SORGA: DI SANA DAN DI SINI

(HEAVEN: THERE AND HERE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 21:1-7

19-09-93

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio dan khususnya saya sangat bersyukur karena gembala kita yang baru juga sedang mendengarkan siaran ibadah ini. Dia berada di sana di depan sebuah radio, sedang berbagi dalam waktu yang kudus ini. Judul dari khotbah kita adalah Sorga, Di Sana dan Di Sini, dan itu akan menjadi dua bagian yang berbeda. Saya akan membaca latar belakang teks bagi khotbah kita. Wahyu 21:

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu….Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.”

  Di sini! Bukan di sana, tetapi di sini. Tempat kediaman Allah adalah bersama dengan manusia.

Kemudian sebagai permulaan khotbah, sebuah bagian yang berkaitan dengan pekerjaan pendidikan di dalam persiapan untuk pelayanan dan khotbah mimbar di sekolah yang telah kita dirikan. Di dalam 2 Timotius pasal 2,  “Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” 

Pada peringatan dua puluh lima tahun saya sebagai gembala di tempat ini, saya telah menyampaikan sebuah khotbah, yang di dalam pesan itu saya menguraikan sebuah keyakinan dan beban di dalam hati saya bahwa kita membutuhkan untuk beranjak lebih dalam dan komitmen yang lebih besar lagi terhadap inerrancy dan infallibility dan inspirasi dari Firman Allah.  Dan saya memberikan usul, agar di sini, di gereja kita ini, kita mendirikan sebuah institut yang mengajarkan Kitab Suci dan agar kita mengundang professor dari Southwestern Theological Seminary dan dari Dallas Baptist University dan dari  Dallas Theological Seminary untuk datang dan mengajar di sekolah itu. 

Pada tanggal 6 April 1970, tahun berikutnya, jemaat menunjuk sebuah komite untuk mendirikan sebuah sekolah. Asisten saya pada saat itu adalah Dr. James Bryant. Dan kami mengundang salah satu dari diaken kita yaitu W. C. McCord, untuk mengetuai kelompok itu. Dan kemudian pada musim gugur, pada tanggal lima Oktober 1970, program sekolah diluncurkan. Dan hal itu merupakan berkat yang sukar untuk dipercayai. Minggu malam kita memiliki 1.200 yang hadir di dalam institusi pengajaran itu.

Sebagaimana hari terus berlalu, datanglah seseorang untuk menjadi presiden sekolah itu yaitu Dr. Leo Eddleman, yang telah menjadi presiden dari  South-wide New Orleans Theological Seminary kita.  Kemudian datanglah seseorang yang menjadi presiden sekolah itu yaitu Dr. Paige Patterson, yang sekarang telah menjadi presiden dari Southeastern Theological Seminary di dalam Wake Forest, North Carolina. Dan di bawah  perwalian dan bimbingan dari dua orang akademisi yang terkenal itu, institut itu berubah menjadi sebuah perguruan tinggi. Dan Southern Association of Schools and Colleges memberikan akreditasi yang penuh. Akreditasi yang sama yang disetujui ke Texas University atau SMU yang disetujui terhadap perguruan tinggi itu.

Terhadap kehendak saya itu, mereka bersikeras, bahkan Asosiasi Selatan menyebutnya Criswell College. Dan pada hari itu di sana berdiri, di dalam kebesaran H.L. Hunt Family, sebuah kampus yang indah di Gaston Anenue. Dan Dr. Richard Melick, seorang professor yang lahir, yang merupakan pemimpin sekolah dan guru yang berbakat serta memiliki dedikasi. Dan sekali lagi, sebuah penghargaan bagi sukacita hati saya dan ucapan syukur kepada Allah, gembala kita yang baru, Dr. O.S. Hawkins, di dalam hatinya memiliki visi terhadap pembangunan dan pengembangan dari sekolah yang luar biasa itu. Dia berkata kepada saya, “Harinya sedang datang ketika kita akan memiliki seribu mahasiswa, pengkhotbah dan wanita muda yang sedang mempersiapkan diri untuk pelayanan. Kita akan memliki lebih dari seribu orang yang hadir di dalam institusi yang luar biasa itu.”

