BARANGSIAPA MAU

(THE WHOSOEVER WILLS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 22:17

7-5-78

 

Sebuah rasa takjub yang kecil bahwa Handel berkata, “Saya pikir saya mendngar para malaikat bernyanyi,” ketika dia menulis chorus yang luar biasa itu?

Ribuan kali kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dengan kumpulan banyak orang yang berada di ruangan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan  khotbah yang berjudul, Barangsiapa Mau

Seseorang berkata, “Orang-orang pilihan adalah barangsiapa yang mau dan orang-orang yang bukan pilihan adalah barangsiapa yang tidak ingin.”

Khotbah hari ini ditujukan bagi anda yang akan berkata kepada Tuhan Allah, “Saya mau.”

Dan kemudian Allah melakukan sebuah keajaiban dan hal yang luar biasa sesudahnya. Teks kita berasal dari undangan yang terakhir di dalam Alkitab, yaitu dari Wahyu pasal 22, ayat 17: “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: ‘Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau” — ho thelon — “barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma. 

Roh Allah berseru kepada seseorang untuk datang, “Datang kepada Yesus.” Pengantin Kristus, jemaat, berseru kepada seseorang untuk datang, “Datanglah kepada Yesus.” Tidak seorang pun di dunia yang sangat berbahagia melihat seseorang bertobat dan menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, selain dari pada jemaat. 

Pengantin Kristus, jemaat, berkata, “Marilah, datanglah kepada Yesus.” 

Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!"

Hendaklah pengembara dan orang asing yang lewat mengulang perkataan yang melegakan itu, “Marilah, datanglah kepada Yesus

" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang." 

Tuhan kita berkata, “Barangsiapa yang minum air kehidupan ini akan haus lagi." 

Bobby Burns menyampaikan hal itu seperti ini:  

 

Kesenangan sama seperti bunga tumbuh dan berkembang

Engkau memetik bunganya

Kembangnya akan layu kemudian

Atau seperti salju yang jatuh

Di atas sungai

Yang putih untuk sejenak

Lalu lenyap selamanya

Atau seperti lintasan cahaya borealis

Yang menghilang lenyap seketika

Menuju tempat mereka

Atau seperti pelangi

Dalam bentuk yang sangat indah

Yang menghilang di tengah-tengah badai. 

[Tam O’Shanter: A Tale]

 

"Barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang."  Datang kepada Yesus.  " Dan barangsiapa yang mau” – ho thelon –setiap orang, setiap tempat, setiap saat yang mau bertobat – “barangsiapa yang mau hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma." 

Ini adalah undangan Allah yang terakhir, yang terbuka dengan lebar terhadap anak-anak yang rusak, yang bising, yang jahat dan keji dari manusia Adam yang lama. Anda lihat, Allah mencoba melakukan segala sesuatu sehingga Allah dapat menyelamatkan anak cucu dari ras manusia. 

Dia berkata kepada orang tua kita yang pertama, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi satu pohon Aku sediakan untuk diriKu sendiri.” Dan orang tua kita yang pertama berkata, “Tidak. Kami tidak akan mentaati larangan itu. Kami akan mengambil semuanya untuk diri kami sendiri” 

Dan Tuhan Allah dari dalam sorga melihat ke bawah, dan anak-anak dari Adam yang lama sangat jahat dan keji. Dan Tuhan Allah berkata, “Kalau begitu, inilah yang akan Aku lakukan, supaya mereka dapat selamat.” Dan Allah menulis hukum-hukumNya dengan jariNya sendiri di atas lempeng batu dan menyerahkannya kepada anak-anak dari manusia Adam yang lama, “Lakukanlah, maka kamu akan hidup.” Dan anak-anak dari manusia Adam yang lama berkata, “Tidak, kami tidak akan memelihara hukum-hukum itu.” Dan mereka melanggar seluruh perintah Allah.

Dan Tuhan Allah melihat ke bawah dari dalam sorga melihat atas anak-anak manusia Adam yang lama, mereka sangat jahat dan keji. Dan Tuhan Allah berkata, “Kalau begitu inilah yang akan Aku lakukan supaya mereka dapat selamat. Aku akan mengutus nabi-nabiKu.” Dan nabi-nabi Tuhan Allah dan berkhotbah serta berkata, “Bertobatlah, bertobatlah sebab mengapa engkau harus mati?” Dan anak-anak manusia Adam yang lama berkata, “Tidak, kami tidak akan bertobat.” Dan beberapa nabi-nabi Allah mereka masukkan ke dalam api yang menyala-nyala dan beberapa dari nabi-nabi Allah mereka masukkan ke goa singa dan beberapa nabi-nabi Allah mereka gergaji.

Dan Tuhan Allah dari dalam sorga melihat ke bawah atas anak-anak manusia Adam yang lama, dan Dia berkata, “Kalau begitu, inilah yang akan Aku lakukan supaya mereka dapat selamat. Aku akan mengutus utusanKu mendahului Aku untuk mengumumkan kehadiran sorga.” Dan pengkhotbah Baptis yang hebat datang dan berkata, “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan.” Dan anak-anak dari manusia Adam yang lama berkata, “Tidak.  Kami tidak akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan.” Dan mereka mengambil utusan Allah itu dan memotong kepalanya, dan dia mati dalam darahnya sendiri.

