VISI YANG PENUH BERKAT
(THE BLESSEDNESS OF THE VISION)
Dr. W. A. Criswell
Wahyu 1:1-3
01-22-61
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung di dalam ibadah kami, juga bagi anda yang mendengarkannya melalui siaran radio. Ini adalah Gereja First Baptist Dallas, dan saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul tujuh pagi, sebuah khotbah yang berjudul Berkat dari Penglihatan: Dari Perkataan-Perkataan Nubuat Ini. Di dalam Kitab Wahyu, dari tiga ayat yang pertama dalam pasal 1, dan teksnya kita kutip dalam ayat 1 sampai 3:
Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.
Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. [Wahyu1:1-3].
Allah berkata, “Berbahagialah ia yang membacakan.” Berbahagialah mereka yang mendengar. Dan berbahagialah mereka yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya sebab waktunya sudah dekat.
Ada dua ekstrim di dalam pendekatan dari orang-orang yang berbeda terhadap Wahyu ini. Ada sebagian yang berpikir bahwa kitab ini harus ditinggalkan oleh semua siswa yang serius. Mereka melihatnya sebagai sebuah kumpulan poliglot yang didasarkan oleh khayalan. Mereka menduga kitab itu adalah sebuah kumpulan dari literatur apokaliptik orang Yahudi yang telah digadaikan oleh seorang Kristen seakan-akan hal itu berasal dari Kristus di sorga. Mereka berpikir bahwa kitab itu sebagai sebuah lika-liku yang tidak dapat ditawar-tawar, sebagai sebuah kumpulan yang campur aduk, sebuah teka-teki yang rumit dan misteri tanpa makna, dan tentu saja tidak bersifat tetap bagi kita.
Sebagai contoh, ada sebuah masa ketika Martin Luther menolak untuk memasukkan Wahyu di dalam Kitab Sucinya karena dia berpikir bahwa tidak seorang pun yang dapat memahaminya. Dan oleh karena itu banyak orang yang melihatnya dengan kasar terhadap orang-orang yang mempelajarinya, terlebih-lebih bagi orang yang berusaha mengajar atau untuk mengkhotbahkannya. Mereka memiliki sebuah prasangka yang dalam terhadap Kitab Wahyu, dan mereka akan menjadi senang jika buku itu tidak pernah dirujuk, dan tentu saja jika tidak pernah akan pernah dipelajari. Itu adalah ekstrim yang pertama.
Ekstrim yang lain ditemukan dalam orang-orang yang berpikir bahwa bahwa banyak hal yang sulit untuk dipelajari di dalam Alkitab kecuali kitab Wahyu. Ada orang-orang yang membuat peta dan rancangan dimana mereka dapat meletakkan seluruh sejarah masa depan ke dalam rincian-rincian yang dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu. Dan mereka menetapkan tanggal untuk kesudahan zaman. Dan ketika masa itu datang dan ketika kita melewatinya serta penggenapannya tidak terjadi, kronologi nubuatan mereka menjadi tampak sebagai kebodohan, kemudian kita semua akan memiliki sebuah anggapan bahwa seluruh Kitab Wahyu merupakan sesuatu yang tidak berguna dan fantastik serta menggelikan.
Kedua ekstrim ini merupakan pendekatan dari sebagian orang, akan tetapi kita tidak tertarik dan tidak memiliki perhatian yang sama dengan mereka. Perhatian kita terletak dalam dua cara. Yang pertama, apakah Allah telah melakukan sesuatu di sana? Jika Dia telah melakukannya, Apa yang telah Allah lakukan? Dan yang kedua, apakah Allah menyampaikan sesuatu di sana? Dan jika Dia menyampaikan sesuatu, apakah yang telah Allah sampaikan? Kita memusatkan diri kita kepada kedua hal ini. Yang pertama, apakah yang telah lakukan di sini? Dan jawabannya sangat jelas, sangat terang dan cerah.
