ORANG-ORANG KRISTEN SMIRNA YANG MATI MARTIR
(THE MARTYRED CHRISTIANS OF SMYRNA)
Dr. W. A. Criswell
Wahyu 2:8-11
23-07-61
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi yang berjudul: Orang-Orang Kristen Smirna Yang Mati Martir.
Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab Alkitab, kita telah berada di Kitab Wahyu pasal dua, dan ini adalah surat Tuhan kita kepada malaikat jemaat di Smirna:
Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali:
Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."
Kata “Smirna” diterjemahkan tiga kali dalam Perjanjian Baru sebelum Wahyu, dengan kata “mur.” Di dalam Injil Pertama pasal dua, orang-orang bijaksana, orang Majus, datang dari jauh, dan bersujud di hadapan anak kecil itu, Tuhan Yesus dan mempersembahkan kepadaNya hadiah-hadiah: yaitu emas, kemenyan dan smyrna, diterjemahkan dengan “mur.” Kemudian di dalam Injil Markus, ketika Tuhan kita menderita di atas kayu salib, mereka menawarkan kepadaNya sebuah antiseptik, anggur yang dicampur dengan smyrna, diterjemahkan dengan “mur.” Kemudian di dalam Injil Keempat, mereka secara hati-hati menurunkan tubuh Tuhan dari salib. Dan Nikodemus serta Yusuf Arimatea membungkusnya dengan kain kafan. Dan ketika mereka mengapani tubuh Tuhan, Nikodemus membubuhinya dengan lima puluh kati rempah-rempah dan Smyrna, diterjemahkan dengan “mur.”
Smyrna, atau mur adalah sebuah rempah dan digunakan dalam membalsem, tubuh orang yang telah meninggal. Dan ini adalah jemaat Smirna. Ini adalah jemaat mur. Ini adalah jemaat yang mengalami penderitaan, penganiayaan dan kemartiran serta kematian.
Dari ketujuh jemaat Asia, Tuhan kita memiliki perkataan pujian dan keberatan terhadap setiap jemaat kecuali jemaat yang ini. Di dalam suratNya kepada jemaat di Mur, Dia tidak menyampaikan apa-apa selain dari pada pujian dan dorongan. “Berharga di mata Tuhan, kematian dari orang-orang yang dikasihiNya.”
Kita diberitahukan di sini di dalam jemaat ini tentang penderitaan yang dihadapi orang-orang Kristen di Smirna. Tuhan berkata, “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi.”
Lalu mereka menghadapi tiga hal yang membawa mereka ke dalam penderitaan yang besar. Yang pertama, thlipsis, atau penderitaan mereka. Bahasa Inggris kita yaitu kata “tribulations/penganiayaan” memiliki latar belakang dan memiliki sebuah gambaran dari cambuk Roma, tali kulit Roma yang berat yang sangat menghancurkan orang-orang yang disiksa itu. Tetapi kata ini sangat berbeda. Kata Yunani thlipsis, itu adalah sebuah kata yang kuat dan jarang digunakan. Secara literal kata itu berarti “tekanan.” Dan Di dalam Yunani klasik, kata itu tidak pernah digunakan di dalam cara yang lain kecuali di dalam rasa dari tekanan itu.
“Aku tahu thlipsis-mu,” tekanan penganiayaan hingga mati. Itu adalah hal yang sama seperti seseorang yang berada di dalam eksekusinya, memiliki sebuah batu besar yang ditempatkan di atasnya dan berat dari batu itu secara berangsur-angsur menghancurkan hidupnya. Itu adalah kata yang di dalamnya memiliki makna di dalamnya tentang batu penggilingan yang mengubah gandum menjadi tepung atau yang menghasilkan air perasan dari buah anggur.
“Aku tahu kesusahanmu.” Aku tahu penderitaanmu dan tekanan yang engkau pikul hingga mati. Dan Aku tahu kemiskinanmu. Ada dua kata di dalam bahasa Yunani untuk kemiskinanmu. Yang pertama adalah penia, yang dari kata itu kita memperoleh kata “penury/kikir.” Dan kata penia merujuk kepada kemiskinan seseorang yang memiliki pekerjaan. Tidak ada sesuatu apa pun yang dapat disombongkan dari dalam dirinya. Segala sesuatu adalah sebuah kepentingan baginya dan dia hanya mencari uang untuk hidup saja. Di mana gagasan itu berada di dalam ide dari seorang kaya atau aristokrat atau orang-orang mampu yang tidak perlu bekerja, yang hidup karena kekayaan atas hasil tanah, jadi seorang penia merujuk kepada kemiskinan dari orang-orang yang memiliki pekerjaan.
