VISI DARI TUHAN KITA YANG MULIA

(THE VISION OF OUR GLORIFIED LORD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 1:10-16

04-23-61

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung di dalam  ibadah dari  Gereja First Baptist Dallas. Saya pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul Visi Dari Tuhan Kita Yang Mulia. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab yang ada di dalam Alkitab, kita sedang berada di dalam Kitab wahyu pasal yang pertama. Dan khotbah kita akan diambil dari ayat 10 hingga 16. Dan kita akan mulai dari ayat 9:

Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.

Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."

Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.

Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.

Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api.

Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. [Wahyu 1:9-16]. 

 

Ini adalah penglihatan pertama dari Kitab Wahyu. Dan ini adalah sebuah penglihatan tentang Tuhan Kita Yesus Kristus yang telah bangkit. Yohanes sedang berada dalam pembuangan di Pulau Patmos karena memberitakan Injil. Suatu tempat di Laut Aegean, pada hari Tuhan, dia sedang dikuasai oleh Roh Tuhan dalam pujian dan penyembahan. Dan ketika dia sedang menyembah Tuhan, dia mendengar dari belakangnya suatu suara yang nyaring seperti sebuah bunyi sangkakala. Dan yang yang berbicara itu, pertama kali Dia mengidentifikasikan diriNya sendiri. Semua hal ini sangat penting karena setelah bagian ini akan diikuti oleh kehebatan dari rentetan kejadian yang melampaui akal. Wahyu ini merupakan penglihatan tentang akhir zaman yang melampaui dari apa yang dapat dibayangkan oleh pikiran dan melampaui dari apa yang dapat dipahami oleh hati. Oleh karena itu sangatlah penting untuk terlebih dahulu mengidentifikasikan penulis dari wahyu ini.

Siapakah Dia yang memiliki kekuasaan untuk membuka pintu bagi kita tentang firman yang menjelaskan seluruh sejarah masa depan? Siapakah Dia yang berkata bahwa Dia adalah pelaksana dari rencana ilahi ini dan di dalam masa yang sungguh-sungguh akan digenapi? Penulis, pencatat, dan pemilik otoritas serta yang suaranya seperti bunyi sangkakala adalah suara Tuhan Allah—Kristus yang kekal. Dan dia mengidentifikasikan diriNya sebanyak dua kali dalam beberapa ayat ini.  Perkataan yang ada di dalam ayat 17 sama dengan yang terdapat dalam ayat 8—suara yang nyaring seperti sebuah bunyi sangkakala: “Akulah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha Kuasa” (Wahyu 1:8). Jadi penulis dari Kitab Wahyu adalah Allah yang kekal—Kristus sendiri: “Akulah Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:11). Semua kebijaksanaan yag berasal dari sorga dan semua pernyataan Allah berada di dalam Dia. Dia adalah kemutlakan yang utama. Dan satu-satunya sentuhan yang kita miliki dengan sorga terletak di dalam Wahyu Yesus Kristus. Alpha, alphabet yang pertama, Omega, alphabet yang terakhir—dan semua alphabet berada di antaranya—“AKU.”

Kemudian dia mengambarkan tentang diriNya sendiri “Yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” (Wahyu 1:8). Di dalam pasal pertama ayat keempat merupakan salam: “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang –Allah Bapa—dan dari ketujuh Roh…dan dari Yesus Kristus” (Wahyu 1:4, 5].  Di dalam suara yang seperti sebuah bunyi sangkakala itu, Kristus mengidentifikasikan diriNya sebagai Allah yang kudus, Allah Bapa “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang.” Dia adalah Aku yang agung—yang tetap sama, baik kemarin, sekarang dan sampai selama-lamanya. Yang total, Allah yang tidak berubah—Yang Mahakuasa. Dan itu adalah nama yang final Pantokrator—melampaui segala yang ada. Ia adalah penulis kitab ini dan Dia adalah seseorang yang suaraNya sama seperti bunyi sebuah sangkakala.