Bolehkan saya menyampaikan kata-kata tentang apa yang kita butuhkan untuk sekolah itu? Di sini saya memiliki sebuah salinan dari serang professor teologi yang terkenal. Dia menulis di dalam sebuah pembelaan terhadap Alkitab. Saya mengutip dari tulisannya itu, “Tentu saja ada kesalahan ilmu pengetahuan dan sejarah di dalam Alkitab, kita dapat mengabaikan kesalah yang seperti itu dengan dasar bahwa Alkitab bukanlah sebuah teksbook dari ilmu pengetahuan atau sejarah, dan karena itu kita tidak mengahapkannya sangat akurat dengan ilmu pengetahuan atau pun sejarah.” 

Jika hal itu benar, maka Allah tidak melakukan apa-apa terhadap hal itu. Tidak ada fakta ilmu pengetahuan yang tidak Dia ketahui. Dan tidak ada kejadian sejarah di dalam kisah umat manusia yang tidak Dia lihat. Dan jika Alkitab ini penuh dengan kesalahan dan kontradiksi serta ketidaktepatan sejarah, maka saya tidak memiliki dasar untuk menyampaikan khotbah kepada anda. Kita percaya di dalam penginspirasian sejarah dan ketepatan ilmu pengetahuan adalah benar di dalam setiap kata yang dala di dalam Kitab Suci sorgawi ini.   

Saya sangat tercengang ketika saya membaca surat kabar beberapa hari yang lalu yang menggambarkan tentang liturgi dan ibadah dari gereja-gereja Eropa Barat dan Amerika. Dan surat kabar itu berkata, “Kecendrungan liturgi dari semua dunia Barat adalah untuk membuang Alkitab.” Tidak mengambil rujukan dari Alkitab. Membuatnya tidak berguna. Konsekuensinya, iman Kristen sedang sekarat di dunia Barat kita. 

Ketika saya berada di Inggris beberapa tahun yang lalu, yang membuat saya sangat terkejut adalah ada tujuh ribu gereja yang dijual. Anda dapat membeli sebuah gereja untuk nyanyian—tujuh ribu gereja yang ada di pasar untuk dijual. Dan tentu saja, ketika saya mengadakan kunjungan, seperti yang sedang saya lakukan sekarang, gereja-gereja Amerika, saya tidak mempercayai apa yang saya lihat, sama seperti di New England. Tidak ada ibadah malam, tidak ada pertemuan doa rabu malam, tidak ada ibadah pada musin panas. Gereja-gereja ditutup dan mati. Konsekuensinya, setiap garis utama dari denominasi yang besar di Amerika sedang sekarat.

Bahkan Konvensi Baptist Selatan kita, beberapa tahun yang lalu, sedang menghadapi kemunduran kuantitatif, hingga kebangkitan orang-orang konservatif kita. Dan apa yang harus saya katakan tentang institusi Kristen kita? Mereka telah mati di utara. Mereka semua telah mati di Kanada. Sekolah-sekolah Baptis yang hebat itu seperti Brown University, Chicago University, George Washington University, secara sempurna telah menjadi sekuler. Mereka tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan iman Kristen atau dengan komitmen Baptis.

Dan hal itu sedang merambah ke bagian Selatan ini. Senior universitas kita yang terkemuka, yaitu Universitas Baptis di Virginia Richmond telah memisahkan dirinya dari umat Baptis. Senior universitas kita yang terkemuka di South Carolina, Furman University telah memisahkan dirinya dari umat Baptis. Senior universitas kita yang terkemuka di South Carolina, Charleston-Southern University, telah memisahkan dirinya dari Universitas. Universitas kita yang terkemuka di Florida, Stetson University, telah memisahkan dirinya dari umat Baptis.

Dan yang paling mengejutkan saya serta  yang paling memilukan saya, almamater saya sendiri, setahun yang lalu, Baylor University di Texas, memisahkan dirinya dari denominasi Baptis. Dan tanpa pengecualian, ketika universitas-universitas melakukan hal itu, akhirnya mereka akan menjadi sekuler. Sekalipun Baylor mungkin berkata, “Kami adalah Baptis dan tetap dalam paham itu,” itu adalah kebodohan sejarah. Setiap dari mereka, tanpa pengecualian, telah menjadi sekuler ketika mereka memisahkan diri mereka dari dasar agama yang diatasnya mereka telah dibangun. Jadi seruan dari sorga itu sendiri adalah kembali terhadap Firman Allah yang diinspirasikan secara infallible dan innerancy, di ajarkan di dalam sekolah-sekolah dan disampaikan di atas mimbar. Dan lihatlah sebuah perbedaan yang dapat dibuat!

