dekat. Maranatha, Tuhan sudah dekat.” Dan sudah dekat sepanjang kehidupannya. Hal itu dimulai pada saat Paulus berada dalam jalan ke Damsyik dan Tuhan Yesus berada di sana.

            Seseorang yang telah dia aniaya, Dia berdiri di sana. Di atas cahaya yang terang benderang, di sanalah Dia. Tepat di jalan itu.

            Hal itu juga berada di dalam hidupnya di Korintus, dia ditolak, dan siap untuk dihentikan serta siap untuk meninggalkan kota itu, akan tetapi Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Jangan takut Paulus, Aku harus memiliki banyak umat di kota yang besar ini. Engkau harus tetap tinggal.”

            Hal itu terulang lagi dalam  badai yang sangat besar di Laut Mediterania, di mana dia mengalami hal yang menakutkan ketika dia berada di atas kapal.

Ketika Paulus berdoa dan dan membuat permohonan, ada sebuah penampakan kepadanya dan berkata, “Jangan takut Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan Aku telah memberikan juga kepadamu orang-orang yang bersama dengan engkau.”

            Bagi dunia yang lain , saya katakan, Paulus berada di sana. Di sini bersama dengan para malaikat. Dan di balik pemandangan dari tangga emas dan kota yang mulia serta umat Allah.

            Ketika dia mengahadapi tujuan akhirnya, dia berkata, “Saat kematianku sudah dekat.”

            “Aku telah mengakhiri pertndingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

            “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan. Hakim yang adil pada harinya.”

            Dan anda dapat melihat Tuhan berdiri menyambutnya sebagaimana Dia melakukannya bagi Stefanus ketika Stefanus mati martir. Tuhan berdiri di sana untuk menyambut roh dari rasul yang hebat itu. Dia berada di atas jalan itu.

            Sekarang, itu adalah iman Kristen dan pengharapan orang Kristen dan Injil Kristen. Bagi kita, ini adalah gambaran yang luar biasa bahwa di sana ada seseorang yang telah menyatakan imannya dengan luar biasa.

            Dan siapa yang dapat memandang rendah pengharapan yang telah diberikan kepada kita, yang sangat menyukakan hati kita, serta yang mulia itu, suatu hal yang  hampir tidak dapat digambarkan bagi kita, sesuatu yang tidak dapat dipikirkan bagi kita, bahwa di sana ada seseorang yang terpelajar, seorang sarjana, manusia terpelajar dan memiliki prestasi akademik, manusia dengan pemikiran filsafat, bahwa mereka akan memandang rendah dan menertawakan sebuah kesadaran yang kita miliki.  

            Dan kemudian, selama berabad-abad, hal itu selalu benar. Mereka semua bukanlah orang yang tolol. Mereka bukanlah orang yang bodoh atau fanatik, yang menolak gambaran tentang Tuhan, tentang Kristus, tentang kekekalan, tentang sorga, tentang pengharapan yang akan datang. Mereka adalah orang yang terpelajar dan bahkan banyak diantara mereka yang jenius. 

            Sebagai contoh, salah satu teks yang paling asing bagi saya di dalam Alkitab adalah yang terdapat  Injil Matius pasal 28, di mana Tuhan memberikan perintah kepada murid-muridNya, Dia memberikan perintah kepada murid-muridNya bahwa Dia akan menemui mereka di sebuah bukit di Galilea. 

            Di sana mereka akan melihat Dia. Dia yang telah bangkit dari kematian. Dia menetapkan sebuah pertemuan di Galilea. Sekarang di dalam Alkitab ini dikatakan, “Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.”

            Dan dalam 1 Korintus pasal 15, kita menemukan bahwa di sana ada lima ratus saudara-saudara. Tidak hanya lima belas, tetapi lima ratus orang. “Dan ketika mereka melihat Dia, mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” Teks itu menyebutkan, “Tetapi beberapa orang ragu-ragu.”