Dan itu bukan kata yang digunakan di sini. Karena kata yang digunakan di sini adalah ptōcheia, yang merujuk kepada orang-orang yang tidak diidahkan, dan dikucilkan dan mememiliki kebutuhan. Mereka tidak dapat memperoleh sebuah pekerjaan. Tidak ada seorang pun yang mau menyewa mereka. Dia adalah orang Kristen yang dibenci dan serikat-serikat dagang tidak menerima dia. Dan itulah kata yang digunakan di sini untuk menjelaskan kemiskinan, kemelaratan dari orang-orang Kristen Smirna. Tidak seorang pun yang akan memberikan mereka sebuah kesempatan untuk bekerja dan mereka dirampok dan dijarah di rumah-rumah mereka dan keluarga-keluarga mereka. Dan mereka tinggal dalam kemiskinan, di dalam kondisi yang buruk, di dalam kelaparan dan di dalam kekurangan. “Aku tahu kemiskinanmu.”
Dan kemudian, hal ketiga yang mereka hadapi: Tidak hanya tekanan penganiayaan hingga mati dan penjarahan terhadap rumah-rumah mereka dan kemiskinan mereka, tetapi “Aku tahu blasphēmia dari mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah iblis. Kata blasphēmia, “fitnah”—kata blasphēmia di sini merujuk kepada fitnah: hal-hal yang disampaikan tentang orang-orang Kristen itu.
Salah satu hal yang paling gelap di dalam lembaran-lembaran sejarah adalah hal-hal yang berkenaan dengan pemaksaan agama dan penganiayaan terhadap agama. Pada hari ini kita memiliki orang-orang yang anti Semit seperti yang dapat anda temukan di dalam Nazy Jerman, ketika orang-orang Yahudi dirampok dan dijarah dari kekayaan mereka serta dianiaya.
Tetapi pada masa itu, itu merupakan hal yang sebaliknya. Orang-orang Yahudi yang kaya dan berpengaruh di Kekaisaran Roma memiliki telinga dari otoritas Roma dan mereka berusaha untuk menghapuskan jemaat awal itu. Dan karena itu, penderitaan ini datang dan khususnya bagi orang-orang Kristen Smirna.
Ada sebuah populasi Yahudi yang sangat besar di dalam jalur perdagangan dan kota yang gemerlap itu, yang berada di pesisir Asia. Dan Orang-orang Yahudi ini, Yesus katakan bukanlah orang Yahudi yang sebenarnya. Mereka adalah anggota dari “jemaah Iblis.” Paulus menutup Roma pasal dua dengan kata-kata abadi ini:
Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Dan kelompok Kristen yang kecil itu, dengan rumah-rumah mereka yang dijarah dan hidup mereka ditekan dalam rasa sakit hingga mati dan di dalam kemiskinan dan kekurangan, mereka didakwa oleh populasi Yahudi yang sangat besar terhadap pemerintahan Roma, jatuh ke dalam penderitaan demi penderitaan.
Di dalam penghasutan populasi Yahudi yang besar di Smirna, muncullah salah satu kisah martir yang paling terkenal di dunia: Kisah martir dari Polikarpus. Banyak orang yang berpikir dan saya juga berpikir demikian, bahwa surat ini ditujukan kepada malaikat jemaat di Smirna, dialamatkan kepada gembala Smirna: yaitu Polikarpus yang merupakan gembala jemaat Smirna.
Ini adalah sebuah puncak perayaan. Ini adalah sebuah hari di mana orang banyak, kumpulan orang banyak mudah dihasut dan diransang. Dan populasi Yahudi, mengambil keuntungan dari kelompok yang mudah dihasut itu untuk mendakwa orang Kristen, dan menuntun mereka untuk menangkap Polikarpus dengan sebuah seruan, “Ini adalah guru Asia, seorang bapa dari orang-orang Kristen, penghancur dewa-dewa, yang mengajar agar tidak mempersembahkan korban atau untuk menyembah mereka.”
Dan ketika orang banyak itu berkumpul di sekeliling mereka dan mendakwa Polikarpus di hadapan wali negeri Roma di Smirna, wali negeri memberi pilihan kepada Polikarpus: “Jika engkau berkata Kaisar Kuriae, engkau dapat memperoleh kebebasanmu. Tetapi jika engkau berkata Iēsous Kuriae, itu berarti kematian.” Jika engkau berkata “Kaisar adalah Tuhan,” engkau akan tetap hidup. Tetapi jika engkau berkata, “Yesus adalah Tuhan,” itu berarti kematian.
Polikarpus menolak untuk berkata Kaisar Kuriae, “Kaisar adalah Tuhan.” Mereka membawa dia ke stadium, stadion yang besar, dan wali negeri mendesak dia di sana, dan berkata: “Bersumpahlah dan aku akan membebaskanmu. Sangkallah Kristus.”
Polikarpus menjawab—ini adalah ungkapan dan jawaban yang terkenal di dalam seluruh sejarah–“ Delapan puluh enam tahun aku sudah melayani Dia, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan kepadaku. Akankah sekarang aku akan menyangkal Tuhanku yang sudah menyelamatkanku?”