Kemudian, Dia juga berkata, “Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab…” (Wahyu 1:11). Di dalam ayat sembilan belas, Dia mengulang perintah yang sama: “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, baik yang terjadi sekarang maupun apa yang akan terjadi sesudah ini–(meta tauta—sesudah hal-hal ini)—setelah hal ini.”  Daniel diperintahkan untuk tidak menuliskannya: “…sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman.” Tetapi Yohanes diperintahkan untuk menuliskannya. Yaitu sekarang, di dalam Kristus, sebuah penglihatan yang terbuka. Tuliskanlah sehingga setiap orang dalam melihat lembaran-lembarannya dan mengetahuinya. Dan perintah itu datang dalam sebuah suara seperti bunyi sebuah sangkakala. Itu berarti bahwa semua pesan ini sangat penting, bahwa semua penyataan ini sangat penting. Ketika Allah berbicara dari Gunung Sinai, gunung itu menyala-nyala oleh kehadiran Tuhan, Dia berbicara kepada mereka dalam sebuah suara yang bunyinya seperti bunyi sebuah sangkakala. Ketika pintu dibuka, ketika pintu dibuka dalam Bait Allah, orang-orang dipanggil untuk ibadah pagi, dan hal itu dilakukan dengan sebuah bunyi sangkakala. Ketika kebangkitan akhir tiba dan ketika hari Tuhan datang, peristiwa itu akan disertai dengan bunyi sangkakala Allah. Dan ketika keheningan kematian dan maut, dan kuburan dihancurkan, hal itu akan ditandai dengan bunyi sangkakala yang memanggil umat Allah untuk  masuk ke dalam penghakiman dan tahun pembebasan. Bunyi sangkakala: Tuliskanlah hal-hal ini untuk umat Allah.

Kemudian Dia berkata, “Dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat Asia” (Wahyu 1:11). Ketujuh jemaat di Asia memiliki sebuah lingkaran geografis yang berada dalam garis-garis besar—berlokasi di dalam sebuah lingkaran geografis di Propinsi Roma di Asia. Jemaat yang pertama adalah Efesus, ibukota Propinsi Asia Roma. Dan mereka semua dihubungkan dengan sebuah jalan Roma kuno. Dan pembawa pesan, membawa dokumen itu dari satu jemaat ke jemaat lainnya dapat melakukan sebuah perjalanan yang mudah, dari satu jemaat ke jemaat lainnya di jalan Roma dari Efesus ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelphia, ke Laodekia dan kembali ke Efesus. Dan apa yang anda lihat di dalam Kitab Wahyu merupakan sebuah penglihatan pewahyuan  dari tujuan Allah bagi jemaat pada masa itu, pada masa yang akan datang hingga kedatanganNya. Ada tujuh jemaat. Ada begitu banyak jemaat di propinsi Asia, tetapi ketujuh jemaat ini—jika anda tidak memiliki khotbah yang memberikan makna dari simbol bilangan ini, anda dapat pergi ke perpustakaan. Ada dua diantaranya, dan tanpa mengetahui makna dari simbol bilangan ini, maka Alkitab mungkin tidak bermakna banyak bagi anda. “Tujuh”—tujuh jemaat Asia—itu mewakili keseluruhan jemaat secara sempurna. Ketujuh jemaat mewakili seluruh jemaat—bilangan ilahi yang sempurna. Ketika Dia menyampaikan pesan ini kepada ketujuh jemaat Asia, itu juga mewakili jemaat sepanjang zaman dan waktu.

Ada sebuah pemerintahan yag hebat di propinsi Asia Roma, tetapi tidak ada sebuah jemaat yang merupakan “jemaat” Asia. Ada jemaat-jemaat di Asia sama seperti ada banyak jemaat di Yudea. Ada jemaat-jemaat di Makedonia, ada jemaat-jemaat di Galatia, ada jemaat-jemaat di Asia; akan tetapi tidak ada jemaat Yudea, jemaat Makedonia, jemaat Galatia, jemaat Asia. Tidak ada hal yang seperti itu di dalam Firman Allah. Firman Allah menggunakan kata “jemaat” sama seperti kita menggunakan sebuah kata untuk menyimbolkan ide yang abstrak dari sebuah institusi. Sama seperti seorang orator yang hebat di dalam pidatonya akan menghubungkannnya kepada keluarga atau kepada rumah atau kepada negara atau kepada sekolah. Jadi, kita juga mungkin merujuk gereja, yaitu ide dari institusi dari sebuah gereja sama seperti yang digunakan dalam Matius 16:18: “Di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaatKu.” Tetapi ketika jemaat mengacu kepada materi yang nyata, ketika ide itu keluar dari sifat abstrak ke dalam sebuah bentuk organisasi maka jemaat merupakan sebuah gereja lokal yang independen. Jemaat-jemaat Asia, jemaat di Efesus, jemaat di Filadelphia, jemaat di Tiatira atau jemaat di Laodekia. Dan di dalam jemaat-jemaat ini, ada sebuah tanggung jawab pribadi  dengan pendeta-pendetanya, dengan diaken-diakennya dan dengan anggota-anggota jemaatnya. Dan jika ada sebuah kerjasama dari jemaat-jemaat, hal itu bersifat sukarela.

