KEKAYAAN YANG SEJATI

(THE TRUE RICHES)

Dr. W. A. Criswell

 Wahyu 3:18

11-05-61

 

Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, kita telah berada di dalam Kitab Wahyu. Dan minggu yang lalu, kita telah menyimpulkan khotbah sepanjang tiga pasal yang pertama. Yaitu akhir dari jemaat-jemaat. Dan tidak ada lagi jemaat. Dan kata “jemaat” tidak lagi digunakan. Dan jemaat tidak lagi terlihat mulai dari pasal empat dari Kitab Wahyu hingga pasal sembilan belas—hingga akhir zaman, ketika kita melihat umat Allah, mempelai wanita Kristus datang di dalam kemuliaan bersama dengan Tuhannya, Raja kita, Juruselamat kita Yesus Kristus. Jadi dimulai dari pasal empat kitab Wahyu, kita sampai kepada kesudahan zaman. Penyingkapan Tuhan kita tentang semua hal-hal ini akan menjadi karakteristik dan akan digenapi pada akhir zaman.

Minggu yang akan datang, minggu berikutnya dan minggu berikutnya lagi, saya sedang mempersiapkan tiga khotbah sebagai pengantar terhadap akhir zaman ini. Minggu yang akan datang, khotbah kita adalah pengangkatan, jemaat yang diubahkan, seperti yang ditemukan di sini, yaitu dalam permulaan pasal empat: “Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah kemari….” (Wahyu 1:4), dan hal itu merupakan sebuah tipe dari jemaat yang diubahkan, berkumpul bersama-sama, jemaat Allah yang diangkat dari bumi, jemaat dari Kristus. Itu akan menjadi khotbah minggu depan. Dan minggu berikutnya lagi, khotbah kita akan membahas tentang tujuan elektif Allah bagi Israel—orang Yahudi. Tidak ada pemahaman terhadap Kitab Wahyu tanpa pemahaman tentang jemaat yang diubahkan, pengangkatan oleh Kristus, tanpa pemahaman terhadap tujuan elektif Allah terhadap umat pilihanNya, bagi Israel. Jadi khotbah itu akan berhubungan dengan orang Yahudi. Kemudian khotbah yang ketiga akan berbicara tentang tujuan ganda dan aplikasi serta makna nubuatan. Semua hal ini didasarkan dan berakar dari karakter Allah. Kebenaran dan hukuman moral terbesar tidak pernah berubah, karena Allah tidak pernah berubah. Dia tetap sama, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya. Dan hal-hal ini disingkapkan sebagai sesuatu yang akan digenapi dalam prinsip yang sama yang digerakkan di antara bangsa-bangsa dan di dalam kehidupan manusia pada hari ini. Jadi, ketika kita membaca hal-hal ini, kita sedang membaca apa yang tertulis di sini, sama seperti yang tertulis di bagian Alkitab lainnya. Dan semuanya memiliki kaitan yang luar biasa bagi kita yang hidup pada hari ini, dan orang-orang yang akan hadir pada masa penghukuman itu dan yang hidup di akhir zaman yang akan datang, bahkan sebagai orang Kristen kita akan melihatnya dari atas dan bagi orang yang terhilang, yang ada pada masa itu akan mengalami hal yang mengerikan yang terjadi di dunia ini. 

Sekarang, sebelum kita memulainya pada minggu pagi berikutnya, di dalam kesimpulan tentang akhir zaman, saya telah mempersiapkan sebuah khotbah yang didasarkan atas pasal ketiga dari Kitab Wahyu, sekali lagi. Dan teks kita diambil dari Wahyu 3:15-18:  “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah”—yang awal, arche, permulaan, penyebab pertama, seseorang yang olehnya segala sesuatu telah diciptakan—“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas.” Kemudian dia berkata: “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya”  [Wahyu 3:15-18].

Kekayaan Sejati—dan ketika kita mengikuti jemaat Laodikia, dan ketika kita memahami gambaran Allah tentang mereka, dan apa yang Dia sampaikan kepada mereka, kita sedang melihat ke dalam diri kita dan dunia kita. Bagi jemaat Laodikia, seseorang akan kaya jika dia memiliki kekayaan seperti mereka. Mereka berkata: Aku kaya. Mereka berkata: Aku telah memperkayakan diriku. Mereka berkata: Dan aku tidak kekurangan apa-apa. Dan bagi mereka, mereka sungguh-sungguh kaya karena mereka memiliki sebuah hal yang berkelimpahan. Sama seperti kita pada hari ini, dibandingkan dengan orang-orang dan bangsa-bangsa di dunia, tidak pernah ada sesuatu, bahkan Laodikia ini, tidak ada sebuah masyarakat, sebuah bangsa dengan kekayaan berlimpah seperti yang kita miliki. Jadi jemaat Laodikia sampai kepada kesimpulan bahwa mereka tidak algi membutuhkan apa pun—hanya sebuah kelimpahan dari hal-hal yang ada di dunia ini. Dan itu adalah sebuah potret sepanjang zaman dan semua bangsa-bangsa yang mengikuti sebuah keyakinan seperti itu.