            Di atas bukit sana, bertemu dengan Tuhan, yang telah bangkit, yang memiliki tubuh kebangkitan, yang kekal, transfigurasi dari Yesus Kristus sendiri. Dan kemudian, sebagaimana mereka berdiri di sana dan melihat Dia serta berbicara dengan Dia, di sana ada beberapa orang dari murid-muridNya yang belum menerima Dia. Mereka tidak mempercayaiNya. Mereka meragukanNya. Sekalipun Tuhan sendiri yang berdiri di depan mereka.

            Kemudian berapa banyak orang lagi dalam sepanjang abad ini, orang-orang yang menolak, memandang rendah dan mentertawai ide tentang kekekalan di dalam sorga dan pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus Yesus.

            Sekarang pada pagi hari ini, di dalam khotbah ini, kita akan membahas tentang hal ini. Sebuah garis besar. Kita akan melihat orang-orang ini. Mereka akan menjadi  tipikal dari banyak orang. Kita akan melihat orang ini yang mana dalam sepanjang abad ini memiliki penolakan dan mentertawai, serta menolak secara kasar tentang pengharapan yang kita miliki di dalam Allah. Kemudian kita akan melihat kepada beberapa orang yang memegang iman itu dan memiliki pengakuan bahwa mereka adalah orang-orang asing dan pengembara di bumi ini.

            Sekarang kita akan mulai dengan orang-orang yang memiliki penolakan terhadap ide tentang kekekalan, tentang sorga yang akan datang. Tentang dunia yang akan datang. Yang pertama dari semua, kita akan melihat orang yang hidup pada masa Tuhan Yesus, mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai orang Saduki. Orang-orang Saduki adalah orang-orang pragmatis. Hasil dari praktikal merupakan kriteria dari seluruh kebenaran.

            Di dalam dunia kemungkinan, segala sesuatu harus dapat diubah. Jika sesuatu itu tidak dapat dipegang dan ditangani, jika sesuatu tidak dapat dimiliki, atau untuk menjadi sebab dari sesuatu atau sebuah kenikmatan atau kebahagiaan, maka hal itu tidak bukanlah sebuah realitas.

            Itu adalah cirri khas pemikiran orang Saduki. Dan mereka mentertawakan ide tentang kekekalan, tentang sorga, tentang kebangkitan dan malaikat. Atau sesuatu yang berasal dari dunia roh. Dan mereka memiliki kisah yang banyak untuk menyangkal hal itu. Dan dengan kisah itu, mereka membungkam musuh-musuh mereka.

            Salah satu kisahnya telah anda ketahui. Berdasarkan hukum pernikahan Yahudi, jika seseorang mati dengan tiada meninggalkan anak, maka saudaranya harus kawin dengan istrinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.

            Demikianlah kisah mereka. Ada seseorang yang memiliki seorang istri dan dia mati tanpa meninggalkan seorang anak. Demikian juga dengan saudara yang kedua dan yang ketiga sampai yang ketujuh.

            Ketujuh orang saudara itu menikah dengan perempuan itu. dan mereka semuanya mati, demikian pula dengan perempuan itu. Dan kemudian orang Saduki menjatuhkan ejekan mereka yang tajam, tawa yang kasar dan ketidakpercayaan mereka. Sekarang, di dalam kebangkitan. Siapakah di antara ketujuh orang itu yang akan menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Ha, ha, ha.

            Dan dengan cerita itu, mereka membungkam musuh-musuh mereka. Mereka adalah orang-orang Saduki. Pada masa Kristus hidup di dunia ini, mereka menertawakan dan menolak serta memandang rendah terhadap ide tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang.          Pada masa rasul Paulus, tipikal dari orang-orang seperti itu kita temui dalam Kitab Kisah rasul pasal 17, filsuf-filsuf Epikurian dan Stoa, mereka mendengarkan Paulus di Agora, di pusat pasar, saat dia berbicara dengan orang-orang yang ditemuinya di situ, dan mereka sangat terpikat, hal itu sangat membangkitkan minat mereka tentang dewa-dewa yang plural, yang sedang Paulus ajarkan.  