Tidak ada sebuah tingkatan di dalam Perjanjian Baru. Dan tidak ada seorang Bishop di Perjanjian Baru. Tidak ada sebuah organisasi yang lebih tinggi di dalam Perjanjian Baru. Jemaat-jemaat ini bersifat lokal, independen dan memiliki kebebasan. Dan tidak ada hal lain yang berkenaan dengan jemaat di dalam Perjanjian Baru kecuali bahwa jemaat merupakan organisasi yang individu dan bertanggungjawab secara individu. Dia berkata, “Kirimkanlah pesan ini kepada ketujuh jemaat di Propinsi Asia.” Jemaat merupakan kumpuan umat Allah yang independen. Pendetanya, diaken-diakennya dan organisasinya hanya bertanggung jawab kepada Allah sendiri, tidak dibebankan kepada kehidupan manusia, sekalipun dia memiliki posisi yang tinggi dalam pemerintahan atau bangsawan tinggi yang memiliki otoritas. Jemaat ini bebas, berdiri sendiri dan bertanggung jawab kepada Allah sendiri—sama seperti jemaat Efesus, jemaat Smirna, jemaat Pergamus, jemaat-jemaat di propinsi Asia Roma. Itu adalah konsep Allah tentang jemaatNya sepanjang zaman.

“Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku” (Wahyu 1:12). Dan aku berpaling untuk melihat suara itu. Anda dapat menyampaikan sebuah khotbah di sana. Mata kita seringkali salah. Dan khususnya pada hari ini, betapa mudahnya kita jatuh  ke dalam kekecewaan dan keputusasaan. Dan khususnya bagi orang-orang seperti kita   yang percaya ketika kita melakukannya, prinsip-prinsip yang hebat yang kita temukan di dalam Firman Allah dan hampir berdiri sendiri untuk bertahan di dalam dunia modern ini. Tetapi jangan palingkan mata anda atas orang sinting seperti Napoleon atau seorang diktator yang kejam atau seorang raja yang merebut bagi dirinya sendiri pemerintahan atas rumah Allah. Arahkanlah mata anda kepada Tuhan. Berpaling dan lihatlah. “Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia” [Wahyu 1:12, 13].  Setiap suku kata dari hal itu memiliki makna yang dalam. Yohanes tidak lagi melihat Tuhan selama lebih dari enam puluh tahun. Terakhir kali dia melihat Tuhan  yaitu ketika Tuhan naik ke sorga. Dan di dalam penglihatan ini, dia melihat di tengah-tengah jemaat, tujuh kaki dian dari emas. Dia melihat seseorang seperti Anak Manusia. 