Jemaat Laodikia memiliki tiga hal di dalam keyakinan mereka—sama seperti seluruh masyarakat kita yang terengah-engah dalam mencari sebuah kelimpahan di dalam kekayaan. Yang pertama, setiap keputusan hidup berakar di dalam dunia ini. Di sini dan sekarang. Yang kedua, seluruh tujuan dan maksud dan pandangan dan mimpi serta aspirasi manusia berhunbungan dengan materi, hal-hal dunia dan kekayaan. Dan kemudian yang ketiga, hal yang sangat berkaitan dengan hal itu dan yang tidak bisa diacuhkan adalah bahwa setiap hal yang tidak memberi kontribusi terhadap tujuan materi itu tidaklah bernilai. Allah, agama, nilai-nilai rohani, hal-hal ini merupakan passe.  Hal-hal ini adalah non grata.  Hal-hal ini merupakan sampingan dan tambahan. Mereka bukanlah tujuan utama dan sesuatu yang penting. Karena satu-satunya hal utama di dalam hidup ini adalah hal yang memberi kontribusi terhadap tujuan dari materi yang berkelimpahan di dalam dunia ini.  

Ada sebuah filsafat pada hari ini yang telah melanda umat manusia. Itu adalah filasafat ekonomi determinisme. Anda dapat menyebutnya filsafat komunisme. Dasar yang menggaris-bawahi keyakinan ekonomi determinisme, dari komunisme adalah hal ini: Hanya materi yang menjadi kepentingan dunia ini. Dan tujuan utama serta yang menjadi target dari manusia dan pemerintahan dan bangsa-bangsa adalah kekayaan materi yang besar. Hal-hal yang tidak searah dan yang tidak memberikan kontribusi terhadap usaha untuk memperoleh materi itu sama sekali tidak berharga. Jadi mereka menyingkirkan Allah dan menutup gereja-gereja, dan mereka tumbuh subur di masyarakat ateis. Dan seorang manusia bukanlah sebuah jiwa. Dan dia tidaklah dibuat dari gambar dan rupa Allah. Tetapi dia hanyalah sebuah alat dan dia haruslah digunakan sampai habis. Sebab tidak ada realitas rohani di dalam filsafat materialisme.   

Betapa berbedanya hal itu dan merupakan sebuah kebalikan dari pengajaran utama dan wahyu yang berasal dari Tuhan kita yang telah bangkit. Dia berkata kepada jemaat Laodikia: “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang” [Wahyu 3:17].  Dan penilaian dari Tuhan kita yang telah bangkit tidak berbeda dengan pengajaranNya yang bersifat tetap dan berulang-ulang disampaikan pada masa Dia hidup di anatara manusia. Di dalam inti dari Khotbah Di Bukit, Tuhan kita berkata: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” [Matius 6:19], tetapi menjadi kayalah dalam Allah. “Bukankah hidup lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” [Matius  6:25].  Dan di dalam bagian utama di dalam Injil Lukas pasal dua belas, dan saya telah meminta Saudara Carter untuk memimpin jemaat kita untuk membacanya: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu” [Lukas 12:15].  Kemudian dia memberikan perumpamaan yang tidak memikirkan apa-apa selain dari pada membangun sebuah lumbung yang lebih besar bagi dirinya. “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah” (Lukas 12:21). Dengan sebuah pemikiran bahwa kehidupan manusia bergantung di dalam kelimpahan dari hal-hal yang dia miliki. 