Dan Tuhan Allah dari dalam sorga melihat ke bawah, atas kejahatan dari anak-anak dari Adam yang lama dan Dia berkata, ‘Tetapi mereka akan menghormati AnakKu.” Dan inkarnasi Allah, Anak Kemuliaan yang lahir dari anak dara datang dan berkata, “Percayalah kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan engkau akan memiliki hidup yang kekal.” Dan mereka berkata, “Tidak. Kami tidak akan percaya terhadap Dia yang telah mengutus Engkau.” Dan mereka mengambil Anak Allah yang satu-satunya itu ke luar dari gerbang kota mereka, keluar dari tembok kota mereka, dan di tasa sebuah bukit, mereka mempertontonkanNya di hadapan manusia dan malaikat, mereka memakukanNya ke atas kayu dan Dia menderita serta mati di atas sebuah salib Roma.

Dan Tuhan Allah dari dalam sorga melihat ke bawah atas kejahatan dan kekejian serta keburukan dari anak-anak manusia Adam yang lama, dan Dia berkata, “Kalau begitu, inilah yang akan Aku lakukan supaya mereka dapat selamat. Aku akan mengutus kepada mereka rasul-rasulKu.” Dan mereka datang serta berkhotbah, “Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya di dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Tetapi anak-anak dari manusia Adam yang lama berkata, “Tidak.  Kami tidak akan percaya di dalam hati kami, atau pun mengaku kepada Tuhan dengan mulut kami.” Dan mereka mengambil rasul-rasul Allah dan beberapa dari mereka dipenggal kepalanya. Dan beberapa dari antara mereka dilempari dengan batu sampai mati. Dan beberapa dari mereka diasingkan ke pulau yang terpencil hingga mati kekurangan dan kelaparan.

Dan Tuhan Allah Yehova dari dalam sorga akhirnya melihat ke bawah atas kejahatan dan kekejian serta keburukan dari anak-anak manusia Adam yang lama, dan berkata, “Jika mereka tidak mau memelihara perintah-perintahKu, jika mereka tidak mendengarkan nabi-nabiKu, mematuhi rasul-rasulKu, lalu inilah yang akan Kulakukan supaya mereka selamat. Jika seseorang mau, hanya mau—jika seseorang mau maka Aku akan menulis namanya di dalam Kitab Kehidupan, Aku akan mengampuni dosa-dosanya, Aku akan meregenerasikan hatinya dan jika ia mau – jika seseorang mau” – ho thelon – “maka Aku akan menyelamatkan Dia." 

Anda lihat, gembala anda percaya terhadap Inspirasi firman Allah yang inerrant, infallible, setiap suku katanya, setiap titik, setiap kalimat dan paragraph, setiap pasal dan setiap lembarannya. Dan khotbah ini berada di dalam konstruksi itu dan di dalam konteks itu – ho thelon, " Barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" 

Ketika rasul Yohanes yang kudus menulis akhir dari semua undangan yang ada di dalam Kitab Suci ini, Roh Tuhan menginspirasikan Rasul Yohanes dan berkata, “Jangan tuliskan di sana, barangsiapa mengerti hendaklah ia datang.’

"Jangan tuliskan di sana, ‘Ho lambanon, barangsiapa menerima hendaklah dia.'

"Jangan tuliskan di sana, ‘Ho paschon, barangsiapa merasakan hendaklah ia datang.'

"Jangan tuliskan di sana, ‘Ho pisteuon, barangsiapa percaya hendaklah ia datang.'

"Jangan tuliskan di sana, ‘Ho philon, barangsiapa mengasihi, hendaklah ia datang.'

"Tetapi Yohanes, di dalam surat yang terakhir ini, tuliskanlah di sana, ‘Ho thelon, barangsiapa mau, hendaklah ia datang.' Aku akan menerimanya, menghapus dosa-dosanya, dan menyelamatkannya ke sorga di dalam dunia yang akan datang.  Ho thelon, barangsiapa mau, hendaklah ia datang." 

Hal itu sama seperti ini.  Saya mulai berkhotbah, seperti yang anda tahu, ketika saya masih muda, seorang pendeta muda di gereja-gereja wilayah yang kecil. Setiap wilayah memiliki sebuah kemah. Yang dibangun di bawah pohon-pohon yang teduh. Dan di musim panas, kami mengadakan ibadah kebangunan rohani. Orang-orang dari segala penjuru datang ke dalam pertemuan-pertemuan kebangunan rohani itu.

Setealah berkhotbah sepanjang sebuah sabtu malam, setelah saya mencurahkan mati saya dan membuat seruan terbaik yang dapat saya lakaukan, tidak seorang pun yang datang ke depan. Tidak seorang pun yang memberikan respon. Dan saya menekankan seruan, undangan dan berdoa. Tidak seorang pun yang memberikan respon. Tidak seorang pun yang maju ke depan.

Saya berpaling kepada penyanyi dan berkata, “Tunggu.”