Ketika wali negeri kembali menekannya dengan pernyataan itu, gembala yang sudah itu menjawab: “Sejak engkau mendesak aku bahwa aku harus bersumpah dengan keberuntungan dari Kaisar dan tidak mengetahui siapakah aku, maka dengarkanlah aku menyatakannya dengan sangat jelas, aku adalah orang Kristen.”
Dia berusia sekitar seratus tahun lebih. “Aku adalah orang Kristen.” Kemudian, selanjutnya di dalam sidangn itu, wali negeri menjawab: “Aku memiliki binatang buas di tanganku. Aku akan melemparkan engkau bagi mereka kecuali engkau berubah.”
Selanjutnya dalam sidang itu, wali negeri itu berkata lagi: “Aku akan menghukum engkau dengan membakarmu dalam api kalau kamu tidak berubah, karena kelihatannya engkau menganggap enteng terhadap binatang liar.”
Dan Polikarpus berkata: “Engkau menghukum aku dengan nyala api yang akan membakar hanya selama satu jam, hanya untuk sesaat, dan akan segera padam. Tetapi engkau mengabaikan api dari hukuman yang akan datang dari penghukuman kekal yang disediakan bagi orang-orang jahat. Tetapi mengapa engkau ragu-ragu? Lakukanlah apa yang engkau inginkan.”
Kemudian, orang banyak itu, dipimpin oleh orang Yahudi—pada hari itu adalah Sabat, dalam sebuah sikap yang bertentangan terhadap hukum mereka—mereka mengumpulkan kayu dan menimbunnya di sekeliling Polikarpus. Dan ketika mereka membakarnya, ini adalah doa yang dia panjatkan, doa yang agung dan yang tekenal: “Aku bersyukur kepadaMu bahwa Engkau sangat bermurah hati kepadaku yang menganggapku layak untuk saat ini dan hari ini. Dan sehingga aku dapat menerima sebuah bagian di dalam bilangan para martirMu di dalam cawanMu, ya Yesus Kristus.”
Demikianlah kematian dari gembala Smirna itu.
Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan blasphēmia mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.
Lalu ini adalah perkataan Tuhan yang memberikan dorongan:
Dan Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali . . . .
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Dia menghiburkan mereka, yang pertama dengan kata pengantar yang Dia sampaikan tentang diriNya sendiri: “Akulah Yang Awal dan Yang Akhir.” Sebelum hari penganiayaan dimulai, dan sepanjang hari-hari yang hebat itu, nyala api yang hebat itu dan seterusnya, Tuhan berkata, “Akulah Yang wal dan Yang Akhir,” sepanjang itu itu semua, Dia adalah Tuhan mereka yang hidup dan juga Tuhan kita. “Akulah Yang Awal dan Yang Akhir,” yang selalu bersama dengan anda di sepanjang kehidupan anda.
Pada zaman lampau ini, ketika kebanyakan dari seluruh dunia belum dijelajahi dan banyak negri yang penuh misteri dibalik setiap horizon, para pembuat peta pada masa lalu sering menulis tentang negeri yang tidak dikenal dengan perkataan sebagai berikut: “Di sini ada ular naga.” Lalu di negeri yang tidak dikenal lainnya: “Ini adalah lautan pasir yang panas membara.” Dan di dalam negeri lainnya yang tidak di kenal: “Di sinilah jurang maut.” Orang-orang Kristen mengambil peta kehidupan ini dan di dalam kehidupan yang akan datang, hal-hal yang tidak dikenal dan yang tidak terlihat dan dia menulis dalam setiap bagiannya: “Ini adalah Kristus. Dan di sana adalah Juruselamatku. Dan di sini adalah Penebusku.”
“Akulah Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati”--egeneto nekros, Aku telah mati, dan ezēsen Aku hidup, diterjemahkan di sini: “Aku telah mati dan hidup kembali,” yang berada dalam bentuk present tense. Itu adalah aoris dalam bahasa Yunani, ezēsen, dan merujuk kepada salah satu peristiwa terbesar di dalam kehidupan Tuhan kita. Hal itu merujuk kepada kematianNya dan kebangkitanNya.
Saya telah melewati semua ini. Saya tahu apa artinya difitnah. Saya tahu apa artinya mati. Saya tahu apa itu dikuburkan. Tetapi juga saya tahu apa artinya menang atas maut: “telah mati dan mengalahkan kematian.”
“Jangan takut, jangan takut.” Bukankah itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa? Saya menduga bahwa ketika Dia menulis surat kepada jemaat Smirna dan mereka berada di dalam penderitaan dan pencobaan dan penganiayaan dan kemiskinan dan kekuarangan—saya menduga mereka akan menulis kepada Dia sebuah solusi untuk kesukaran mereka dan penderitaan mereka. Sesungguhnya Dia akan berkata, “Jangan takut. Aku akan menghancurkan musuh yang telah membinasakan kamu.” Sesungguhnya, Dia akan berkata, “Jangan takut. Pencobaan ini hanya sementara dan pasti akan segera berlalu.” Sesungguhnya Dia akan berkata, “Jangan takut, karena akan ada hal-hal besar yang akan diberikan kepadamu dibalik penderitaan ini.”