Lalu, hal-hal yang diajarkan Tuhan kita ini bukanlah sesuatu yang jauh dan tidak nyata dan fantastik serta berada di dunia lain. Mereka dapat dicoba. Mereka bersifat empiris. Mereka dapat dialami. Anda dapat mencobanya bagi diri anda sendiri. Anda dapat melihatnya sekarang. Anda dapat mengujinya di sini. Itulah yang akan kita lakukan di dalam khotbah pada pagi hari ini. Hal-hal yang menjadi nasehat Tuhan kita ini, bahwa seorang manusia memiliki sebuah tujuan dan hal-hal yang berkaitan dengan yang akan datang, dan seorang manusia harus kaya di dalam di Allah, dan seseorang yang memiliki hal-hal dunia ini adalah seorang yang miskin, tetapi seseorang yang benar-benar kaya adalah seseorang yang kaya di dalam Allah, dan ini adalah pengajaran dari Juruselamat kita dan dapat dicoba. Semua hal itu dapat dilihat. Mereka dapat ditimbang. Mereka dapat dialami. Mereka dapat di rasa. Pengajaran dari Juruselamat kita bukanlah sesuatu yang fantastik dan tidak nyata, tetapi nyata dan dapat dialami.

Baiklah, yang pertama. Di mana saja ada sebuah bangsa, sebuah keluarga, sebuah kehidupan, di anatara sebuah masyarakat, di mana saja pasti ada filsafat materialisme ini, di sana anda akan menemukan sebuah kehidupan yang membosankan, yang melelahkan, dan tumpul serta tidak berwana. Dia telah kehilangan getarannya dan maknanya dan kelap-kelipnya dan cahayanya dan kegemilangannya serta keberadaannya. Hal itu telah berubah menjadi malam dan tubuh yang mati. Baiklah, saya memiliki dua buah ilustrasi tentang hal itu—kemana saja komunis pergi maka akan diikuti oleh kematian. Dimana sana baik itu di Soviet Rusia atau sekalipun hal itu di antara jutaan rakyat Cina, sekalipun hal itu berada di Albania atau Yugoslavia atau Bulgaria atau Jerman Timur atau Polandia atau Cekoslavia, kemana saja komunis pergi, hidup berubah menjadi tumpul dan lelah dan membosankan. Dan manusia hidup berada di dalam tekanan karena kehidupan manusia  itu berada di dalam kekosongan dari hal-hal yang dia miliki. Dan mereka mungkin memiliki baja yang terbesar di seluruh dunia dan mereka mungkin memiliki ilmuwan terkemuka di dunia, dan mereka mungkin memiliki prestasi tehnik yang hebat di dunia, dan mereka mungkin memiliki ribuan hal lainnya, tetapi hidup berubah menjadi sesuatu yang tidak bermakna. Dan tinggal dalam sebuah kehidupan yang mati dan wilayah yang membosankan dan masyarakat yang tinggal dalam tirani dan perbudakan serta kematian. Tidak ada pengecualian terhadap hal itu.

Ilustrasi saya yang kedua terletak di dalam ekstrim yang sebaliknya. Materialisme berayun sama seperti sebuah pendulum, kemana pun dia bergerak, hidup sama keringnya,  memiliki kebosanan dan kematian yang sama. Ilustrasi saya yang kedua  berada di dalam  Istana Prancis. Ennui—pelayanan yang melelahkan adalah kehidupan fisik. Dan contoh nyata yang dapat diilustasikan pada hari ini dapat ditemukan dalam kehidupan Hollywood. Mengapa mereka menggunakan narkotika? Dan obat tidur? Dan mengapa mereka berubah menjadi homoseksual? Dan mengapa mereka bercerai sebanyak lima, enam atau tujuh kali? Dan mengapa mereka minum minuman keras? Anda harus minum. Hidup begitu membosankan. Hidup telah kehilangan maknanya, kegunaannya, semangatnya, nyalanya dan kemilaunya. Sebab mereka telah mengubah hidup ini menjadi perlombaan yang gila untuk kesenangan dan materialitas. Dan dimana saja hal itu berakhir, sekali pun dalam falsafah sebuah dunia komunis atau dalam falsafah kesenangan yang bergelimang, hidup berubah menjadi tumpul dan tidak enak; dan dia memiliki sebuah draf hitam di dalam cawan, dan ampas yang pahit. Dan mereka harus minum untuk menutupinya. Dan akhirnya, memutuskan untuk bunuh diri di dalam tekanan hidup yang luas ini. Dan anda tidak dapat melarikan diri dari hal-hal yang diajarkan Yesus ini. Hanya mencobanya dan melihatnya. Pengajaran itu tidaklah fantastis, tetapi sungguh-sungguh nyata.   

