KELUARGA KRISTEN

(THE CHRISTIAN HOME)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 19:7-9

18-06-89

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, dan yang sedang menyaksikannya melalui siaran televise. Anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas dan saya adalah pendeta, yang memulai ibadah dengan sebuah tugas yang membahagiakan. 

Bagi anggota paduan suara yang berada di atas sana, di belakang saya dan di sebelah kiri saya, saya meminta Kathy dan Hepeth Ettington untuk berdiri. Maukah anda dengan berbaik hati untuk dapat berdiri sejenak? Mereka, pada minggu ini pergi ke Monticello West Home, sebuah rumah peristirahatan. Dan ada lima di rumah itu yang sedang mendengarkan dan menonton saya pada saat ini dan bertanya untuk menjadi anggota jemaat ini melalui televisi, yaitu:  Myrtle Emery Jones, Betty McDonald, Lucy Shanklin, Eileen Carnes, dan Linda Hamet—yang merupakan direktur aktif di tempat itu—mereka ingin menjadi anggota jemaat kita dan beribadah bersama dengan kita melalui siaran televisi, melalui pelayanan kedua pasangan ini, yang berada di sini.   

Sekarang, untuk menerima mereka dan untuk mengasihi mereka dan untuk menyambut mereka ke dalam persekutuan kita, jika hati anda sama seperti saya, maukah anda mengangkat tangan anda? Terima kasih. Dan lima orang saudara yang berada di luar sana, sekarang anda semua menjadi bagian dari kami dan kami mengasihi anda serta memuji Allah bersama dengan anda.

Beberapa waktu yang lalu, staf kita datang kepada saya dan meminta saya untuk menyampaikan sebuah seri khotbah tentang keluarga, dimulai pada Hari Ibu dan berakhir sampai Hari Ayah, dan pada Hari Ayah, mereka meminta agar saya memiliki sebuah kebaktian yang berbeda dan tentu saja sebuah kebaktian yang belum pernah lakukan dalam hidup saya. Mereka ingin untuk memberi pengakuan kembali dan mengkomitmenkan kembali dan menyatakan kembali janji pernikahan kita. Lalu, kebaktian itu telah dipersiapkan dari awal hingga akhir. Yang pertama adalah, mendengarkan khotbah dan kemudian, kita semua yang bersama pasangan kita yang hadir di sini akan diminta untuk berdiri dan berjabat tangan dan mengkomitmenkan diri kita kepada Tuhan dan kepada satu sama lain.  

Judul dari khotbah adalah: Keluarga Kristen. Latar belakang teks kita terdapat di dalam Kitab Wahyu pasal sembilan belas:

Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah…. katanya: “Haleluya!—dalam bahasa Yunani, hallēluia— Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”

Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!”—tidakkah anda mendengar itu di dalam lagu nasional, “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia”?—“Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”

Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)

Lalu ia berkata kepadaku: “Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Katanya lagi kepadaku: “Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.”

Berkat dari keluarga Kristen. 

Yang pertama, pandangan Kristen tentang pernikahan: Itu adalah ciptaan Ilahi dan tujuan Allah:

Tuhan Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia . . . .

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya …

Entah bagaimana mengapa Alkitab versi King James ingin menerjemahkan tsela  sebagai “tulang rusuk,” saya tidak tahu kenapa hal itu terjadi. Dalam seluruh Alkitab, tanpa pengecualian, tsela merupakan sebuah sisi dari perahu. Itu adalah sisi gunung. Itu adalah sisi sebuah rumah. Dimana saja hal itu adalah kata itu selalu diterjahkan dengan “sisi.” Lalu mengapa mereka menerjemahkannya dengan tulang rusuk, saya tidak tahu. Dan saya tidak pernah menyukainya, sekalipun ketika saya masih kecil.

Apa yang ditulis oleh Penulis yang Agung dari Alkitab:

Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 

Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai ishsha, sebab ia diambil dari ish.".

Ia akan dinamai “perempuan,” sebab ia diambil dari laki-laki. 

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 

Model ilahi dari keluarga ciptaan ilahi yang anda temukan di dalam pasal yang anda baca pada pagi hari ini yang berasal dari Kitab Efesus pasal lima. Kristus mengasihi jemaat dan menyerahkan diriNya untuk jemaat: pengantinNya. Dan seorang laki-laki harus mengasihi istrinya dan menyerahkan dirinya untuk istrinya.