Kemudian saya membuat dalil ini, “Jika ada seseorang di sini, pada malam hari ini. Jika ada seseorang di sini yang mau datang ke depan dan mau supaya Allah menyelamatkannya, meminta Allah menyelamatkannya—jika Allah tidak memyelamatkannya, saya akan meletakkan Alkitab saya, menutupnya. Saya akan berhenti melayani, dan saya tidak akan berkhotbah lagi jika Allah tidak menyelamatkan anda. "

Kemudian saya berpaling kepada penyanyi, dan saya berkata, “Mainkan musiknya. Mari kita menyanyi lagi.”

Dan ketika dia melakukannya, seorang yang terkena cacar datang dari luar, dan menghampiri saya dan mengulurkan tangannya. Dan setelah dia dekat saya, dia berkata, “Saya akan menerima dalil anda itu.”

Saya berkata, “Baiklah.”

Lalu, saya meminta seluruh jemaat duduk dan saya berkata kepada orang muda itu, “Sekarang anda berlututlah di samping saya.”

Dan kami berlutut. Dan saya berkata, “Anda menginginkan Allah menyelamatkan anda dan anda ingin menjadi orang Krsiten dan anda ingin meminta Dia ke dalam hati anda?”

Dia berkata, “Ya.”

Lalu, saya menundukkan kepala saya dan memberitahukan kepada Allah semuanya itu. Allah hadir. Allah telah membuat janji itu. Dan inilah orang muda ini, dia datang dan berkata, “Saya ingin diselamatkan, dan saya ingin diselamatkan sekarang.”

Dan saya berkata, “Tuhan, datanglah ke dalam hatinya dan selamatkanlah dia sekarang.”

Kemudian saya meletakkan tangan saya dengan menyilang kepadanya ketika kami berlutut di sana bersama-sama, dan saya berkata, “William, jika Allah telah menyelamatkan anda, peganglah tangan saya.” Lalu, dia membalas dengan cara yang tidak biasa. Dia berkata, “Pendeta, saya bersumpah. Tidak ada apa pun yang terjadi pada saya. Saya tetap sama seperti sebelumnya.” 

Lalu, saya berkata, “Sekarang mari kita berdoa kembali. Bill anda tahu bahwa anda mau dan anda meminta Allah untuk datang ke dalam hati anda?”

Dia berkata, “Benar pendeta.”

Lalu, saya berkata, “mari kita berdoa kembali.”

Saya menundukkan kepala saya, dan berdoa kepada bocah itu. “Tuhan, Tuhan, selamatkanlah dia dan selamatkanlah dia sekarang!” 

Dan ketika saya selesai, saya mengulurkan tangan saya dan saya berkata, “Nak, jika Allah telah menyelamatkan anda, maukah anda memegang tangan saya?”

Dia melihat saya dan dia berkata, “Pendeta, tidak ada apa pun yang terjadi kepada saya. Saya tetap sama seperti sebelumnya.”

Lalu, saya berkata, “Kita akan mencobanya sekali lagi. Sekarang, Bill anda tahu bahwa anda menginginkannya dan anda meminta Allah Allah untuk datang ke dalam hati anda dan anda ingin diselamatkan. Anda ingin menjadi orang Kristen. Anda menginginkan Allah untuk mengampuni dosa-dosa anda. Anda ingin diselamatkan ke dalam sorga.”

"Ya, Pendeta. Saya ingin menjadi orang Kristen.” 

Saya berkata, “Sekarang, mari kita menunduk sekali lagi.” Dan saya berdoa, tetapi kali ini saya berdoa, “Ya, Tuhan, Engkau tahu apa yang saya sampaikan malam ini. Setiap orang yang datang kemari dan meminta kepadaMu untuk menyelamatkan mereka dan jika mereka tidak diselamatkan, saya tidak akan pernah berkhotbah lagi. Sekarang, ya Tuhan, selamatkanlah bocah ini dan selamatkanlah dia sekarang. Demi nama Yesus, Tuhan lakukanlah itu.”

Dan saya berkata, “Amin.” Dan saya meletakkan tangan saya di atasnya dan saya berkata, “William, jika Allah telah menyelamatkan anda, maukah anda memegang tangan saya?”

Dia berkata, “Pendeta, tidak ada apa pun yang terjadi kepada saya. Saya tetap sama seperti sebelumnya.”

Selanjutnya, anda tidak dapat tinggal di sana selamanya, lalu saya memanjatkan doa penutup. Setelah doa penutup selesai, saya menaiki sebuah mobil kecil ke rumah peternakan dengan sebuah keluarga yang menjadi tempat tinggal saya dan ketika saya naik di atas mobil, mereka pikir itu adalah hal terlucu yang pernah mereka lihat atau yang pernah mereka dengan dalam hidup mereka.

Dan mereka mulai dan mempermaiankan saya tentang hal itu. Mereka berkata, “Pendeta, apakah anda tahu, apa yang anda lakukan malam ini? Anda berkata jika seseorang datang ke depan dan meminta Allah menyelamatkan mereka dan mau menjadi orang Kristen, jika seseorang itu tidak diselamatkan, anda akan menutup Alkitab anda, dan anda tidak akan pernah berkhotbah lagi. Anda akan berhenti melayani. Tahukah anda apa yang telah anda katakan? Bocah itu datang ke depan dan dia berkata, “Saya ingin diselamatkan.’ Dan dia tidak selamat.”