Hal yang kedua, bahkan anda dapat mengujinya. Tuhan berkata bahkan hal itu dapat dibandingan dengan tubuh ini, kehidupan binatang, setiap mahluk yang bernafas, jiwa yang hidup, psuchikos life—bahkan dapat dibandingkan dengan hal itu, Tuhan kita berkata bahwa hal-hal dari dunia ini tidak bernilai dan hampa. Dan hal itu dapat ditunjukkan. Saya telah mendengar tentang Kapten Eddy Rickenbacker, setelah dia mendarat di Pasifik dan di atas sebuah rakit, saya telah mendengar dia berkata kepada Badan Pembuat Undang-Undang Teksas di Austin pada suatu kali. Dan dia sedang menjelaskan tentang  pengalamannya di Pasifik, ketika dia dan beberapa awaknya terpaksa mendarat dan tinggal dalam sebuah rakit. Dia berkata, “Yang pertama dari semuanya, kami membuang segala sesuatu yang tidak begitu penting untuk memelihara kehidupan itu sendiri.” Kemudian dia menambahkan, “Sangat mengejutkan betapa tidak bernilainya barang-barang yang kita harapkan.” 

Ketika saya masih kecil, saya mengingat serangkaian gambar komik tentang Mutt dan Jeff. Dan mereka melintasi lautan dalam sebuah perahu dan menemukan segantang permata. Dan kemudian dalam perjalanan pulang, kapal mereka karam. Dan mereka naik ke atas sebuah rakit, dan Mutt serta Jeff duduk di tengah-tengah rakit itu. Dan permata itu berguling dan berhamburan ke lautan sekeliling mereka dan mereka sama sekali tidak mengetahuinya sebab mereka sedang melihat langit dan berharap hujan akan turun karena mereka sedang sekarat di bawah sengatan matahari yang panas.

Bukankah sangat aneh bahkan jika hal itu dibandingkan dengan kehidupan fisik ini, seperti yang disampaikan oleh Tuhan kita, “Bukankah hidup lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Bahkan jika materi itu dibandingkan dengan kehidupan fisik ini, maka hal-hal itu tidak memiliki nilai sama sekali. Permata dan kekayaan dan mutiara dan saham dan obligasi serta hal-hal yang berkaitan dengannya tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan fisik dari seorang manusia, psuchikos hidup, nafas yang hidup.

Dan betapa benarnya perkataan Tuhan kita ketika kita membandingkan hal-hal di dalam kehidupan ini dengan kerohanian yang utama, dengan kekekalan yang akan datang? Ada seorang bankir kaya yang tinggal di bagian Timur jauh. Dan dia memiliki seorang saudara yang sangat miskin yang merupakan seorang Pendeta kabupaten di wilayah pedalaman wilayah Selatan. Dan sebelum bankir yang kaya itu meninggal dunia, dia mengirim sebuah cek kepada saudaranya, yang menjadi Pendeta kabupaten yang selama bertahun-tahun tidak pernah dia lihat, sehingga mereka dapat bertemu sebelum ajalnya tiba. Kemudian saudaranya yang miskin membawa hadiah beserta dengan seluruh keluarganya dan pergi ke Timur untuk melihat saudaranya yang kaya itu. Dan di sana pemilik Bank itu menunjukkan kepada saudaranya tanah peternakan yang luas, ternak yang banyak dan institusi keuangan yang luar biasa yang dia pimpin dan semua kelimpahan hidup lainnya. Dan kemudian, pada suatu malam, seluruh keluarga berada di atas loteng dan berkumpul bersama-sama. Dan pemilik Bank dan saudaranya yang Pendeta itu berada di Perpustakaan; mengenang masa lalu; tentang rumah yang lama dan tentang ayah serta ibu mereka. Dan bankir itu berkata kepada saudaranya, “Saudara John, bagaimana kehidupanmu dalam tahun-tahun belakangan ini?”

Saudaranya John menjawab, “Saya mengalami sebuah masa yang sulit. Sebuah kondisi yang sukar.” Pada masa lalu, seperti yang kamu tahu, mereka membayar Pendeta, mereka menyumbang daging babi dan seseorang menyumbang satu galon gula dan  yang lainnya menyumbang satu tong tepung. Dan kemudian kamu tahu bagaimana mereka menyokong kehidupan Pendeta. Dan Pendeta kabupaten hidup dengan seadanya.” Selanjutnya dia tetap berkata kepada saudaranya yang kaya, “Tetapi, Aku telah mengkhotbahkan Injil dengan seluruh kemampuanku dan aku telah memenangkan orang yang bertobat kepada Kristus dan aku sudah berusaha menghiburkan hati mereka dan menjadi sebuah berkat bagi keluarga-keluarga dan untuk mendidik orang-orang kudus dan untuk membangun gereja. Tetapi aku tidak memiliki apa-apa untuk ditunjukkan atas hal itu. Aku bahkan tidak dapat kemari untuk melihat kamu seandainya bukan karena hadiah yang engkau berikan untuk membiayai perjalanan kami.” 