Yang pertama, Dia telah memberikannya kepada Kristus, sebagai sebuah upah bagi peninggianNya, bagi peranNya sebagai pengantara penebusan dan pendamaian, Allah telah memberikan kepada Kristus sebuah upah sorgawi yang sangat hebat, yang luar biasa dan sukar untuk dilukiskan. Dan upah itu merupakan Penyataan, penyingkapan dan manifestasi Juruselamat kita di dalam kemuliaan dan kekuasaan yang kekal dan berlimpah-limpah: “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya” (Wahyu 1:1). Ini adalah sebuah upah yang dianggap Allah tepat bagi semua yang telah dilakukan oleh Kristus bagi dunia ini. Dan itu adalah sebuah penghormatan yang diberikan kepada Tuhan kita didalam kemuliaan, dan Allah berpikir bahwa Dia harus mengirim seorang utusan sehingga dunia tahu apa yang telah Allah lakukan. Dan karunia dari Allah ini telah ditempatkan menjadi bagian dari malaikat yang kudus sebagai sebuah kehormatan untuk menyatakannya. Dan itu adalah sebuah upah dan kehormatan dan sebuah peninggian yang dinyatakan kepada Rasul Yohanes—dan rasul itu menulisnya menjadi Firman Allah, semua kesaksian tentang Kristus dan semua hal yang dia lihat sehingga kita dapat membacanya serta melihatnya. Jika kita memperoleh kekuatan dari misteri inkarnasi, Kelahiran Kristus pada saat Natal, penyaliban Tuhan kita pada saat Paskah, kebangkitan Tuhan kita dan kenaikanNya ke sorga sesaat sebelum Pentakosta, maka betapa kita harus bersyukur kepada Allah dan menghargai hadiah yang teah disingkapkan tentang kelayakan Kristus atas perbuatan-perbuatanNya di dunia ini dan keselamatan yang telah diberikan bagi jiwa kita? Inilah yang telah dilakukan Allah bagi Kristus. Allah sangat meninggikan Dia dan memberikan kekuasaan atas seluruh alam semesta dan penyingkapan itu, manifestasi itu dan penampakan itu disampaikan kepada kita sebuah dengan Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya.
Yang kedua adalah tentang apa yang Allah telah lakukan. Allah telah memberikan kepada kita sesuatu. Allah telah memberikan kita kitab yang tidak dimateraikan. Di dalam pasal terakhir Kitab Wahyu, malaikat yang menjadi pemandu Yohanes berkata kepada Rasul Yohanes, “Janganlah memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat” (Wahyu 22:10). Kitab nubuatan Daniel merupakan sebuah kitab yang dimateraikan, Daniel 12:4: “Sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman.” Tutuplah dan materaikanlah. Dan apa yang dimateraikan dan tertutup dalam kitab Daniel menjadi tidak termeterai, disingkapkan dan dibuka dan dinyatakan di dalam Kitab Wahyu. Apa yang menjadi tujuan Allah bagi umatNya, bagi dunia bagi seluruh penghuni sorga, yang berada di dalam program elektif Allah hingga kesudahan zaman, sekarang dibuka dan disingkapkan dan disajikan di hadapan mata umat Allah. Ini adalah karunia Allah: kitab yang tidak dimateraikan. Pada saat pesan itu disampaikan dari Patmos ke Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Philadephia dan Laodekia, dengan Wahyu yang ada ditangannya; dari saat yang mulia itu hingga akhir zaman akan dibiarkan tetap terbuka dan disajikan di hadapan seluruh umat Allah. Beberapa dari pesan itu secara khusus berkaitan dengan orang-orang yang saat itu berada di dalam konflik, yang berada dalam lingkaran ketujuh jemaat itu. Hal itu secara khusus diaplikasikan kepada mereka. Beberapa dari pesan itu secara khusus berkenaan dengan waktu yang telah ditetapkan di dalam akhir zaman. Akan tetapi baik untuk masa yang akan datang atau sekarang ini, semuanya berkaitan dengan anak-anak Allah di sepanjang zaman. “Janganlah memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat”
Ada sebuah kata yang nadanya hampir sama dengan kata “Apocalypse (Wahyu).” Kata itu adalah Apocrypha. Itu adalah kitab-kitab yang diterima oleh Gereja Roma katolik. Dan di dalam Alkitab yang lama, anda akan menemukannya diantara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan mereka disebut dengan Apocrypha—apo krupto—Apocrypha. Itu adalah sebuah kata Yunani yang bermakna, “menyembunyikan, ditutupi, terpendam, tidak otentik, tidak disingkapkan”—the apocrypha. Tetapi apokalupto, “apocalypse” memiliki makna yang sebaliknya. Tutupnya disingkirkan. Maknanya adalah “disingkapkan.” Dinyatakan. Dimanifestasikan. Terbuka untuk dilihat. Dan itu adalah kata yang dipakai oleh Allah untuk menggambarkan manifestasi yang luar biasa dari Anak Allah. Apokalupsis Iesou Christou. Bukan apocrypha—tersembunyi. Tetapi tidak termeterai, dinyatakan, dimanifestasikan, penampakan Yesus Kristus di dalam kehormatan dan kemuliaan.