Mereka pikir itu adalah kisah terbesar, lawakan terbesar. Itu adalah hal yang paling menggelikan yang perbah terjadi. Rasanya saya ingin mati. Dan ketika mereka mendapayi bahwa saya menganggap hal itu sangat serius, tidak seorang pun yang mengeluarkan suara. Semuanya diam. Anda dapat mendengar lalat berdengung di kaleng susu. Anda dapat mendengar rumput sedang tumbuh, semuanya diam dan hening. 

            Lalu, ketika kami semua tiba di rumah peternakan itu, saya memisahkan diri saya, pergi ke ruangan saya, menutup pintu dan berlutut di samping tempat tidur, dan saya berkata, “Tuhan, ini adalah akhir bagi saya. Ini adalah akhir bagi saya. Saya hanya baru saja memulai pelayanan saya dan kemudian berakhir. Ini adalah akhir bagi saya. 

            “Saya tidak mengerti Tuhan, karena saya membaca di dalam Alkitab, di mana di situ disebutkan: Mintalah dan kamu akan menerima; carilah maka kamu akan menemukan; dan barangsiapa mau, hendaklah ia datang. Saya tidak mengerti Tuhan. Dan inilah akhir bagi saya.”

            Dan saya pergi tidur, bergulung dan terombang-ambing semalam suntuk. Bangun pada pagi hari, hari Tuhan, kemudian berpakaian, bersiap-siapa untuk pergi bersama dengan keluarga itu ke kemah pertemuan itu. Saya tidak memiliki ide untuk melakukan apa pun atau berkata-kata atau kemana harus berpaling. 

            Dan ketika mobil sampai di kemah itu dan berhenti, saya membuka pintu dan menjejakkan satu kaki saya ke atas tanah.

            Dan ketika saya melakukannya, saya mendengar sebuah suara nyaring dari atas jalan sekuat yang dia mampu, “Pendeta. Pendeta.”

            Dan saya berpaling untuk melihat orang yang memanggil saya, dan itu adalah anak yang kena cacar itu dengan kaki yang bengkok berlari menghampiri saya secepat yang dia bisa.

            Dan ketika dia menghampiri saya, dia merengkuh leher saya, dan dia berkata, “Pendeta, tebak ada apa?”

            Saya berkata, “Bill, ada apa?” 

            Dia berkata, “Saya telah selamat. Saya telah diselamatkan.”

            Saya berkata, “Bill, kapankah kamu diselamatkan?”

            Dia berkata, “Pendeta, tadi malam dalam perjalanan pulang, Allah telah daatang ke dalam jiwa saya. Dan saya telah diselamatkan. Saya telah diselamatkan.”

            Saudara, anda tidak pernah mendengar teriakan itu di dalam hidup anda. Anda tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti itu di dalam sejarah kemuliaan. Dan ketika kami memiliki sebuah  kuorum yang berkumpul di bawah kemah itu, saya memanggil dia ke pertemuan itu.

            Kami mengambil anak muda itu atas pengakuan imannya. Saya membaptiskan dia, di sebuah kolam kecil di samping kemah itu dan membiarkan dia mengeringkan dirinya sementara saya berkhotbah dalam ibadah hari minggu pagi pada pukul sebelas. Betapa merupakan sebuah hal yang mulia.    

            Dan saya tidak membuat undangan seperti seperti hal itu lagi. Saya tidak lagi menyampaikan dalil seperti itu lagi. Tetapi saya beritahukan kepada anda mengapa, karena sekarang, saya tidak lagi memiliki iman seperti ketika saya berusia tujuh belas tahun. Dunia telah menebalkan perasaan saya dan mengeraskan saya. Tetapi pada masa itu, Tuhan tampak sangat dekat, dan saya merasakan Allah akan bergerak.

            Kemudian, sejak saat itu, saya telah melanjutkan sekolah dan saya telah mempelajari banyak hal. Dan ketika saya telah belajar dan ketika saya telah melakukan studi, saya mendapati bahwa injil yang telah saya khotbahkan ketika saya berumur tujuh belas tahun dan undangan yang saya sampaikan malam itu adalah khotbah yang paling benar dan yang terbaik menurut Firman Allah, yang dapat dikhotbahkan oleh seseorang. Dan saya akan menunjukkan kepada anda mengapa. Dan itu adalah khotbah pada malam ini.

            Anda tahu, ada seseorang yang hidup di dalam saya. Anda tidak melihat saya yang sesungguhnya. Anda hanya melihat rumah yang terbuat dari debu tanah dan tanah liat. Anda hanya melihat rumah yang saya tinggali. Dan saya melihat anda melalui dua jendela mata saya. Tetapi di sana ada saya—di sana ada seseorang, yang tinggal di dalam rumah ini.

