NUBUATAN ADALAH  UNTUK ZAMAN KITA

(THE PROPHECY IS FOR OUR TIMES)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 4:1

11-26-61

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pagi yang berjudul, Nubuatan Untuk Adalah Untuk Zaman Kita—kaitan dan hubungan Firman Allah bagi kita, pada masa kita, dan pada zaman kita. Setelah berkhotbah selama satu tahun melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba dalam pasal empat dalam Kitab Wahyu. Dan di dalam titik waktu yang luar biasa di dalam kitab ini, saya berhenti sejenak untuk menyiapkan beberapa khotbah sebagai pengantar sehingga kita dalam masuk ke dalam Pewahyuan yang terakhir ini, hari yang terakhir dari Tuhan kita, sehingga kita dapat mempersiapkan  beberapa cara untuk hal-hal yang telah disampaikan Allah kepada kita dan yang telah disingkapkan dalam Alkitab.

Sekarang, tulang kerangka seorang manusia harus disembunyikan. Dia seharusnya tidak memakai tulang belakangnya di luar rompinya, begitu juga dengan sebuah khotbah. Itu adalah cara yang saya pikirkan tentang sebuah khotbah. Garis besar dari khotbah harus ditutupi. Anda harus memiliki tulang punggung, anda harus memiliki sebuah tukang kerangka untuk membuat khotbah itu tegak berdiri. Harus ada sebuah garis besar yang pasti di dalam khotbah seseorang. Dia harus pergi ke suatu tempat dengan hal itu, harus ada tujuannya. Tidak hanya mengoceh dalam setiap kesempatan, seperti yang kadang-kadang saya lakukan, dan kemudian tidak sampai kepada tujuan yang sebenarnya. Sekarang dalam ibadah pagi, pukiul 8:15, saya tidak dapat menyelesaikan khotbah. Saya hanya mungkin akan dapat menyelesaikan dua pertiganya, tetapi khotbah ini tidak dapat dipecah-pecah. Jadi saya akan menyimpan garis besarnya dan saya akan mengambil waktu ekstra sekitar sepuluh atau lima belas menit yang diberikan kepada saya pada pagi hari ini. Jika saya tetap tidak bisa menyelesaikan khotbah ini sebelum jam dua belas, maka kita akan mengambil garis besarnya, yang dibagi atas tiga bagian yang utama dan tiap-tiap bagiannya terdiri tiga bagian lagi. Kita akan  mempersingkatnya garis besarnya jika saya tidak dapat menyelesaikan seluruh khotbah ini.

Kemudian yang akan menjadi khotbah kita minggu depan adalah Tujuan Elektif Allah Bagi Israel—bagi bangsa Yahudi. Tanpa sebuah pemahaman tentang tujuan elektif Allah bagi Isreal, maka Kitab Wahyu tidak akan bermakna apa-apa bagi anda. Mungkin tidak dalam cara yang saya pikirkan. Jadi minggu depan, mungkin khotbah pengantar yang terakhir dan berkaitan dengan orang Yahudi. Khotbah ini berkaitan dan berhubungan dengan nubuatan.

Sekarang, alasan bagi saya untuk mengkhotbahkannya karena kandungan isi dari bagian yang terakhir dalam kitab ini. Di dalam Wahyu 1:19. Allah memberikan garis besar dari isi kitab Wahyu, struktur garis besar dari Kitab Wahyu. Dia berkata kepada Rasul Yohanes, “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat.” Dan Yohanes menuliskannya, visi yang mulia, Tuhan Yesus yang telah bangkit dan kekal. Kemudian bagian yang kedua, Tuhan berkata, “Tuliskanlah hal-hal yang terjadi sekarang.” Dan Yohanes menuuliskannya. Dan di dalam pasal dua dan tiga dari Kitab Wahyu, anda telah melihat hal-hal tentang gereja, hal-hal yang berkaitan dengan gereja. Ini adalah masa dari gereja, masa yang lalu dan sekarang dalam pasal dua dan tiga. Kemudian di akhir pasal tiga tidak ada lagi gereja. Dan Tuhan berkata kepada Yohanes, “Tuliskanlah yang akan terjadi sesudah ini, meta tauta—“sesudah ini.”  Dan ketika saya tiba di akhir jemaat-jemaat, dan sampai ke pasal empat dari Kitab Wahyu, saya memiliki kata kunci itu di sana, yaitu meta tauta, “hal-hal sesudah ini.” Ketika saya di akhir dari hal-hal sekarang ini, yaitu jemaat-jemaat  dan tiba di pasal empat Kitab Wahyu saya tiba ke tanda kecil dan sekarang saya mendekati bagian yang ketiga dan bagian yang terakhir dari kitab itu. “Sesudah hal-hal ini, aku melihat sebuah pintu di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah kemari.” Dan di sana, di dalam sorga, Yohanes melihat hal-hal yang akan terjadi,  meta tauta, sesudah hal-hal ini.