Di London, di salah satu mimbar modern dunia yang elit dan terkemuka, berdirilah seorang pengkhotbah yang sangat berbakat, Minggu demi Minggu, berdiri di sana dan menyajikan filsafatnya yang disebut dengan iman Kristen, berbicara pada setiap Hari Tuhan tentang moral sosial, tentang  konfrontasi politik, tentang berita utama dari surat kabar, tentang padangan buku-buku, tentang kejadian sehari-hari.

Saya kan memberikan sebuah contoh tentang hal itu kepada anda. Salah satu gereja katedral yang sangat terkenal di dunia adalah St. Paul’s di London. Pada suatu hari di hari Minggu, ketika saya mengunjungi ibadah pagi di Katedral St. Paul di London, dekan dari katedral itu berdiri di atas mimbar dan menyampaikan khotbah. Dan khotbahnya adalah tentang ikan-ikan paus di Atlantik Utara dan kemungkinan kepunahan mereka. Itu adalah khotbah pagi dari mimbar gereja yang sangat terkemuka di London.  

Lalu, pengkhotbah yang hebat ini, pada suatu hari, dikunjungi oleh seorang gadis kecil yang dekil dan kumal serta melarat. Dan ketika gadis itu datang ke ruang belajarnya, gadis itu berkata bahwa ibunya sedang sakit dan mengutus dia apakah pendeta itu dapat datang? Jadi pendeta elit itu diminta untuk mengunjungi ibunya. Dan ketika dia mengetahui di mana mereka tinggal, yaitu di tempat kumuh yang ada di London, dia menolak. Tetapi gadis kecil itu bersikeras, ibunya sedang sekarat dan dia diutus untuk menemui pendeta itu, dan akhirnya pendeta itu setuju. Dan gadis kecil itu membawanya dan memejang jarinya dan menuntun pendeta itu melalui jalanan di bagin timur London, hingga ke Sungai Thames ke sebuah rumah apartemen, dan mendaki tangga yang ada di sana hingga lantai atas dan masuk ke dalam kamar yang kotor dan ranjang yang kumal di mana ibu dari gadis kecil itu terbaring sekarat.

Pendeta itu kemudian mengambil sebuah bangku, dan meletakkannya di sisi wanita itu, memperkenalkan dirinya, dan bertanya apa yang dia dapat  bantu? Dan ibu yang sekarat itu berkata bahwa dia tidak siap untuk bertemu dengan Allah, dan maukah pendeta itu memberitahukan kepadanya bagiamana daia dapat bertemu dengan Allah. Lalu pendeta itu mulai menjelaskan, secara alami di dalam bahasa dari semua ide filsafat yang telah dia khotbahkan selama bertahun-tahun di atas mimbar. Dia mulai berbicara kepada wanita itu tentang pendekatan filsafat terhadap Allah dan terhadap hidup serta takdir.

Wanita miskin yang sedang sekarat itu memandanginya, dia bahkan tidak mengeri bahasa yang digunakan pendeta itu, tatanama yang dia gunakan, apalagi pendekatan filsafat yang dia buat. Pengkhotbah yang hebat itu menundukkan kepalanya dan berdoa, “Ya Allah, tolonglah saya untuk memberitahukan kepada wanita itu tentang kematian dan bagaimana caranya bertemu dengan Engkau.” Dan Tuhan menjawab doa itu. 

Ke dalam hati dari pendeta yang terpelajar dan berbakat itu kembali datang memori pada masa ketika dia duduk di pangkuan ibunya dan berdiri di atas lutut ibunya yang memberitahukan kepadanya pesan yang sederhana dari Yesus yang mulia. Bagaimana tentang kita yang merupakan orang-orang yang berdosa. Bagaimana kiat menghadapi kematian. Dan bagaimana Dia datang ke dunia untuk mati bagi dosa-dosa kita, dibangkitkan untuk pembenaran kita dan berada di sorga menunggu kita.

Dan ketika dia berbicara kepada wanita yang sekarat itu, kisah yang sederhana dari anugerah Tuhan Yesus Kristus, ibu yang sekarat itu mulai mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia berkata, “Ya, saya dapat mempercayai Juruselamat seperti itu. Saya dapat mengasihi Allah seperti itu. Ya.” hari Minggu berikutnya, pendeta itu berdiri di atas mimbarnya dan dia menjelaskan kepada jemaat apa yang telah terjadi minggu itu. Dan dia menutupnya dengan kalimat itu, “Dan saudara yang terkasih, saya ingin anda tahu bahwa saya mendapatkan wanita itu untuk masuk ke dalam kerajaan Allah pada hari itu. Tetapi apa yang lebih adalah bahwa saya juga mendapatkan diri saya sendiri.”