            Saya percaya, saya dapat melakukannya dengan lebih baik dengan berkata seperti ini. Ada seorang pria itu tua yang bernama Pease, dan Pease meninggal dunia. Dan ketika dia meninggal, mereka menulis sebuah tulisan di atas batu nisannya. Dan isinya seperti ini:

 

Di sini terbaring tubuh dari pria tua Peas

Di bawah bunga-bunga aster dan pohon-pohon

Tetapi Peas tidak di sini; hanya kerangka,

Sebab Peas telah keluar dari cangkang dan pergi kepada Allah.

 

Itulah yang saya pikirkan. Ada seorang “aku” yang hidup di dalam rumah ini. Saya pikir ini bukan sesuatu yang manis untuk saya sampaikan, tetapi saya akan mengilustrasikan hal itu kembali. Ada seorang pendeta muda. Dia baru saja keluar dari seminari dan di dalam gereja yang kecil, ada seorang pria yang meninggal dan dia berusaha memberikan penghiburan bagi janda yang berduka itu.

Dan Dia berdiri  bersama dengan janda itu serta melihat jenazah itu, dan dia berkata, “Anda lihat, hal itu seperti ini. Dia tidak berada di sini. Itu hanya sebuah cangkang. Itu hanya sebuah kulit. Isinya telah pergi ke dalam kemuliaan.”

Itu sangat tidak sopan dan tidak berbudaya. Itulah yang dilakukan oleh beberapa pendeta. Ada seorang “aku” yang tinggal di dalam rumah ini, dan “aku” itu terdiri dari tiga bagian. Tiga hal yang membentuk “aku” yang hidup di dalam rumaah ini: pikiran saya, emosi saya, dan kehendak saya—pengetahuan saya, perasaan saya dan kehendak saya.

Ketika hal itu yang membentuk saya. Lalu, di manakah tempat keselamatan? Di manakah saya diselamatkan dalam tiga kategori ini? Apakah saya diselamatkan dalam pikiran saya? Apakah saya diselamatkan di dalam kepala saya? Apakah saya diselamatkan di dalam pengetahuan saya? Apakah saya diselamatkan karena cerdas? Apakah saya diselamatkan karena berpendidikan?

Lalu, hal itu memiliki sebuah bagian. Roma 10:17 mengakui, “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Pemahaman saya, pengetahuan saya, pengertian saya harus melakukan sesuatu dengan hal itu. Tetapi saya tidak diselamatkan di kepala saya? Saya tidak diselamatkan di dalam pemahaman saya. Betapa luar indahnya jika hal itu benar? Maka hal yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan dunia adalah hanya dengan mendidik mereka, melatih mereka, dan mengajar mereka ke dalam kerajaan Allah.

Tetapi saya melihat itu adalah sebuah kebalikan yang memiliki sebuah tendensi untuk benar. Dari pada pendidikan yang menggerakkan orang kepada Allah, nampak bagi saya bahwa itu memiliki sebuah kecendrungan untuk menjauh dari Allah.

Anda tidak memiliki sebuah contoh yang lebih baik tentang hal itu selain dari pada yang ada di dalam Nazi Jerman. Tidak pernah ada sebuah bangsa yang memiliki kecerdasan dan literature dan prestasi akademik yang penuh seperti Jerman sebelum Perang Dunia Kedua.

Ketika saya masih muda, jika seseorang ingin pergi ke universitas yang terkemuka, dia akan pergi ke Jerman. Pusat dari sarjana dan akademi dunia yang cerdas berada di universitas-universitas yang ada di Jerman, dan seluruh bangsa itu seperti itu—berpendidikan, terpelajar. 

Tetapi tidak pernah ada sebuah bangsa yang lebih brutal atau tidak manusiawi dari pada Jerman. Kisah dari serangan mereka terhadap martabat manusia, dan kehancuran secara umum, atas nama dan kuasa pemerintah merupakan sesuatu yang sukar untuk dilukiskan.

Saya pernah mengunjungi beberapa kamp konsentrasi ini di Jerman setelah perang, seperti Dachau. Dan di sana saya melihat tempat di mana ilmuwan Jerman menggunakan manusia sebagai bahan percobaan untuk struktur kekuasaan dan kemenangan pasukan Nazi.

Itu adalah sebuah kebalikan. Seseorang tidak diselamatkan karena dia cerdas atau dia penuh dengan pemahaman atau karena dia memiliki gelar sarjana atau karena dia berpendidikan. Anda tidak hanya diselamatkan di dalam kepala anda. Tidak pernah. 

“Lalu, kalau begitu, Pendeta, saya tahu persis di mana kita diselamatkan. Saya tahu secara persis di mana letak keselamatan itu. Kita diselamatkan di dalam emosi kita. Kita diselamatkan dalam perasaan kita. Saya telah selamat karena saya merasa bahwa saya telah selamat.” Itulah tempat keselamatan saya.   

Baiklah, mari kita melihat sejenak hal itu secara jujur. Ketika saya pergi ke sekolah, saya diajarkan tentang teori James Longi tentang emosi. Dan jika hal itu tidak benar, anda tidak dapat membuktikan bahwa hal itu tidak benar. Teori James Longi tentang emosi adalah seperti ini: bahwa emosi bukanlah apa-apa selain dari pada sebuah sajian terakhir dari semua perubahan anatomi di dalam tubuh anda.    