Jadi, dimuali dari pasal empat, kita akan melihat hal-hal yang akan terjadi setelah masa dari jemaat-jemaat. Ketika jemaat tidak ada lagi. Hal itu kemudian membangkitkan pertanyaan yang tidak dapat diabaikan, jika hal-hal ini terjadi sesudah kita, setelah umat Allah diangkat ke dalam kemuliaan, maka mengapa anda sangat memberikan perhatian terhadap mereka? Apakah kaitannya? Apakah relevansinya? Kita tidak akan berada di sini. Kita akan berada di sorga. Dan hal-hal ini akan terjadi setelah umat Allah akan diangkat. Lalu, mengapa kita harus membacanya tau memberi perhatian terhadap hal itu atau mendiskusikannya atau mengkhotbahkannya? Apa kaitan dari wahyu tentang hukuman yang besar ini kepada kita jika hal itu tidak berhubungan dengan kita?

Benar, tetapi khotbah mengikuti garis besar ini. Yang pertama, nubutan diberikan kepada umat Allah di dalam setiap zaman, setiap masa dan setiap generasi. Dan hal itu tetap berkaitan dengan kita yang hidup pada masa ini sama seperti hal itu berkaitan dengan orang yang hidup pada masa lalu dan tetap relevan bagi orang-orang yang hidup sesudah kita dalam generasi yang akan datang. Yang pertama, yang kedua dan yang ketiga berkaitan dengan hal itu. Yang pertama, saya tahu bahwa Wahyu itu dan nubuatan itu berkaitan dengan kita karena seluruh isi kitab itu ditujukan kepada ketujuh jemaat yang mewakili jemaat-jemaat Allah sepanjang zaman. Jemaat itu seluruhnya berjumlah tujuh, sebuah bilangan simbolik, yang mewakili umat Allah sepanjang zaman hingga jemaat-jemaatNya tidak akan ada lagi. Karena itu seluruh Kitab Wahyu ditujukan kepada kita semua, kepada jemaat ini, kepada jemaat itu, kepada jemaat masa lalu, kepada jemaat yang pernah ada, yang akan ada atau yang sekarang ada. Dan ukuran koreksi yang sama akan diaplikasikan ke setiap jemaat-jemaat yang berbeda itu, aplikasi yang berlaku di mana saja, ketika ukuran koreksi yang sama butuh untuk diaplikasikan. Jika ada sebuah kondisi di dalam gereja kita sama seperti jemaat Efesus, maka kita akan memiliki penilaian yang sama. Jika ada sebuah kondisi di dalam gereja ini sama seperti jemaat di Tiatira, maka penilaian yang sana akan dilibatkan. Karena pesan itu ditujukan  hanya kepada satu orang tertentu atau satu jemaat tertentu, tetapi pesan itu ditujukan kepada seluruh jemaat-jemaat sepanjang masa, dan seluruh umat Allah sepanjang generasi. 

Baiklah. Alasan kedua: Penulis dari kitab Wahyu, tentu saja adalah Tuhan Allah Kristus sendiri. Kitab itu dimulai dengan: “Inilah wahyu Yesus Kristus” (Wahyu 1:1). Dan di akhiri dengan Wahyu 22:16: “Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat” itu adalah bagian akhir dari kitab ini. Jadi Tuhan Allah yang melihat dari awal hingga akhir, Dia yang menuliskan hal-hal ini bagi seluruh umatNya. “Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat.” Jadi, apa yang telah disampaikan Yesus di dalam pasal pertama atau apa yang telah disingkapkan Yesus dalam pasal terakhir atau apa yang telah disingkapkan sepanjang seluruh pasal ini tetap relevan dan berkaitan dengan kita semua dalam setiap generasi dan dalam setiap konggregasi. Pesan itu adalah untuk kita semua.  