Itu yang kita butuhkan: manusia Allah yang sedang berdiri di atas mimbar, menyampaikan Firman Allah yang diinspirasikan, yang innerant dan infallible yang berasal dari Tuhan Allah sendiri. Dan apakah anda memperhatikannya, saya tidak tahu mengapa di dalam dunia ini, ini adalah pertama kalinya di dalam hidup saya, saya memperhatikannya secara sungguh-sungguh, apakah anda memperhatikannya, sekali pun di sana atau di sini, hal itu selalu di sini? Tuhan Allah membuat planet ini di sini, yang di atasnya kita tinggal. Orang tua kita yang pertama berdosa di sini, dan jatuh ke dalam hukuman kematian di sini. Kuburan yang luas ada di sini. Dan Tuhan, di dalam belas kasihannya menjanjikan seorang penebus yang akan datang untuk kita di sini. Dan Tuhan memilih sebuah keluarga, dan sebuah ras datang, yaitu Isreal yang oleh kehendakNya akan ada di sini. Dan ketika Penebus datang, Dia datang ke sini. Dan Dia mati di sini. Dan sebuah awan menerima Dia dari pandangan kita yang ada di sini. Dan Roh Kudus datang, dan para malaikat datang, yang dikirim pada hari Pentakosta di sini. Dan mereka memberitakan injil keselamatan dan penebusan di sini. Dan pada suatu hari, Yesus akan datang kembali ke sini. Di sini. Dan ketika Yohanes melihat Yerusalem Baru. kota Allah yang berbentuk kubus, turun ke sini. Di sini! Di bumi ini!

Apa yang telah saya lakukan adalah, saya menuliskan apa yang dapat saya temukan melalui teleskop yang baru dan alat-lalat astonomikal yang menjelajahi alam semesta ini untuk beribu-ribu dan berjuta-juta serta bermilyar-milyar tahun cahaya. Dan berusaha untuk menemukan kota Allah yang indah itu.

Lalu, di sana, di tepi dari alam semesta kita adalah Neptunus dan Plato, planet terjauh dari semuanya. Dan saya tidak dapat menemukan Yerusalem baru di tempat itu. Kemudian dengan kecepatan cahaya, 186.000 mil per-detik, setelah bertahun-tahun tibalah ke Alfa Centauri yang memiliki dua matahari, dua puluh enam kali cahaya di dalam sistem tata surya kita dan saya tidak dapat menemukan kota Allah itu di sana.

Lalu, dengan kecepatan cahaya, 186.000 mil per-detik, setelah beberapa masa hidup, kita akan tiba ke Kutub Bintang, cahaya di dalam Peta Bintang Ursa digunakan untuk navigasi. Dan saya tidak melihat kota Allah di sana. 

Kemudian akhirnya ke Vega yang bersinar empat ratus empat puluh kali cahaya dari sistem tata surya kita dan saya tidak menemukan kota kubus itu di sana. Kemudian ke Capella dengan banyak mataharinya dan tidak ada Yerusalem Baru di sana.

Kemudian melalui banyak masa hidup pada kecepatan 186.000 mil per-detik, akhirnya tiba ke Arcturus yang besar, bersinar dengan lima ratus lima puluh kali cahaya yang kita terima dari matahari kita dan tidak ada kota yang berbentuk kubus di sana. Kemudian, bahkan ke Alcyone, bintang paling terang di Pleiades, bersinar dengan dua belas ribu kali cahaya yang kita alami di sistem tata surya kita, dan tidak ada kota Allah di sana.

Dan akan tetapi, saya membaca dan membaca, bahwa sorga begitu dekat sehingga melalui tangga, Yakub dapat menjangkaunya. Di dalam Kejadian 28:12, “Maka bermimpilah Yakub, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.”  

Mereka ada di sini, para malaikat Allah. Dan tangga di bumi menjangkau sorga. Kemudian saya membaca di 2 Raja-raja 6, Benhadad, raja Siria hendak menangkap Siria, dan mengepungnya dengan sebuah pasukan di Dotan. Dan Gehazi bujangnya itu berkata, “Tuhanku, Tuhanku, apa yang harus kita lakukan?” Dan Elisa berdoa, “Bukalah matanya dan biarkan dia melihat.” Dan ketika Allah menjawab doa itu, Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi di sekeliling Elisa. Di sini. 

