UPAH DARI KESETIAAN

(THE REWARD OF THE FAITHFUL)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 2, 3

06-18-61

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan siaran radio, anda sedang bergabung dengan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Upah Dari Kesetiaan. Di dalam seri khotbah kita melalui Firman Tuhan, kita telah sampai ke dalam Kitab Wahyu pasal dua dan pasal tiga. Ada tujuh surat dari Tuhan kita yang mulia dan yang telah bangkit kepada tujuh jemaat di Asia. Dan pagi ini kita akan berbicara mengenai upah yang dijanjikan Allah kepada umatNya di dunia. Dalam ibadah pada pukul 8:15 pagi, saya telah berkhotbah sekitar empat puluh lima menit dan belum menyelesaikan khotbah saya. Sekarang saya berusaha untuk dalam sebuah garis yang terbatas, saya akan berusaha untuk menjelaskan beberapa hal yang kita sebutkan di dalam khotbah. Tetapi jika kita ingin membahas semuanya maka akan membutuhkan tiga atau empat jam setiap kali anda datang dan duduk di sini dan melihat hal-hal di dalam Alkitab dan memahaminya.   

Saya tidak tahu melakukannya. Jadi saya hanya akan menyebutkan hal-hal ini. Kemudian semoga Allah memberikan jaminan bahwa kesan mereka akan menjadi sebuah rangsangan, sebuah dorongan bagi anda dengan sebuah Alkitab terbuka dan di perpusatakan gereja kita atau dengan sebuah kelompok penafsir terbaik untuk mencari dan menyelidiki dan menemukan dan mengerti dalam pencarian kebenaran yang tidak terbatas di dalam Firman Allah ini. Dalam faktanya, khotbah ini seperti sebuah permata dari seorang penyelam yang turun ke bawah, dan dia membawa satu dan kita memiliki waktu untuk mengagumi dan melihat salah satu permukaan permata yang indah. Tetapi ada ribuan lainnnya di dalam harta perbendaharaan Allah yang berada di kedalaman laut duniaNya.  

Sekarang, tujuh surat kepada ketujuh jemaat di Asia. Setiap surat memiliki bagian yang berbeda. Dan seluruh surat mengikuti ketujuh bagian. Masing-masing ditulis persis seperti yang lain dalam bagian yang berbeda. Bagian yang pertama merupakan alamat tujuan dari surat tersebut, “Kepada malaikat jemaat di” Efesus atau Smirna atau Pergamus atau Tiatira. Yang pertama adalah alamat yang menjadi tujuan dari surat itu.

Kemudian bagian yang kedua adalah sebuah pujian  dari kekudusan dan atribut ilahi dari pribadi yang menyampaikan isi surat tersebut.  Di dalam Wahyu pasal pertama, Yohanes melihat kemuliaan Anak manusia, Yesus Tuhan kita, yang berjalan di antara ketujuh kaki dian. Dan dia memberikan gambaran tentang Tuhan. Dan di dalam ketujuh surat ini, setelah pengantar, setelah salam, bagian yang kedua selalu berupa sebuah tanda atau sebuah  dari salah satu atau lebih, yang menjadi atribut yang agung yang dimiliki oleh Anak Manusia. Sebagai contoh, dalam surat yang pertama. “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di anatara ketujuh kaki dian emas itu” (Wahyu 2:1). Selalu ada seperti itu dalam setiap surat. Tetapi anda lihat, untuk melihat semuanya itu akan membutuhkan sebuah waktu. Ketika anda berhenti untuk menjelaskannya bagian itu, maka waktu anda akan berlalu. Bagian yang kedua selalu sebuah tanda atau sebuatan dari salah satu atribut kemuliaan Anak Allah.

Kemudian bagian yang ketiga adalah sebuah kata kemahakuasaan dari yang menyampaikan isi surat itu. Dia tahu, “Aku tahu,” dan Dia berbicara tentang apa yang Dia tahu. Semua perkataan dan perbuatan dan tindakan serta kepercayaan dari jemaat-jemaat—dari umatNya. Termasuk anda. Termasuk konggregasi ini. Temasuk seluruh umat Allah yang berada di seluruh jemaatNya. Sebagaimana Dia berjalan di antara jemaat-jemaatNya, dia mengetahui segala pekerjaan kita dan pikiran kita.