Akan ada orang-orang yanag akan membawa perkataan-perkataan dari nubuatan ini. Akan ada orang-orang yang akan membawa seluruh nubuatan ini. Akan tetapi Allah berkata itu adalah sebuah kitab yang tidak termeterai di hadapan umatNya, dan berbahagialah mereka membacakan dan yang mendengarkannya dan menuruti perkataan-perkataan tertulis di dalam kitab nubuatan ini.
Sekarang, bolehkah saya berbicara tentang apa yang telah Allah sampaikan? Allah berkata bahwa akan ada sebuah berkat yang muncul di dalam mempelajari, dan mempersiapkan serta dalam mempelajari kitab ini, yang berbeda dengan bagian Firman Allah yang lainnya. Satu-satunya kitab di dalam Alkitab yang memiliki berkat khusus bagi orang-orang yang membacanya dan mempelajarinya dan merenungkannya dan menghargainya adalah Wahyu Yesus Kristus ini. Dan jika kita ketinggalan berkat itu, perkataan itu disebutkan lagi dalam pasal terakhir ayat tujuh: “Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini.”
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran,” demikianlah yang ditulis oleh Paulus dalam 2 Timotius 3:16. Tetapi beberapa Kitab Suci memiliki nilai khusus dan berkat khusus serta keuntungan yang khusus. Dan seluruh Kitab Suci yang berkarakteristik dan yang diterima oleh kita, yang paling berharag dan yang paling memberkati dan yang paling menguntungkan adalah Wahyu Yesus Tuhan kita. “Berbahagialah dia”—satu-satunya kitab di dalam Alkitab yang memiliki pendahuluan seperti itu. Untuk anda lihat, Allah tahu bahwa Dia menyingkapkan masa depan. Di sana ada banyak bagian yang gelap dan tumpul dan sulit serta berliku-liku, tentang masa depan yang tidak kita ketahui. Dan ketika Allah menyibak tirai itu ke samping dan kita melihat pemandangan tentang apa yang akan terjadi, jalannya tidaklah mudah. Masa kelahiran dari dunia ini untuk menjangkau masa keemasan memang sangat gelap. Tentu saja, ada orang-orang yang gemeter di hadapannya dan melihatnya dalam kebingungan yang besar dan penuh teka-teki. Tetapi Allah tidak memberikan kepada kita kitab yang berkabut bagi jemaatNya. Bahkan Allah tidak akan menulisnya jika Dia pikir bahwa hal itu tidak memberi keuntungan bagi orang-orang yang diutusnya. Tetapi Allah menulisnya sehingga umatNya dapat terdorong dan dikuatkan. Sehingga kita dapat menemukan pengharapan tentang gambaran zaman yang akan datang. Dan itulah yang menjadi alasan mengapa di bagian pembuka, di awal kitab ini dia menulis tujuh ungkapan bahagia yang dapat ditemukan dalam bagian kitab ini: Berbahagialah orang yang membacanya; berbahagialah mereka yang mendengarkan dan yang menuruti perkataan-perkataan itu di dalam hati mereka.