Tidak, Dia tidak menyampaikan sesuatu yang seperti itu. Satu-satunya yang Dia sampaikan adalah hal yang sama yang menanti anda: “Jangan takut terhadap hal-hal ini. Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara—itu yang terjadi di depan. Dan kamu akan dicobai oleh Setan dan itu terjadi di depan. Dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari, dan itu akan terjadi di depan.”
Kata “sepuluh hari”—apakah anda mengingat khotbah yang membahas penggunaan bilangan-bilangan di Alkitab? Kata sepuluh di sini menunjuk kepada intensitas, sama seperti empat puluh merupakan intensifikasi empat, tujuh puluh adalah intenfikasi dari tujuh. Sepuluh adalah keganasan dari intensifikasinya, seperti sepuluh tulah di Mesir.
“Sepuluh hari”: itulah yang Dia tawarkan kepada mereka. Semakin lebih dan lebih buruk. Bukankah itu merupakan sebuah hal yang mengherankan, sangat mengejutkan dan hal-hal yang sukar untuk dijelaskan dalam iman Kristen? Dan itulah yang selalu dijanjikan oleh Tuhan.
Ketika Yakobus dan Yohanes datang kepada Dia dan berkata, “Di dalam kerajaanMu yang besar dan mulia, bolehkan aku duduk di sebelah kananMu dan saudaraku berada di sebelah kiriMu?”
Dan Tuhan berkata, “Engkau tidak tahu apa yang kamu minta. Kita tidak akan masuk ke dalam politik kerajaan di atas gelombang populatitas dan pengaruh dan aklamasi dan sorak sorai dan kibaran bendera serta tiupan sangkakala. Dapatkah kamu meminum cawan yang akan Aku minum? Dan dapatkah kamu dibaptis dengan baptisanKu?”
Dan mereka berkata: “Kami dapat.” Betapa sempitnya pemikiran mereka dan betapa sedikitnya pemahaman mereka. Lalu, mereka menyadarinya. Bagi Yakobus, itu berarti kemartirannya di pedang Herodes Aggripa I. Dan Yohanes, di sini, berada sendirian di Pulau Patmos, dibuang ke sini untuk mati dalam kelaparan dan kesendirian.
Itulah yang Dia sampaikan kepada Simon Petrus: “Ikutlah Aku hingga ke salib dan kematian.” Nubuatan bahwa dia akan mati dengan tangan yang direntangkan, yaitu dengan disalibkan.
Dan itulah yang Dia sampaikan kepada Rasul Paulus: “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu.”
Bukankah itu merupakan sebuah hal yang ganjil? “Ikutlah Aku,” kata Tuhan, “dan pikullah salib.” “Ikutlah Aku,” kata Tuhan, “sesungguhnya Iblis akan melemparkan engkau ke dalam penjara.” “Ikulah Aku,” kata Tuhan, “dan engkau akan beroleh thlipsis, tekanan hingga mati, selama sepuluh hari. Ikutlah Aku, dan Aku sendiri akan menunjukkan kepadamu, betapa banyak penderitaan yang harus kamu tanggung oleh karena namaKu.”
Saya pikir, menjadi seorang Kristen harus memiliki seluruh masalah yang ada di dalam hidup dengan mantap. Saya berpikir menjadi seorang Kristen akan menjadi berpengaruh dan kaya. Dan saya berpikir menjadi seorang Kristen akan hidup dalam damai dan harmonis serta ketenangan. Dan saya berpikir untuk menjadi seorang Kristen akan segera mampu menghadapi seluruh perang yang mengamuk di dalam jiwa dan tekanan dari keadaan sekitar yang mengelilingi kita dalam setiap sisi. Persis seperti itu, setiap orang memberitahukan kepada saya, apa artinya menjadi orang Kristen.
Tetapi anda tidak membaca hal itu di dalam Alkitab. Dan anda tidak memperolehnya dalam Alkitab. Dan anda tidak pernah mendengarnya dari mulut Kristus atau dari mulut Yesus. “Ikutlah Aku,” kata Tuhan. “Ikutlah Aku dan Aku akan menunjukkan kepadamu seperti apakah amti dan menderita dan dianiaya dan dilemparkan: untuk tidak diinginkan. Ikutlah Aku, Aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana rasanya dipenjarakan dan dicobai dan untuk menderita thlipsis, tekanan, sepuluh hari”: intensitas hidup.
“Ya,” kata rasul Paulus, “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” Dan jika anda belum melakukannya, alasan bagi anda untuk tidak memiliki hal itu adalah karena hidup anda berkompromi dengan dunia ini. Mereka menyukai anda. Anda cocok dengan mereka. Anda adalah salah satu dari mereka. Anda bagian dari mereka.