Dan di sana ada dua hal yang sangat ditekankan dalam bagian yang kecil itu—“seorang serupa Anak manusia.” Yang pertama, dia melihat kemanusiaan Allah, bentuk manusia dari Allah—Anak manusia. Frasa itu digunakan sebanyak delapan puluh lima kali di dalam Injil. Dan 83 dari 85 frasa itu, digunakan Yesus untuk merujuk kepada diriNya sendiri. Anak Manusia—Allah di dalam kemanusiaanNya. Dan kemudian Yohanes berkata, “seorang serupa Anak manusia.” Ini merupakan bentuk mistikal yang tinggi dan simbol yang memiliki makna yang dalam. Di dalam gambaran yang mengikutinya, satu-satunya gambaran tentang Tuhan yang ada ditemukan di dalam Perjanjian Baru, di dalam gambaran yang mengikuti frasa itu, tidak ada seorang pun yang dapat melukiskannya di atas kanvas. Tidak ada seorang pun yang dapat menerjemahkannya ke dalam warna yang memiliki cahaya yang terang. Sebab Allah tidak dapat direalisasikan ke dalam sebuah pikiran yang terbatas, tidak dapat dipahami oleh sebuah hati yang terbatas, dan tidak dapat dilukiskan oleh seorang pelukis yang jenius sekalipun. Bukankah aneh bahwa tidak ada deskripsi tentang Tuhan di Alkitab? Tidak. Tidak. Ketika Dia tinggal di dalam daging, tidak ada firman yang menjelaskan bagaimana rupaNya. Dan di dalam gambaran ini, kita melihatNya dalam kemuliaan—seorang serupa Anak Manusia—sebuah kemiripan, sebuah misteri, sebuah simbol kemuliaan yang melampaui segalanya. Ini adalah cara bagi kita untuk melihat seperti apakah Dia. Tetapi sesungguhnya Dia melampaui apa yang dapat digambarkan oleh seseorang, atau yang dapat dilukiskan di atas kanvas. Dan sosok yang Dia lihat di dalam kemuliaan adalah Alpa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, yang sudah ada, yang ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa—Tuhan Allah Pantokrator—Allah sendiri (Wahyu 1:8).

Saya sering berpikir tentang orang-orang yang membayangkan bahwa di sorga mereka akan melihat tiga Allah. Dan jika anda melihat tiga Allah maka apa yang dikatakan Mumaddisme tentang anda adalah benar. Dan apa yang dikatakan oleh tetangga Yahudi anda tentang anda adalah benar. Anda bukanlah monoteis. Anda adalah seorang polities. Anda percaya akan banyak allah—jamak. “Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!” [Ulangan 6:4]—satu Allah. Dan kita mengenal Allah kita sebagai Allah Bapa. Dan kita mengenal Allah kita sebagai Juruselamat kita. Dan kita mengenal Allah sebagai Allah Roh Kudus di dalam hati kita. Tetapi kita tidak memiliki tiga Allah. Kekristenan yang sejati adalah monoteis. Hanya satu Allah. “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30); “Barangsiapa yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9). Dialah  yang berbicara itu. Dan adalah Dia yang dilihat oleh Yohanes ketika dia berpaling dan melihat Tuhan Allah berada di tengah-tengah jemaat. Satu-satunya Allah yang anda lihat adalah Tuhan Allah Pantokrator (Yang Mahakuasa) yang  dilihat Yohanes di tengah-tengah kaki dian itu. Dan satu-satunya Allah yang pernah anda rasakan adalah Allah Roh Kudus yang berada di dalam hati anda. Dan satu-satunya Allah di atas sana adalah Bapa yang hebat dari kita semua. Tuhan Allah Kristus yang satu-satunya. Di dalam Alkitab Perjanjian Lama kita menyebutNya Yehova. Di dalam Perjanjian Baru, Kovenan Baru, kita menyebutNya Yesus—satu-satunya Allah yang hebat, berdiri di dalam otoritas, dan di dalam pengadilan dan di dalam pengadilan yang bermartabat di antara jemaat-jemaatNya. Dia berada di sini, sekarang ini, dan sedang mengamati kita. “Aku melihat seorang”—sebuah simbol mistikal yang hebat—“serupa dengan Anak Manusia.”

Kemudian di dalam gambaran itu—dia menggambarkannya dengan sebuah simbol pekerjaan, dan kemudian dengan simbol karakter. Simbol pekerjaan: “…berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki …. [Wahyu 1:13].  Berpakaian jubah yang panjang—hal itu merujuk kepada martabatNya, merujuk kepada kekuasaan pengadilanNya, merujuk kepada sikap dan roman dari sifat kerajaanNya. “Dalam tahun matinya raja Uzia,” kata Yesaya, “aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.” (Yesaya 1:6)—keagungan dari kehadiran Allah. Dan Dia memakai sebuah jubah yang panjang hingga ke bawah kaki—para imam memakai pakaian imam; jubah kerajaan dipakai oleh seorang raja; jubah hakim dipakai oleh seorang hakim. Ini adalah keagungan sorgawiNya, dan otoritas pengadilanNya dan kerajaanNya serta kehadiran keimamanNya.  

“Dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.” Hal itu menunjukkan kepada cara berpakaian pada masa itu. Ketika seseorang ingin melayani, ketika dia ingin berlari, ketika dia ingin bekerja, dia akan mengikat pinggangnya. Dia akan menyatukan ujung jubahnya dan melilitkannya sehingga dia dapat bekerja. Tetapi ikat pinggang ini diilitkan di dadaNya. Dia sedang berada dalam posisi istirahat, Anak Allah sedang beristirahat, yang sedang duduk di atas takhta Yang Mahakuasa. Dan hal itu menunjukkan kasih sayangNya, pengertianNya, dan simpatiNya dan kasihNya bagi umatNya. Sekalipun Dia telah ditinggikan, dimuliakan dan berada di dalam kekekalan, hatiNya tetap sama, Tuhan yang sama yang mengambil bayi-bayi dan memeluk mereka serta memberkati mereka. Seseorang yang meletakkan tangannya di atas mata orang buta, sehingga mereka dapat melihat, dan mengampuni dosa-dosa manusia.—“ Dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.

Kemudian anda melihat tujuh hal di dalam simbol karakter ini. KepalaNya—rambutNya, bagaikan bulu yang putih metah, putih seperti salju. Hal itu menunjukkan kemurnian dan ketinggian serta keagungan pikiranNya. Dan hal itu merujuk kepada karakterNya yang kekal—pada zaman Kuno. Ini adalah penghormatan bapa-bapa leluhur dan ini adalah keagungan yang kekal. KepalaNya, rambutNya, putih seperti salju.

Dan mataNya bagaikan nyala api. Kemahatahuan dari Allah yang Mahatinggi. Seperti yang dituliskan oleh penulis Ibrani dalam Ibrani 4:13: “Dan tidak ada suatu mahluk pun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberi pertanggungan jawab.” Pengenalan, kemahatahuan disimbolkan dengan mataNya yang bagaikan nyala api.

Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian. Dan seluruh peralatan di  halaman luar bait Allah terbuat dari tembaga, karena mereka berhubungan dengan simbol hukuman Allah atas dosa. Altar pembakaran terbuat dari tembaga. Bejana pembasuhan terbuat dari tembaga.  Penjepit bara dan alat-alat yang lain terbuat dari tembaga, lambang penghukuman Allah atas kejahatan manusia. “Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian.” Tidak ada seorang pun yang dipandang kudus dan benar di hadapan Allah. Dan di sini, Dia melangkah di atas musuhNya. Dia berjalan atas dosa. Dia menghukum kejahatan. “Dan kakiNya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian” Langkah murka dari yang Mahatinggi—hukuman Kristus atas dosa manusia.  

“SuaraNya bagaikan desau air bah.” Banyak air, banyak pesan, banyak pemberita pesan, banyak nabi, tetapi hanya satu firman yang kekal—sebuah suara yang besar. Sama seperti sungai yang besar yang jatuh di air terjun mengumpulkan air dari banyak aliran sungai dan sumber air, demikianlah suaraNya seperti desau air bah. Firman Allah yang kekal—“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini, Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya,” pewaris dari segala sesuatu, yang olehNya dunia ini diciptakan—gambar dari Allah yang tidak kelihatan—ada banyak air tetapi hanya ada satu suara yang besar.  

“Dan di tangan kananNya ia memegang tujuh bintang” (Wahyu 1:16). Dan ketujuh bintang itu adalah aggeloi, diterjemahkan dengan “malaikat-malaikat, pembawa pesan, gembala-gembala” dari ketujuh jemaat. “Dan di tangan kananNya ia memegang tujuh bintang”—di dalam tangan kekuasaan, di dalam tangan yang memeritah, di dalam tangan yang memegang kemampuan, keahlian, dan kekuatan serta kuasa. Allah memegang ke atas, Allah yang menegakkan, Allah yang mengulurkan, Allah yang memegang erat hamba-hambaNya. Mungkin di luar sana, dalam sekejap mata di suatu tempat, mungkin pada masa lalu, tidak ada seorang pun yang mengamati—di dalam keadaan tidak dikenal—tidak akan menjadi masalah, dia ditopang oleh tangan kanan Allah, dan betapa senangnya menjadi perhatian dari Tuhan Allah  Pantokrator(Yang Mahatinggi) Anda memiliki sebuah visi di sini tentang pelayanan hamba-hamba Kristus di dalam jemaat sepanjang zaman. Di sana dia berdiri sebagai sebuah bintang, yang dipegang oleh tangan Kristus, bintang yang dibimbing melalui jalan yang sia-sia. Bintang, yang memberitakan pagi, Bintang Pagi. Amanat utama dari pengkhotbah yang sejati adalah memaklumkan, memberitakan kedatangan Kristus—yang datang pertama kali untuk mati demi dosa-dosa kita, kedatanganNya yang kedua kali di dalam kemenangan dan di dalam kejayaan yang luar biasa untuk memerintah atas ciptaan ini dan membawa umat Allah ke dalam rumahNya sendiri. Sebuah bintang—ketika mereka melihat ke atas sebuah bintang, Mars atau Venus, mereka merefleksikan kemuliaan Allah. Pelayan tidak menciptakan terang. Lampu dian adalah tempat untuk menahannya. Dan bintang-bintang merefleksikan kemuliaan dari terang Anak Allah—memberitakan Kristus, memberitakan tentang Tuhan, memberitakan tentang Yesus, Juruselamat dan pengharapan dunia. Dipegang di dalam tangan kanan Anak Allah.  