Saya akan berpikir berkenaan dengan kebahagiaan untuk menyimpan, memelihara, dan menjaga perkataan-perkataan itu di dalam hati kita sehubungan dengan bagian wahyu yang memiliki makna yang dalam bagi kita. Kita belum mengerti akan maksudnya dan mereka merujuk kepada apa, tetepi itu merupakan hal yang sama bagi perawan desa yang sederhana itu. Ketika malaikat membuat pemberitahuan tentang lahirnya seorang anak pada saat Natal; disitu disebutkan Maria menyimpan perkara itu di dalam hatinya. Dia tidak memahami makna dari hal itu. Dalam faktanya, sebuah nubuatan disampaikan kepadanya, yaitu ketika Simon memegang Anak itu di Bait Allah dan berkata, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." [Lukas 3:34, 35]. Dia tidak mengetahui makna dari perkataan itu ketika waktunya datang saat dia berdiri di dekat salib dan melihat Anak Allah, anaknya terpaku di atas salib dan ditinggikan antara langit dan bumi. Akan tetapi dia menyimpan perkara itu di dalam hatinya(Lukas 3:51). Dan ketika masanya datang baru dia dapat memahami makna dari perkataan itu.
Di dalam Injil Yohanes pasal enam belas ayat tiga belas, Tuhan kita berkata, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran…, dan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes 16:13).Ketika kita mempelajari Wahyu, dan ketika pendeta mempersiapkan khotbahnya, serta ketika dia menyampaikan khotbahnya, Roh Kudus yang berada di dalam hatinya dan yang disampingnya akan menuntunnya saat dia mempersiapkan dan menyampaikan khotbah itu. Karena semakin gelap misteri itu, maka semakin tinggi upah yang didapat dan kita juga akan semakin memberikan perhatian untuk mempertimbangkannya dan memeliharanya serta menjaganya di dalam hati kita.
Tini adalah sebuah pelajaran yang penuh berkat karena di dalamnya kita mendapat nubuatan yang penuh di dalam seluruh Kitab Perjanjian Baru. Memang ada nubutan di sepanjang kitab yang ada di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, seperti yang terdapat dalam Matius pasal dua puluh empat, dalam Kitab Markus pasal tiga belas, dalam Lukas pasal tujuh belas, dalam 1 dan 2 Tesalonika, dan seperti 2 Petrus pasal 3. Ada sejumlah kecil nubuatan di sepanjang Alkitab. Tetapi nubuatan yang terbesar terdapat di dalam Kitab Wahyu yang ada di Perjanjian Baru. Dan itu adalah kitab yang kan kita khotbahkan selama hari-hari Tuhan ini. Ini adalah kitab yang membentangkan kejadian pada masa depan.
Dan Allah, ketika Dia menyibak tirai itu ke samping, Ia mengundang umatNya dengan perhatian yang dalam dari umatNya dan para peziarahNya, dan berkata: Mari dan lihatlah! Dan ketika kita melihat pemandangan tentang masa depan melalui penglihatan Rasul Yohanes, dimana visi itu dinyatakan oleh malaikat, kita melihat bahwa di sana ada pelajaran tentang zaman gereja ini dan hubungan antara Allah dengan umatNya. Dan kita melihat hukuman Allah yang tidak dapat dihindarkan atas orang-orang yang tidak percaya di dunia ini. Dan kita melihat kebangkitan yang mengerikan dan kejatuhan antikristus. Dan kita melihat kedatangan dan kuasa dan penghukuman dan kemuliaan Tuhan semesta alam, raja kita yang berkuasa. Dan kita melihat kehancuran musuh-musuh Allah, kematian, dosa dan maut. Dan kita melihat penciptaan dari sebuah kerajaan yang baru dan langit yang baru serta bumi yang baru; dan kemuliaan anak-anak Allah yang percaya kepadaNya. “Marilah,” kata Roh, “Marilah dan datanglah apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kita yang mengasihi Dia.” Betapa mulianya akhir yang klimaks dari kitab ini di dalam kanon Perjanjian Baru. Alkitab tidak akan lengkap tanpanya. Ini adalah tulisan terakhir yang diinspirasikan dan ini adalah pesan yang terakhir dari Tuhan kita yang telah bangkit dengan kemuliaan.