Baiklah, alasan yang ketiga. Alasan yang pertama adalah kitab ini ditujukan kepada ketujuh jemaat, dan ketujuh jemaat itu mewakili seluruh jemaat-jemaatNya. Alasan yang kedua, penulis Agung dari surat ini, Orang yang melihat dari awal hingga akhir, mengalamatkan seluruh nubuatan kepada seluruh umat. Baiklah, alasan yang ketiga—penjelasan dari karakter Allah yang anda lihat di dalam Wahyu sangat berkaitan dan benar, relatif dan dinamis; untuk setiap generasi, sepanjang abad dan sepanjang waktu. Kebenaran tidak pernah berubah karena kebenaran adalah sebuah refleksi dari karakter Allah Yang Mahatinggi. Dan itu benar seribu tahun yang lalu, dan tetap benar pada hari ini dan akan tetap benar hingga seribu tahun lagi. Karena kebenaran tidak pernah berubah, dan apa yang anda miliki di dalam nubutan Allah, di dalamnya anda memiliki sebuah refleksi dari karakter moral dan pemerintahan moral dan prinsip moral dari Yang Mahatinggi dan mereka tidak pernah berubah.  Nubutan itu tetap berkaitan pada tahun 1961, seakan-akan ia berada dalam satu tahun. Dan jika dunia tinggal satu jam lagi atau satu hari lagi atau seratus tahun lagi atau seribu tahun lagi, nubutan itu tetap berkaitan sama seperti sekarang ini, sama seperti sebelumnya. Karakter Allah tidak pernah berubah.

 Dan nubutan-nubutan yang agung ini, yang merupakan refleksi dari pemerintahan moral dan prinsip moral dari Yang Mahatinggi adalah benar sepanjang setiap generasi dan setiap masa, pada masa kita atau pada masa lainnya. Sebagai contoh, di dalam pasal terakhir dari Kitab Wahyu, yaitu pasal 22:10, Tuhan berkata, “Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.”  Hukuman dan kedatangan Tuhan dan prinsip utama ini selalu bersifat dinamis, membangunkan, tetap hidup seakan-akan segera terjadi. Sekalipun anda hidup kemarin, semua hal ini waktunya sudah dekat, atau sekalipun anda hidup hari ini atau sekalipun Tuhan tetap membiarkan dunia ini tetap tegak dalam millennium yang lain, semuanya ini tetap berkaitan dan relatif. “Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.” Hal-hal ini sangat aktif dan hidup pada hari ini dan mereka seakan-akan di sini. Hal yang sama juga dengan Wahyu 3:20: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” Kekekalan selalu mengetok di depan pintu waktu. Sama seperti Juruselamat kita berdiri di depan setiap peradaban dan setiap bangsa dan setiap jemaat dan setiap rumah dan setiap hati, Dia hidup selamanya dan selalu berada di sana. Itu adalah sebuah refleksi dari karakter dan kehadiran dan kemahahadiran Allah. Baiklah. Ini adalah sebuah diskusi dari bagaian yang pertama.

Sekarang, bagian yang kedua. Sekarang saya akan mendiskusikan penggenapan dari nubutan. Yang pertama, dalam waktu—penggenapan kata-kata nubutan dalam waktu. Waktu adalah faktor terakhir yang bersangkutan dari semua faktor di dalam nubuatan. Itu juga merupakan sebuah refleksi dari karakter Allah, karena Allah di atas sana tidak memiliki waktu. Waktu adalah sebuah ciptaan. Waktu adalah seseorang yang dihubungkan dengan faktor-faktor yang berada di tangan Allah. Tetapi bagi Allah, tidak ada waktu. Yang Kekal, Yang Awal, melihat dari awal hingga akhir. Dan Dia melihat atas semuanya dari permulaan penciptaan hingga akhir zaman. Dia melihat semuanya sebagai sebuah kehadiran. Dia melihat di sana dan di situ. Titik ini mungkin 10.000 B.C. Titik ini mungkin 4.000 A.D. Tetapi bagi Allah semuanya sama. Dia melihat semuanya. Dia melihat semuanya pada masa sekarang. “Aku adalah Aku.” Bagi kita, kita mengkotakkan segala sesuatu. Semuanya memiliki masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang. Anda tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris tanpa tensis. Anda harus menyampaikan segala sesuatu dalam dalam bentuk masa lalu, masa sekarang atau masa yang akan datang. Tetapi tidak demikian dengan Allah—watu tidak memiliki relevansi bagi Yang Mahatinggi. Dan ketika nabi berbicara, waktu adalah hal terakhir dari unsur-unsur dan faktor-faktor dalam nubuatannya. Sekarang hal terbaik yang saya ketahui dan saya ingin supaya anda melihat hal itu. 