            Sebab Paulus telah memberitakan Iesous dan anastasisIesous adalah maskulin anastasis adalah feminim.  Iesous, "Yesus," anastasis feminim, "kebangkitan." 

            Dan mereka diberitahukan, bahwa dia sedang memberitakan sebuah pasangan dari pria dan wanita dari dewa-dewa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka pernah mendengar tentang Yupiter dan Yuno. Tentang Adonis dan Venus.

            Mereka pernah mendengar tentang Osiris dan Zeus. Dan mereka pernah mendengar tentang kombinasi dari banyak dewa. Tetapi mereka belum pernah mendengar  tentang Iesous dan anastasis

            Lalu mereka membawa Paulus dan menempatkannya di tengah-tengah sidang Aeropagus dan berkata, “Bolehkah kami tahu ajaran baru yang kau ajarkan ini?”

            Kemudian Paulus berdiri di sana dan ketika dia menyebutkan tentang kebangkitan, mereka menertawakan dia dan beberapa orang diantaranya mengejek dan berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu,” dan kemudian mengundurkan diri. Mereka adalah orang-orang Epikuros dan Stoa.

            Orang-orang Epikuros adalah golongan filsafat yang berfisat hedonis. Mereka mencari kriteria kehidupan di dalam kesenangan dan kebahagiaan. Kebaikan yang tertinggi adalah kebahagiaan. Salah satu motto yang mereka miliki adalah ,”Makan, minum dam menikah sebab besok kita akan mati.”  

            Mereka memiliki teori atomik tentang alam semesta. Keseluruhan materi  terbentuk dari atom yang kasar dan jiwa terbentuk dari atom yang halus. Dan di dalam kematian serta pelarutan, tubuh akan kembali ke atom kasar dan jiwa yang terbuat dari atom halus akan kembali ke angkasa. Dan itu adalah atom-atom halus. 

            Dan bagi mereka, ide tetang sebuah kebangkitan merupakan sesuatu yang konyol, menggelikan serta bodoh dan patut ditertawakan. Jadi Alkitab berkata, ketika Paulus mengajarkan tentang kebangkitan, orang-orang Epikuros itu tertawa. Mereka tertawa dengan nyaring. Hal itu menggelikan bagi mereka. Itu adalah hal yang konyol serta tidak berarti.

            Orang-orang Stoa lebih sopan. Orang-orang Stoa berkata, “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” Dan mereka mengundurkan diri. Golongan Stoa adalah orang-orang panteistik. Yaitu, yang memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu adalah manifestasi dari Allah. 

            Dan Allah adalah segala sesuatu. Dan di sana ada sebuah dunia roh. Dan bagi orang Stoa; ketika seseorang mati, dia hanya terjaring kembali. Dia telah terlarut kembali ke dalam dunia roh. Itu adalah pandangan panteisme.

            Dan bahwa ada sebuah kebangkitan dari kematian maka hal itu bagi orang-orang Stoa adalah sebuah pengetahuan yang tidak dapat dipertahankan. Jadi ketika Paulus menerangkan tentang kebangkitan kepada orang-orang Stoa, mereka hanya mengundurkan diri dengan hormat dan sopan serta berkata, “Kami akan berdiskusi kembali dengan engkau.” Dan kemudian mereka berlalu.

            Sekarang Paulus memiliki orang yang lain yang tercatat di dalam Alkitab ini, pada masa ketika Paulus berbicara dalam surat 2 Timotius, Paulus berkata di sini kepada orang-orang yang pernah mendengar Himeneus dan Filetus yang berhubungan dengan kelahiran melalui anak dara yang berkata bahwa kebangkitan kita telah berlangsung. “dan mereka telah merusak iman sebagian orang.”

