UNDANGAN TERAKHIR

(THE LAST INVITATION)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 22:17

 

22-09-63

 

 

Setelah bertahun-tahun berkhotbah melalui kitab per kitab dalam Alkitab, sekarang, selama dua tahun setengah kita telah berkotbah melalui Kitab Wahyu, dan kita telah tiba di bagian akhir dari kitab itu. Ada dua khotbah yang akan disampaikan dari bagian akhir itu. Dan setelah berkhotbah selama tujuh belas tahun delapan bulan berkhotbah melalui Alkitab, kita akan tiba dalam khotbah yang terakhir.

Minggu yang akan datang ini, minggu depan, khotbah kita akan diambil dari perkataan nubuatan ini: Wahyu 22:18-19.  Kemudian hari minggu yang selanjutnya, hari minggu yang ketiga dari sekarang, yaitu pada hari minggu pertama bulan oktober, hari peringatan selama sembilan belas tahun saya mengembalakan jemaat di tempat ini. Setelah berkhotbah selama tujuh belas tahun delapan bulan melalui kitab per kitab dari Alkitab, saya akan menyampaikan khotbah yang terakhir dan doa di dalam Kitab Wahyu, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus! Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian!”  Hari minggu itu adalah hari kemaikan. Itu harus menjadi sebuah hari yang tertinggi dalam hidup kita.

Saya telah memikirkannya dan mempersiapkan khotbah itu, yang saya tidak tahu sampai berapa lama, mungkin sekitar satu tahun atau lebih. Allah memberkatinya, sebagaimana ia disampaikan, hari minggu pertama bulan oktober: Hari peringatan sembilan belas tahun saya menjadi gembala di tempat ini dan akhir dari tujuh belas tahun delapan bulan saya berkhotbah melalui kitab per kitab dalam Alkitab.

Khotbah hari ini adalah sebuah pesan yang paling bermakna dan paling indah dari seluruh teks yang ada dalam Firman Allah. Anda dapat memberinya judul: Undangan Allah Yang Terakhir. Anda dapat memberinya judul: Seruan Kehendak Sorga dan Kehendak Bumi Untuk Datang.”

Penglihatan dari Wahyu ditutup dalam lima ayat yang pertama dari Kitab Wahyu pasal dua puluh dua. Dimulai dari ayat enam, Yohanes dengan ispirasi Roh Kudus menulis sebuah penutup, sebuah bagian akhir yang menjadi penutup, tidak hanya untuk Kitab wahyu, tetapi di dalam pemeliharaan Allah, juga menjadi penutup seluruh kanon Kitab Suci. 

Ayat-ayat penutup sama seperti gerakan terakhir dari sebuah konser besar, yang mana seluruh alat musik orkestra bergabung dalam sebuah banjir kemenangan yang luas. Lalu, di dalam suara-suara yang ada di epilog ini, mereka terdengar bergantian. Kadang-kadang itu adalah suara dari Rasul Yohanes yang berbicara. Kadang-kadang itu adalah suara malaikat, kadang-kadang itu adalah suara yang berasal dari dalam dari takhta: Kristus Tuhan sendiri yang berbicara. Kadang-kadang sulit untuk memberitahukan siapa yang sedang berbicara,  karena mereka bercampur satu sama lain.

Begitu juga dengan teks ini:

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

Yang pertama, “Marilah” adalah jawaban dari seruan terhadap pesan Tuhan kita yang sangat luar biasa dan penuh makna serta berkemenangan, yang diumumkan dalam ayat dua belas di atas, “Sesungguhnya Aku datang segera.” dan suara pertama yang terdengar adalah suara dari Roh, suara dari pengantin Kristus, dan suara dari yang mendengarnya—setiap anggota individu jemaat yang mendengar nubuatan dari perkataan nubuat ini—suara pertama yang terdengar adalah orang-orang yang memberikan balasan bagi pengumuman yang luhur dari Tuhan kita, “Sesungguhnya Aku datang segera.” 