Tujuan dasar dari pernikahan sangat jelas diterangkan di dalam Alkitab ini.  Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

Dari seluruh cakrawala Allah, seluruh hasil karya Allah, dan seluruh ciptaanNya yang hidup, hanya Adam yang sendiri. Tidak ada yang sama seperti Dia. Tidak ada yang serupa dengan dia.   

Lalu, Tuhan menciptakan seseorang dari hatinya dan membawa seseorang itu kepada laki-laki itu. Allah menciptakan perempuan yang pertama, untuk menjadi penolong yang sepadan dengan dia: untuk memiliki seseorang yang sama seperti dia dan bersama dengan dia.

Alasan yang besar dalam penciptaan wanita sehingga di sana ada sebuah pemenuhan atas bumi: sehingga anak-anak dapat lahir. Allah berkata di dalam Kejadian pasal satu,  “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.”  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya.  Allah berpikir. Allah mengasihi. Allah merespon. Dia menciptakan kita sama seperti Dia. “Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka; Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak.”  Alasan utama yang kedua: Untuk membangun sebuah keluarga.

Yang pertama: Untuk persekutuan, untuk persahabatan, untuk menjadi bersama-sama. Hanya untuk menjadi bersama-sama. Bukankah itu menjadi sebuah alasan yang baik: untuk menjadi bersama-sama, untuk mengasihi satu sama lain, untuk bersukacita satu sama lain? Dan yang kedua: untuk melahirkan anak-anak.

Dan karakter dari keluarga sangat jelas digambarkan. Itu adalah sebuah penyatuan rohani dan penyatuan fisik: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” 

Dan kemudian hal itu bersifat eksklusif dan permanen. Saya tidak memiliki waktu untuk menjelaskan Matius pasal 19 ayat 3 hingga 6, ketika Tuhan kita berbicara tentang satu orang pria untuk satu orang wanita dan berkat Allah atas penyatuan yang kudus itu.

Kemudian di dalam keluarga Kristen, kita memiliki anak. Ada 1.500 referensi dalam Firman Kudus bagi anak-anak. Dan di dalam Efesus 6 ayat 4, kita berada di dalam didikan dan kasih dan nasehat Tuhan untuk mendidik anak-anak.

Demikianlah Yesus dididik. Dia pernah menjadi seorang anak. Dan di dalam Matius 18 dan di dalam Matius 19, Dia berbicara tentang berkat yang luar biasa atas anak-anak yang berada di tengah-tengah kita. “Yang terbesar di dalam kerajaan Allah,” kataNya, “adalah anak kecil itu.” Sebuah karunia dari sorga. 

Di dalam jemaat kita ada seorang diaken yang saleh, Don Metcalf. Saya mengenal ayahnya, James J. Metclaf, yang merupakan penulis puisi yang indah di zaman modern. Puisi-puisi itu dipublikasikan di seluruh Amerika dan muncul di dalam surat kabar kita. Dan saya menyimpan salah satunya, berbicara tentang anak-anak di dalam keluarga:

 

Dia terlalu muda untuk mengerti,

Injil dan doa,

Tetapi di dalam caranya yang kecil,

Dia merasakan kehadiran Allah di udara.

Dia tahu di sana ada sebuah garis batas

Antara benar dan salah

Dan ketika pencobaan menghadapinya

Bahwa dia menjadi berani dan kuat.

Dia tahu orang tuanya tersenyum dengan sukacita

Ketika dia baik-baik saja setiap hari, 

Sepasti seperti ketika hati mereka bersedih

Ketika dia tidak patuh.

Dia tahu ketika dia pergi ke gereja

Dia tidak dapat berbicara dengan keras.

Tetapi dia akan berdoa di dalam keheningan,

Dengan kepala yang tertunduk dengan penuh hormat.

Dan kemudian dia belajar tentang jalan-jalan hidup,

Betapa pun asing dan tua.

Dan dia mulai memahami

Dia berhutang hidupnya terhadap Allah.

 

Mereka ini adalah anak-anak yang dididik dalam keluarga Kristen kita. 