Kita akan mengambil sebuah contoh nubuatan, yaitu nabi Yesaya. Saya telah memilih tiga nubuatan di dalam Yesaya untuk menyajikan tiga perbedaan apa yang kita sebuat sebagai tensis (bentuk waktu). Waktu dalam sebuah nubuatan yang tidak memiliki relevansi dengan apa pun. Baiklah, yang pertama, yaitu dalam Yesaya 9:6, dia menubuatkan tentang sebuah hal yang akan terjadi tujuh ratus tahun dari sekarang dalam bentuk waktu sekarang (present tense). Lihatlah nubuatannya itu: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita” (Yesaya 9:6). Dia berbicara seakan-akan berada di sana. Akan tetapi itu jaraknya kitar tujuh ratus tahun, namu dia berbicara seolah-olah terjadi pada masa itu. “Seorang anak lahir,”—lihatlah perkataan itu—“seorang putra diberikan,”—ditulis dalam bentuk sekarang.

Baiklah, di dalam nubutan Yesaya yang sama, dia berbicara tentang peristiwa yang sama, tujuh ratus tahun kemudian tetapi ditulis dalam bentuk lampau—seakan-akan itu sudah digenapi. Sekarang, yang sangat khas dan yang paling terkenal, Yesaya 53: “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.”—semuanya dalam bentuk lampau. Akan tetapi itu adalah sebuah nubuatan tentang penderitaan Tuhan, yaitu 750 tahun yang akan datang. Baiklah, yang pertama, dia berbicara tentang keberadaan dalam bentuk sekarang—“seorang anak lahir.” Lihatlah. Kemudian dalam bentuk lampau, “Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita.”

Kemudian, saya telah memilih sebuah nubuatan dari Yesaya yang tidak memiliki kaitan dan relevansi terhadap waktu, apakah itu dalam bentuk masa lampau, masa sekarang atau masa yang akan datang, ia hanya mengabaikannya secara bersama-sama. Ia tidak memiliki relevansi dengan waktu sama sekali. Nubuatan yang sangat terkenal dari Yesaya 7:14: “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel: Allah beserta kita.” Ada dua anak yang digambarkan di sana. Yang pertama, tanda bagi Raja Ahas, kepada orang yang kepadanya Yesaya memberikannya. Dan Anak yang lahir tujuh ratus lima puluh tahun kemudian. Dan di antara keduanya, dalam nubuatan yang sama, ada sebuah pemisahan, sebuah perbedaan dari tujuh ratus lima puluh tahun. Akan tetapi Yesaya mengabaikan keduanya. Apa yang terjadi adalah bahwa sang nabi melihat hal-hal ini dalam iman, sebagai sebuah hal yang relatif dan tidak dalam waktu.

Sang nabi melakukan hal yang sama seperti pengamat yang lepas, seperti anda dan saya melakukannya di bawah langit yang penuh bintang. Ada sebuah Galaksi Bima Sakti. Di sini ada beberapa beberapa lintasan dan di sana ada peta bintang-bintang dan di sana ada peta bintang-bintang yang lainnya. Dan kita mengelompokkan mereka bersama-sama di atas langit sana. Akan tetapi, sebenarnya bintang-bintang itu mungkin jaraknya satu sama lain berjuta-juta tahun cahaya. Bintang yang ini mungkin berada di sini, dan bintang yang lain berada di sana, tetapi ketika kita melihat semuanya di atas langit biru Allah. Begitulah cara nabi dalam melihat hal-hal ini. Tidak terkotak dalam waktu, tetapi dia melihatnya dalam realitas dan di dalam ruang.

Hal-hal yang akan terjadi. Dan ini adalah realitas dari tujuan dan rencana Allah. Dan seringkali dalam nabi-nabi besar, dia akan berbicara tentang penaklukan Babel, tentang peristiwa hari Tuhan, tetang penyebaran bangsa Israel ke seluruh dunia, dan kepulangan mereka kembali ke tanah Palestina, dan anti semit melanda seluruh dunia, dia berbicara tentang hal itu dan hal-hal lainnya yang memiliki nafas yang sama, bahkan berbicara tentang kedatangan Tuhan yang pertama dan kedua tanpa suatu pemisahan di antara keduanya. Akan tetapi sang nabi akan berbicara seakan-akan keduanya terjadi pada waktu yang sama. Waktu  tidak memiliki relevansi tertentu di dalam nubuatan. Sama seperti, bahwa hal itu tidak memiliki relevansi tertentu kepada Allah.