Dan mereka menjawab, “Marilah Tuhan, marilah.” Kemudian suara Tuhan terdengar kembali, mengingat orang yang terhilang dan yang haus dari dunia yang melelahkan ini, undanganNya adalah bagi mereka yang haus untuk datang: “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”  Lalu, kita akan berbicara tentang teks itu dalam sebuah cara yang indah. Yang pertama balasan dari Roh dan dari jemaat dan dari individu yang percaya: “Marilah Tuhan, marilah.” Kemudian kita akan berbicara tentang rasa sedih di dalam suara Tuhan kita yang mulia, ketika Dia mendorong orang-orang yang haus dan yang mau untuk datang dan untuk minum air kehidupan dengan cuma-cuma. “ Dan Roh dan pengantin perempaun itu berkata, Marilah.” Ketika Tuhan mengumumkan: “Sesungguhnya Aku datang segera,” Roh Yesus, wakil pengawas dari Tuhan di bumi ini, menjawab dengan sebuah keinginan yang mendalam: “Marilah Tuhan. Marilah.”

Juruselamat kita telah berkata bahwa adalah lebih baik bagi Dia untuk pergi. Tetapi jika Dia pergi, Dia akan meninggalkan kita wakil pengawasNya di bumi ini, Roh Kebenaran,  Paraclete, yang akan mengajar kita di dalam jalan kebenaran dan hikmat, menjadi Penghibur kita, Penuntun kita dan Penjaga kita. Tetapi selama bertahun-tahun dari dispensasi ini, bagaimana penolakan dan kekerasan dan kejahatan dari dunia ini telah mendukakan dan menggusarkan serta memadamkan Roh Kudus Allah! 40 tahun mengembara di padang gurun ketika mereka menggusarkan Roh Kudus Allah tidak ada apa-apanya dibandingakan dengan abad-abad dan generasi dari 1.900 tahun ini yang tidak mengenal apa pun selain dari pada penolakan terhadap Kristus dan mendukakan serta menggusarkan Roh Kudus. Dan ketika Tuhan mengumumkan, “Sesungguhnya Aku datang segera,” sebuah kedukaan dan penderitaan Roh menjawab, “Marilah Tuhan. Marilah Yesus yang mulia.” 

Itu adalah hasrat dan kerinduan dan tugas Roh Kudus untuk memuliakan Yesus. Saat terakhir ketika dunia yang buruk ini melihat Tuan kita adalah ketika Dia dinaikkan antara langit dan bumi di atas sebuah salib. Dan merela melihat Dia mati dengan penuh kehinaan di antara dua penjahat. Kerinduan dan hasrat Roh Kudus Allah adalah untuk meninggikan Tuhan Yesus, untuk menyingkapkan Dia di dalam keindahanNya dan kekudusanNya, di dalam semarak dan kejayaan. Dan ketika Tuhan memngumumkan, “Sesungguhnya Aku datang segera,” Roh menjawab, “Marilah Tuhan, datanglah.” 

            “Dan pengantin perempuan itu berkata, Marilah.’ Roh dan pengatian perempaun itu: Pengantin perempaun Kristus. “Marilah Tuhan. Datanglah segera.” Mempelai Kristus, JemaatNya, selama beradab-abad ini dan sekarang hampir dua millennium, telah berdoa dan menanti kedatangan Tuhannya. Bagaimana pun perbedaan banyak kelompok dalam menafsirkan cara kedatanganNya, jemaat Kristus yang sejati akan selalu digerakkan oleh permohonan itu: Datanglah kerajaanMu. Ya, datanglah Tuhan Yesus.” 