Itu adalah berkat. Itu berharga karena Tuhan kita tidak hanya dimuliakan sendirian saja. Kita akan dimuliakan bersama dengan Dia “Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah BapaNya – bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin” (Wahyu 1:5,6). Tidak ada satu pun dari orang yang telah meletakkan imannya di dalam Kristus yang akan tertinggal. Akan tetapi, ketika Dia dimuliakan, kita akan dimuliakan bersama dengan Dia. Ketika orang-orang mati akan bangkit, orang-orang yang kita kasihi akan bangkit. Dan jika kita masih hidup pada saat kedatanganNya, kita juga akan diubah, “Kita akan diubah dalam sekejab mata, pada bunyi nafiri yang terakhir; sebab nafiri akan berbunyi” (1 Korintus 25:52,53), dan Tuhan akan menampakkan diri dalam kemuliaan, di dalam kuasa, di dalam kebangkitan, di dalam keajaiban dan di dalam kehebatan dan kita akan mendapat sebuah bagian yang mulia dan penuh dengan kemenangan. Jika saya melayani diri saya di dalam takdir zaman dan tahun-tahun yang terbentang di depan, semua itu tidak dimeteraikan dan dinyatakan, disingkapkan, apokalupto. Dan pelayan itu ada di sini di dalam Kitab Wahyu Yesus Kristus. Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
Sekarang, kesimpulan dari khotbah ini adalah sebuah pelajaran dari kata “sebab waktunya sudah dekat” (Wahyu 1:3). Ada dua kata yang digunakan untuk waktu di dalam Alkitab. Salah satunya adalah chronos—dan itu adalah kata untuk kronometer, kronologi —chronos, “waktu.” Kata Yunani chronos dihubungkan dengan waktu secara umum, hanya waktu. Kemudian kata yang lainnya untuk waktu kairos, dan itu memiliki arti sebagai “waktu yang ditetapkan, sebuah tujuan elektif”—dan itu adalah kata yang digunakan di sini; Sebab kairos, waktu yang dipilih—masa yang ditetapkan berada di tangan—sudah dekat. “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus en tachei”—“segera” digenapi, terjadi. Jadi apakah maksud dari kata itu? Wahyu ini ditulis sekitar seribu sembilan ratus tahun lebih pada masa yang lalu. Akan tetapi Tuhan berkata untuk menyatakan kepada hambaNya hal-hal yang akan segera terjadi. Dan lagi, sebab kairos, waktu yang sudah ditetapkan sudah dekat. Apakah maksud dari hal itu?
Lalu, ada orang-orang yang dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah berkata bahwa tentu saja hal itu tidak memiliki arti apa-apa. Semua hal-hal yang tercatat di dalam Kitab Wahyu itu telah digenapi bertahun-tahun yang lalu, pada masa ketujuh jemaat Asia itu. Dan hal itu tidak berkaitan dengan kita pada hari ini, karena telah digenapi pada masa yang lampau. Akan tetapi, seperti yang anda tahu, di dalam khotbah yang telah saya sampaikan minggu yang lalu, yang dimulai dari pasal empat, saya pikir kita memiliki sebuah gambaran di sana, sebuah nubuatan, dari penyingkapan Tuhan kita tentang kesudahan dunia ini. Ketika Dia datang kembali, ketika maut dan neraka dihancurkan, dan Setan diikat, Allah datang serta orang-orang kudusNya dibangkitkan dan dimulikan bersama dengan Dia selamanya, bagi saya itu adalah Wahyu Tuhan Allah yang diberikan kepada Tuhan Yesus. Tetapi sekarang ada sarjana terkemuka dan faktanya merupakan orang kita sendiri yang percaya bahwa hal itu digenapi pada masa yang lampau.
Sekarang saya akan membaca pandangan dari salah satu mereka. Dia adalah salah satu professor yang telah menulis beberapa buku atas Alkitab dan salah akan mengutip dari salah satu bukunya itu. Dia sungguh-sungguh keberatan kepada metode yang percaya bahwa hal-hal ini merupakan hal-hal yang terjadi di masa depan, yaitu mereka yang siap sedia atas kedatangan Tuhan. Dan dia percaya bahwa semua itu digenapi pada masa ketika Wahyu ini ditujukan bagi ketujuh jemaat Asia. Dan dia berkata bahwa hal itu tidak konsisten dengan pernyataan yang dibuat oleh Yohanes, akan lebih baik jika peristiwa itu diprediksi telah digenapi pada masa lalu, dari pada digenapi pada masa yang akan datang, dan hal sesuai dengan perkataan ini: “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.”