Kemudian di dalam nubuatan itu, di dalam penggenapannya, begitu banyak contoh, anda akan menemukan contoh di mana sang nabi berbicara tentang sebuah hal yang terjadi pada saat itu, yang secara pokok akan memiliki penggenapan yang lain di masa depan. Dan hal yang terjadi sekarang merupakan sebuah tanda ketika hal itu digenapi, anda mungkin memiliki jaminan bahwa hal lainnya juga akan digenapi. Dan alasan untuk itu adalah bahwa sang nabi memahaminya pada harinya dan pada masanya; dan dia memiliki sebuah pesan bagi masyarakatnya sama baiknya dengan penggenapan pada masa depan.  

Sebuah contoh yang baik dari hal itu dapat ditemukan di dalam nubutan tentang kehancuran Yerusalem. Anda akan merasa sukar untuk menyampaikannya ketika Tuhan Yesus sedang berbicara tentang kehancuran Yerusalem pada tahun 70 A.D., dan juga tentang hari Tuhan, hal itu juga akan terjadi, yaitu pada masa depan. Akan tetapi di sana mereka tercampur baur sehingga sukar bagi anda untuk memisahkannya. Tetapi yang pertama tergenapi tepat seperti yang Tuhan katakan, yaitu pada tahun 70 A.D., dan itu adalah sebuah jaminan dan sebuah tanda bahwa yang lain juga akan digenapi. Penggenapan ganda dari nubuatan. Jadi itu adalah diskusi masalah waktu. 

Baiklah, hal yang kedua tentang penggenapan nubuatan.  Yang kedua, ada banyak dari nubuatan ini yang digenapi lagi dan lagi. Dan setiap penggenapan itu merupakan sebuah tipe dari penggenapan pokok pada hari terakhir dari hari Tuhan, karena prinsip Allah tidak berubah dan kesepakatan Allah dengan umat manusia tidak berubah. Tuhan adalah Tuhan yang sama sepanjang masa, dan seluruh nubuatan digenapi seperti karakter Allah yang digambarkan secara berulang-ulang. Sebuah prinsip yang menetapkan hal itu di temukan di dalan kesimpulan dari Injil Lukas, laporan dari diskusi tentang  nubuatan. Dan akhir dari pasal 17 adalah kalimat ini: “Kata Yesus kepada mereka: Di mana ada mayat di situ burung nasar berkerumun” (Lukas 17:37). Atau tempatkanlah hal itu secara nyata, bukan dalam bahasa indah dari versi King James: “Di mana saja ada bangkai yang membusuk, di situ kamu akan melihat burung nasar berkerumun.” Sekarang itu yang Dia sampaikan dalam bahasa yang jelas dan kasar. Dia sedang berbicara tentang faksi Yehuda dan Dia sedang berbicara tentang penghujatan manusia terhadap Tuhan dan Dia sedang berbicara tentang hukuman Yang Mahatinggi atas Yerusalem. Dan ketika Dia berbicara tentang nubuatan-nubuatan besar itu, Dia mengakhirinya dengan kata-kata: “Di mana saja ada bangkai yang membusuk, di situ kamu akan melihat burung nasar berkerumun.” Sekalipun bangkai itu ditemukan  di Babel atau di Niniwe atau di Samaria, atau di Yudea dan Yerusalem atau di Tokyo atu di Berlin atau di Paris atau New York atu Dallas, dimana saja ada bangkai di sana anda akan melihat burung nasar penghukuman mulai berkumpul disekitarnya. Jadi, di dalam kata-kata saya, Tuhan sedang menyampaikan bahwa prinsip-prinsip ini berlaku dan penghukuman ini akan dijatuhkan di mana saja waktunya tepat bagi nubuatan itu untuk digenapi, semuanya merupakan tipe dan sebuah tanda dari penggenapan yang pokok pada hari Tuhan.