Apakah anda memperhatikan bahwa di sana hanya ada satu “Marilah?”—“Roh dan Penganti perempuan itu berkata, Marilah”—bukan dua—dan Roh berkata: Marilah, dan penganti perempuan berkata: Marilah—hanya satu. “Roh dan pengantin perempuan berkata, Marilah.” Mereka diidentifikasikan sama di dalam kerinduan itu. Dan jika jemaat dipenuhi dengan Roh Kudus, dan jika Roh KudusNya berbicara kepada jemaatNya, mereka memiliki sebuah doa yang sama: “Marilah, Tuhan Yesus yang mulia.” Jemaat berseru di dalam Roh dan Roh berdoa dan berseru di dalam jemaat”Marilah Tuhan. datanglah Yesus yang mulia.”

Jemaat, jemaat yang sejati, dipersembahkan kepada Kristus, tetapi perkawinan itu belum terjadi. Hal itu belum terjadi hingga pasal sembilan belas yang menggambrak kedatangan Tuhan kita bahwa perkawinan Anak Domba itu dirayakan. Dan Jemaat melihat kepada mempelai prianya, menunggu hari final dan yang terakhir itu ketika dia akan menjadi milik Tuhannya dan Tuhan akan memiliki kepunyaanNya. “Dan Roh dan pengantin perempuan itu berkata, Marilah.” 

            “Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, Marilah.” Dalam pengumuman yang agung dan luhur itu, “Sesungguhnya Aku datang segera,” biarlah setiap orang dari anggota jemaat—biarlah setiap anggota rumah tangga iman, ketika mereka mendengar perkataan itu dibacakan dan wahyu ini disampaikan, biarlah dia berkata dalam hatinya, “Ya, Tuhan, marilah, Yesus yang mulia.”

Itu adalah sebuah bukti dan tanda dari orang Kristen yang lahir baru, anak Tuhan yang sejati. Tidak ada orang yang belum diselamatkan dan orang duniawi yang merindukan kedatangan Juruselamat. bagi dia, hari kedatangan Tuhan adalah sebuah hari yang menakutkan. Itu adalah hari penghakiman. Itu adalah hari murka dan penghukuman. Itu adalah hari kehilangan dan terror. Itulah sebabnya orang yang tidak diselamatkan berkata, “Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita telah meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” Sebab bagi dia, kedatangan Tuhan adalah sebuah hal yang menakutkan. Dan Dia mengeluarkannya dari kehidupannya dan dari pikirannya dan setiap hal yang berkenaan dengan masa depan. 

Tetapi tidak demikian dengan anak Allah yang sejati. Ketika Tuhan mengumumkan, “Sesungguhnya Aku datang segera,” dan ketika mereka membaca penampakan yang mulia itu di dalam Alkitab, anak Allah yang sejati berkata, ‘Tuhan, dengan wahyu, aku diajarkan bahwa engkau akan datang. Amin. Itu adalah berkat dan kekudusan dan kebahagiaan bagi jiwaku. Datanglah Tuhan Yesus.” Itu adalah sebuah tanda dari kebenaran dan kesalehan dan sebuah rasa takut kepada Allah dari orang Kristen. Barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata—setiap anggota iman dari rumah tangga Allah—hendaklah ia berkata, “Marilah Tuhan, ya, datanglah.”

Kemudian di tengah-tengah dari seruan jawaban Roh dan pengantin perempuan dan anggota individu, Tuhan berbicara. Apakah anda melihat perbedaan di dalam dua “marilah?” “Roh dan pengantin perempuan berkata, Marilah. Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, Marilah.” Kemudian hal itu berubah: “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” 

Jadi ada dua perbedaan “marilah” di dalam undangan itu: Yang pertama, Roh dan pengantin perempuan dan individu yang mendengarnya, “Marilah Tuhan yang mulia. Hendaklah mereka yang mendengarnya berkata, Marilah” kemudian pesan Tuhan kita bagi orang-orang yang berdosa, bagi orang-orang yang tidak percaya yang tidak siap terhadap hari besar yang pebuh kemenangan itu: “Hendaklah ia datang.” 