Bolehkah saya sekarang berbicara tentang agama di dalam keluarga? Ada beberapa hal yang disampaikan tentang generasi ini. Ini adalah salah kutipan tentang generasi sekarang ini: “Ada begitu banyak hal untuk dapat disesuakan dan sedikit yang dapat diharapkan di dalam generasi sekarang ini di banding yang lainnya di dalam sejarah.” Dan lagi: “Masyarakat kita memili dua kepentingan dasar: uang dan kesenangan.” Dan lagi: “Suatu tempat sepanjang garis, kita telah kehilangan nilai-nilai rohani kita melalui prestasi teknologi yang kita hasilkan dan peradaban materialistik yang kita tempa. Tetapi dibawahnya, kita hanyalah jerami.”

Bolehkah saya berbicara tentang agama di dalam keluarga? Pertanyaan telah disampaikan, “Apakah elemen terbesar yang membuat kebahagiaan di dalam keluarga?” Dan jawabannya: “Agama Kristen yang hidup setiap hari di dalam keluarga.” 

Demikianlah yang disampaikan Tuhan dalam Matius 22. Hukum yang terutama dari Allah adalah “mengasihi Dia dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan segenap akal budi kita. Dan yang kedua yang sama seperti itu adalah: Saling mengasihi satu sama lain.”

Ada sebuah kutipan: “Sebuah rumah pastilah lebih dari sekedar sebuah tempat perlindungan dari hujan dan badai. Ia harus menjadi pusat dari kehidupan rohani, cahaya sorgawi dari manusia dan kasih ilahi.” 

Dan kutipan yang lain: “Semakin besar tempat Tuhan diberikan di dalam keluarga, semakin besar kesucian dan karakter abadi dari  rumah itu.” Secara alami kita berdoa di dalam rumah, secara alami kita membaca Alkitab di dalam rumah, dan secara alami kita datang ke gereja pada Hari Tuhan.   

Bolehkah saya membuat sebuah sampingan kecil di sini? Saya sangat tercengang ketika saya membaca bahwa sebuah pasangan yang menikah di gereja jauh lebih sukses dengan sebuah pasangan yang menikah di luar gereja.

Allah dimuliakan atas pernikahan yang indah yang kita miliki di dalam rumah Tuhan. Saya menyelenggarakannya sebanyak empat kali kemarin. Bukankah itu sangat indah? Empat pernikahan. Dan ada orang-orang lain yang datang kemari, melakukan hal yang sama dengan saya. Oh, terpujilah Allah atas hal itu.

Sekarang, di dalam kesimpulan. Universitas Michigan membuat sebuah penelitian yang intensif dan mempelajari tentang kehidupan keluarga Amerika dan rumah tangga Amerika. Dan mereka menemukan empat hubungan yang paling dasar yang yang paling penting dalam kesuksesan sebuah pernikahan. Saya hanya mengulang apa yang dipelajari dan digambarkan serta diterbitkan Universitas Michigan. 

Yang pertama: Hubungan Seksual. Sekitar setengah dari pasangan pernikahan memiliki masalah seksual yang dalam. Sekitar tujuh dari sepuluh istri telah kehilangan hasrat untuk keintiman. Dan impotensi dalam diri pria sembilan puluh persen berkaitan dengan masalah psikologi.. 

Saya sangat tercengang atas hal itu. Hal itu bukan karena masalah anatomi. Bukan karena masalah fisik. Hal itu karena hubungan yang ada di dalam keluarga. Hubungan pasangan yang memburuk. Selama dua tahun pertama 52 persen dari istri merasa bahagia dan puas dengan suami-suami mereka. Tetapi setelah dua puluh lima tahun, jumlahnya tidak lebih dari enam persen. Mereka menjadi bosan akan hal itu.

Faktor penting kedua di dalam sebuah pernikahan adalah keuangan. Tidak ada hubungan antara uang dan kebahagiaan. Anda dapat kaya dan menderita. Anda dapat miskin dan bergembira. Pasangan yang telah menikah membantah bahwa uang lebih di atas segala-galanya. Dan hutang yang melumpuhkan dan hidup melampaui maksud anda, merupakan bencana dalam sebuah pernikahan.