Dan akan tetapi saya membaca, bahwa Sorga begitu dekat, dua orang malaikat menuntun Lot dan keluarganya dari kota Sodom yang dibinasakan. Dan saya membaca bahwa Sorga begitu dekat, sehingga Anak Manusia—yaitu Yesus—berjalan bersama tiga anak Ibrani di dalam api yang menyala-nyala. Dan malaikat menutup mulut singa-singa di dalam goa, di mana Daniel berada.

Dan saya membaca bahwa sorga begitu dekat, sehingga ketika Yesus dibaringkan di atas kuburan, dua malaikat membuka pintu kubur dan memberikan kepada dunia berita terbesar: “Dia tidak berada di sini. Dia telah bangkit!” Sorga begitu dekat, sehingga ketika Yesus pergi, malaikat turun untuk memberi penghiburan bagi murid-murid dan mengutus mereka ke Yerusalem untuk menantikan Pentakosta.

Dan saya membaca bahwa sorga begitu dekat, sehingga Rasul Yohanes, yang dibuang ke pulau Patmos, di angkat ke dalam sorga. Saya membaca bahwa sorga begitu dekat, sehingga ketika bumi ini dimurnikan dari dosa oleh api, sorga baru dan bumi yang baru yang kudus dan sempurna turun, dan Yerusalem Baru, rumah kita adalah adalah dimana kota itu ada, yaitu di sini! Sorga begitu dekat sehingga ketika Stefanus melihat ke sorga, di sana Tuhan Yesus sedang berdiri, satu-satunya tempat di mana Dia digambarkan sedang berdiri, siap untuk menerima martir kudusNya. Sangat dekat sehingga Yesus menghentikan Saulus di jalam Damsyik dan menuntunnya kepada iman yang sempurna.

Sorga begitu dekat! Di dalam surat kabar pagi, dua atau tiga hari yang lalu, saya membaca kisah tentang seorang gadis dari Sunset High School yang menderita leukemia, dan menderia dengan penyakit itu, dan terbaring sekarat di atas tempat tidur. Dan seorang senior yang berusia sembilan belas tahun dari Addison High School datang untuk menemui dia setiap hari, jatuh cinta kepadanya dan mereka menikah pada sebuah hari Minggu. Dan setelah malam pertama, keesokan harinya, dia mengumpulkan keluarganya di sekelilingnya, ayah, ibu, dan suaminya yang masih muda dan hanya satu malam serta berkata, “Hari ini saya akan meninggal.” Dan ketika mereka berdiri di sekitar dia, dia berkata, “Para malaikat memanggil saya dan saya mendengar mereka bernyanyi dalam paduan suara.” Seberapa jauhkah tempat itu? Ribuan dan jutaan cahaya jauhnya? Bagaimana dia dapat mendengar jika sorga berada di sana? Dia mendengar para malaikat bernyanyi. Sorga itu begitu dekat, sehingga dia dapat mendengar nyanyian malaikat. Dan meninggal dunia.

Pada hari jumat, saya memimpin sebuah ibadah pemakaman bagi seorang ibu terkasih yang sangat saleh, yaitu Mrs. L. O. Taylor, Johnnie Taylor.  Dan sebelum dia meninggal, dia berbicara tentang sambutan dari setengah anggota keluarganya yang telah mendahului dia ke dalam kemuliaan. Di sini!

Dan setiap kali saya mendengar tentang Lottie Moon. Dia meninggal di Pelabuhan Kobe di Jepang. Dan ketika dia terbaring sekarat, dia mendekap tangannya di dalam salam orang Cina dan memanggil nama-nama orang kudus yang telah dia kenal bertahun-tahun yang lalu. Di manakah sorga? Di sana? Tidak. Sorga ada di sini! Sorga berada di sini! 

Dan anda berkata kepada saya, “Pendeta, saya tidak melihat malaikat satu orang pun dan say tidak melihat satu orang pun dari orang-orang kudus. Dan saya tidak melihat Tuhan Yesus.” Saya beritahukan kepada anda, anda tidak berpikir. Anda tidak berpikir.