Hal itu seolah-olah Tuhan mengingat anda, khususnya anda. Hal itu seolah-olah Roh mengambil pena dan sebelum doa penutup yang terakhir ditulis, sebelum kanon ditutup, sebelum nabi terakhir dan rasul terakhir berbicara, hal itu seolah-olah Roh Kudus mengambil pulpen dan berkata, “Buatlah sebuah seruan terakhir bagi orang-orang yang terhilang sehingga mereka dapat diselamatkan, sehingga mereka dapat datang.”

Marilah, barangsiapa yang haus hendaklah ia datang. Dan hendaklah ia—barangsiapa yang berhasrat, barangsiapa yang mau—hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma: datanglah. Barangsiapa yang haus, datanglah. barangsiapa yang berhasrat, datanglah. Bagi dia yang mau, datanglah.

Kata “marilah”Kata “marilah” merupakan perkataan favorit dari Tuhan Allah di dalam Kitab Kudus. Di dalam takdir dari hukuman yang mengerikan dari banjir bah dan badai serta angin ribut dan hujan dari langit, Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera. Dan ketika bahtera itu selesai dibangun, Dia berkata kepada Nuh, “Marilah, Nuh, engkau dan keluargamu, ke dalam bahtera dengan selamat. marilah.”

Pemberi hukum yang terbesar, Musa, ketika dia berdiri di tengah-tengah kemah, ketika bangsa itu melakukan perzinahan dan pesta seks dalam dosa—Musa berdiri di tengah-tengah pemakaman itu berkata, “Hendaklah ia yang berada di sisi Tuhan, hendaklah ia datang. Hendaklah ia datang dan berdiri di sisiku.”

Itu adalah pesan dari injil Perjanjian Lama di Yesaya. Yesaya 1:18: “Marilah, baiklah kita berperkara! --firman Tuhan--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”  Atau di dalam Yesaya 55, ayat yang pertama: “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah!” 

Itu adalah sebuah perkataan undangan yang konstan dan mulut Tuhan kita yang mulia: “Dan ketika Yesus lewat, Dia melihat dua orang nelayan bersaudara, dan Dia berkata, Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala manusia.” Dan Tuhan berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang seperti itulah yang empunya kerajaan Sorga.”

Dan Tuhan berkata kepada orang muda yang kaya, dengan dunia yang berada di hatinya, mengasihi dunia yang salah: “Lepaskanlah itu. Lepaskanlah itu dan datanglah dan ikutlah Aku.” Dan Tuhan berkata kepada Zakheus, “Hari ini Zakheus, engkau yang ada di atas sana, hari ini, keselamatan datang ke dalam rumahmu. Datanglah, bergegaslah dan turunlah.”

Dan Tuhan berkata kepada orang-orang yang letih lesu, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Marilah kepadaKu. Marilah kepadaKu. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Dan Tuhan berkata di dalam perumpamaan tentang pesan injilNya di jalan raya, ‘Pergilah ke setiap jalan raya dan paksalah mereka untuk datang. Masuk ke dalam.”  

Ini adalah tujuan besar yang klimaks dari setiap ibadah penyembahan dan setiap khotbah injil dan setiap pesan Allah yang sejati: “Datanglah, kamu yang belum pernah diselamatkan, datanglah kepada Yesus. Dan kamu yang sudah datang, datanglah lebih dekat. Datang makin dekat. Datang untuk lebih dekat lagi.” Tidak membutuhkan kepintaran. Tidak membutuhkan seorang yang fasih berpidato. Tidak membutuhkan teologi yang dalam. Tidak membutuhkan debat atau argumen. Hanya teks yang sederhana dengan sebuah khotbah yag sederhana: “Marilah, datanglah kepada Tuhan Yesus. Datanglah dan menjadi selamat. Datanglah bersama dengan kami di dalam pengembaraan menuju sorga. Datanglah.”

            “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”  Semuanya bergabung, dan ini bukanlah kekerasan kepada teks. Semuanya bergabung di dalam undangan ini bagi orang-orang berdosa agar ia datang—datang kepada Yesus.