Kemudian, bagian yang keempat, Tuhan kita berbicara di luar dari kemahatahuanNya. Dia berbicara tentang kata-kata dorongan atau peringatan atau nasehat atau pujian ketika dia berbicara kepada umatNya berhubungan dengan hal-hal yang sedang mereka lakukan.

Kemudian bagian yang kelima. Dia selalu membuat referensi tentang kedatanganNya kembali dan karakter dari kedatangan itu dengan referensi kepada umatNya dengan keadaan mereka tentang iman mereka, dedikasi mereka atau penolakan mereka. Bagaimana kedatangan Tuhan yang kedua di dalam karakterNya yang dihubungkan kepada orang-orang yang menjadi tujuan surat itu.   

Kemudian bagian yang keenam adalah sebuah nasehat umum bagi yang mendengarkannnya: “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat” (Wahyu 2:7).

Kemudian yang terakhir, bagian yang ketujuh adalah sebuah janji bagi kemenangan akhir, seperti yang pertama: “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Enam hal di dalam surat. Kemudian yang ketujuh, yaitu bagian yang terakhir: “Barangsiapa yang menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” (Wahyu 2:7).

Itulah tujuh bagian surat—dan setiap surat mengikuti dengan setia dari ketujuh bagian itu dengan pengecualian ini, bagian akhir dari surat yang keempat, mengambil bagian enam dan tujuh dan di dalam membalikkan mereka. Tetapi semuanya memiliki pola yang sama dan semua surat memiliki tujuh bagian yang sama.

Sekarang, pagi ini kita akan mengambil sebuah potongan kecil. Kita akan berbicara hingga waktu berlalu, kita akan berbicara sehubungan dengan hadiah yang telah disediakan Allah dan yang telah disimpan bagi umatNya yang kudus. Yang akan menjadi milik anak-anak Allah, ketika Allah memberikan kepada kita warisan yang final dan kekal. Hal itu sangat mengandung pelajaran yang tinggi dan merupakan sebuah dorongan dan memberi inspirasi untuk membaca lembaran suci ini tetang apa yang telah disediakan Allah bagi umatNya.

Sekarang pengamatan pertama yang saya buat adalah hal ini; bahwa upah itu selalu terakhir, berada di bagian akhir. Termasuk di dalam surat Wahyu ini, upah itu menempati bagian yang akhir. Hadiah kita diberikan sebagai hal yang terakhir. Hal yang terakhir dan yang paling pokok di dalam hidup anak-anak Allah. Seperti di dalam Wahyu 22:12: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.” Upah itu tidak akan diberikan hingga Dia datang, hingga kesudahan zaman. Upah itu tidak akan diberikan hingga hal-hal ini telah berakhir dan selesai. UpahKu bersama denganKu ketika Aku datang, untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

Lalu, mengapa upah seseorang tidak diberikan kepadanya di dalam hidup ini? Mengapa upah seseorang tidak berikan pada saat dia meninggal? Mengapakah upah seseorang tidak diberikan kepadanya hingga zaman ini berakhir? Mengapakah upah seseorang diberikan kepadanya di bagian akhir? Selalu di bagian akhir? Hal-hal yang terakhir di tujuh surat ini.

Jawabannya sangat terang dan sangat jelas. Hal itu karena, pengaruh seseorang dan karyanya dan perbuatannya dan reaksi hidupnya tidak akan selesai hingga akhir zaman. Saya katakan bahwa seseorang tidak mati ketika dia meninggal. Tetapi karya yang telah dihasilkan dalam hidupnya  dan pengaruhnya terus-menerus berlangsung. Seperti suara ombak yang terus-menerus berlangsung. Seperti sebuah gelombang cahaya, jauh sebelum diketahui oleh para ilmuwan. Ada gelombang cahaya yang berasal dari bintang-bintang dan perjalanan cahaya itu dimulai jutaan tahun yang lalu. Dan baru menjangkau kita sekarang ini. Dan tentu saja jika hal itu tidak menemukan sebuah pembelokan, maka akan terus bergerak selamanya, seperti riak kehidupan manusia. Hidup seseorang seperti riak-riak gelombang dan sebuah laut yang besar. Yang terus menerus berlangsung hingga mencapai pantai. Jadi apa yang anda lakukan, tidak hanya memiliki sebuah gema dan sebuah pengulangan di dalam hidup yang anda hidupi sekarang ini, tetapi setelah anda meninggal dan hilang serta dilupakan, pengaruh hidup anda terus berkanjut hingga akhir zaman. Sampai kesudahan kisah manusia dan waktu dan sejarah. Kita tidak dapat membuka seluk beluk setiap pengaruh kita di dalam skema kehidupan. Tetapi Allah bisa. Allah akan mengambil setiap kehidupan manusia dan Dia akan mengikuti benang pengaruh kehidupan manusia melalui seluruh sejarah. Dan anda tidak memiliki kisah yang penuh dari dampak dan pengaruh dari apa yang anda lakukan hingga akhir zaman.  Dan ketika zaman ini berakhir, maka itu mewakili akhir anda, upah yang final. Itulah sebabnya mengapa hal itu tidak diberikan hingga akhir.   