Kemudian pemilik Bank itu berkata, “Saudara John, ketika engkau menyerahkan hidupmu untuk menjadi seorang Pendeta, aku berkata bahwa engkau sangat bodoh. Dan selama bertahun-tahun aku tetap berpikir bahwa engkau bodoh, sebab engkau dapat mengolah tanah yang luas ini dan engkau dapat menjadi Presiden dari sebuah Bank yang besar. Dan engkau dapat memiliki seluruh kekayaan ini. Karena engkau lebih berbakat dan lebih mampu dibandingkan dengan aku. Tetapi, Saudaraku John, aku telah merubah pikiranku. Karena aku telah tiba di ujung jalan dan menjadi seorang yang miskin di hadapan Allah. Dan engkau, Saudaraku John, warisanmu, kekayaanmu berada sisi yang lain, di sebelah yang lain.” 

Saya hanya ingin menyampaikan kepada anda bahwa pengajaran Yesus yang agung itu dapat dialami, dapat dirasakan, dapat dicoba. Dan kita dapat melihat kebenarannnya yang kekal. Sebab orang yang kaya dalam materi, ketika dia mati dia akan menjadi seorang yang miskin. Tetapi orang yang kaya di dalam Allah akan tetap kaya hingga kekekalan dan sampai selama-lamanya. Semuanya digunakan bagi Dia, untuk diubah menjadi koin sorga dan mengirimnya ke sisi yang lain, itulah kekayaan yang sejati.

Sekarang, bolehkah saya menyampaikan beberapa kata tentang kekayaan yang sejati itu? Yang pertama, menggunakannya untuk Allah dan untuk Kristus akan membawa sebuah kelegaan, sebuah kepenuhan dan sebuah kekayaan ke dalam hati yang tidak dapat dibandingkan dengan berkat-berkat lainnya. Akhir Agustus yang lalu saya telah menghabiskan beberapa hari di Philadelpia, dan hanya untuk berjalan-jalan. Ada begitu banyak tempat yang ingin saya lihat dan kunjungi. Salah satu tempat pertama yang saya kunjungi dan yang ingin saya lihat adalah Toko John Wanamakers. Tempatnya jauh lebih besar dan indah dari yang saya bayangkan. Itu adalah satu tempat perdagangan terbesar di dunia. John Wanamaker di Philadelphia. Saya telah mendengar banyak tentang dia. Ketika dia ditunjuk United States Post Master, dia menerima posisi kabinet itu dengan  satu syarat bahwa setiap hari Minggu dia dapat pergi ke Gereja Broad Street dan mengajar kelas sekolah minggunya. 

Dan hal lainnya, ketika dia masih seorang bocah, dia bekerja di pembuatan batu bata milik ayahnya di Philadephia. Dan mereka memiliki seorang gembala jemaat  yang sudah tua yang bernama Dr. John Chamber. Dan tiba-tiba pada hari itu, setiap orang mengaspal setiap rumahnya dan Dr. Chamber sangat malu tentang jalan yang ada di kedua sisi gerejanya. Seluruh situasi jalan itu sangat jorok dan kotor dan menyakitkan pandangan. Dan dia berharap agar mereka dapat membuat sebuah jalan yang baru. Dan bocah itu, saat itu dia masih seorang bocah pergi ke tempat pembuatan batu bata yang berbeda dan dia membeli bahan-bahan material. Dan dia mengumpulkan seluruh uang yang dia miliki dan membayar  pemasangan batu bata itu. Dan kemudian pada suatu pagi, setelah dia selesai bekerja, dia bersembunyi di sudut jalan untuk melihat apa yang dipikirkan oleh gembala tua itu.

Dan Dr. Chamber adalah seorang yang sudah sangat tua, sedang datang ke gereja dengan kepala yang tertunduk. Dia tidak memikirkan hal lain selain dari khotbah yang akan dia sampaikan pada pagi itu. Datang ke gereja dengan kepala yang tertunduk dan melangkah di atas jalan. Dan ketika dia tiba di tengah jalan, dia melihat dan menjejakkan kakinya di atas jalan itu dan kemudian dia berjalan di sekitar jalan itu dan kemudian melihatnya lagi. Dan dia berjalan di kedua sisi jalan itu, melihat jalan baru yang indah itu.