“Roh berkata, Marilah.” Ketika seorang pengkhotbah berdiri di atas sebuah mimbar dengan sebuah Alkitab yang terbuka dan menaikkan tangannya di dalam seruan, dia selalu tahu, bahwa di sana, di balik setiap hati, ada sebuah seruan dari Roh Kudus, dorongan untuk datang, datang kepada Yesus. 

“Dan pengantin perempuan itu berkata, Marilah.” Itu adalah hati yang besar dan kasih dan hasrat dan doa dari jemaat Allah yang sejati, untuk melihat orang yang terhilang datang dan diselamatkan.

Dengan seluruh penyalahgunaan dan kritik terhadap jemaat Yesus yang sejati, mempelai wanitaNya di bumi ini, maukah anda  untuk mengetahui apakah jemaat sungguh-sungguh mengasihi sebuah kota yang hilang dan dunia yang hilang serta orang-orang berdosa yang terhilang? Tidakkah anda ingin mengetahui apakah mereka melakukannya, dengan penuh kebenaran dan bersungguh-sungguh? Dan di dalam setiap ibadah, di dalam setiap ibadah, di dalam setiap waktu, hendaklah setiap orang yang berdosa datang menelusuri lorong bangku ini, memegang tangan pendeta dan berkata, “Pendeta, saya ingin diselamatkan. Saya ingin lahir kembali. Saya ingin menjadi anak Allah. Saudara-saudara berdoalah untuk saya. Saya ingin pergi ke sorga dan melihat wajah Allah pada suatu hari.” Hendaklah ia datang. Seluruh jemaat yang berada di sana akan mengangkat hatinya dan berkata, “Terpujilah nama Allah. Ini ada pendosa lainnya telah kembali, yang telah berpaling di dalam pertobatan dan di dalam iman untuk diselamatkan oleh Tuhan Yesus.”

Itu adalah jemaat Tuhan yang sejati. Itu adalah nyanyian di dalam hatinya “Tolonglah yang Sesat.” Itu adalah mempelai Kristus yang sejati, dengan Alkitabnya yang terbuka dan mezbahnya dan doanya dan air matanya yang mengalir ke bumi dan misionarisnya dan pelayanannya yang penuh perhatian dan pertolongan dan pengembalaannya yang penuh kepedulian, dengan nyanyiannya yang penuh pujian dan sukaacita dan dengan wajahnya yang terangkat kepada kemuliaaan Allah. Itulah Jemaat. Dan pengantin perempuan, jemaat Yesus yang mulia, mengundang anda untuk datang.

“Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, Marilah.” Pernahkah anda mendengar bahwa ada seorang Juruselamat? Pernahkah anda mendengar bahwa ada Allah di sorga? Pernahkah anda mendengar bahwa ada sebuah jalan untuk didamaikan dengan Tuhan Allah, yang menghakimi bumi? Apakah anda mendengar ulangan dari undangan yang luhur dan yang melegakan, “Marilah. Datanglah kepada Tuhan. Datanglah dan menjadi selamat”?

Ketika saya memikirkan hal itu—“Barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, Marilah”—Saya membayangkan wanita Samaria yang ada di tepi sumur dan mendengarkan perkataan Yesus yang mulia. Meninggalkan bejananya, tempat airnya, dia bergegas pergi ke kota dan berkata, “Marilah. Datanglah. Mari dan lihatlah. Bukankah ini Juruselamat dunia, Mesias dari Allah?”          

  “Barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata, Marilah. Datanglah.” Apakah saya berbicara di dalam nama seorang ayah yang kudus atau seorang ibu yang kudus yang telah mendengar injil dan yang telah percaya dan yang sekarang berada di dalam kemuliaan, yang mengulang ulangan yang melegakan dan undangan bagi hati anda? “Mari, datanglah.” Dapatkah mereka berkata, dari benteng kemuliaan, melihat kita ke bawah: “Apa? Apakah Yohanes belum selamat? Apa yang akan terjadi jika Maria tidak mengambil Tuhan sebagai Juruselamatnya? Mereka yang telah mendengarnya, secara individu telah yakin dan percaya—mereka mengundang anda untuk datang kepada Tuhan.  