Terjemahan literal termasuk dua kata yang memiliki dua kepentingan yang besar. Salah satunya adalah dei—(“harus”). Itu adalah kata Yunani yang impersonal, yang termasuk ke dalam sebuah kepentingan moral. Hal itu penting secara moral, dia berkata, karena itu harus dipenuhi dan hal-hal itu telah digenapi dengan segera. Ini adalah kata yang sama, dimana Yesus menggunakannya ketika Dia berkata adalah penting bagi Dia untuk pergi ke Yerusalem untuk mati di sana (Yohanes 12:34). Karena itu secara moral adalah penting bahwa wahyu itu harus digenapi segera. Ada sebuah kepentingan moral supaya hal-hal ini harus dipenuhi segera. Kepentingan adalah sesuatu yang mendesak dan pesannya adalah salah satu kepentingan mendesak yang dibutuhkan.
Kemudian dia berkata: kata Yunani kedua yang menjadi perhatian kita adalah frasa en tachei—yang diterjemahkan dengan “segera” atau “secepatnya.” Kita—dan saya yang merupakan orang yang percaya bahwa pemenuhannya terjadi pada masa yang akan datang—memegang itu dalam sebuah bentuk, yang artinya “tentu saja” memiliki sebuah konteks temporal. Paulus menggunakan kata itu ketika dia berkata kepada Timotius di dalam 2 Timotius 4:9, “Tacheos, berusahalah supaya segera datang kepadaku,” bentuk adverbial dari kata segera. Kita hampir dapat mendengarnya berkata seperti ini: Timotius, aku ingin supaya engkau datang ke Roma, dan bawakan jubah yang kutinggalkan di rumah Karpus. Aku kedinginan dan aku membutuhkannya, tetapi di sana tidak ada kata bergegas. Aku membutuhkan Kitab Suci itu, gulungan-gulungan yang kutinggalkan di sana. Bawakanlah kepadaku sehingga aku dapat membacanya. Aku ingin bertemu denganmu. Aku tidak tahu seberapa lama aku dapat bertahan, jadi kalau kamu sempat—tacheos—setiap waktu kamu boleh datang. Jadi kata itu tidak menegaskan ketergesaa-gesaan. Bisa terjadi dua atau tiga ribu tahun kemudian.
Penulis ini menulis: Tetapi hal itu tidak lebih masuk akal dari pada untuk mengambil posisi frasa di dalam Wahyu 1:1 yang berarti kepastian dari penggenapan itu lebih baik dari pada sebuah pemenuhan yang cepat. Di sini Yohanes berbicara untuk menderita, bagi orang-orang yang dianiaya di Asia Kecil—hal itu benar. Jangan merasa terganggu dengan hal itu. Setelah beribu tahun bangsa-bangsa akan berkumpul untuk sebuah pertempuran besar di Lembah Megido. Dan ketika hal itu berakhir, Allah akan mendirikan sebuah kerajaan di bumi dan berkuasa bersama dengan orang kudusNya dan semua pengikut Antikristus akan dibinasakan. Sepertinya itu adalah sebuah pesan yang memiliki sedikit makna dan setidaknya menjadi penghiburan bagi orang-orang yang membutuhkan. Kemudian di atas dasar dari penjelasan dan pernyataan Yesus itu, dia berkata bahwa semua hal ini digenapi di sana pada masa orang-orang yang kepada mereka Kitab Wahyu ini ditujukan.
Lalu, Pendeta, apa yang anda katakan untuk sebuah eksegesis Yunani seperti itu? Sekarang, saya tidak membuat-buat pesan ini. Saya hanya sebuah gema. Tidak ada yang yang keluar langsung dari dalam diri saya, dalam setiap khotbah yang saya sampaikan di mimbar ini. Saya mempelajari Kitab ini dan saya beruaha menyampoaikan kepada anda apa yang saya temukan di dalam firman Allah ini. Jadi, baiklah, apa yang saya temukan? Di sini dikatakan “en tachei—hal-hal yang akan terjadi segera. Dan di sini dikatakan sebab waktunya sudah eggus—sudah dekat.” Dan professor yang terpelajar ini bahwa untuk sebuah penghiburan, untuk berkaitan dengan semua, hal itu harus dipenuhi segera atau hal itu tidak akan berkaitan dengan orang-orang yang menerima pada masa itu. baiklah, sekarang, lihatlah ke dalam Alkitab. Gembala di Yerusalem—dan saya lebih suka untuk menyebutkan gembala First Baptist di Yerusalem—adalah Yakobus, saudara Tuhan. Dan Yakobus, sebagai seorang gembala jemaat di Yerusalem berusaha untuk mendorong dan menghibur kawanannya di kota kudus itu. Anda bisa melihat apa yang dia sampaikan. Dia berkata di dalam Yakobus 5:8: “Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah eggus—dekat.” Tetapi, Yakobus, anda salah. Bagaimana hal itu dapat menjadi sebuah penghiburan bagi umat Allah? Dia menulis seribu sembilan ratus tahun yang lalu, dan anda berkata kepada jemaat Yerusalem: “Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah eggus.” Lalu, bukankah itu merupakan sebuah hal yang aneh? Dia menghiburkan jemaat, berusaha untuk membangun iman mereka dengan sebuah harapan—sebuah doa penantian. Sudah dekat. Dia berada di depan pintu. Perkataannya itu merupakan hal yang sama yang ada di dalam Kitab Wahyu ini.