            Mereka adalah orang-orang rohani. Mereka mengajarkan kebangkitan dan berkata, “Hal itu telah terjadi. Hal itu telah berlangsung. Seseorang telah dibangkitakan.” Dan pada masa itu mereka menjadi orang sofis yang berkeliling ke setiap tempat dan berusaha untuk memasukkan orang ke dalam kehidupan yang agnostik.

            Ke dalam misteri dari semua pengetahuan yang mereka anggap benar serta kebenaran mereka, yaitu Himenius dan Filetus, dan yang berkata, bahwa, “Kebangkitan adalah sebuah perkara rohani—yang berhubungan dengan batin seseorang. Hal itu berhubungan dengan permulaan dari misteri pengetahuan ilahi yang mana kami akan memberitahukan kamu untuk sebuah harga tertentu.”

            “Kebangkitan telah berlangsung. Itu adalah sesuatu bahwa seseorang telah melaluinya ketika dia pertama kali masuk ke dalam misteri ilahi.”

            Jadi, pada masa Paulus, mereka telah menolaknya dan mnetertawakan doktrin tentang kebangkitan. Sekarang pada masa bapa gereja mula-mula, ada seorang filsafat Platonik yang terkemuka, yang bernama Celsus. Dan dia hidup serta mengajar antara tahun 150 hingga 180 A.D.

            Dan tidak ada sebuah argumen, yang diajukan dari orang Kristen, baik pada masa mula-mula, pertengahan atau modern, bahwa tidak ada argumen yang diajukan untuk melawan Celsus.

            Origen adalah salah satu orang yang menjawab apa yang dia katakana. Dia melakukannya dalam percakapan dengan Ambrosius yang berkata, “Orang ini, adalah sebuah kekuatan di dalam dunia. Dan dia harus dijawab.”

            Dan anda akan menemukan di dalam argumen Celsius melawan kekristenan yang sama seperti sebuah argument yang baru yang akan anda temukan di dalam teater Lima Puluh Lima sekitar seminggu yang lalu, ketika mereka memainkan sebuah ejekan dan penolakan terhadap Alkitab, Firman Allah.

            Seiring masa yang berlalu. Dan kita sampai ke dalam masa dari Reformasi yang besar. Shakespeare merujuk kepada—dia juga menggunakan sebuah bentuk adjektif, yaitu kepada Machivellian. Machiavelli adalah salah satu negarawan Florentine. Dan karyanya yang sangat terkenal adalah The Prince. Dan modelnya terdapat di dalam  The Prince adalah nama yang paling buruk dalam sepanjang sejarah yaitu  kaisar Borgeia.

            Dan dalan tesisnya itu dia berkata bahwa bagiamanapun pengkhianat dan pembunuh serta yang tidak dapat diampuni dan yang tidak terkatakan dapat dibenarkan bagi seorang penguasa untuk menundukkan rakyatnya. Machievallian adalah bentuk adjektif dari namanya yang berhubungan terhadap seseorang yang berkhianat dan ahli serta yang tidak mengidahkan moral. Dia adalah seorang Machiavellian. 

            Sekarang saya mengatakan apa yang membawa hal itu ke dalam pikiran saya. Salah satu pengkhotbah yang terkemuka pada abad pertengahan adalah Savanarola dari Florence. Dan tidak pernah aada sebuah nyala apai yang terbakar dan berpijar seperti Savanarola.

            Dia adalah seorang rahib yang mengobarkan bintang Reformasi. Dan di sana di Duomo besar, katedral yang terbesar yang dapat anda lihat Florence pada masa ini, dia berdiri di sana dan mengkhotbahkan firman Allah.

            Dan dia melakukannya dengan penuh kuasa yang luar biasa dan Roh Allah berada di atasnya. Dialah Savanarola.