Karena seorang Kristen adalah berbeda. Dia meninggalkan dunia dan semaraknya dan budayanya dan kemegahannya dan kemilaunya dan upah murahannya bukanlah apa-apa untuk memikat orang Kristen. Akan tetapi, orang-orang muda kita, berjumlah ribuan orang, lebih suka menerima hal itu dari pada untuk mengikut Yesus. Dan orang-orang kita dalam usaha mereka lebih suka untuk berkompromi, dari pada berdiri di hadapan bos dan berkata: “Saya hanya melakukan hal-hal tertentu.”
Lebih senang untuk diterima olehnya dari pada untuk mengasihi Kristus. Lebih suka untuk diterima dunia, dibujuk, dan dipuji. Dia adalah pengintai yang ulung. Dia adalah salah satu dari kita dan dia merasa pasti. Di luar sana, apa yang mereka lakukan, anda lakukan. Dan di luar sana, segala sesuatu yang mereka ikuti, anda ikuti. Dan mereka menyukai anda karena anda cocok.
Tidak ada seorang pun yang menjadi seorang pengikut Kristus dan tidak mengenal seperti apakah disalibkan bersama dengan dunia. Semua orang Kristen memahami hal itu. Ada begitu banyak hal yang dilakukan oleh dunia yang tidak dilakukan oleh orang Kristen. Dia tidak akan melakukannya. Ada begitu banyak tempat yang dituju oleh dunia, dan bukan menjadi tujuan orang Kristen. Dan ada begitu banyak kompromi yang dibuat oleh manusia dunia dan yang tidak dibuat oleh orang Kristen. “Di sini aku berdiri, tolonglah aku Tuhan, Aku tidak dapat melakukan hal lainnya” (Martin Luther).
Baiklah pendeta, lalu tidakkah hidup saya dipenuhi dengan rasa sakit dan ketakutan dan kegentaran di hadapan iblis ini dan dunia ini dan dari orang-orang yang menekan saya dari berbagai sisi? Ah, itu adalah hal kedua yang diberikan Kristus. Dia memberikan tiga hal. Yang pertama, Dia memberikan penderitaan. Yang kedua Dia memberikan keberanian.
Aku melihat martir di atas tiang pembakaran
Nyala api tidak dapat menggentarkannya
Bahkan kematian bukanlah sesuatu yang mengerikan bagi jiwanya
Aku bertanya kepadanya, dari manakah kekuatan yang didapatkannya
Dia melihat kejayaan yang dari sorga
Dan jawabannya “Kristus adalah semua.”
Keberanian tanpa rasa takut, keberanian yang absolut. “Mengapa engkau berlambat-lambat?” kata Polikarpus.
Engkau berkata, “Menjadikan aku makanan bagi singa. Menjadikanku makanan bagi binatang buas.” Engkau berkata, ‘Membakarku di atas tumpukan kayu.”
“Mengapa engkau berlambat-lambat?” tanpa rasa takut yang mutlak. Itu adalah hal kedua yang diberikannya kepada kita.
Dan hal ketiga yang Dia berikan kepada kita: Dia memberikan kepada kita sukacita yang tidak masuk akal. Mengapakah seseorang bergembira ketika api membakar tubuhnya? Dan mengapakah seseorang yang berada di dalam penjara yang gelap dengan kaki dan tangan yang terbelenggu dapat memuji Allah, ketika hidupnya berada di dalam keminskinan, kelaparan dan kekurangan? Itu adalah hal ketiga yang diberikan Kristus bagi orang-orang Kristen yang mengikutiNya: Sebuah sukacita yang sangat melimpah, yang diluar dari pikiran manusia.
Oh, orang Kristen yang luar biasa. Ketika anda memperoleh pemikiran seperti itu, saya berharap melihat salah satu di dalam hidup saya. Mungkin bukan ketiganya tetapi satu saja. Dan mereka menyalibkannya di atas kayu salib. “Jangan takut, jangan takut, janganlah kamu takut.”
Dan kemudian janji yang luar biasa mulia: Anda harus setia sampai mati. “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Sesekali anda akan menemukan seseorang menerjemahkan hal itu dengan, “Hendaklah engkau bertahan terhadap hal itu dan engkau akan selamat.” Orang-orang ini adalah yang memiliki keyakinan terhadap teologi Armenian: Bahwa mereka harus berpegangan dengan erat, dan saya harus mengerjakannya, dan saya harus menyelamatkan diri saya dan jika saya tidak memegangnya dengan erat dan jika saya tidak mengerjakannya, saya akan terhilang, melihat diri mereka untuk keselamatan mereka—mereka berpikir hal itu bermakna: “Hendaklah engkau setia sampai mati, bertahanlah terhadap hal itu. Berpeganglah dengan erat dan engkau akan selamat jika engkau mampu untuk memegangnya dengan erat.”
Dengarlah, tidak ada suku kata seperti itu dalam Alkitab. Tidak ada maklumat tentang hal itu di dalam Perjanjian Baru. Dan itu merupakan sebuah kebalikan yang diametrik dengan apa yang dimaksud oleh bagian itu di sini.
Apa maksud dari bagian yang dimaksudkan di sini: “Hendaklah engkau setia di dalam kesusahan ini dan kemiskinan dan kekurangan dan tekanan penganiayaan dan dunia yang membelenggumu dari setiap sisi. Hendaklah engkau setia dan dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota, upah dari kehidupan.”
Anda telah memperoleh hidup yang kekal ketika anda percaya kepada Yesus. Dan jika keselamatan kita bergantung kepada diri kita, saudara, maka kita akan dihukum hingga mati, setiap orang dari kita. Kita semua akan terhilang, setiap orang dari kita. Jika hal itu bergantung dari pegangan kita terhadap Yesus, maka kita semua akan tenggelam ke dalam lobang, karena kita diselamatkan oleh Yesus yang tinggal bersama dengan kita, dengan pegangan yang tidak pernah gagal: TanganNya yang memegang kita.
Itu adalah pembelaanNya dan pengantaraanNya, dan itu adalah kasihNya dan kemurahanNya dan anugerahNya yang menyelamatkan kita. “Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan tetapi berdasarkan anugerahNya,” kebaikanNya, kasihNya bagi kita. Dia yang menyelamatkan kita. Dia yang mengerjakan keselamatan. Saya hanya bergantung.
Tetapi apa yang disampaikan Yesus di sini adalah: Di dalam pengembaraan ini dan di dalam dunia yang menekan kita dari berbagai sisi, tetaplah benar untukKu. Hendaklah setia sampai mati. Setia di dalam kemiskinan terhadap penganiayaan, terhadap penderitaan. Hendaklah setia sampai mati, sekalipun harus membayar dengan hidupmu dan Aku akan memberikanmu mahkota, upah di dalam kemuliaan atas hal itu.
Sekarang, mari kita melihat ke dalam kata-kata ini. Anda tahu, ada dua kata yang disebutkan dalam Alkitab untuk mahkota. Yang pertama adalah sebuah mahkota, diadēma. Itu adalah mahkota yang dirujuk dalam Kitab Wahyu pasal dua belas, mahkota yang terdapat di atas kepala Tuhan Yesus: mahkota raja yang berada di atas kepala Yesus.
Lalu, ada kata Yunani lainnya untuk mahkota yaitu stephanos. Kapan saja anda melihat seorang anak laki-laki bernama Stephen, itu adalah kata Yunani untuk mahkota: stephanos, Stephen. Itu adalah mahkota yang digunakan di sini. “Hendaklah engkau setia, sekali pun engkau harus membayarnya dengan hidupmu dan Aku akan memberikan kepadamu mahkota,” stephanos ini.
Lalu, kata utama untuk stephanos merujuk kepada tiga hal, dan khususnya di Smirna ini. Yang pertama ini adalah mahkota kemenangan ketika mereka berada di dalam perlombaan: rangkaian daun. Dan ketika pelari sampai pada tujuannya, meraih kemenangan, jika dia memenangkan hadiah, kepadanya akan diberikan sebuah stephanos, sebuah mahkota: mahkota kemenangan.
Cara yang kedua bagaimana kata itu digunakan di dalam Alkitab ini adalah sebuah mahkota pesta. Seperti dalam sebuah perkawinan atau dalam sebuah kesempataan yang berbahagia, Allah berkata bahwa ada sebuah sukacita yang diberikan kepada orang-orang Kristen yang akan menang. Ada sebuah kebahagiaan. Ada sebuah kelegaan. Ada sebuah kemuliaan. Ada sebuah upah yang akan dimiliki oleh para pengikut Yesus yang sejati.
Dan kemudian cara yang ketiga kata itu digunakan, khusunya di Smirna dan anda akan menemukannya di mata uang mereka. Seseorang yang merupakan seorang hakim yang telah menyelesaikan pelayanan yang besar di dalam kota, kepadanya akan diberikan sebuah mahkota. Dan di atas mata uang Smirna, anda akan melihat gambar hakim-hakim itu dengan karangan bunga di atas kening mereka.
Dan itulah yang dimaksudkan Tuhan di sini: “Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan memberikan kepadamu rangkaian bunga yang menjadi milik kemenangan, yang menjadi milik seseorang dengan kebahagiaan dan kesempatan yang mulia. Dan Aku akan memberikan kepadamu upah bagi sebuah pelayanan dan tugas yang baik.” Bukan di sini tetapi di sana.