Salah satu patung perunggu yang paling berkesan yang pernah saya lihat dalam hidup saya adalah patung perunggu Phillip Brooks, yang ditempatkan di samping Gereja Trinity di Boston. Di sana ada sebuah mimbar, sebuah Alkitab yang terbuka, dan di sana Phillip Brooks berdiri, dengan tangannya yang direntangkan sedang memberitakan Injil Anak Allah. Dan tangan kanan Allah diletakkan di atas bahu Phillip Brooks, pengkhotbah Allah. “Dan di tangan kananNya ia memegang tujuh bintang,” dan bintang-bintang itu adalah gembala-gembala dari jemaat-jemaat. 

“Dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua.” Itu adalah kuasa dalam penyampaian pesan Kristus. Apakah anda pernah memikirkan hal ini? Anda dapat membawa seorang komedian, seorang artis, seorang politikus, seorang ekonom, anda dapat membawa siapa saja yang dapat anda sebutkan, dan menempatkannya di dalam auditorium yang luas ini, dan akan ada beberapa orang di sana untuk mendengarkannya satu kali. Dan mereka akan mungkin kembali untuk yang kedua kalinya, dan mereka mungkin akan kembali untuk yang ketiga kalinya mungkin yang keempat dan yang kelima kalinya. Tetapi setelah enam atau setelah tujuh kali atau setelah delapan atau sembilan serta sepuluh kali, mereka akan merasa lelah terhadap lelucon-leluconnya. Dan mereka mungkin akan merasa lelah dengan penjelasan teori mereka, bahwa mereka mungkin akan sama seperti yang Yesus sampaikan kepada jemaat Laodekia: “Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu” (Wahyu 3:16). Dalam bahasa Yunani “engkau membuatKu muntah.” Kita sama seperti itu dalam banyak hal. Anda dapat mendengarkan seorang komedian dan mendengarkannya serta terus menerus mendengarkannya hingga anda sakit dibuatnya. Anda dapat mendengarkan seorang politikus dan ekonom sampai anda merasa sakit dibuatnya. Dan hal yang paling mengherankan serta hal yang paling menakjubkan di dunia ini, anda biarkanlah seorang pengkhotbah yang beriman, setiap pengkhotbah yang memiliki iman, berdiri di mana saja—dalam sebuah teater, dalam sebuah ruangan pertokoan yang kosong, atau dalam sebuah kemah yang berlantai tanah. Biarkan dia mengkhotbahkan Injil Anak Allah, dan biarkan dia melakukannya dengan sungguh-sungguh, dan mereka akan kembali, mereka akan datang lagi. Dan mereka akan kembali ke sana pada hari Tuhan berikutnya dan datang kembali. Dan sama seperti jemaat ini, selama tujuh belas tahun. Dan kemudian bertumbuh dan terus bertumbuh—kuasa dari pemberitaan Firman Kristus!

 

 

Bagaimana untuk meraih orang banyak, setiap manusia yang dilahirkan,

Untuk  jawaban akan hal itu, Yesus telah memberikan kuncinya:

“Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi.

Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu

[Johnson Oatman, Jr., “Tinggikanlah Dia”]

 

 “Dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua” [Wahyu 1:16]—Firman Allah. “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dengan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12). Firman Allah—sebuah pedang bermata dua. Ada sebuah proses penghakiman di dalam pemberitaan tentang Anak Allah yang tidak dapat dielakkan. Itu adalah firman kehidupan bagi mereka yang percaya. Itu juga adalah firman kematian bagi mereka yang menolak. Sebuah pedang bermata dua. Di dalam Efesus pasal enam disebutkan: “Pedang Roh, yaitu Firman Allah” (Efesus 6:17). Di dalam Surat 2 Tesalonika pasal dua: “Tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya.” (kiasan dalam 2 Tesalonika 2:8). Di dalam Wahyu: “Aku akan datang segera kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang di mulutKu ini” (Wahyu 2:16). “Dari mulutNya keluar sebilah pedang tajam bermata dua” (Wahyu 1:16)—Firman Allah, yang hidup, Firman Allah yang membakar

“Dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik” (Wahyu 1:160. Bintang-bintang—para pemberita firman; tetapi Kristus adalah kuasa dan kemuliaan dan kejayaan dan kemenangan dan hidup serta terang dari segala sesuatu. Di atas gunung Transfigurasi, wajahnya berkilau seperti matahari: “wajahNya bercahaya seperti matahari” (Matius 17:2). Dan di jalan Damsyik, Ketika Saulus dari Tarsus bertemu dengan Dia, “Melampaui cahaya matahari siang” (Kisah rasul 26:13). Dan di Yerusalem Naru, di sana tidak akan ada bintang-bintang yang menyinarinya, tidak akan ada bulan yang menyinarinya, dan tidak akan ada cahaya yang lain. Sebab cahaya yang menerangi kota itu adalah cahaya kemuliaan dari Anak Domba. Dan kita akan berjalan di dalam kemuliaan dari kehadiranNya, dunia tanpa akhir. “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!’  Ia juga yang membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Korintus 4:6)—“Dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” 

“Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” [Wahyu 1:17, 18]. 

Dan kita akan melanjutkannya di Minggu pagi selanjutnya, sebagaimana kita meletakkan penghormatan dari pikiran kita yang terbaik di hadapan Yesus Kristus, emosi kita yang terdalam dan pengabdian hidup kita. Ketika kita menyanyikan himne undangan kita, bagi seseorang dari anda yang ada di atas balkon, serahkanlah hidup anda dan percayalah kepada Yesus. Bagi anda semua yang berada di lantai bawah, jika seseorang dari anda yang mau datang ke dalam persekutuan gereja ini, menempatkan hidup anda dengan konggregasi yang luar biasa ini, maukah anda maju ke depan pada bait yang pertama dan baris yang pertama? Jika anda berada di atas balkon, di sana ada sebuah tangga di bagian depan dan belakang. Bagi anda yang ada ada di lantai bawah, sebuah keluarga atau seseorang dari anda, mari datanglah, berikanlah hati anda kepada Yesus, atua bergabunglah ke dalam persekutuan jemaat ini, bersama dengan kami di dalam gereja ini. Ketika kita menyanyikan lagu undangan kita maukah anda melakukannya pada hari ini? Lakukanlah pada pagi hari ini. Buatlah keputusan itu sekarang.  

Bagi anda yang masih menyaksikan ibadah ini melalui siaran televisi dan bagi anda yang masih mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio. Jika anda sedang mengendarai mobil dan mendengarkan khotbah ini, parkirkanlah mobil anda ke tepi jalan, tundukkanlah kepada anda di kemudi mobil anda dan berikan hati anda serta hidup anda kepada Allah yang telah menciptakan kita dan yang telah memanggil kita, yang akan kita hadapi pada suatu hari dan akan kita lihat wajahNya pada suatu hari. Dan bagi anda yang sedang menyaksikannya melalui siaran televisi, berlututlah di samping kursi anda atau tempat tidur anda, dan berikanlah hidup anda sekarang kepada pemeliharaan Anak Allah. “Karena itu, Ia juga sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah” (Ibrani 7:25). Dan bagi anda semua yang berada di ruangan ini pada pagi hari ini, seseorang yang mau mempercayai Yesus sebagai Juruselamatnya, atau sebuah keluarga yang ingin bergabung dengan jemaat ini. Ketika kita membuat permohonan ki