            Letakkan mereka bersama-sama dan itu adalah sebuah emosi. Itu adalah sebuah perasaan. Itu adalah sebuah hal fisik. Sebuah emosi dapat dibuat seperti grafik, dan emosi anda dapat dibuat menjadi grafik. Dan jika anda normal, emosi anda naik dan turun, naik dan turun.

            Dan jika anda normal, mereka dapat dibuat menjadi grafik. Ada waktu tertentu dalam sebulan di mana emosi anda bangkit. Dan ada waktu tertentu dalam sebulan di mana emosi anda turun. Dan jika anda normal, mereka akan turun naik. Seluruh emosi sama seperti itu.

            Jika anda turun sepanjang waktu, anda menderita melankolia. Jika anda naik sepanjang waktu, anda adalah sebuah  igit. Tetapi jika anda normal, maka anda akan turun naik. Dan semua emosi sama seperti itu.

            Kasih adalah sebuah emosi dan dapat dibuat menjadi sebuah grafik. Ia turun naik. Ia ke atas dan ke bawah. Kadang-kadang seorang pria sangat mengasihi istrinya sehingga dia dapat memakannya, dan hari berikutnya dia berharap telah melakukan hal itu.

            Dan hal itu sangat normal. Sangat normal sekali. Seluruh emosi kita naik turun, dan dapat dibuat menjadi grafik.

            Emosi rohani tidak berbeda. Ia bangkit dan anda dapat berseru tentang seluruh kemuliaan Allah. Dan kemudian ia turun, anda sangat gelap dan kecewa sehingga anda tidak dapat mendengar orang lain berdoa. Itu sangat normal.  

Saya telah mendengar dari sebuah kesaksian dalam ibadah dan seorang nenek yang  kudus berdiri, dan dia berkata, “Pendeta, kadang-kadang cawan saya penuh dan melimpah, dan kadang-kadang cawan saya kering. Berdoalah untukku.” Dan dia duduk. 

            Dan orang kudus yang kedua berdiri di sampingnya, dan dia berkata, “Pendeta, itu, pengalaman saya justru berbeda.” Dia berkata, “Saya telah diselamatkan tiga puluh tiga tahun yang lalu.” Dan dia berkata, “Tiga puluh tiga tahun yang lalu, cawan saya penuh sepertiga.” Dan dia berkata, “Dan setelah tiga puluh tiga tahun, cawan saya masih tetap penuh sepertiga. Dan cawan saya masih tetap penuh sepertiga pada malam hari ini.” Dan dia duduk. 

            Dan ketika dia telah duduk, orang kudus ketiga berdiri di sampingnya dan menunjuk kepadanya, dan berkata, “Ya, tuan, dan saya bertaruh dengan segala yang kumiliki, cawan anda memperoleh ekor yang bergoyang di dalamnya.” Itu hanya hanyalah contoh.

Perasaan naik dan turun, dan perasaan rohani tidak berbeda dengan emosi yang lainnya. Ia naik dan turun. Datang dan pergi, dan saya menyampaikan hal yang sebenarnya-benarnya, ketika anda mengikat rohani anda kepada perasaan andam hal itu akan menarik anda ke dalam kematian.

Suatu hari anda akan merasa, “Oh, saya telah selamat. Haleluya! Saya dapat mendengar malaikat bernyanyi.” 

Kemudian, hari berikutnya, bahkan tidak dapat mendengar orang berdoa, sangat gelap dan kecewa, duduk di bawah setiap pohon yang dapat anda temukan. Anda lihat, perasaaan kita turun naik. Mereka tidak melakukan apa pun dengan keasliaan keselamatan kita. Hal itu sama sama seperti himne rohani yang lama:

 

Kadang-kadang aku naik

Kadang-kadang aku turun,

Tetapi jiwaku tetap,

Aku terikat oleh sorga.

 [“Swing Low, Sweet Chariot”]

 

Kita sama seperti air raksa di dalam sebuah thermometer. ia akan naik dan turun, tetapi tetap dalam thermometer. Saya tidak diselamatkan oleh perasaan saya. Saya tidak diselamatkan dalam emosi saya.

“Kalau begitu, Pendeta, jika saya tidak diselamatkan di dalam kepala saya, di dalam kecerdasan saya, di dalam pengetahuan saya, di dalam perasaan saya, lalu dimanakah saya di manakah saya diselamatkan? Di manakah tempat dari keselamatan?” 

Saudaraku, hal itu tepat seperti yang disampaikan Allah. Allah berkata, tempat keselamatan adalah di dalam kemauan kita, di dalam kehendak kita. Hal itu berada di dalam sebuah keputusan dan komitmen yang kita buat. Ho thelon:  Barangsiapa mau, hendaklah ia datang. Hendaklah ia datang. Hal itu berada dalam sebuah keputusan yang saya buat kepada Allah. Di sanalah saya diselamatkan.

Saya tidak tahu sebuah cara yang lebih hidup atau indah untuk mengilustrasikan hal itu selain dari pada di dalam perkataan Yesus. Dia dapat menyampaikan sebuah kisah  yang dapat diilustrasikan di dalam kehidupan dunia ini, tentang sebuah kebenaran rohani yang sangat agung.