Sekarang, untuk sesaat, ketika anda berpaling ke Kitab Wahyu pasal 13, kalimat yang pertama dimulai dengan: “Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut” (Wahyu 13:1). Itu adalah antikristus, manusia durhaka dan penyesat yang datang dengan menyatakan diri sebagai pembebas dan pemersatu, akan ia membawa dunia ke dalam hari terakhirnya, kehancuran yang dahsyat dalam pertempuran yang mengerikan, di Armageddon. Itu adalah binatang buas—pemerintahan duania yang antagonis terhadap kebenaran dan terhadap Allah. Dan anda memiliki hal itu pada hari ini. Jika, anda tidak membaca, anda tidak mendengar radio, anda tidak mengenali keadaan hidup anda, maka anda tidak sensitif terhadap kebangkitan kerajaan kegelapan yang mengerikan ini yaitu anti Allah dan antikristus dan anti jemaat—bintang yang keluar dari dalam laut, yang disebut dalam Alkitab sebagai “antikristus.” Jadi, ketika kita mempelajari Kitab Wahyu pasal tiga belas dan berbicara tentang hari terakhir itu dan antikristus, kita sedang berbicara tentang masa ini, kita sedang berbicara tentang hari ini. Kita sedang berbicara tentang tentang kepanikan yang mengerikan di mana kejahatan dan penghujatan dari ketidakpercayaan sekarang tercemplung di dunia kita, karena hal-hal itu akan berubah. Dan prinsip dari antikristus, anti-Allah, sikap antagonis terhadap Allah, anda dapat melihatnya dalam patung emas Nebukadnezar, yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta—sebuah tipe dari antikristus ini yang digambarkan dengan sebuah bilangan—enam-enan-enam—dalam ayat delapan dari pasal tiga belas itu. Dan kembali lagi dia ada di sana. Dia mengambil bentuk ini, lalu bentuk ini dan bentuk ini. Bahkan seperti yang disampaikan Yohanes dalam 1 Yohanes dan 2 Yohanes, “ada banyak antikristus.” Dan mereka bangkit dan menguasai kerajaan kegelapan mereka  dan mereka memerintah dalam kekejaman dan kuasa yang mengerikan, dan anda memiliki penjelasan terhadap hal itu di dalam Alkitab ini. Semuanya merupakan tipe dan simbol dan tanda dari antikristus yang pokok itu—manusia durhaka yang digambarkan dalam 2 Tesalonika 2, dan di dalam Wahyu pasal tiga belas. Dan ketika saya membacanya di sini, saya mengenalinya dan saya melihatnya. Ini adalah reaksi Allah dan bagaimana Allah melakukannya. Bacalah di dalam Alkitab ini. Itulah sebabnya mengapa kita memberikan diri kita untuk mempelajari Kitab Wahyu.  

Ini adalah hal yang sama, yang terdapat di dalam pasal tiga belas ayat sebelas: “Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia brerbicara sama seperti naga” [Wahyu 13:11].  Itu adalah nabi palsu. Agama yang korup. Dan hal itu akhirnya berakhir dalam sebuah sistem agama dunia; yang merupakan seorang musuh bagi Kristus, yang menganiaya umat Allah. Saya telah membaca hal itu sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah membaca sebuah buku dari sejarah Baptis di dalam hidup saya yang tidak ditandai oleh darah dan ditulis dalam air mata dan penderitaan serta kematian. Dia atas bebatuan, dikurung dalam penjara yang busuk, dibakar di atas tiang api, saya telah membaca bahwa agama yang resmi menganiaya umat Allah. Dia kelihatan seperti seekor anak domba, memiliki jubah, salib, rantai emas, tetapi suaranya sama seperti suara seekor naga. Nabi palsu. Dan ketika saya membaca Alkitab, saya membaca hari ini sama seperti kemarin, karena ada aktor drama yang hebat atas gambaran yang ada di dunia dan inilah yang dimaksudkan Allah. Hanya membacanya dan itulah sebabnya mengapa kita akan membacanya dan melihat ke dalamnya. Penggenapan dari nubuatan, lagi dan lagi. 

Mari kita melihat lagi dalam Wahyu pasal delapan belas. Babel, ini adalah kejatuhan Babel, Ayat dua berkata, “Dan ia berseru dengan suara kuat, katanya: Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu” (Wahyu 18:2). Dan kemudian bagian selanjutnya dari pasal itu menggambarkan kejatuhan Babel. Ketika anda membaca di dalam Kitab Wahyu pasal delapan belas tentang kejatuhan Babel, di sana anda akan membaca keruntuhan dari seluruh peradaban dunia yang telah hancur di pemandangan Allah, semuanya. Semuanya sama, sebuah Babel kuno, sebuah Babel modern, dan Babel terakhir yang akan datang. Dan semuanya digambarkan dalam Alkitab ini.