Bolehkah saya berpaling kepada Rasul Paulus ketika dia menulis surat kepada jemaat Roma? Dan dia berkata—untuk menguatkan mereka, untuk mendorong mereka—dia berkata: “Semoga Allah sumber damai sejahtera akan menghancurkan Setan di bawah kakimu en tachei, dengan segera” [Roma 16:20]. Di sana ada sebuah kata yang sama—en tachei, yang diterjemahkan dengan “segera”—en tachei. Kembali ke Taman Eden, Allah berkata, “Keturunan perempuan ini” (Kejadian 3:15). Bukankah itu aneh?—keturunan perempuan ini dan bukan laki-laki—keturunan perempuan, kelahiran anak dara. “Keturunan perempuan ini akan meremukkan kepalanya.” Dan Paulus berkata: Semoga Allah sumber damai sejahtera akan menghancurkan Setan di bawah kakimu en tachei, dengan segera” seribu sembilan ratus tahun yang lalu dia menuliskan hal itu. Atau contoh lainnya, di dalam perumpaan tentang hakim yang tidak benar, Yesus berkata: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ngulur waktu untuk menolong mereka? Aku berkata kepadamu Ia akan membenarkan mereka dengan segera, en tachei”—dan itu adalah ekspresi yang sama. Dan kemudian Dia berkata, sekalipun Allah lama—meskipun demikian lama; ketika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? Hal itu akan berlangsung sangat lama, sehingga banyak orang yang akan menyerah. Mereka berpikir, Dia tidak akan pernah datang. Kita tidak akan bertemu dengan Tuhan. Tidak akan ada sebuah kesudahan zaman, tidak akan ada sebuah kemenangan atau kejayaan. Ketika Dia datang akan ada tanda-tanda. Saya beritahukan kepada anda, Dia akan datang en tachei.
Lalu, apakah maksud dari hal itu? Apakah maksud dari perkataan itu ketika saya membaca Alkitab, dan ini adalah beberapa hal dari yang telah saya pilih. Ketika saya membaca Alkitab, bagi saya hal itu sangat jelas apa yang dimaksudkan oleh Tuhan ketika Dia berkata en tachei dan eggus. Yang pertama, dia bermaksud, jangan kita menjadi patah semangat. Hal itu mungkin lama, dan Allah mungkin lama menggenapinya, tetapi kita jangan menjadi kecewa. Dia tentu saja akan datang. Setiap kata akan digenapi saya seperti yang tekah disampaikan oleh Allah: Bunga akan layu dan rumput menjadi kering, dan kita mungkin mati. Tetapi firman dan janji Tuhan akan tetap kekal sampai selama-lamanya. Setiap suku kata, setiap titik, setiap kalimat kan dipenuhi di dalam kairos, di dalam waktu yang telah ditentukan Allah. Dan kata itu en tachei, memiliki ide tentang kecepatan. Kecepatan yaitu ketika hal-hal ini akan digenapi, mereka akan digenapi dengan cepat. Sangat cepat, dalam sekejab mata. Dan kemudian, anda mencatat ketika anda membaca Alkitab, Allah tidak pernah menetapkan sebuah tanggal. Manusia menetapkan tanggal, manusia membuat kronologi nubuatan. Anda tidak akan pernah menemukan hal itu di dalam Firman Allah. Jika anda lihat, Allah menjalankan alam semesta ini dengan waktu Allah, bukan waktu kita. Allah memiliki sebuah jam di atas sana dan di tombol waktu itu tertulis, “seribu tahun.” Pada jam ini setiap hari dan satu hari sama seperti seribu tahun. Dan satu detik dalam jam Allah mungkin berarti lima ratus tahun atau seribu tahun dalam detik jam Allah.