            Kemudian Machieveli pergi mendengarkan Savanarola untuk berulang kali. Dan dia berdiri di sana. Mereka tidak memiliki bangku gereja pada masa lalu. Orang-orang berdiri untuk mendengar seseorang berkhotbah. Machievelli berada di sana untuk mendengarkan Savanarola yang Agung dari Florentin.

            Dan sebagaimana dia berdiri di sana dan melihat ke arah Savanarola dan mendengarkan dia; Machiavelli melakukannya dengan sebuah seringai, dengan sebuah senyum ironi serta kasar yang tergambar di wajahnya. Bagi dia, doktrin tentang kebenaran, tentang kebajikan, tentang kesalehan, tentang kekekalan, tentang surga yang akan datang adalah sesuatu yang tidak berarti.

            Hal itu menurutnya adalah sesuatu yang menggelikan. Suatu kebodohan. Dan tidak akan ada seseorang yang memiliki pengetahuan, atau stamina atau kekuatan atau prestasi yanga akan pernah memeluk kesia-siaan dan hal kekanak-kanakan seperti itu.

            Dan sebagaimana dia berdiri di sana, yang sedang mendengarkan ke arah Savanarola, dia tertawa dan tersenyum dengan kasar.

            Sekarang, mari kita masuk ke dalam zaman modern kita. Pada masa kita, ada tiga filosofi hebat yang berkembang yang telah mengendalikan  serta menjalankan dunia kita dan mencemplungkannya ke dalam penderitaan yang luar biasa serta menjadi hadiah yang menakutkan.

            Dan orang yang membawa konsep filosofi itu, adalah orang-orang yang sezaman. Mereka hidup pada waktu yang sama. Salah satu dari mereka bernama Friederich Nietsche. Dan yang lainnya bernama Karl Mark. Mereka hidup sezaman dan keduanya adalah orang Jerman.

            Friedrich Nietzsche sangat gemar dengan  filsafat pesimistik dari Scopenhauer. Dan dari pemikiran itu dia membangun sebuah sistem. Dia membangun sebuah konsep kehidupan, sebuah filsafat hidup yang berlangsung seperti ini.

Dia berkata penurunan orang-orang Jerman disebabkan oleh tradisi Kristen Yudeo-Yahudi. Dia menolak demokrasi. Dia menertawakan kebajikan Kristen yang peduli terhadap orang-orang lemah dan kedermawanan serta memperhatikan orang-orang miskin.  

            Dan dia membangun sebuah doktrin bahwa perang menjadi dambaan dan merupakan sesuatu yang harus dicari karena hal itu akan menghasikan orang yang paling kuat dari antara orang-orang yang kuat. Dan akan menghasilkan manusia super. Dan filsafatnya meresap dalam diri Bismarck “Penasehat berhati Besi. Dan yang terakhir dalam diri Kaisar Wilhelm II. Dan pada hari ini, orang-orang yang menganut filosofinya itu, kita kenal sebagai fasisme. 

            Doktrin tentang manusia super. Friedrich Nietsche berkata bahwa diantara orang-orang Prussia, akan ada yang ditahbiskan untuk memimpin dunia. Mereka adalah sebuah ras yang super. Mereka adalah manusia super. Dan jalan untuk membuktikan bahwa mereka berhak untuk memimpin adalah dengan menaklukkan dan mencapai kejayaan.

            Sebelum anda mencapai sukses dalam mengajarkan seseorang dengan sebuah doktrin seperti itu, anda harus mengenyahkan iman Kristen. Anda tidak dapat percaya kepada Allah dan di dalam Kristus dan di dalam kemanusiaan serta kelembutan dan dalam sikap yang peduli terhadap orang-orang sakit dan orang-orang miskin, anda tidak dapat percaya kepada hal itu pada saat yang sama percaya dalam gerakan tentang seorang manusia super.

            Jadi hal pertama yang harus dilakukan oleh Nietsche untuk dilakukan adalah menyingkirkan iman Kristen. Saya hanya ingin mengutip dari Nietsche dari karyanya, The Will To Power.