Baiklah, sekarang kita akan beranjak ke dalam bagian yang ketiga dari penggenapan nubuatan. Bagian yang pertama adalah penggenapan nubuatan dalam waktu, yang mana waktu tidak relevan, bahkan tidak diperhitungkan sama sekali. Bagian yang kedua diskusi tentang penggenapan nubuatan sehubungan dengan penggenapan yang terjadi berkali-kali. Hingga penggenapan pokoknya terjadi pada masa kesudahan zaman. kemudian, diskusi yang ketiga, tentang sesuatu yang saya rasakan bahwa setiap manusia Allah harus memperhatikannya, menunjukkannya. Di dalam karakter Allah ada kondisi yang esensial dan bersifat tetap. Selalu saja aada kondisi di sana. Hal itu tidak pernah dapat dijawab. Itu adalah sebuah bagian dari karakter yang esensial dari Yang Mahatinggi. 

Sekarang untuk mengilustrasikannya, mari kita lihat Yunus. Dan Yunus mengadakan perjalanan sehari penuh ke Niniwe. Ketika dia berkhotbah, dia berkata, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan” (Yunus 3:4). Ketika raja mendengar hal itu, dia turun dari takhtanya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia. Dia menangis dan berseru di hadapan Allah untuk rakyatnya. Dia memerintahkan seluruh rakyatnya untuk bertobat dan berseru untuk kemurahan Allah. Dan Tuhan Allah melihat dari sorga dan di sana seorang raja dengan muka yang menyesal dan seluruh rakyat menangis di hadapan Tuhan Allah. Dan Dia tidak melakukannya. Dia tidak melakukannya. Itulah yang membuat Yunus marah. Karena Yunus telah berkata, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Allah membuat Yunus seperti seorang pembohong. Dan anda tahu, setiap memiliki kebanggaan, terutama kebanggaan akan ramalannya dan Yunus memiliki hal yang sama. Akan tetapi Allah tidak melakukannya. Saya tahu dari hal itu bahwa Yunus tidak pernah mengkhotbahkan tentang kondisi. Yunus tidak pernah berkata: “Jika kamu bertobat, maka dalam empat puluh hari Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Dia tidak menyampaikan hal itu. Dia berkata, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Prediksi tanpa syarat dan hal itu tidak terjadi. Ketika Yunus berselisih dengan Tuhan Allah dia berkata, “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, Aku tahu bahwa Tuhan Allah di sorga telah memanggilku untuk berkhotbah. Sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Engkau melupakan prediksiMu dan nubuatanMu. Dan itulah alasan aku tidak ingin pergi.”  Baiklah, ada sesuatu yang bersifat tetap, bersifat melekat, ada sesuatu yang esensial, ada sesuatu yang ada di dalam rupa Allah bahwa ketika Dia mengangkat tanganNya untuk memukul, jika manusia itu bertobat, entah bagaimana Allah tidak dapat membiarkan tanganNya jatuh. Ada sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh Allah dan inilah salah satunya. Ketika Niniwe bertobat, Allah berubah. Ketika Niniwe berubah, Allah berubah. Sekarang, anda juga memiliki sebuah diskusi tentang hal itu di dalam Yeremia 18:7-10. Yeremia berdiskusi tentang ciri itu dalam karakter Allah Yang Mahatinggi. “Dalam contoh apa,” kata Tuhan—

Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya.

Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.

Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka.

Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. [Yeremia 18:7-10]. 

 