Saya ingin berpaling dari sini dan mengingatkan kita tentang sebuah khotbah yang saya sampaikan sekitar seminggu yang lalu. Dan saya tidak peduli, jika anda mengikuti pola itu: 10, 80 dan sepuluh—Sepuluh: ini menjadi milik Allah; Delapan puluh—ini menjadi milik saya; Sepuluh—ini adalah untuk disimpan. Jika anda memiliki seratus dolar: sepuluh dolar ini menjadi milik Allah, delapan puluh dolar ini menjadi milik saya dan sepuluh dolar ini adalah untuk ditabung—saya tidak peduli siapa pun anda atau seberapa miskin pun anda atau seberapa kaya pun anda, anda akan menjadi orang yang paling berbahagia di bumi ini, jika anda melakukan hal itu, hal yang sederhana itu.

Itu merupakan hal yang sangat penting, situasi keuangan di dalam keluarga anda. salah satu hal yang kita hadapi pada hari ini adalah, sekitar seabad yang lalu, sukar untuk melihat persentasi wanita di bursa kerja. Hari ini, hampir lima puluh persen wanita bekerja.    

Nomor tiga: Masalah di dalam keluarga, kerabat dan mertua. Jawabannya adalah bagian yang telah kita baca di dalam Kitab Kejadian: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Setiap pernikahan adalah ciptaan yang baru. Hal itu tidak pernah ada sebelumnya. Tidak akan pernah ada yang lain lagi seperti milik anda itu, jika anda memiliki kehidupan anda sendiri. Tinggalkan mereka. Tinggalkan setiap orang: seluruh perlengkapan itu. Tinggalkan mereka. Bangunlah keluarga anda. 

            Nomor empat adalah keyakinan, kerohanian. Dan saya telah mendiskusikan hal itu. 

Dan yang kelima adalah saling pengertian dan kebiasaan. Merupakan bencana jika sebuah pasangan tidak memiliki apa-apa di dalam kebiasaan. Merupakan hal yang sangat indah jika mereka dapat berbagi dalam segala sesuatu. Mereka tertawa bersama. Mereka menangis bersama. Mereka menderita bersama. Mereka melekat bersama-sama.

Ada sebuah buku yang berjudul, The Complete Book of Interior Decorating.  Dan buku itu berkata garis tegak lurus adalah maskulin, dan kurva, garis lengkung adalah feminim. Dan saya dapat mengerti hal itu. Saya beritahukan kepada anda, anda tahu, kadang-kadang pendeta anda tidak saleh dan kudus. Saya pikir dia tidak demikian. 

Itulah yang disampaikan buku hiasan ini: garis tegak lurus adalah maskulin, dan kurva, garis lengkung adalah feminism. Dan buku itu berkata bahwa seorang ahli hias yang baik tidak akan meletakkan garis siku terlalu banyak dan tidak menempatkan garis kurva terlalu banyak. Tetapi seorang ahli hias yang baik akan meletakkan keduanya dalam keseimbangan yang setara.   

Itu adalah sebuah hal yang luar biasa di dalam keluarga. Itu adalah keluarga kita. Itu adalah liburan kita dan menggunakan kata yang jamak. Itu adalah sebuah terapi yang luar biasa ketika kita saling berbicara satu sama lain dan mendengarkan satu sama lain dan mendiskusikan banyak hal satu sama lain, dan menyampaikan kata-kata yang baik satu sama lain. 

Saya membaca hal ini minggu yang lalu, di mana seorang hakim berkata bahwa akan lebih efektif di pujian dari pada di dalam celaan. Kemudian dia menambahkan: “Sebuah perceraian akan sangat jarang terjadi jika seorang pria memberikan pujian kepada istrinya setiap hari,” hanya menyampaikan hal-hal yang manis satu sama lain.

 

Anak laki-laki menarik layang-layangnya yang terbang

Di dalam sayap burung mereka yang berwarna biru

Anda tidak dapat melakukan hal itu

Ketika anda menerbangkan kata-kata.

Berhati-hatilah dengan api

Merupakan sebuah nasehat yang bagus, kita tahu.

Berhati-hati dengan kata-kata

Sepuluh kali lipat bermakna ganda

Sekalipun mungkin tidak diekspresikan

Jatuh dan mati

Tetapi Allah sendiri tidak dapat membunuhnya

Setelah kata-kata itu disampaikan.

 

Hanya bersikap manis satu sama lain. Bersikap menyenangkan satu sama lain. Saling mendengarkan satu sama lain. Memiliki perencanaan bersama-sama, melakukan segala sesuatu bersama-sama. Hanya berbicara. Betapa mulianya jika anda melakukan hal itu sepanjang hari dalam hidup anda.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.