Dan tanpa disadari, bocah itu berjalan di samping gembala itu dan melangkah bersamanya. Dan ketika pengkhotbah itu berhenti, bocah itu segera berlari ke arahnya. Dan pengkhotbah tua itu berpaling dan memandang ke arah dia serta berkata, “Anakku, anakku, John, engkau telah melakukan sesuatu atas jalan ini, terima kasih anakku,” dan memeluk dia. John Wanamaker, tentu saja menjadi orang yang kaya dan terkenal. Tetapi dia berkata, “Saya tidak pernah memiliki kebahagiaan dan sukacita di dalam hati saya dan di dalam hidup saya, seperti saat saya melakukan hal itu kepada gereja saya dan Tuhan saya.” Dan dia berkata, “Sejak saat itu hingga sekarang,” dan dia menceritakan kisah di masa tuanya. Dia berkata, “Saya tidak pernah berhenti untuk menemukan kebahagiaan yang tidak ada bandingnya di dalam melakukan sesuatu untuk gereja saya dan Allah.” Oh, bukankah itu sangat baik? Allah menyukai kebahagiaan, orang-orang Kristen yang memberi dengan sukacita. Suka untuk melakukannya. Bahagia untuk melakukannya. Dan hal itu menimbulkan sesuatu bagi jiwa anda. 

Hal yang kedua. Anda tahu, ada sebuah kedamaian dan ketenangan hati. Ada sebuah kebahagiaan dan ketenangan di dalam kepercayaan terhadap Allah dan memandang kepada Yesus dan itu akan menjadi sebuah kedamaian untuk bersama dengan Dia, melampaui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Kita memiliki seorang staff yang anda kenal yaitu Libby Reynold. Selama enam tahun, sepanjang waktu saya berada di sekolah, seminari kita di Kentucky, saya adalah gembala di gerejanya yang kecil. Dan keluarganya merupakan pusat kehidupan rohani dari komunitas itu. Mereka sangat saleh  dan mulia. Dan pada saat itu merupakan masa Depresi, dan saya sedang mengadakan sebuah pertemuan tepat setelah saya pergi ke sana. Dan pada hari Kamis malam saat kebaktian dilakukan bank di tempat itu tutup. Dan tidak pernah dibuka kembali. Bank itu tutup dan orang-orang berada di dalam keputusasaan. Itu merupakan yang yang paling menyedihkan yang pernah saya alami. Rumah mereka, hipotik mereka, tabungan mereka dan segala sesuatu seakan-akan sirna ketika bank itu tutup. Dan saya ingin anda tahu bahwa pada malam itu, Kamis malam itu, kami memiliki sebuah ibadah kebangunan rohani terbaik yang pernah kami adakan. Pada malam itu, orang-orang diselamatkan dan keluarga dimenangkan, sebuah pencurahan Roh Allah. Hal itu mengubah masyarakat itu. Hal itu mengubah permukaan bumi bagi kami. Kesuraman dan kesedihan dan keputusasaan lenyap. Dan Allah datang serta memberikan berkat. Dan hal itu menimbulkan kesan yang dalam bagi kehidupan saya saat masih muda. Dan lihatlah sajak ini, (saya tidak menyebutnya sebuah puisi):

 

Bank telah tutup.

Toko duniaku telah lenyap dari tanganku.

Aku merasa tidak ada kesedihan lain

Selain aku di seluruh negeri.

 

Dan wanita pencuciku juga,

Telah kehilangan miliknya yang sedikit bersama milikku

Dan dia sedang bernyanyi

Saat dia menggantung pakaian di atas jemuran.

 

Bagaimana mungkin kamu menjadi sangat gembira, tanyaku?

Kerugian mu, tidakkah kamu menyesalinya?

Ya, nyonya, tetapi untuk apa   menggerutu?

Bank Allah tidak akan bangkrut.

 

Aku merasa  nyala bebanku bertambah

Imannya yang kulihat  nampak untuk berbagi.

Di dalam doa yang aku pergi ke takhta agung Allah

Dan meletakkan bebanku di sana.

 

Matahari menyembul dari balik awan

Dalam semarak cahaya keemasan

Aku bersyukur kepada Allah atas kata-katanya yang sederhana

Bank Allah tidak akan bangkrut.

 

Dan sekarang aku  memperoleh keuntungan yang berlimpah

Lebih dari apa yang dapat digenggam tanganku

Dari iman dan pengharapan dan kasih serta kebenaran

Dan kedamaian pikiran yang sukar untuk diungkapkan.