“Dan barangsiapa yang haus hendaklah ia datang.” Ah, betapa merupakan sebuah kiasan dan figur serta gambaran yang baik dan sangat jelas. Keinginan yang paling menyakitkan yang dikenal oleh bingkai manusia adalah rasa haus. Kehausan. Setiap tisu, setiap atom tubuh, nampak bersimpati dengan seruan yang menyakitkan untuk air.

Segala sesuatu yang harus kita lakukan adalah melihat mata yang panas dan bibir yang terbakar dan lidah yang tebal dan kering, kulit yang pecah dari seorang pengembara, orang asing, di atas wajah yang menakutkan dari padang pasir dan mendengar dia berseru untuk air. Oh, air. Air. Untuk mengetahui pemenuhan dari hasrat itu. Itu adalah sebuah lukisan dari seruan jiwa setelah Allah. Tuhan kita berkata, “Barangsiapa minum air kehidupan ini, ia akan haus lagi.”  

Kesenangan dan kekayaan dan kemasyuran dan kesuksesan dan ambisi, hal-hal ini tidak dapat memberi makan jiwa. Seperti yang disampaikan oleh Bobby Burns,

 

Kesenangan sama seperti bunga tumbuh dan berkembang

Engkau memetik bunganya

Kembangnya akan layu kemudian

Atau seperti salju yang jatuh

Di atas sungai

Yang putih untuk sejenak

Lalu lenyap selamanya

Atau seperti lintasan cahaya borealis

Yang menghilang lenyap seketika

Menuju tempat mereka

Atau seperti pelangi

Dalam bentuk yang sangat indah

Yang menghilang di tengah-tengah badai.

 

 “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.”  Oh, cawan kekekalan itu, yang merupakan sumber hidup dan kemudaan! Ya, Allah, dimanakah itu? kami minum dan dipuaskan. Di manakah itu sehingga kami dapat menemukan hidup dan kekekalan dan kebahagiaan, Tuhan, hanya di dalam Engkau—hanya di dalam Engkau. Dan pada hari raya perayaan itu, Yesus berdiri dan berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!”

Selama bertahun-tahun saya telah mengutip stansa dari himne yang ditulis oleh Horatius Bonar untuk memberi penghiburan dan jaminan:

 

Aku mendengar suara Yesus berkata,

“Datanglah kepadaKu dan beristirahatlah

Letakkanlah semua kekhawatiranmu

Baringkanlah kepalamu di atas dadaKu.”

Aku datang kepada Yesus sebagaimana adanya aku

Letih dan Lesu serta penuh kesedihan

Aku menemukan di dalam Dia sebuah tempat yang nyaman

Dan Dia membuatku lega.

 

 

Saya sangat menyukai bait lagu itu. Ketika saya mempersiapkan khotbah ini saya juga mengingat bait yang kedua dari himne yang indah dan mulia itu.

 

Aku mendengar suara Yesus berkata …

 

Lagi, bait yang kedua:

 

Aku mendengar suara Yesus berkata,

“Lihat, Aku memberikannya secara cuma-cuma

Air yang hidup, bagi yang haus,

Berhenti [berlutut, bersujud] dan minum serta hidup.”

Aku datang kepada Yesus dan aku minum

Dari aliran sungai yang memberi hidup.

Rasa hausku telah dipuaskan, jiwaku dibangunkan,

Dan sekarang aku hidup di dalam Dia.

 

“Barangsiapa yang haus hendaklah ia datang.” 

Dan yang paling inklusif, dan yang merupakan sajian terakhir dari seluruh undangan Allah di dalam Alkitab: “Dan barangsiapa yang, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” 

“Dan barangsiapa yang mau”–Hal itu pasti  termasuk kita semua, setiap jiwa yang sekarang hidup. Undangan itu termasuk bagi kita semua: “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” 

“Dan barangsiapa mau.” Jika saya memilih, Allah memilih. Jika saya mau, Allah mau. Pilihan adalah “barangsiapa mau.” Dan yang bukan pilihan adalah barangsiapa yang tidak mau.

“Dan barangsiapa mau”—kondisi bukan di dalam Allah. Bukan di dalam Kristus. Kondisi terletak di dalam saya. Allah berkata, “Barangsiapa mau.” Kemudian Tuhan berhenti. Dia tidak memaksa. Semua yang masuk ke dalam melakukannya dengan pilihan mereka sendiri. Saya harus menjawab “Ya.”

            “Barangsiapa yang mau, hendaklah ia.” Oh, kata itu “hendaklah.” Ketika Allah berkata, “Hendaklah ia,” di manakah kuasa yang dapat menyangkalnya. “Hendaklah ia.” “Fiat lux,” Allah berkata. “Jadilah terang.” Dan siapa yang dapat menyangkal cahaya itu menyembur ke dalam dunia yang gelap ini? Dan, ketika Allah berkata, “Hendaklah ia,” siapa yang dapat menyangkal pendosa yang paling menyedihkan dan dengan rendah hati datang kepada Tuhan untuk diselamatkan? Siapa yang dapat menghalangi? Siapa yang dapat menyangkal? Siapa yang dapat campur tangan?

Dapatkah dilakukan oleh seluruh kuasa neraka? Dapatkah dilakukan oleh Setan? Dapatkah dilakukan oleh Iblis? Dapatkah para malaikat yang sangat hitam dan gelap? Dapatkah rasa ragu dan gentar? Dapatkah sesuatu berdiri antara kita dan Allah, ketika Allah berkata, “Hendaklah ia datang, hendaklah ia datang”?

            “Dan barangsiapa mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.”  Hendaklah ia mengambil. Hendaklah ia mengambil. Oh, betapa merupakan sebuah injil yang sederhana dan betapa merupakan sebuah pesan yang sederhana! Hendaklah ia mengambil. Jika seseorang menginginkan Kristus, hendaklah ia mengambil Kristus. Jika seseorang menginginkan hidup, hendaklah ia mengambil hidup. Jika seseorang menginginkan sorga, hendaklah ia mengambil sorga. Jika seseorang menginginkan pendamaian, hendaklah ia mengambil pendamaian. Jika seseorang menginginkan pengampunan, hendaklah ia mengambil pengampunan. Jika seseorang menginginkan Yesus, hendaklah ia mengambil Tuhan Yesus yang mulia. 

“Dan barangsiapa mau, hendaklah ia mengambil. . . .”  Oh, tidak ada perkataan tentang perasaan. Tidak ada perkataan tentang membawa pekerjaan yang baik dan perbuatan baik dan pujian beserta dengan anda. Hanya hendaklah ia datang dan hendaklah ia mengambilnya.

Bukankah itu merupakan sebuah perkataan Allah yang luar biasa? Anugerah—anugerah akan menyediakan bagi kita pertobatan dan iman dan karunia yang membawa kita dekat kepada Allah. Hanya jika di dalam kita ada sebuah kemauan untuk datang dan mengambil.

“Hendaklah ia datang dan mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” Hanya ada satu kondisi di sana: bahwa anda mengambilnya secara cuma-cuma. Tanpa membawa sebuah harga. Tanpa membawa sebuah bayaran. tanpa membawa pekerjaan baik dan pujian. Tanpa membawa rekomendasi. Hanya datang sebagaimana adanya anda. “Barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: Marilah. Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” Adalah kesenangan Allah untuk memberikan kepada kita keselamatan kita. Adalah kasih dan hasrat Allah untuk memberikannya kepada kita, tanpa uang dan tanpa harga.