Dan ini adalah janji yang terakhir: “Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.” Oh, oh, itu adalah sebuah jalan bagi orang-orang Kristen yang percaya: karena kebanyakan orang dari dunia ini hidup untuk mati. Tidak ada sesuatu dibaliknya, tidak ada apa-apa selain penghukuman, tidak ada apa-apa selain kehilangan dan kekurangan. Kebanyakan orang di dunia ini mencari, bekerja dan berharap untuk upah di dalam kehidupan ini. Dan ketika mereka menimbunnya dan meninggalkannya, mereka kehilangan semuanya, kehilangan segala sesuatu.
Minggu ini saya membaca tentang seorang pedagang yang kaya, yang memiliki jaringan usaha yang luas. Dia telah memberikan hidupnya untuk menimbun sebuah peruntungan yang luas dalam usaha perdagangan. Lalu, kita semua akan tiba di akhir hidup kita. Sama seperti ketika saya mendengar seorang dokter pada hari jumat lalu di Rumah Sakit Baylor, berkata sambil memberi penghiburan kepada seorang ibu dan istri dari seorang suami yang telah meninggal, dokter itu berkata kepadanya, “Sekarang anda menyadari bahwa kita semua akan tiba pada hari ini.” Dan ketika dokter menyampaikan hal itu, saya hanya terkejut bahwa dia menyadari hal itu, karena dia berharap bahwa kebanyakan pasiennya hidup.
Tetapi pendeta memiliki ibadah pemakaman. Dan saya hidup dalam sebuah dunia dari usia tua dan kematian. Akhirnya, hal itu datang, dan tiba bagi pedagang yang kaya ini.
Dan dia memanggil rekannya. Di dalam cahaya putih dari kekekalan, hal-hal yang terlihat sangat berbeda, dan mereka sangat berbeda. Dia memanggil rekannya: pria yang selalu berada di sisinya untuk bekerja mendampingi dia selama hidupnya, menimbun peruntungan yang besar di dalam urusan perdagangan.
Dia tidak pernah melakukan apa-apa terhadap Allah. Dia tidak pernah berbuat sesuatu untuk gereja. Dia tidak pernah melakukan apa pun untuk Kristus. Dia tidak pernah melakukan apa pun bagi seseorang. Dia hanya membangun peruntungannya di dalam usaha dagangnya yang besar.
Dan dia memanggil rekannya. Dan setelah berbicara kepada rekannya tentang kekosongan dan kesombongan dan kesia-siaan dari hidupnya—bukan tabungannya di bank atau usaha dagangnya, tetapi hidupnya—dia akhirnya berkata kepada rekannya, saat dia memegang tangan sahabatnya, dia berkata, “Tuliskanlah di atas batu nisan: Lahir, 7 Juli seorang manusia. Mati, dan tuliskan tanggalnya. Seorang pedagang.”
Ah, oh, pria itu pada akhirnya,
Yang tidak pernah hidup
Yang menerima banyak
Dan tidak memberikan apa-apa
Yang seorang pun tidak dapat mencintai
Yang seorang pun tidak dapat berterima kasih.
Noda dari ciptaan, ciptaan yang kosong
Tetapi dia yang memberi tanda dari hari ke hari
Dengan tindakan dermawan dalam jalan setapak hidupnya
Melangkah di jalan yang ditapaki Juruselamat.
Jalan kepada kemuliaan dan kepada Allah.
Mengapa tidak? Anda beritahukanlah kepada saya, mengapa manusia meletakkan hidup mereka di dunia ini? Hidup untuk dunia ini? Berpikir untuk dunia ini? Menimbun setiap harapan dan visi di dalam dunia ini?
Apakah hanya saya satu-satunya orang yang pernah mengunjungi sebuah ibadah pemakaman? Apakah hanya saya satu-satunya orang yang pernah melihat ke atas sebuah makam? Apakah hanya saya satu-satunya orang yang pernah pergi ke sebuah pemakaman? Apakah hanya saya satu-satunya orang yang melihat keluarga-keluarga yang menangis? Apakah hanya saya satu-satunya orang yang berdiri di depan kuburan yang terbuka?
Tidakkah dunia mengetahui hal-hal ini? Anda beritahukanlah kepada saya, mengapa kita menghabiskan hidup kita di bawah sini, pengharapan kita, visi kita, mimpi kita, setiap kali mengasihi dan memiliki semuanya di bawah sini? Dan kemudian waktu yang tidak dapat dihindari datang. Tuliskanlah: Lahir 7 Juli, seorang manusia. Meninggal, lalu tanggal kematiannya, selanjutnya tulisan yang menggambarkan dirinya, yaitu seorang pedagang, atau seorang perbankan atau seorang dokter atau seorang kaya atau seorang miskin atau sesuatu yang lain.
Hanya itu. Dan pergi ke dalam kekekalan untuk datang dengan tangan yang hampa. Bertemu dengan Juruselamat tanpa membawa apa-apa: Hanya kesia-siaan dan kesombongan. Dibalik hidup ini, ada hal yang lainnya. Dan itulah yang disampaikan oleh Tuhan kita: “Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.”