            Dengarkan;lah apa yang dikatakan olehnya. “Aku telah menjelajahi Perjanjian Baru. Semuanya hanya berisi tentang perasaan pengecut. Semuanya menutup pandangan tentang angan-angan pribadi. Kekristenan adalah sebuah bentuk tipikal dari kemerosotan dan  moral yang menggelikan dan  histeria dari tengah orang-orang banyak yang campur aduk tentang ras dan orang-orang yang telah kehilangan semua tujuan dan yang mengeluh tentang kekhawatiran dan rasa sakit. 

            “Kekristenan adalah sebuah gerakan yang menurun, terdiri dari semua jenis keburukan dan unsur ekstra mental. Hal itu bertolak-belakang terhadap semua bentuk gerakan intelektual, terhadap semua filsafat. Hal itu mengangkat sebuah pembelaan bagi orang-orang idiot dan melahirkan kutukan bagi semua intelektualitas.”   

            Itu adalah pemikiran dari Friedrich Nietzsche.  Dan dia memasukkan hal itu dalam pikiran orang-orang Jerman. Di dalam universitas Jerman. Di dalam hati raja Jerman. Di dalam pikiran penguasa-penguasa Jerman. Dan hasilnya adalah sebuah Fasisme, yang mereka sebut di sana sebagai Nazi, yang menjatuhkan kita kedalam kedukaan dan Perang Dunia II.

            Dan orang yang sekontemporer dengannya adalah Karl Mark. Dan saya tidak perlu berbicara panjang lebar dan mengambil waktu yang terlalu banyak, karena anda telah sangat familiar dengan ajaran Karl Mark. Ajaran Karl Mark dan Friedrich Engels dan Jaures, pengajaran mereka dihasilkan dalam apa yang disebut hari ini sebagai komunisme. 

            Dan dengan kata-karta komunisme dalam hubungannya dengan iman kita adalah hal ini, bahwa agama adalah sebuah candu bagi masyarakat. Itu adalah tujuan dari para pelayan dan gereja adalah untuk menidurkan orang-orang dan untuk membuat mereka puas dengan kepemilikan mereka dan kesengsaraan mereka, menjanjikan mereka tentang kue di angkasa waktu demi waktu.

            Dan komunisme tidak akan pernah sukses dan berhasil sebelum iman kepada Allah dihancurkan. Itu adalah alasan mengapa mereka memerangi gereja. Untuk dapat tinggal di dalamnya maka harus menghilangkan iman dan kepercayaan. Itu adalah komunisme. Itu adalah pengajaran dan filsafat Karl Mark.

            Di ruang belajar saya di rumah, saya memiliki sebuah kartun yang berasal dari Rusia. Yang berisi tentang gereja dan pelayan-pelayan Kristus serta Alkitab yang dihancurkan semuanya dan dalam sebuah pergolakan.

            Ada sebuah tangga yang besar di dalam kartun itu, tangga sangat tinggi dan bersandar ke awan. Dan di puncak awan itu, di atas tangga, ada seorang pekerja, seorang pekerja Rusia, dan dia memiliki sebuah martil di tangannya. Dan martil itu diangkat dan di hadapannya, di atas awan ada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus.

            Dan tulisan di bawahnya dalam bahasa Rusia berbunyi, “Sebagaimana kita telah menghancurkan Allah yang di bumi dengan martil ini, sekarang kita akan menghancurkan Allah yang di sorga.”

            Itu adalah komunisme dan ajaran Karl Mark. Dan sekarang ada yang lain lagi di masa kita dan di Amerika. Di Amerika telah berkembang pengajaran tentang materialisme, tentang sekularisme. Dan sebagaimana sebuah uraian tentang hal itu, saya telah mengambil pikiran dari seseorang yang telah meninggal, karena saya tidak ingin berbicara tentang seseorang yang masih hidup.