 

Di dalam tanganku tiada jasa kubawa

Hanya pada salibmu, aku melekat

 

Hendaklah ia mengambilnya dengan cuma-cuma. Hendaklah ia minum dari mata air sungai kehidupan dan hidup selamanya. Minum dengan penuh dan dalam. Milik anda selama-lamanya. 

Suatu ketika saya mendengar tentang seorang anak kecil yang kurus, seorang bocah yang kelaparan di dalam sebuah keluarga besar, dan dibawa ke rumah sakit dan dirawat karena tubuhnya yang kurus dan kelaparan. Dan seorang perawat yang baik dan manis datang kepada bocah yang kelaparan itu dengan segelas besar susu di tangannya. Dan dia memberikannya kepada bocah yang kelaparan itu dan berkata kepada anak itu, “Minumlah. Minumlah.” Dan dengan tangan yang tidak sabaran, bocah yang kelaparan itu mengambil segelas susu itu, mendekatkannya ke mulutnya dan mulai minum, dan tiba-tiba dia berhenti. Sambil memegang gelas itu, dia berkata, “Suster, seberapa banyakkah saya boleh meminumnya?”

Oh, betapa itu merupakan sebuah gambaran dari kemiskinan dan keinginan dan kebutuhan dan kehausan dan kelaparan yang ada di dalam diri anak itu, karena anda dapat lihat, setiap gelas susu yang pernah dilihat oleh bocah itu harus dibagi dengan anak-anak lainnya di dalam sebuah keluarga yang besar. Dan setiap orang hanya dapat minum dengan secukupnya dan secukupnya. Jumlahnya tidak cukup untuk dibagi.

Anak kecil itu, sambil memegang gelas di tangannya berkata, ‘Suster, seberapa banyak saya dapat minum?” Dan perawat itu membalas, “Nak, minumlah sampai puas. Minumlah sampai puas.”

Kita tidak akan pernah menghabiskan kebaikan dan anugerah dan kemurahan dari Tuhan Allah kita yang hebat. Marilah, minum sampai puas. Menjadi selamat sampai selama-lamanya.

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

Manna dari sorga untuk diminum. Air kehidupan untuk diminum. Marilah dan menjadi selamat. Marilah, mendekat kepada Tuhan Yesus yang mulia. Marilah, serahkan hatimu kepada Yesus dan percayalah kepadaNya. Marilah, pandang wajahNya di dalam iman, di dalam pengharapan. Dia akan memegang setiap janji yang telah Dia buat. 

Marilah, gabungkan diri anda ke dalam rumah tangga iman. Marilah, bersama dengan kami di dalam pengembaraan di dunia ini ke dalam kemuliaan dari dunia yang akan datang. Marilah, bersujud di hadapan Tuhan, Allah kita Yang Mahatinggi. Serahkanlah hidup anda menjadi baru kepadaNya. Marilah. Datanglah. 

Ketika kita menyanyikan himne undangan kita, bagi anda yang berada di sekitar balkon, ada sebuah tangga di bagian depan dan belakang serta kedua sisinya. Ada waktunya untuk bubar, tetapi sekarang marilah dan turunlah melalui salah satu tangga itu dan maju ke depan. Datanglah. Buatlah keputusan itu sekarang. Lakukanlah keputusan itu sekarang: meletakkan hidup anda di dalam persekutuan jemaat ini, atau menerima Yesus sebagai Juruselamat anda. “Pendeta, inilah saya. Saya datang segera.” 

Bagi anda semua yang berada di lantai bawah, berjalanlah melalui salah satu lorong bangku itu dan majulah ke depan, katakan, “Pendeta, saya menyerahkan tangan saya kepada anda, saya menyerahkan hati saya kepada Tuhan yang mulia. Inilah saya dan saya datang segera.”

Buatlah keputusan itu pada pagi hari ini. Buatlah keputusan itu sekarang, saat kita berdiri dan saat kita menyanyikan lagu. 

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M