Dan Dia menyampaikan kisah itu persis seperti ini—ho thelon:  Barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma. 

Dan inilah cara Yesus menyampaikannya. Tuhan Yesus berkata: Di Texas Barat, ada seorang bos, seorang peternak yang sangat kaya. Dia memiliki dua orang anak laki-laki. Dan pada suatu hari, anaknya yang bungsu datang kepadanya dan berkata, “Bapa, aku bosan dengan tempat ini, dan aku akan pergi keluar. Setiap kali aku minum sedikit maka engkau akan menyampaikan sebuah khotbah kepadaku. Setiap kali aku terlambat pada sabtu malam, di sana, ibu berdiri menungguku untuk menyampaikan sebuah pelajaran ketika aku masuk ke dalam. Dan pada hari minggu, engkau membawa aku ke gereja, sesuatu yang kubenci. Aku tidak menyukai segala sesuatu yang ada di sekitar sini, dan aku akan pergi. Aku akan pergi ke barat. Dan jika engaku memiliki warisan yang akan diberikan kepadaku, berikanlah kepadaku sekarang, karena aku akan meninggalkan rumah.” 

Lalu, sang ayah, memohon kepada anaknya itu, tetapi anda tidak dapat menahan seorang anak ketika anda telah kehilangan hatinya. Lalu, sang ayah membagikan harta warisan yang menjadi miliknya. Dan anaknya itu pergi ke barat.

Katakanlah, anda akan melihat dia! Anda mungkin telah melihatnya. Anda mungkin telah berada di kota ketika dia bergaul di tempatnya. Dia membeli bagi dia sepuluh gallon topi Stetson. Dia membeli bagi dia sepatu boot dengan taji emas. Dia membeli bagi dia kuda poni dengan kekang perak. Dia membeli bagi dia pelana terbaik yang dapat dibeli oleh uang, dan ketika dia datang ke kota, setiap orang tahu bahwa dia berada di sana! Saudara, dia menikmati hidup, memiliki waktu terbaik di dunia, menunggang ke barat.    

 Kembali ke rumah, itu bukan jalannya. Saat makan malam, ibunya tidak mau makan, dan sang ayah berkata kepanya, “Ibu ada apa?”

 Dia berkata, “Tidak ada apa Ayah.” 

 Sang ayah berkata, “Ibu, pasti ada sesuatu. Kamu tidak makan.” 

Sang ibu berkata, “Ayah, seandainya engkau tahu, saya sedang memikirkan anak kita.”

Malam itu, di beranda, di dalam keremangan malam dan keheningan malam, pria besar itu mengepalkan tangannya dan menghapus air mata dari matanya.  

 Istrinya melihatnya dan berkata, “Ayah, ada apa?”  

 “Oh, tidak ada apa-apa,” katanya.

 “Ayah, sesuatu pasti terjadi. Aku melihat engkau mengepal tanganmu dan menghapus air mata dari matamu.”

 Dia membalas, “Ibu, jika engkau tahu, saya dengan memikirkan anak kita.”  

  Jauh di bagian Barat, duduk di atas pagar sebuah kandang, seorang pemuda mengamati babi yang sedang makan, dan dia merasa lapar. Telah hilang, poninya palomino. Telah hilang sepatu boot dan taji emasnya. Telah hilang, kekang peraknya dan pelana terbaiknya. Duduk di sana dengan kelaparan, miskin dan sendirian. Dan ketika dia duduk di sana, dia mulai memikirkan tentang rumahnya, bapanya dan ibunya. Dan ketika dia berpikir tentang rumahnya, air mata, tanpa dapat dibendung, membasahi wajahnya dan jatuh ke tanah. 

   Ketika dia duduk di sana sambil menangis, seorang yang sudah tua sedang berjalan-jalan dan melihat dia. Dia berjalan ke sana dan melihat pemuda itu dan berkata, “Nak, apa yang sedang kamu tangisi?”

   Anak muda itu berkata, “Tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa pak. Saya tidak sedang menangis. Tidak ada yang salah.”

   Orang tua itu menunjuk wajahnya dan berkata, “Lihat kerut di atas pipimu yang melaluinya air matamu mengalir dan jatuh ke tanah. Ada apa nak? Ada apa?”

   Dan pemuda itu menjawab, “Baiklah tuan, jika anda ingin tahu, saya sedang memikirkan rumah. Saya sedang memikirkan tentang Ibu. Saya sedang berpikir tentang Ayah. Saya sedang berpikir tentang keluarga Kristen saya.”

    Dan pria tua itu berkata, “Nak, apakah maksudmu, bahwa kamu memberitahukan kepada saya kamu memiliki sebuah rumah entah di mana?” 

  “Ya, tuan.”

  “Dan seorang ayah dan ibu Kristen di suatu tempat?” 

  “Ya, tuan.”  

   Dan orang tua itu berkata, “Suatu kali saya memiliki seorang ayah Kristen dan sebuah keluarga Kristen, dan saya meninggalkan mereka serta menghancurkan hati mereka. Nak, saya beritahukan kepadamu, jika engaku memiliki sebuah keluarga di mana saja dan seorang ayah Kristen, bangunlah dan pulang ke rumah. Lakukanlah nak. lakukanlah.”           

Dan orang tua itu berjalan pergi. Dan ketika pemuda itu duduk di atas pagar kandang itu sambil mengamati babi-babi yang sedang makan, dia berkata—apa yang dia katakana? Dia berkata, “Saya mau.”

Bukankah itu benar? “Aku akan bangkit dan kembali kepada bapa dan rumah. Aku mau.”

Itu adalah perbedaan antara sorga dan neraka. Itu adalah perbedaan antara air mata dan kebahagiaan. Itu adalah perbedaan antara kekalahan dan kemenangan, karena Alkitab berkata bahwa ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, dan berlari mendapatkannya dan merangkulnya serta berkata, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik. Tanggalkan pakaian yang lapuk itu; pakaikan kepadanya jubah yang terbaik. Lekaslah bawa kemari cincin, sebuah tanda penerimaan kembali sebagai anak, sebagai ahli waris. Taruhlah di jarinya. Sembelihlah anak lembu jantan dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan hidup kembali, ia telah hilang dan telah di dapat kembali.”  

Apakah perbedaannya? Perbedaannya adalah, “Dan aku akan,” dan sebuah keputusan dibuat dalam hatinya, di dalam jiwanya: “Aku akan.”

Hal yang sama dengan ini. Sangat tepat, dimana Allah menyampaikan hal itu. Saya tidak diselamatkan karena saya berpendidikan atau cerdas. Saya tidak diselamatkan karena saya penuh dengan perasaan dan emosi. Saya diselamatkan karena di sana ada sebuah waktu ketika Allah berkata, “Marilah,” dan saya menjawabnya dengan hidup saya. “Barangsiapa mau hendaklah ia datang. Aku akan menulis namanya di dalam kitab dari halaman kemuliaan. Aku akan meregenerasikan hatinya. Aku akan membuat dia kuat dalam iman. Aku akan berjalan di sisinya melalui pengembaraan di bumi ini. Dan Aku akan berdiri di sampingnya pada saat kematiannya dan Aku akan membawa jiwanya ke dalam kemuliaan bersama dengan kumpulan malaikat ketika akhirnya tiba. Aku akan menjadi pengantaranya, pengacaranya, pembelanya, yang memohon untuk dia di hadapan penghakiman Allah Yang Mahatinggi. Dan aku akan membangun sebuah rumah besar bagi dia di angkasa.”

Ya, Allah, betapa hebat hal yang Tuhan telah sediakan bagi kami yang mengasihi Dia! Semuanya di dalam sebuah “Aku akan” –hal itu sangat sederhana. Seandainya Tuhan berkata, “Belilah,” beberapa dari kita terlalu miskin. Seandainya Tuhan berkata, “Kamu harus cukup baik untuk itu,” beberapa dari kita terlalu jahat. Seandainya Tuhan Allah berkata, “Kamu harus cukup cerdas,” beberapa dari kita mungkin terlalu tidak terpelajar.

Tetapi Tuhan Allah menyampaikannya dengan sangat sederhana: “Lihat dan hidup.” Saudaraku, hidup. Melihat kepada Yesus Kristus dan hidup. Hal ini tercatat dalam firmanNya. Haleluya! Hanya ini yang harus anda lakukan, lihat dan hidup. “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” 

Lihat dan hidup. Ada sebuah kehidupan bagi orang yang melihat kepada Pribadi yang tersalib. Kemudian lihat! Orang-orang berdosa, Lihatlah dan hidup: Barangsiapa mau, hendaklah ia datang.

Dan jawabannya, “Aku mau,” dan Allah di dalamnya. Itulah seruan Tuhan dan Roh KudusNya bagi anda pada hari ini. Sebuah keluarga dari anda, sebuah pasangan, atau hanya seseorang dari anda. “Saya telah memutuskan untuk datang kepada Allah dan saya segera datang. Saya membuka hati saya terhadap kehendak sorga dan kehendak Kristus. Saya datang segera.” Bagi anda yang mau menerima Yesus sebagai Juruselamat, marilah. Allah berkata, “Marilah.”  Beberapa orang dari anda yang ingin mengikuti Tuhan di dalam baptisan yang indah sebagaimana Dia sendiri dibaptiskan, marilah. Allah menyuruh anda untuk datang. Bagi beberapa orang dari anda yang ingin bergabung ke dalam persekutuan jemaat ini, mari datanglah. Tuhan berkata, “Marilah.”

Ketika Roh Kudus menekankan seruan itu ke dalam hati anda di dalam hikmat yang dilakukan Allah, jawablah dengan hidup anda. “Saya telah memutuskan. Saya sedang berada di jalan saya.” Turunlah melalui salah satu tangga itu, berjalanlah melalui salah satu lorong bangku itu, katakan, “Pendeta, inilah saya. Saya telah membuat keputusan. Saya datang sekarang.”

Semoga malaikat mengiringi anda di jalan ketika anda datang, saat kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M