            Saya telah memilih Clarence Darrow. Saya telah memilih Clarence Darrow mungkin secara pribadi, karena saya selalu tergugah oleh pengacara itu. Saya sering membaca tentang dia di dalam surat kabar. Saya selalu membaca usahanya dalam memenangkan orang-orang, sekalipun seseorang itu tidak berniat untuk dimenangkan.

            Tetapi dia adalah seorang yang luar biasa. Ketika dia menulis The Story of My Life, saya membelinya dengan segera dan membacanya serta kerajingan dengan buku itu. Clarence Darrow adalah sebuah lambang, pribadi dari sekularisme modern, materialisme Amerika.

            Dan saya mengutip dari buku itu,  The Story of My Life.  "Jika ada satu dari sepotong bukti bahwa kita akan hidup setelah mati, mengapa bukti itu tidak diberikan kepada dunia? Tentu saja, di bawah semua aturan logika, seseorang yang berasumsi dan menyatakan bahwa orang yang mati tetap hidup mampu untuk menghasilkan sebuah bukti substansial, tidak hanya jika di sana ada sebuah evidensi dari kekekalan, tetapi fakta yang menunjukkannya adalah sangat tidak mungkin bagi kita, bahwa ada sebuah kehidupan di balik dunia ini.”  

            "Keseluruhan konsep dari kekekalan dan surga juga tidak masuk akal. Mustahil dan tidak mungkin untuk menemukan tempat bagi hal itu dalam sebuah otak yang sehat…” Clarence Darrow.

            Jadi, mereka kelihatan sangat final dalam  memberi kesimpulan terhadap hal itu. Akan tetapi, bagaimanapun apakah hal itu benar? Bagaimanapun ada sesuatu yang lebih dari pada sekedar kesimpulan mereka.

 

Sangat disayangkan bagi mereka yang tak pernah melihat

Allah di balik pohon cemara

Orang yang tanpa harapan, membaringkan kematiannya dengan sia-sia

Bahkan tidak pernah mengambil waktu untuk berdoa

           

Ada sesuatu yang lebih dari itu. jadi, apakah hal itu? Kita memiliki hasrat untuk mendengar dan mengetahui. Bagaimana selanjutnya? 

            Ini adalah lanjutannya. Kadang-kadang, betapa kuatnya pun anda berpikir, betapa seriusnyapun anda belajar, betapa kerasnya pun anda berusaha, betapa gigihnya  anda berusaha untuk menjelaskan Yesus, itu adalah sebuah tugas intelektual yang melampaui genggaman prestasi dari seorang filsafat yang pernah hidup.  . 

            Hanya Yesus Kristus. Fakta dari Yesus Kristus. Bagaimana anda dapat menjelaskan sebuah kehidupan seperti kehidupan dari Tuhan kita? Bagaimanakah anda dapat menjelaskan firman dari Allah kita?

            Bagaimana anda dapat menjelaskan pengangkatan dan pengharapan serta sukacita dan cahaya yang datang ke dunia dimana Yesus pernah menjalaninya?

            Bagaimanapun juga, dunia kita tidak akan pernah sama lagi semenjak Yesus hidup dan mati di dalamnya. Dan bagaimanapun anda dapat berpikir atau menulis, atau apapun yang filsafat dapat katakan, di sana Dia berdiri, SalibNya, kehidupanNya, KebangkitanNya, KenaikanNya, dan janjiNya akan kedatanganNya kembali.

            Dan Dia bertambah besar. Dia meletakkan seluruh horizon. Di dalam dunia. Di langit. Di dalam kehidupan. Di dalam kematian. Bagaimanapun juga, untuk menjelaskan tentang fakta Kristus, adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dengan pemikiran intelektual.

            Lagi, saya katakana ada sesuatu yang lebih dari pada hal itu. sekali lagi, di dalam daftar iman, orang-orang kudus Allah selama bertahun-tahun dan berabad-abad, kehidupan mereka yang besar terpampang dalam lembar sejarah anda. Mereka adalah orang yang menciptakan pemerintahan. Mereka adalah penulis literatur yang hebat. Mereka adalah pengajar-pengajar yang terkemuka.