 

Aku bersyukur kepada Pemberi dari semuanya

Tetapi aku tetap tidak dapat melupakan

Kata-kata yang sederhana dari wanita tukang cuciku

Bank Allah tidak akan bangkrut.

 [Anonymous]

 

Sajak itu tidak akan menjadi sebuah literatur, saya tahu. Sajak itu tidak berasal dari Shakespeare, tetapi ia memiliki kebenaran yang bersahaja di dalamnya. Kebanyakan dari kita mengenal masa-masa yang sukar. Beberapa dari kita berada dalam sebuah tempat yang sukar. Dan ada beberapa orang lainnya dari kita yang tahu, tentang rasa sakit dan surat hutang dan masa yang sukar serta waktu yang sulit yang disingkirkan dari kita. Akan tetapi ketika anda memiliki Yesus di dalam jiwa anda dan ketika anda memiliki simpanan di bank Allah, ada sebuah ketenangan di dalamnya dan ada sebuah berkat di dalamnya dan sebuah nilai di dalamnya dan sebuah pengharapan dan sebuah kemuliaan di dalamnya, yang tidak akan pernah lenyap. 

Dan hal itu memimpin saya ke hal yang ketiga. Hal yang ketiga adalah sebuah antisipasi di dalam kemuliaan dan di dalam sorga. Bagi kita, ketika kita tiba di ujung jalan, matahari mulai bersinar, bukan terbenam. Ini adalah permulaan hidup, bukan kematian. Dan semakin dekat kita ke saat itu, antisipasi kita dipenuhi oleh kemuliaan, dengan sorga, dengan semua hal yang telah disedikan Allah bagi kita yang mengasihiNya. Karena harta kita berada di atas sana. Ini adalah hari kemenangan dan kejayaan bagi kita. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Dan jika bagi saya hidup adalah uang maka mati adalah kehilangan. Dan jika bagi saya hidup adalah kesenangan, maka mati adalah kehilangan. Dan jika hidup bagi saya adalah dunia ini maka mati adalah kehilangan. Tetapi bagiku hidup adalah Kristus, hartaku berada di sana dan mati adalah keuntungan—sebuah antisipasi.

Saya telah membaca tentang seseorang yang memiliki sebuah mimpi. Dan di dalam penglihatan yang terdapat di dalam mimpinya, seorang pemandu mengawal dua orang tua, sebuah pasangan ke jurang maut. Dan keduanya tiba di bagian akhir dan pemandu itu berkata, “Itu adalah sebuah kuburan.” Dan di sisi lainnya adalah kota sorgawi dengan gerbang mutiara. Dan ketika pasangan yang tua itu mendekatinya, mereka melakukannya dengan rasa takut dan prasangka serta kesedihan. Turun ke bawah dan menunggu dengan semua hal yang mereka bawa seperti kemasan yang omong kosong. Dan pemandu itu berkata, “Sampah apa yang sedang kamu bawa itu?” Mereka berkata, “Sampah!? Barang-barang rongsokan!? Dengar, ini adalah barang-barang yang kami miliki semasa hidup. Kami telah memberikan hidup kami untuk barang-barang ini.”  Dan dia memegang hatinya, tempat dia menyembunyikan permatanya dan dia memegang jantungnya menunjukkan sahamnya dan obligasinya serta perbuatannnya—“Ini semuanya adalah milik kami.” Dan pemandu itu berkata, “Anda lihat timbunan dari barang-barang rongsokan  yang berada di sana? Letakkan semuanya di timbunan barang-barang rongsokan itu. Letakkan di sana. Semua itu tidak dapat anda bawa, jadi letakkanlah di sana.” Dan di dalam kesedihan, semua yang mereka miliki mereka letakkan di timbunan barang-barang rongsokan itu. Debu di atas debu.