Sebagai contoh, di Gereja First Baptist Amarillo, di mana saya terdaftar dan tempat saya ditahbiskan.  Saya memiliki seorang sahabat dekat, dia dan saya berada di kelas Sekolah Minggu yang sama selama bertahun-tahun. Kami berada di Sekolah Menengah yang sama, saya dan dia lulus bersama-sama. Kami pergi ke Baylor bersama-sama. Dan yang sangat membuat saya terkejut dan heran  dan membuat hati saya berduka adalah ketika dia memberitahukan bahwa dia telah menjadi seorang ateis. Suatu malam di Baylor, saya pergi untuk menemui dia. Dan saya berjalan ke ruangannya dan di atas meja belajarnya dia sedang membaca karya seorang kafir yaitu Toma Paine, dan judul karyanya itu, Age of Reason.  Saudara yang terkasih, Tom Paine telah meninggal pada tahun 1809. Tetapi pengaruh jahatnya masih tetap berlangsung.  Dan hal itu menjamah kehidupan orang muda itu. Beberapa hari yang lalu, salah satu anggota jemaat ini, ketika sedang membersihkan lotengnya, dia menemukan sebuah salinan karya Tom Payne yang berjudul Age of Reason.  Keluarga itu memberikannya kepada saya dan saya telah memilikinya di meja belajar saya dan melihatnya, hanya untuk mengetahui apa yang disampaikan oleh orang kafir itu. Dia sudah meninggal tetapi pengaruhnya masih ada. Sekarang saya sedang mendengarkan apa yang dia sampaikan. Untuk orang yang jahat, pengaruhnya masih tetap berlangsung hingga akhir.

Sekarang anda dapat berbalik, di dalam kehidupan orang-orang yang percaya. Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang pengkhotbah injil yang masih muda. Dan orang muda itu melakukan sesuatu yang bijaksana dan hal yang brilian. Di sini ada seorang pengkhotbah muda yang berada di ruangan ini, dan saya ingin supaya dia mendengarkan hal ini. Orang muda itu berkata kepada saya, dia berkata, “Anda tahu, saya telah membaca  Commentary yang ditulis oleh Matthew Henry.”  Matthew Henry akan memperkaya dan menghidupi setiap kehidupan pengkhotbah dan setiap pesan pengkhotbah  dan akan memberkati setiap orang yang membaca tafsirannya. Kapankah Matthew Henry meninggal? Dia meninggal pada tahun 1714. Hampir sekitar dua ratus lima puluh tahun yang lalu. Dan sekalipun Matthew Henry telah meninggal sekitar dua ratus tahun yang lalu, akan tetapi pengaruh orang yang saleh itu dan tafsiran yang dia tulis memberkati banyak generasi bahkan hingga hari ini. Pengkhotbah yang sangat luar biasa yaitu George Whitefield berkata bahwa dia telah membacanya sebanyak tiga atau empat kali. Dan terakhir kali dia membacanya, dia membacanya di atas lututnya. Itu adalah sebuah tafsiran yang sangat panjang sekali. 

Anda lihat, Allah mengumpulkan semua pengaruh kita. Dan tahun-tahun itu telah menyusut, dan sepanjang abad-abad ketika mereka menyentuh setiap kehidupan dan sepanjang abad dimana anda tidak pernah memimpikan dampak itu bahkan tidak mengetahuinya, di sanalah Allah memungutnya dan di sanalah Allah mengumpulkannya bersama-sama. Dan pada suatu hari apakah itu baik atau buruk, di akhir zaman hal itu akan menjadi mahkota kita dan warisan kita. Itulah sebabnya upah kita diberikan kepada kita di akhir zaman, ketika Tuhan datang dan sejarah telah selesai dan umatnya akan berkumpul di pengadilan di hadapan takhta Kristus. Itu adalah hari dimana upah kita akan diberikan.

Sekarang untuk sejenak, kita akan melihat jenis upah apa yang apa yang telah disediakan  Allah bagi kita. Ada tujuh segi permukaan dari upah itu yang akan diberikan kepada kita yang secara jelas digambarkan dalam ketujuh surat ini. Sama seperti anda memegang sebuah mutiara yang indah, dan dia memiliki tujuh segi permukaan yang menangkap cahaya sorga dan kemuliaan Anak Allah serta merefleksikannya. Jadi kita dapat memegang mutiara ini dan melihatnya dari tujuh sisi dari apa yang akan diberikan Allah kepada kita di zaman yang akhir ini. Dan setiap kali hal itu disebutkan di dalam Alkitab ini, itu adalah sesuatu yang telah hilang dari kita. Dan sesuatu yang dijanjikan Allah dengan dan kita telah kehilangannya. Tetapi Kitab ini menyebutkan bahwa hal itu akan dikembalikan kepada kita di akhir zaman.  

Baiklah, mari kita meihat hal yang pertama, dan kita harus menyampaikan hal-hal dengan cepat. Yang pertama: orang tua kita yang pertama di dalam dosa mereka dan di dalam ketidaktaatan mereka telah kehilangan Pohon Kehidupan di firdaus Eden. Pohon itu telah diambil. Dan kita meninggal. Tetapi Allah tidak menghancurkan Pohon Kehidupan. Dia telah memindahkannya dari Eden, dari firdaus dunia ini ke Taman Eden di dunia yang akan datang. Dan di sana ia akan mekar dan tumbuh subur dan berkembang di tepi Sungai Kehidupan. Dan permukaan pertama yang dijelaskan dalam surat kepada jemaat Efesus adalah, “Barangsiapa yang menang,” bagi orang-orang yang percaya dan yakin di dalam Yesus, “dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” [Wahyu 2:7].  Jadi, Allah akan kembali memberikan Pohon Kehidupan kepada kita yang telah diambil dari kita di dalam dosa dan ketidaktaatan orang tua kita yang pertama.

Sekarang permukaan yang kedua, dijelaskan dalam surat kepada jemaat Smirna—Allah tidak hanya membatalkan akses bagi kita untuk Pohon Kehidupan, tetapi Allah juga mengutuk dengan kematian kekal: “Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:17). Dia tidak mati pada hari itu, tetapi jiwa mereka mati. Tubuh fisik mereka akan mati kemudian, tetapi jiwa mereka telah mati, dan kematian itu disebut sebagai kematian kedua. Dan setiap orang yang tidak bertobat dan di dalam penolakan dan di dalam ketidakpercayaan dan di dalam ketidaktaatan, telah berada di bawah kutukan kematian yang kedua, dan akan dihukum, dijauhkan dari Allah, dan tidak lagi memiliki akses kepada takhta anugerah. Nyala api dan kegelapan serta keterpisahan dan penghukuman serta neraka, itu adalah kematian yang kedua. Tetapi orang-orang yang percaya kepada Yesus, yang memiliki telinga, yang mendengar, dia tidak akan mengalami rasa sakit dari kematian yang kedua. Allah telah membangunkan jiwa kita. Dia meregenerasikan roh kita. Dan kita tidak memiliki rasa takut terhadap hukuman dan nyala api serta neraka, karena kita telah diselamatkan. Kita telah diselamatkan dan dilepaskan dari kematian yang kedua.

Sekarang, permukaan yang ketiga dari janji yang luar biasa itu, ditemukan dalam surat kepada jemaat di Pergamus, dan Dia berkata kepada orang-orang yang percaya, orang-orang yang menerima, yang memiliki telinga dan yang mendengar dan yang hatinya terbuka untuk kebenaran, kepada mereka akan “Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya” [Wahyu 2:17].  Sekarang, nama yang baru dan namanya yang baru, ditopang dari dada dan hati Allah, Imam Yang Mahatinggi. Dan Aku akan menyokongnya, dan Aku akan memberi makan dia dengan manna yang baru. Apa yang telah terjadi di dunia di dalam dosa dan ketidaktaatan kita? Allah berkata itu adalah kutukan. Itu adalah kutukan bagi usaha manusia. Dan hal itu akan memberikan sebuah hasil dari semak duri dan rumput-rumputan dan itu adalah kutukan bagi kepentingan manusia. Tetapi, di sana, kutukan itu telah disingkirkan. Dan kita akan diberi makan dengan manna yang baru. Segala sesuatu mekar dan segala Sesuatu akan tumbuh subur dan segala sesuatu akan menghasilkan buah yang penuh bagi anak-anak Allah. Dan semak duri akan menghilang. Dan kutukan itu akan menghilang. Dan seluruh ciptaan Allah akan hijau dengan buah dan bunga dan kemuliaan karya tangan Allah. Dan Allah akan memberikan kepada kita buah-buah kemuliaan; manna yang tersembunyi. Dan kita tidak akan takut lagi untuk menyimpang dari jalan kita; karena nama kita, nama kita tertulis di lempeng yang yang menutupi hati Anak Allah. Dan kita disokong  di dalam dadaNya sampai selama-lamanya.  

Kemarin Dr. Freeman berkata, bahwa dia mendapat sebuah buku yang ditulis oleh seorang sarjana modern yang terkemuka, yang merupakan seorang Armenian, yang beruha untuk membuktikan di dalam bukunya itu bahwa anak-anak Allah dapat berpaling dari dada Allah. Dan seseorang mampu untuk merampas mereka dari tangan Allah. bukankah itu sebuah buku yang menggelikan? Ketika Allah berkata: Aku akan memberikan domba-dombaKu hidup yang kekal dan mereka tidak akan binasa dan tidak seorang pun, tidak satu pun, baik kuasa dari neraka, mau pun di sorga mau pun di bawah bumi yang dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Akan tetapi orang ini menulis sebuah buku. Kemudian dia berkata, seseorang dapat memisahkan kita dari Allah dan mengambil kita dari tangan Allah. Dia pastilah orang yang sangat pintar, bukankah begitu? Dia lebih tahu dari Allah. Tuhan berkata, jangan takut, engkau mungkin akan diserang dan kita telah diserang. Dan kita mungkin terjatuh ke dalam semua jenis hal-hal yang buruk dan kita memang jatuh. Dan kadang-kadang mungkin kita bingung terhadap janji tentang realitas Allah. Oh, tetapi anda tetaplah seorang pengembara, jangan pernah lupakan hal itu. Dan ini adalah dunia yang penuh dengan kekhawatiran, dua yang sedang kita jalani ini. Tetapi jangan takut, hai kawanan kecil, Tuhanlah yang berkenan untuk memberikan anda kerajaan  dan dia akan tetap memberikannya. Nama kita berada di dalam hatiNya. Dan Dia menopang kita di atas dadaNya, kita semuanya. Dan lebih baik saya berhenti dulu untuk membahas bagian ini. Dan melanjutkan bagian yang berikutnya. Semua janji Allah sama seperti itu. Semua janji itu sangat mulia.

Sekarang, kita akan melihat bagian yang lainnya. Bagaimana tentang kepastian dari janji itu? Hal yang paling menginspirasikan yang dapat anda baca di dalam Alkitab adalah hal ini: Kedalaman dan kebesaran serta keyakinan yang kekal dari orang Kristen yang mula-mula bahwa janji Allah di dalam Kristus bersifat kekal, itulah yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Tidak ada satu pun yang akan terhempas ke tanah. Semuanya akan diwariskan kepada kita. Dan mereka yakin akan hal itu dan mereka mengetahui bahwa hal itu ada. Dan mereka yakin akan tujuan Allah bagi mereka. Dan mereka yakin bahwa ada firdaus dan  dan mereka mau menderita atas hal itu. Mereka percaya bahwa ada sebuah mahkota kehidupan dan mereka mengulurkan tangan mereka di dalam iman untuk menerimanya. Dan mereka tinggal dalam sebuah kehidupan yang penuh keyakinan bahwa Allah telah menyediakan hal-hal ini bagi anak-anakNya yang kudus. Dan semua itu dijelaskan dalam seluruh Alkitab. Tidak hanya di dalam Kitab Wahyu ini, tetapi di sepanjang Alkitab ini.  

Sebagai contoh, Aleksandria yang sangat fasih, pengkhotbah di dalam Kitab Ibrani pasal sebelas, dia menjelaskan tentang Musa. Dan dia berkata: “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun” [Ibrani 11:24] dan menolak takhta dari imperium dunia yang terbesar pada masa lalu, sehingga dia lebih memilih untuk menderita bersama dengan umat Allah. Karena, pengkhotbah yang fasih itu berkata, “pandangannya ia arahkan kepada upah” [Ibrani  11:26].  Dia percaya bahwa ada sesuatu yang lebih di tangan Allah yang akan diberikan kepada mereka yang mengalami penderitaan bersama dengan Kristus, dari pada menjadi ahli waris yang pada suatu saat akan menduduki takhta emas Firaun. Dia percaya bahwa Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi dia. Hal yang sama juga berlaku bagi mereka, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Mereka “menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” [Ibrani 11:10].  Dan mereka mengaku bahwa mereka adalah pendatang asing dan pengembara di dunia ini. Karena itu Alkitab berkata, “Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka” [Ibrani 11:16].  Dan di dalam menjaga pengharapan mereka itu, Allah telah membangun kota bagi mereka. Mereka memandang ke arah kota itu. Mereka mengharapkannya, dan Allah telah menjanjikannya. Dan Allah akan memberikannnya kepada mereka, demikianlah yang disampaikan oleh pengkhotbah yang fasih ini di dalam Kitab Ibrani pasal sebelas.

Dan semua orang kudus berada di jalan itu. Mereka percaya dan memiliki keyakinan dari hal-hal ini yang mengalir di dalam hati mereka serta yang dijangkau oleh tangan mereka. Seperti yang Paulus sampaikan: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” [Philippians 3:13, 14].  Seperti seorang pelari, seorang atlit yang meletakkan segala sesuatu yang dia miliki kedalam lintasan untuk sebuah  mahkota, untuk sebuah hadiah. Dan dia percaya bahwa itu akan menjadi miliknya yang akan diberikan oleh tangan mulia dari Kristus  Yesus. 

Dapatkan saya menyimpang sedikit untuk memberikan sebuah komentar bawa apa yang membuat orang Kristen begitu bersemangat adalah tekanan terhadap hadiah itu, berlari di dalam lintasan, meletakkan seluruh kekuatan hidup anda ke dalam permohonan itu dan ke dalam usaha untuk meraih hal itu, yaitu hadian dari Kristus.

Jendral Sherman berkata ketika dia berada di garis depan, dalam membakar semangat prajuritnya, dia berkata bahwa dia memiliki pengharapan yang besar dan jaminan kemenangan. Tetapi dia berkata, ketika dia berada di dalam bagian belakang bersama dengan orang-orang yang suka keluyuran dan para pembelot, dia berkata dia jatuh ke dalam keputusasaan dan kesuraman dan rasa takut serta keraguan. Ketika saya membaca hal itu, saya berpikir hal yang sama tentang kita. Ketika kita ditekan terhadap hadiah yang merupakan panggilan Allah di dalam Kristus Yesus, kita tahu bahwa kita akan menang. Di sana ada sebuah kepastian dan jaminan untuk menang. Tetapi jika anda jauh dan anda berada di belakang suatu tempat dan anda jauh dari Allah, maka anda akan jatuh ke dalam kesuraman dan keraguan serta kekalahan. Jadi, berlarilah dalam lintasan itu, dan memandang hadiah yang di depan itu.  Dan lihatlah bahwa di sana ada sebuah jaminan yang sama dari kemenangan akhir yang diberikan kepada anda sebagaimana hal itu menjadi keyakinan di dalam hati anak-anak Allah yang mula-mula.

Baiklah. Pendeta, bagaimana tentang janji ini dan tentang orang-orang kudus ini?

[transkrip berakhir di sini]

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.