Kalu begitu, apakah yang dimaksudkan oleh Allah ketika Dia berkata, “Waktunya sudah dekat?” Dan di dalam Wahyu pasal 22, Dia mengulangnya selama lima kali. “Sesungguhnya hal-hal ini akan en tachei, segera terjadi” [Wahyu 22:6]. Wahyu 22:7: “Sesungguhnya Aku datang tucom”—sebuah bentuk adverbial dari kata itu—“segera.” Dan lagi di dalam Wahyu 22:10 malaikat penuntun itu berkata, “Jangalah memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya eggus.” Dan dia berkata lagi dalam ayat dua belas, “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Dan Dia menutup kitab ini dengan kalimat, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera”’ [Wahyu 22:20]. Apakah yang dimaksudkan oleh Tuhan? Inilah yang Dia maksudkan. Dia menginginkan kita untuk memiliki hati yang siap sedia sama seperti kepada jemaat yang menjadi tujuan Wahyu ini, yaitu Efesus, Smirna, Tiatira, Laodekia, hidup dalam pengharapan—dan penantian yang sungguh-sungguh. Dan Dia berkata kepada Gereja First Baptist Dallas pada hari ini: Hiduplah dalam pengharapan dan penantian yang sungguh-sungguh. Sesungguhnya, Aku datang segera.
Dan jika pada hari ini, Oh Tuhan bagimulah kuasa dan kemuliaan dan kejayaan. Dan jika pada malam ini, atau pagi hari saat matahari terbit, atau jika esok, atau setelah kemah yang fana ini menjadi debu tanah, sesungguhnya Dia datang segera. Dan kehendak Allah bagi umatNya adalah hidup dengan pengharapan terhadap kehadiran dan penyataan dan penyingkapan serta penampakan Tuhan kita. Setiap saat, setiap waktu, kapan saja, sebab kedatangan Tuhan itu selalu eggus, “sudah dekat.” Dan jawaban doa kita adalah: “Amin, datanglah Tuhan Yesus.” Hari ini, sore ini, malam ini, saat tengah malam, saat fajar pagi hari, datanglah Tuhan Yesus. Betapa merupakan sebuah doa syukur untuk memiliki sebuah jemaat yang tinggal dalam roh permohonan seperti itu. Siap sedia—metanoia—bersiap sedia. Kita semua yang sudah diselamatkan. Kita semua berada di dalam kerajaan, telah siap sedia. Semoga hal itu benar di dalam anda. Datanglah segera Tuhan Yesus.
Jika anda belum pernah menyerahkan hati anda untuk percaya kepada Tuhan, maukah anda melakukannya pada pagi hari ini? Jika anda belum menjadi anggota jemaat ini, dan anda senang untuk berada bersama dengan kami di dalam persekutuan yang mulia ini, dan jemaat yang luar biasa biasa ini, maukah anda datang? Beberapa orang mungkin dengan sebuah pengakuan iman dan ingin dibaptiskan. Beberapa orang mungkin dengan memberikan sebuah surat kepada kami. Beberapa orang dari anda, mungkin Allah berbicara kepada dan memimpin anda di jalan anda, maukah anda melakukannya sekarang? Bagi anda semua yang berada di atas balkon, ada sebuah tangga di sisi balkon itu. Dan ada sebuah tangga di bagian depan. Kami menunggu anda, maukah anda datang, mari datanglah. Bagi anda semua yang berada di lantai bawah, berjalanlah melalui salah satu lorong bangku ini dan majulah ke depan dan katakan, “Pendeta, inilah saya, dan saya datang segera.” Maukah anda melakukannya pada pagi hari ini? Percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat atau meletakkan hidup anda di dalam jemaat ini, katakanlah, “Saya akan melakukannya pendeta, dan inilah saya.” Mari datanglah, saat kita berdiri dan menyanyikan lagu permohonan kita.
Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.