Manusia yang hidup di dunia ini hidup untuk mati. Tetapi manusia Kristus mati untuk hidup. Kemuliaan dari upah dan mahkota Yesus berada di dalam tanganNya.
Mungkin banyak masalah di sini. Mungkin menderita di sini. Mungkin mengalami rasa sakit dan kekecewaan di sini. Mungkin ditekan dari berbagai sisi. Mungkin mengenal kesusahan dan usia tua di sini. Mungkin meninggal di sini.
Bagi Yesus, hal-hal ini adalah suatu kebetulan. Semuanya tidak penting. Hal-hal ini tidak perlu disebutkan bahkan dirujuk. Hal-hal ini adalah peristiwa yang akan berlalu di dalam kehidupan orang Kristen yang penuh kemenangan, bahwa dibalik selubung air mata ini ada kemuliaan yang akan datang.
Dan itulah Yesus janjikan: Mungkin bukan di sini, tetapi tentu saja di sana. Mungkin di sini merupakan sebuah jalan panjang yang melelahkan, tetapi sebuah kebahagiaan dan kelegaan di dalam kekekalan yang berada di sana sampai selama-lamanya. Bukankah itu layak? Tidakkah anda memikirkannya?
Jika anda memiliki pilihan dari orang muda yang kaya itu, anda memiliki dunia ini di dalam hati anda. Serahkanlah untuk mengikut Aku. Setelah dua ribu tahun ini, jika dia dapat kembali, dan jika dia adalah anda, tidakkah anda akan berkata, “Tuhan, Tuhan, setiap harga dalam mengikut Engkau, adalah hal-hal yang aku cari dalam dunia. Itu adalah realitas yang nyata dari mimpi jiwaku. Tuhan biarlah aku mengikut Engkau.”
Dan di dalam hidup ini, mungkin tidak bersukacita dalam kemabukan. Dan itu mungkin bukan upah pekerjaan dari sebuah pertaruhan. Itu mungkin bukan kebahagiaan kehidupan yang liar dari seorang penjudi, dari permainan dadu, dan permainan rolet. Dan mungkin bukan waktu kesenangan yang gelap dan yang tidak pantas yang dinikmati oleh dunia. Dan bukan kesenangan yang dapat mereka temukan di kelab malam. Bukan berarti bahwa saya menyangkal mereka tidak memiliki sebuah jenis kesenangan di dalam dunia ini.
Tetapi saya sedang memberi pengakuan, berdasarkan Firman Allah, bahwa sukacita yang berasal dari kemabukan dan sukacita yang berasal dari judi, dan sukacita yang berasal dari kesenangan yang gelap di dalam kelab malam dan sukacita yang berasal dari kejahatan yang lain dan kegelapan dan dosa dunia—saya sedang memberi pengakuan berdasarkan Firman Allah bahwa semua kesenangan ini bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan sukacita yang tidak dapat dibandingkan dengan menjadi orang Kristen, memiliki sebuah keluarga Kristen, tinggal dalam sebuah kehidupan Kristen, membawa anak-anak kecil dalam kasih dan didikan Yesus Kristus, mengajar mereka untuk berdoa dan mengasihi Alkitab, menatikan hari Tuhan dan datang ke rumah Tuhan, duduk di dalam jemaat ini dan menyanyikan lagu Sion dan menundukkan kepala di dalam doa dan mendengarkan khotbah Firman Allah.
Dan saya tahu bahwa tidak ada sukacita yang dapat dibandingkan terhadap prospek orang Kristen ketika dia menghadapi kekekalan, hal-hal yang akan datang di wilayah yang sukar untuk dilukiskan. Saya tidak tahu. Tuhan kita hanya berkata bahwa dibaliknya Dia telah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Tidak ada upah di dunia ini seperti mahkota berkat, seperti kebaikan Allah yang tidak terbatas dan kemurahan Allah bagi orang yang akan bertobat dan menjadi orang Kristen yang mengikut Yesus.
Tuhan, Tuhan, sebagaimana aku ada di sini, inilah aku. Tuhan berkatilah kedatanganku. Mengapa tidak? Mengapa tidak?
Saya harus menutup khotbah ini. Momen ini berlalu dengan sangat cepat. Mari kita bersiap untuk undangan yang akan kita lakukan. Kita akan bubar dalam beberapa saat lagi.
Dengan penuh doa, dengan penuh perhatian, ketika kita menyanyikan himne ini, mungkin beberapa orang dari anda yang duduk di depan anda atau di belakang anda, mau maju ke depan. Jika seseorang dari anda ingin membuat keputusan pada pagi hari ini, lakukanlah sekarang.
Pendeta, inilah saya. Saya memberikan tangan saya kepada anda. Saya menyerahkan hati saya kepada Allah.
Dan di sini saya berdiri. Maukah anda melakukannya? Saya akan mempercayaiNya dalam setiap jalan saya, dan saya datang segera. Mari datanglah.
Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.