            Dan mereka telah diinspirasikan oleh orang Nazaret yang kudus, yang sederhana, yang lemah lembut dan penuh belas kasihan. Ketika Julian yang Murtad yang hidup, (dia berkuasa sesudah Konstantin) dia berusaha untuk mengembalikan salib ke dalam dunia pemberhalaan, akan tetapi dia mati dalam pertempuran, Julian yang murtad berkata, “Oh, Engkau orang Galilea, Engkau telah menang.” 

            Dan dia berkata, “Kebenaran,” dia berkata, “kebenaran, yang hidup dalam orang-orang kudus ini, sepanjang abad ini yang datang kepada kita seperti sebuah nyanyian. Seperti sebuah sorotan dari matahari yang terang benderang. Mereka mewarnai dunia kita. Mereka mengangkatnya naik. Mereka menguduskan dan melingngkari hari-hari kita dengan kekudusan.”  Anak-anak Allah yang mengasihi dan mengikuti teladan dari Tuhan Yesus Kristus.

            Fakta yang lain. Berkat yang luar biasa dari pesan kkekristenan dan iman Kristen bagi mereka yang hidup dalam negeri yang gelap. Yang pikiran dan hatinya dipenuhi oleh ketidakpedulian dan takhyul yang datang dari agama dan peradaban serta budaya yang tidak mengenal iman dan hidup yang  datang dari Tuhan Yesus Kristus.

            Saya duduk di rumah seorang misionari di Hirosima, Jepang. Dan sementara saya di sana, guru bahasa Jepang mereka datang. Dia adalah seorang yang berpendidikan dan orang Jepang yang lembut. Dan dia mengajar misionari itu dan istrinya bahasa Jepang.  Dan setelah pelajaran selesai dan dia juga sudah selesai, saya sangat tertarik dengan dia. Dia kelihatan sangat cerdas dan sangat lembut serta manis dan sopan. Dia membuat saya sangat tertarik.

            Dan kemudian saya bertanya apakah dia sudah menjadi orang Kristen dan bagaimana dia menjadi orang Kristen dan inilah yang disampaikannya. Yang pertama dia adalah seorang komandan kapal perang dan diberhentikan dari salah satu kantornya di Jepang oleh Jendral McArthur karena latar belakang militernya. Dan yang menyebabkan dia menjadi orang Kristen adalah hal ini. 

            Pada mulanya di berada di pasukan Jepang dalam perang melawan Cina. Dan setelah perang selesai dan dia berhubungan dengan misionari, dia berkata, “Ketika saya bepergian dengan pasukan Jepang. Ke mana saja pasukan Jepang pergi, selalu ada penjarahan, pemerkosaan, kekerasan dan pertumpahan darah, perang, kebencian, ketamakan dan kematian.” 

            Tetapi katanya, “Di Cina, tempat demi tempat, saya mengikuti dan melihat pekerjaan para misionari. Dan kemana saja prajurit Kristus pergi, “dia berkata, “ada sebuah gereja dengan sebuah menara ke sorga. Dan di sana ada rumah yatim piatu, dan ada sebuah rumah sakit. Juga di sana ada sebuah sekolah. Dan mereka adalah umat Allah.”

            Dan dia berkata, “Perbedaannya sangat besar dan sangat hebat, saya tidak dapat melarikan diri dari tujuan akhir dan kesimpulan akhir ini. Saya menerima Injil dari Tuhan Yesus Kristus.”

            Saya tidak dapat melarikan fakta itu juga. Kemana saja Injil Kristus diberitakan, dan dalam kebenaran serta penuh kesungguhan, di sana anda akan menemukan orang-orang yang telah diangkat. Anak-anak yang dipedulikan. Orang-orang sakit yang diperhatikan. Orang-orang miskin yang menerima kabar baik.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.