Kemudian orang itu berkata bahwa di dalam mimpinya dia melihat pasangan tua lainnya datang menghampiri jurang maut. Dan ketika mereka melintasinya, karena Allah berkata bahwa kematian merupakan peristiwa yang sangat kecil di dalam kehidupan orang Kristen, mereka bahkan tidak menyebutnya sebagai kematian, itu hanya seperti sebuah bayangan yang lewat ketika matahari bersinar. Dan dia melihat pasangan tua lainnya lewat dan ketika mereka mendekati gerbang kota sorgawi, di sana sekumpulan orang yang menunggu mereka untuk menyambut mereka. Dan mereka melihatnya dengan takjub, dalam keheranan terhadap orang banyak yang menyambut mereka. Dan di sana ada orang-orang yang berasal dari tempat lain, negeri lain dan bangsa-bangsa lain yang tidak pernah didengar, dan berada di sana untuk menyambut mereka. Dan ketika dia bertanya, “Di manakah saya pernah mengenal anda dan di manakah saya pernah melihat anda? Dan mengapa anda berada di sini untuk menyambut kami?” Mereka membalas, “Kami telah terhilang di sebuah negeri dan seorang utusan datang dan membawa kabar baik kepada kami tentang Injil Anak Allah dan kami telah diselamatkan. Dan ketika kami tiba di kota yang indah ini, kami melihat di dalam Kitab Allah dan di sana kami melihat bahwa di sana di dalam lembaran itu tertulis bahwa utusan itu berasal dari tangan anda. Dan kami berada di sini karena anda.” Dan di sana ada orang-orang lainnya yang telah mereka ajarkan tentang Firman Allah. Dan di sana ada orang-orang yang untuknya mereka telah berdoa. Dan di sana ada orang-orang yang telah mereka layani dengan pemberian mereka. Dan hal itu telah menjadi kekayaan mereka yang sejati dan warisan mereka sampai selama-lamanya. Allah memberikannya kepada kita, hal-hal yang kita miliki, yang telah kita ubah menjadi koin sorga dan mengirimnya ke sana sebelum kita menghilangkannya di dunia ini. Tetapi di sana, akan menjadi sebuah milik yang kekal, kekayaan yang sejati.

 

Seandainya Yesus datang pada pagi hari,

Ketika seluruh dunia terpikat di dalam kepeduliaannya.

Berapa banyak dari anda, memandang tuanmu dengan tajam,

Bertobat di dalam hitungan dan menyambut Dia di sini?

Atau, seandainya  Dia datang pada waktu yang cerah,

Pada saat siang hari yang jauh lebih mulia dari pada matahari,

Berapa banyak mata yang dapat memandang atas kemuliaanNya,

Dan hati yang dapat berkata ya: Datanglah segera. Biarkan Dia datang segera.

 Jika di dalam kegelapan malam, ketika pengamat yang ketiga, bersiap-siap,

Untuk mengumandangkan sebuah teriakan pendahuluan, “Pengantin pria ada di sini,”

Jika diangkat naik di dalam pengangkatan, pengantin wanita telah berangkat,

Dapatkah engkau bertemu dengan Tuhanmu di angkasa tanpa rasa takut?

Datanglah segera, Tuhan Yesus.

[Anonymous]

 

Barang-barang dari dunia ini, kekayaan dunia ini, hal-hal yang telah Engkau berikan kepada kami di dunia ini, kami telah menggunakannya untukMu. Sama seperti hamba yang baik yang melakukannya seperti firmanMu: Usahakanlah hingga Aku datang. Dan sekarang, Tuhan, kami mengembalikannya kepadaMu. Sucikan, berkati dan kuduskan. Apa yang harus kami lakukan di dalam namaMu dan demi Engkau. Itu adalah kekayaan yang sejati. “Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku koin emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, kaya di dalam Allah.” Lakukanlah. Dan semoga Dia menguduskan pemberian anda sama seperti untuk Tuhan.

Saat kita menyanyikan lagu undangan kita, jika ada seseorang dari anda yang ingin menyerahkan hati anda dan percaya kepada Yesus, datanglah dan berdirilah di samping saya. Bagi anda yang berada di lantai bawah ini, berjalanlah melalui salah satu bangku ini dan majulah ke depan. Bagi anda yang berada di atas balkon, ada sebuah tangga di bagian depan dan bagian belakang, turunlah dan datanglah ke depan. Buatlah keputusan itu pada pagi hari ini. Atau mungkin ada sebuah keluarga yang ingin bergabung ke dalam jemaat ini. Katakanlah, “Pendeta, saya mengulurkan tangan saya kepada anda. Ini istri saya dan anak-anak saya. Kami adalah orang-orang Kristen. Dan kami ingin meletakkan hidup kami bersama dengan anda pada hari Tuhan ini.” Atau bagi anda yang pertama kali dalam hidup anda untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat anda, katakanlah, “Saya percaya kepadaNya sebagai Tuhan saya, dan inilah saya.” Mari, majulah ke depan, ketika kita menyanyikan lagu ini dalam bait yang pertama dan baris yang pertama. Pada baris yang kedua kita akan berdiri bersama-sama. Dan saat anda berdiri, ambillah sebuah langkah ke arah Tuhan Yesus. Lakukanlah saat kita berdiri dan menyanyikan lagu kita.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM