PENGHARAPAN DI DALAM KEPUTUSASAAN

(HOPE IN DESPAIR)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 2:8-11

08-29-76

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio atau yang menyaksikannya melalui siaran televisi, anda sedang sebuah pesan yang disampaikan oleh pendeta dari Gereja First Baptist Church Dallas.  Khotbah yang berjudul, Pengharapan di Dalam Sebuah Dunia yang Putus Asa. Sebagai sebuah latar belakang, bukan dalam sebuah hikmat sebagai sebuah pasal untuk diekspos, saya akan membaca dari Kitab Wahyu, pesan Tuhan kita kepada jemaat martir di Smirna, satu-satunya jemaat dari ketujuh jemaat yang untuknya Tuhan tidak memberikan sebuah peringatan. Dimulai dari Wahyu pasal dua ayat delapan:

Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali.

Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya—dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidaklah demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah iblis. Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang di antaramu ke dalam penjara supaya engkau dicobai dan dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. [ Wahyu 2:8-11]. 

 

Saya telah memikirkan kesimpulan dari perjalanan yang panjang dalam mengelilingi dunia ini, bahwa saya akan berbicara tentang sesuatu yang menimbulkan kesan bagi jiwa saya. Tahun yang lalu, seperti yang anda ingat, kami telah mengelilingi dunia. Bulan lalu, bersama anggota paduan suara kita, kami pergi ke Inggris dan Daratan Eropa. Dan kemarin, sehari sebelumnya, saya telah kembali dari sebuah perjalanan ke Australia. Dan ada perbedaan yang luas dari daratan itu hingga ke sisi bagian bawahnya, dari Melbourne, ke Kepulauan Pasifik Selatan, ke Fiji dan ke Tahiti. Dan khotbah ini berhubungan dengan kesan yng timbul bagi saya, saat saya melihat dunia ini. Tanpa ada sebuah maksud bahwa mereka merupakan sebuah bagian yang unik bagi saya, karena melalui televisi dan radio dan majalah dan surat kabar, anda juga dapat menyadari keberadaan mereka sama seperti saya. Tetapi saya hanya ingin memberi ringkasan tentang mereka, di dalam pandangan mata saya sendiri.   

Kesan pertama yang mendalam bagi saya adalah penyebaran komunis yang sangat meningkat dan telah menjangkau seluruh dunia. Sedikit demi sedikit, musuh Allah ini secara perlahan-lahan telah membongkar potongan-potongan dunia yang bebas. Hal itu telah terjadi di Vietnam Utara dan selanjutnya Laos dan selanjutnya Kamboja, dan hari berikutnya Mozambik, dan hari seterusnya Angola. Di dalam setiap bulatan bumi, penyebaran komunis hampir menyebar hingga seluruh peradaban modern.

Salah satu pria di dalam Sidang Umum Persekutuan Baptis Dunia berkata kepada saya minggu yang lalu, “Komunisme adalah kutukan terbesar bagi peradaban yang pernah dikenal oleh dunia.” Dan di dalam pemikiran saya, komunis merupakan musuh yang paling ganas yang pernah dihadapi oleh kekristenan. Tekanannya sangat terasa. Di dalam Sidang Umum Persekutuan Baptis Dunia kita ada perwakilan dari negara-negara tirai besi. Tidak ada yang berasal dari Cina, tetapi ada yang berasal dari Rusia, Cekoslovakia, Yugoslavia, Polandia, Hungaria. Kata “komunis” tidak pernah digunakan dalam Sidang Umum itu. Orang-orang itu berada di sana, dan ketika mereka kembali, mereka akan ditekan dan didesak berdasarkan setiap kata yang mereka ucapkan dan sikap yang mereka gambarkan. Saya telah mendengarkan seseorang yang ada di sana ketika dia berbicara tentang Thailand dan gerilyawan yang berada di sekitar perbatasan Thailand yang di desak ke wilayah itu oleh Hanoi, juga sepanjang Laos dan Kamboja. Kata komunis tidak pernah digunakan. Kata yang digunakan adalah “pemberontak,” karena tekanan yang diberikan terhadap orang-orang ini oleh negara-negara komunis, sukar bagi kita untuk membayangkannya.

Salah satu wanita dari Hungaria yang menghadiri sebuah pertemuan Persekutuan di Zurich, Swiss, diberitahukan saat dia meninggalkan bangsanya, “Anda dapat pergi, tetapi jika anda menghadiri pertemuan, kami tidak bertanggungjawab untuk apa yang akan terjadi pada keluarga anda di rumah.” Dia pergi ke Zurich dan tinggal di ruangannya dan tidak pernah menghadiri sebuah pertemuan. Salah satu pria berkata, “Saya yakin bahwa saya lebih baik masuk percaya dari pada bertahan selama tiga hari dalam interogasi yang intensif ketika saya kembali.” Orang-orang itu yang menyebutkan nama Kristus di negeri komunis menghadapi rintangan yang luar biasa. Itu adalah pengharapan saya bahwa Sidka, yang merupakan seorang gembala di Moskow, dengan dua atau tiga orang pengkhotbah yang berasal dari Rusia akan berada di mimbar ini pada November berikutnya. Saya ingin supaya anda melihat dan mendengar sendiri tentang orang-orang ini. Dunia yang bebas entah bagaimana tidak dapat merasakan dan kemudian di lain tempat mereka sangat sensitif terhadap yang pelanggaran yang dilakukan oleh penyebaran komunis. Saat saya berjalan di jalanan Sidney, Australia, saya melihat sebuah plakat besar. Saya kemudian membacanya—“Kamboja mati dalam keheningan.” Saya mendekati poster itu dan membaca keseluruhannnya. Isinya berbunyi: “Selagi kita duduk”—kemudian dalam tanda kutip besar—“Kamboja mati dalam keheningan.” Kemudian tulisan selanjutnya—“Dan Komunis membunuh musuh-musuhnya.” Dan di bagian bawahnya ada sebuah gambar yang sangat besar. Itu adalah seorang pria yang sedang berlutut dengan tangan yang terikat di belakang. Dan di atasnya, seorang prajurit Komunis tangannnya terangkat tinggi dan  memegang sebuah pedang, yang siap untuk menebas. Dan di depan mata kita, bangsa-bangsa ini, sedang datang di bawah penindasan dan pedang komunis yang tajam. Itu bukanlah sebuah penyusutan. Itu adalah sebuah gerakan yang semakin meningkat. Dan itu merupakan teror yang sukar untuk diungkapkan bagi orang-orang Kristen.  

Kesan lain yang saya miliki tentang dunia kita adalah terorisme dan kekejaman dan kekerasan yang semakin meningkat dan diterima sebagai sebuah cara hidup. Hal itu telah menyentuh kita semua—hari-hari baru dari kekerasan dan kemungkinan akan terror. Tidak ada tempat di dunia ini di mana ketika anda akan memasuki pesawat, anda akan melewati pemeriksaan elektonik atau diperiksa secara pribadi. Dan hal itu nyata di Ladang Kasih. Dan hal itu berlaku di bandara Fort Worth Dallas. Itu adalah sebuah refleksi dari terror yang melanda seluruh kehidupan dunia. Hanya sekitar dua atau tiga tiga hari yang lalu, sebuah jenazah dari tubuh prajurit Amerika dibawa ke Amerika yang  dipotong dengan kapak oleh Korea Utara di zona netral yang memisahkan Utara dan Selatan. Tahun lalu, di kota besar Seoul, anda tidak dapat menyadari bahwa tiga mil jauhnya dari tempat itu ada DMZ. Dan saya dapat dengan mudah membayangkan pengorbanan para pahlawan yang telah datang kepada orang-orang brutal, dan para pembunuh dari Korea Utara yang mengambil sebuah kapak untuk memotong tubuh prajurit Amerika kita bmenjadi potongan-potongan. Itu adalah sebuah cara dari hidup modern.

Saya memilki sebuah pengalaman yang menarik saat saya berkeliling Tahiti. Tahiti adalah sebuah pulau kecil. Yang luasnya sekitar delapan puluh mil. Dan di dalam sebuah bus kecil, saya duduk di dekat supir dan di samping penumpang lainnya, dan kita semua pergi berkeliling pulau itu. Saya hanya ingin melihatnya. Saat saya duduk di dekat supir itu, saya mulai berbicara dengan dia. (Orang-orang Tahiti adalah orang-orang yang enak dipandang. Mereka besar. Mereka seperti tembaga dan berambut hitam. Orang Tahiti ini setidaknya tingginya sekitar enam kaki empat inci—tegap dan berotot serta berpengetahuan). Jadi ketika kami sedang melakukan tour mengelilingi pulau itu, saya bertanya kepadanya, “Bendera apakah yang berwarna biru dan putih yang ada di setiap rumah itu?”

Dia berkata, “Itu adalah bendera Tahiti kami dan kami mengibarkannya dengan penuh tentangan.”

Saya berkata, “Anda sedang menantang siapa?” 

Dia berkata, “Kami sedang menentang Prancis.” Tahiti, pulau yang menjadi kepulauan Pasifik dan semuanya menjadi bagian dari imperium Prancis.

Kemudian saya berkata, “Mengapa anda menentang Prancis?”

Dia berkata, “Kami ingin menjadi milik kami sendiri. Kami ingin berunding tentang takdir kami sendiri di antara bangsa-bangsa di dunia.” Dia berkata, “Orang-orang Prancis ini menetapkan bea impor sekitar 75 persen terhadap segala sesuatu yang datang dari Prancis, 83 persen dari segala sesuatu yang datang dari Australia dan 110 persen dari segala segala sesuatu yang datang dari Amerika Serikat.” Dia berkata, “Saya tidak memiliki sepatu. Saya tidak dapat membelinya.” Dia berkata, “Harganya lebih dari enam puluh dolar sepasang.” Kemudian setelah tiba di rumah Marlon Brando, dia berkata, “Itu adalah rumah Marlon Brando dengan istrinya yang merupakan orang Tahiti dan dia memiliki sebuah pulau kecil yang diatasnya ada sebuah hotel. Dan dia menghasilkan uang yang banyak dari hotel itu.” Kemudian dia melanjutkan, “Tetapi kami akan mengusir mereka keluar.”

Selanjutnya saya berkata, “Berapa banyak orang Prancis yang berada di Tahiti?”

Dia berkata, “Dari seluruh populasi yang berjumlah 90.000 orang, 15 persen merupakan orang Prancis.”

Kemudian saya berkata, “Tanpa pistol dan amunisi, bagaimana kalian akan mengusir mereka?”

Dia berkata, “Kami tidak membutuhkan pistol. Kami tidak membutuhkan amunisi. Kami memiliki pisau dan kapak, kami akan membunuh dan menyembelih mereka, serta memotong mereka.” Dan orang itu tiba-tiba berubah menjadi orang lain. Saya melihatnya dalam keterkejutan. Orang Tahiti ini, yang merupakan supir bus, seorang pemandu, yang terlihat sangat ramah, sangat formal, sangat santun dan siap memberikan jawaban, akan tetapi ketika dia berbicara tentang piasu dan kapak, dan pembunuhan serta penyembelihan, dia kelihatan seperti orang liar. Dan dia berkata, “Kami akan mengambil keluarga mereka pada suatu waktu hingga mereka terbunuh atau menghilang.”

Itu adalah sebuah hal yang tidak biasa di dalam dunia modern ini. Tepat saat saya sedang akan pergi ada sebuah berita utama tentang pembajakan pesawat Air France dari Tel Aviv yang seharusnya mendarat di Athena—kemudian  dipaksa terbang ke Lybia dan kemudian tiba di Atiba, bandar udara Kampala, ibukota Uganda. Saya telah pergi ke Uganda bersama dengan Jim Hooten, misionaris kita. Dan di bawah Idi Amin, seorang penjagal, dan para tawanan ini terbaring seperti domba di hadapan pembantai. 

Dari manakah datangnya hal itu? Dari dua tempat: yang pertama Rusia—tangan Rusia yang penuh darah. Dan di bagian dunia lain yang dibiayai oleh Kadafi, diktator Lybia, yang memiliki jutaan minyak yang berada di bawah pasir Lybia yang digunakan untuk pembunuhan dan kekejaman yang terjadi di Asia Tengah dan Afrika. Yang tidak memiliki hati nurani dan rasa bersalah terhadap terror mengerikan yang ditimbulkan bagi orang-orang yang tidak berdosa dan yang tidak memiliki kesalahan apa pun terhadap dia. Sekalipun begitu, dia menimbulkan terror ke dalam seluruh dunia ke dalam sebuah teror yang hidup. Anda mungkin tidak memiliki masalah dengan Rhodesia, anda mungkin tidak memiliki masalah di Afrika Selatan, dan rasa haus darah ini bukan ditujukan bagi orang-orang luar yang ingin menjajah dan menaklukkan mereka. Jangan pernah berpikir bahwa mereka melakukan hal ini, karena kasih mereka yang besar terhadap orang-orang minoritas sehingga mereka melakukan hal ini. Mereka melakukannya bagi diri mereka sendiri. Tekanan yang mereka berikan kepada sebuah negeri seribu kali jauh lebih kejam dan bengis dari pada orang-orang yang menjajah sebelumnya.

Salah satu dokumen yang paling menyedihkan yang pernah saya dengar yang adalah dokumen yang dibacakan kepada Jendral Persekutuan kita oleh perwakilan dari Afrika Utara.  Saya berharap, bahwa dia juga akan datang kemari dan berdiri di atas mimbar ini untuk berbicara kepada anda. Beberapa keluarga jemaat kita yang saleh berasal dari Afrika Utara. Saya berkata, “Anda akan berada di antara sahabat-sahabat. Dan anda akan disambut dengan baik.” Itu adalah sebuah jenis dari dunia yang kita tinggali. Hal ini tidak berasal dari sebuah majalah rohani. Saya mengambil dari sebuah majalah di Australia. Dan saya akan membaca beberapa paragaraf dari majalah itu. 

Setiap tahun, beberapa negara diambil alih sebagai sebuah jembatan utama untuk kedatangan perang dunia. Dan seluruh dunia berdiri tanpa melakukan apa-apa. Bahkan samudera diambil alih dan dibutuhkan seseorang untuk memberitahukan anda apa makna dari British dan samudera apa yang akan digunakan? Di Rusia sendiri, seperti yang ditunjukkan oleh seorang Profesor Statistik yaitu Gerganov, seratus sepuluh juta kehidupan telah mengorbankan hati mereka antara tahun 1917 dan 1959 kepada ideologi Komunis dan kebencian yang brutal terhadap penguasa yang sewenang-wenang dan hal itu telah dipaksakan bagi orang-orang yang tidak berdaya.  

Semakin banyak kelompok lokal dari generasi muda, baik di Eropa dan di Amerika yang telah dijarkan untuk mencemarkan dan mencerca nilai-nilai kebajikan seperti: kebenaran, kejujuran, dorongan, toleransi, dan industri yang telah membangun rumah-rumah peradaban kehidupan manusia dan yang telah menjadi milik mereka. Di atas semuanya, mereka telah diajarkan, dalam suara yang nyata dan secara berulang-ulang tentang fasisme, kesetaraan, anti ras, untuk membenci, dan menghasilkan buah-buah kebencian serta untuk menghancurkan. Apakah konsekuensi dari hal itu?  Kadangkala sebuah contoh konkrit yang tunggal lebih banyak disampaikan dari pada sebuah penyamarataan yang abstrak. Baru-baru ini, sebuah geng teroris yang dipersenjatai dengan persenjataan Rusia modern, bertekad untuk melakukan pembunuhan di Rhodesia atas nama persamaan rasa yang merupakan pandangan sosialis, yang mana seluruh dunia saat ini memproklamasikannya sebagai tujuan politik tertinggi dari seluruh umat manusia, pembenaran terhadap setiap tindakan dari kekejaman atau penghancuran yang menjadi pikiran lebih lanjut dari hal itu, dan tiba-tiba telah masuk ke dalam kampung Rhodesia asli. Dan hal itu terjadi dalam  sebuah percobaan untuk menimbulkan terror bagi penduduk asli, mereka menangkap seorang Kristen asli. Ketikia dia menolak untuk membantu mereka, dia dipukul, bibir, telinga dan hidungnya dipotong. Dan kemudian mereka memaksa istrinya di bawah todongan sebuah senjata di kepalanya untuk memanggangnya dan memakannya. Ibunya terjerembab ke tanah, pahanya terbuka dan sebuah tiang yang menyala menusuknya. Ini adalah hal yang dapat terjadi pada umat manusia dan bagaimana umat manusia mampu melakukan hal itu, ketika kemurahan Kristus…..

(Ini bukanlah sebuah majalah rohani, ini adalah suplemen hari minggu dalam sebuah surat kabar harian):

Ini adalah hal yang dapat terjadi pada umat manusia dan bagaimana umat manusia mampu melakukan hal itu, ketika kemurahan dan kasih Kristus dibuang dan dogma Iblis yang mengerikan dan idiologi kebencian, kecemburuan dan kehancuran bertakhta di tempatnya.

 

Sekarang, itu adalah hal yang dapat terjadi di seluruh dunia. Berpaling dari nilai-nilai kebajikan dan berpaling dari berkat Injil Anak Allah, atas nama penyamarataan idiologis yang terbang tinggi, kedamaian, fasisme, anti rasisme, kesetaraan, di dalam penyamarataan itu, mereka percaya atas dunia yang yang mengerikan dan terror dan kekejaman dan kekerasan melampaui dari apa yang pernah dikenal oleh dunia. 

Semua hal itu akan penuh dengan kesedihan dan keputusasaan,  seandainya hal itu bukan bagi iman Kristen yang telah lahir di dalam darah dan api serta penganiayaan. Jika kita melihatnya dari sisi kemanusiaan, hal itu mungkin akan tenggelam di dalam tanah yang dibanjiri oleh darah dan perang. Akan tetapi tidak demikian dengan kita. Kita telah dilahirkan dalam iman yang masuk ke dalam penganiayaan, lahir di dalam tumpukan kayu api, tiang pancang, nyala api, dan penjara yang gelap, lahir dibawah tempaan dari orang-orang yang ateis, paganisme dan pemberhalaan. Di atas dari semua terror dari revolusi yang baru ini, berdirilah Anak Allah yang mulia, penguasa sorga, dan pada suatu hari akan menjadi Raja di atas bumi.

Saya merasa sangat pedih, dan sangat terkesan ketika anggota paduan suara kita pada bulan yang lalu bernyanyi di Katedral Notre Dame di Paris. Fakta bahwa mereka berada di sana merupakan sesuatu yang mengagumkan bagi saya. Tetapi tempat mereka bernyanyi merupakan sebuah realitas yang mengagumkan. Notre Dame di Paris, pada suatu waktu, memiliki sebuah altar di lokasi yang sama ketika anda melihatnya di St. Petrus Roma. Dan anggota paduan suara gereja kita, dengan seluruh alat mereka dan pelayan musik duduk di pusat katedral itu, tempat di mana altar itu pernah berdiri. Dan saya duduk di kumpulan orang banyak, mendengarkan orang muda itu menyanyikan pujian bagi Allah, dan saya membayangkan masa-masa yang telah lewat.

Pada hari itu, saya telah berjalan di Istana de Concorde, tempat pertama kali guillitone ditempatkan. Dan pada tahun-tahun itu, dimulai pada tahun 1790 dari Revolusi Prancis dan terror yang dibawanya. Begitu banyak bangsawan Prancis, termasuk rajanya, Raja Louis XVII dan Marie Antoinette istrinya, dipacung oleh guillotine. Begitu banyak orang yang dibunuh sehingga alun-alun istana itu dibanjiri oleh darah. Dan mereka kemudian mengambil guillotine dan meletakkannya di puast kota dan di bagian-bagian lain. Itu merupakan hari-hari dan tahun yang penuh dengan terror yang sukar untuk dibayangkan. Dan orang-orang Revolusionis ini ditahan di Katedral Notre Dome. Dan mereka mendedikasikannnya kepada dewi-dewi ateisme dan pelacuran. Mereka membuat sebuah latar yang tinggi, dan membangunnya serta duduk di atasnya, sebuah jalan prostitusi Paris. Dan mereka minum bagi dewi mereka itu. Dan mereka memberikan penghormatan dan memuja dewi ateisme dan pelacuran. Dan seperti yang anda tahu, di dalam sebuah gereja Katolik, orang-orang membangun kapel untuk orang-orang kudus di sekitarnya. Dan di kapel-kapel di sekeliling katedral itu, mereka jadikan sebagai tempat perzinahan. Dan mereka menghancurkan jendela mawar di sebelah kanan. Di dalam setiap cara yang mereka lakukan, mereka berusaha menghancurkan rumah Tuhan yang indah itu. Di tempat itu, dimana sebuah altar pernah berdiri, dan para revolusioner telah meninggikan pelacur dan mabuk serta bernyanyi bagi dewi ateisme, di sanalah anggota paduan suara itu bernyanyi, dan saya duduk di dalam Katedral Notre Dome dan mendengarkan anggota paduan suara kita yang memuji Yesus. Dan seperti yang telah anda dengar, mereka tiba ke dalam bagian yang mulia,  

 

Mataku telah melihat kemuliaan kedatangan Tuhan;

Dia sedang menginjak-injak buah aggur yang telah disimpan untuk hari kemurkaan;

Dia telah melepaskan cahaya kilat dari pedang yang mengerikan;

KebenaranNya sedang berbaris.

Glory, glory, halleluyah! KebenaranNya sedang berbaris.

[Julia Ward Howe, “Mine Eyes Have Seen the Glory”]

 

Orang banyak itu berdiri dan bertepuk tangan ketika mereka menyanyikan pujian yang luar biasa itu. Beberapa orang menemui saya setelah hal itu berakhir dan berkata, “Apakah anda berdiri dan memimpin tepuk tangan itu? Anda melakukan hal itu.” Saya berkata, “Tidak. Saya tidak melakukannya. Orang-orang yang berada di hadapan saya adalah orang-orang yang asing bagi saya, mereka berasal dari segala tempat, mereka yang mulai berdiri dan bertepuk tangan. Dan saya juga berdiri serta bertepuk tangan dengan mereka.” Kebenarannya berdiri di atas. Seperti yang disampaikan oleh Kitab Suci, “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya” (Yesaya 42:4). Dunia kita tidak akan ditaklukkan oleh ateisme dan komunisme. Dunia ini milik Allah—Dia yang telah menciptakannya. Dunia ini milik Kristus—Dia telah menebusnya. Dan pada suatu hari yang mulia, mataku sendiri akan melihat kemuliaan Tuhan.

Tuhan Allah, di dalam KitabMu yang tertulis di sorga, tuliskanlah namaku di antara orang-orang yang percaya kepada Yesus. Dan Tuhan kami, ketika garis batas itu telah dibuat, biarkan aku berdiri di sisi orang-orang yang mengasihi Tuhan, yang percaya kepada kebajikan dari nilai-nilai iman Kristen. Dan hitunglah aku di antara orang-orang ini, yang berusaha menjadi pengantara bagi seorang penjajah dunia tentang pengharapan yang kami miliki di dalam Kristus. Dan ketika kami berdoa untuk saudara-saudara kami yang sedang berada di dalam tekanan, yang hidup dalam tekanan yang sukar untuk kami bayangkan, saat kami berdoa untuk mereka, tolonglah kami yang berada di sini, di tempat ini yang terhitung bagi Allah, untuk berdiri sama tinggi dengan kuat. Dan semoga Tuhan memelihara bangsa kami agar tetap murni, pintu-pintu gereja kami tetap terbuka, dan mulut para pengkhotbah tetap bebas untuk memberitakan Injil Anak Allah yang mulia. Biarlah hal itu dimulai dari tempat kudus ini dan di dalam gereja yang kami kasihi ini.  

Kita akan berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita. Dan bagi anda yang berada di atas balkon atau yang berada di lantai bawah, turunlah melalui salah satu tangga, atau berjalanlah melalui salah satu lorong bangku ini, dan datanglah ke depan. Katakanlah, “Pendeta, saya datang dan inilah saya. Daftarkanlah saya bersama dengan umat Allah. Dan saya akan menjalani pengembaraan ini bersama dengan anda menuju kemuliaan yang akan datang. Saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya dan menggabungkan diri bersama dengan lingkaran jemaat ini. Seluruh keluarga saya datang bersama dengan saya, inilah istri saya dan anak-anak saya.” Atau hanya anda. Ketika Roh menekankan seruan itu ke dalam hati anda, buatlah keputusan itu sekarang. Dan pada momen ketika kita berdiri, berjalanlah ke depan. Dan semoga malaikat hadir bersama dengan anda sebagaimana anda datang untuk maju ke depan. Lakukanlah, saat kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan ini. 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.