[Kepada Dr. Davis]: Naiklah kemari. Saya memegang tangannya. Saya melihat wajahnya. Itu adalah daging yang akan busuk dan dikuburkan dalam tanah dan berubah menjadi debu. Ketika saya melihat ke arahnya, apakah ini dia? Daging yang membusuk dan menjadi debu? Tidak! Dr. Davis tinggal di bagian dalam rumah ini. Dan dia melihat saya dengan matanya dari dalam tubuh yang rapuh. Sungguhkah saya melihat George Davis? Tidak. Dia berada di bagian dalam dari rumah yang rapuh dan akan hancur ini dan dia berbicara kepada saya dari dalam hatinya. Saya tidak melihatnya. Saya tidak akan melihatnya hingga Allah membangkitkannya dari kematian. Sorga ada di sini. Allah ada di sini. Yesus ada di sini. Mereka berada di sekitar kita.  Hanya jika kita memiliki mata rohani yang pada suatu hari akan diberikan Allah kepad kita sehingga kita dapat melihat.

Dan sebagai penutup dari sorga yang turun ke bumi—suatu kali, enam puluh dua tahun yang lalu, saya pergi untuk mengunjungi di Knob Country, wilayah perbukitan dari Kentucky. Enam puluh empat gereja seperempat waktu yang membuat Asosiasi Baptis itu. Bukan gereja paruh waktu di dalam kelompok. Setiap orang dari mereka, dari enam puluh empat orang itu, gereja-gereja seperempat waktu mengadakan ibadah satu bulan sekali.

Asosiasi itu mengadakan pertemuan di luar ruangan, di bawah pohon-pohon dan kami duduk di atas balok kayu yang dibelah. Dan di tengah-tengah mereka saya duduk. Dan ketika pertemuan berlangsung, seseorang berdiri di tengah-tengah kelompok. Dan dia mulai menyanyikan sebuah lagu. Dan ketika dia menyanyikan lagu itu, ada orang lain yang berdiri dan mulai menyanyikan lagu itu bersama dengan dia. Dan kemudian seseorang lainnya bergabung dan akhirnya semua berdiri dan saya juga berdiri, mereka menangis dan saling berjabat tangan satu sama lain, orang-orang kudus Allah. Saya tidak akan pernah melupakan lagu lama itu:

 

Rumahku di dalam sorga

Sangat cemerlang dan gemilang

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Tiada kejahatan dan kematian yang dapat masuk kesana

Dan aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Tiada kejahatan dan kematian yang dapat masuk kesana

Dan aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku dapat melihat

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Oh, Tuhan telah begitu baik kepadaku

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Hingga rumah besar itu dapat kulihat

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana.

 

 

Nak, dapatkah kamu bangkit ke sana untuk hal itu? Memperolehnya? [Musik dimainkan]. Saya tidak memiliki ide bagaimana kita melakukannya. Tetapi kita dapat mencoba.

 

Rumahku di dalam sorga sangat cemerlang dan gemilang

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Tiada kejahatan dan kematian yang dapat masuk kesana

Dan aku merasa sedang berjalan ke sana

Oh, Tuhan telah begitu baik kepadaku

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Hingga rumah besar itu dapat kulihat

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana.

 

Paduan Suara, saya ingin anda juga membantu kami dalam menyanyikannya. Dan anda melakukannya seperti yang mereka lakukan di dalam pertemuan asosiasional itu. Saya ingin anda bernyanyi dan saling berjabat tangan satu sama lain. Sekarang, mari kita semua berdiri dan mari kita menyanyikan lagu ini dan berjabat tangan satu sama lain. 

 

Rumahku di dalam sorga

Sangat cemerlang dan gemilang

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Tiada kejahatan dan kematian yang dapat masuk kesana

Dan aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Tiada kejahatan dan kematian yang dapat masuk kesana

Dan aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku dapat melihat

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Ya, aku merasa sedang berjalan ke sana

Aku merasa sedang berjalan ke sana

Oh, Tuhan telah begitu baik kepadaku

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana

Hingga rumah besar itu dapat kulihat

Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana.

 

Amin!  Amin!  Sorga Di Sana dan Di Sini: Dia sedekat nafas kita dan sama berharganya dengan jiwa kita. Yesus ada di sini. Orang-orang kudus dan para malaikat ada di sini.

Sorga adalah di sini dan pada suatu hari, Yerusalem Baru ada di sini.

Baiklah. Charles…..

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M