Sekarang mari kita berpaling ke dalam Kitab Wahyu dan mari kita mengaplikasikan prinsip itu dalam Wahyu salah satu hal yang paling mengherankan dari penulis Kitab Wahyu adalah hal ini, anda bisa melihatnya. Dia menulisnya di sini. Yohanes menulis dan dia berkata di dalam Kitab Wahyu, dia berkata tentang tanda-tanda dari pengangkatan umat Tuhan dan betapa merupakan sebuah tanda yang luar biasa bahwa ketika jemaat Allah akan diangkat dan umat Allah tiba-tiba sama seperti Henokh yang diangkat ke dalam kemuliaan. Dan kemudian dia menyampaikan hukuman yang mengerikan dari Tuhan Allah Yang Mahatinggi. Kemudian Yohanes berkata dalam Wahyu 9:20,21, “Tetapi manusia lain yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat.” Kemudian dia mengulang hal yang sama dalam Wahyu 19:21: “dan mereka tidak bertobat.” Dan Yohanes, ketika dia melihat atas hal itu, dia melihatnya dalam keterkejutan dan keheranan. Sekarang dia menulis keheranan yang sama di dalam Kitab wahyu pasal enam belas. Sebagai contoh, terdapat dalam ayat sembilan, sepuluh dan sebelas, dia berkata, “Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah…, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka” (Wahyu 16:9). Dan kemudian dia membuat penjelasan yang sama di ayat sebelas: “dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan mereka dan bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka” (Wahyu 16:11). Di sana, Yohanes, penulis dari Kitab wahyu, melihat hal ini dalam keheranan dan ketakjuban. Dengan seluruh tanda-tanda yang telah diberikan Allah, dan dengan murka yang mengerikan, anda akan berpikir bahwa orang-orang itu akan berseru untuk kemurahan Allah. Akan tetapi mereka tidak berseru sama sekali. Mereka justru menghujat Allah. Dan air mata mereka dan penderitaan mereka dan kesulitan mereka dan bisul mereka dan kesakitan mereka dan penyakit mereka justru membuat mereka semakin membenci Allah. Bukankah hal itu sangat mengherankan? Akan tetapi itu adalah kebenaran. Penderitaan, rasa sakit tidak pernah membuat seseorang bertobat. Anda akan sulit masuk ke dalam pencobaan yang dialami oleh seorang John Dillinger atau seorang Clyde Barrow atau seorang Nelson yang berwajah bayi, atau seorang Bonnie Parker. Mereka tinggal dalam penghukuman yang dalam dan ketakutan dan terror dan rasa takut dan cekaman, tetapi mereka tidak bertobat. Mereka justu semakin jahat dan bengis serta menjadi pembunuh di dalam hidup mereka. Satu-satunya hal yang dapat membuat manusia bertobat adalah Roh Allah. Penderitaan tidak dapat melakukan hal itu. Penyakit tidak dapat melakukannya. Hukuman dari Allah tidak dapat melakukannya. Dan itulah sebabnya Yohanes sangat terkejut akan hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang ini. Mereka tidak bertobat.

Kita akan berpaling ke dalam sisi lain dari hal itu. Kita akan berputar, tetapi tetap melakukan hal yang sama. Dan bahkan di dalam he thlipsis he megale—bahkan di dalam “masa kesusahan besar” bahkan di dalam masa yang menakutkan dari hukuman dan bahaya dari bencana yang mengerikan—bahkan pada masa itu, hari Tuhan yang terakhir—setiap orang yang akan bertobat, setiap orang yang akan memanggil nama Tuhan, setiap orang yang akan menunduk dalam kerendahan dan meminta kemurahan, manusia yang telah diselamatkan—bahkan pada masa kesusahan besar. Dan anda tahu, pada hari itu, ada banyak orang yang diselamatkan, yang ditunjukkan oleh tua-tua itu kepada Yohanes, dan berkata, “Yohanes lihatlah mereka. “Siapakah mereka?” Yohanes melihat orang banyak itu. Yohanes berkata, “Aku tidak mengenalinya. Aku tidak mengenali nama yang mereka kenakan.” “Aku tidak tahu,” kata Yohanes, “siapakah mereka?” Dan salah seorang dari tua-tua itu berkata: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari  he thlipsis he megale—kesusahan yang besar—yang telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba” (Wahyu 7:14)—sekumpulan orang banyak yang tidak dapat dihitung. Beberapa orang bertobat dan menjadi selamat. Setiap waktu, dan di mana saja jika seseorang yang masih bernafas mau bertobat maka Allah akan menerimanya. Setiap kali seseorang berubah, Allah akan berubah. Setiap orang yang melakukan tindakan, dia dapat diselamatkan, selama masih ada nafas di dalam tubuh yang fana ini. Ini adalah kondisi yang melekat di dalam nubuatan Allah ketika Dia berkata kejahatan akan datang. Jika seseorang berubah, maka Allah akan berubah. 

Baiklah, hanya ini bagian dari khotbah yang dapat saya sampaikan. Dan saya telah memberitahukan jemaat dalam ibadah pukul 8:15, jika mereka mendengar radio, mereka akan akan mendengar bagian pertama, saya telah menyampaikan bagian pertama  dan mereka dapat mendengar hingga bagian yang ketiga. Akan tetapi saya tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan bagian yang ketiga. Saya hanya akan meringkaskannya. Bagian ketiga sehubungan dengan mengapa Allah membuat nubuatan? Mengapa? Dari dua buah lapisan jawaban—dengan beberapa hal dibawah dua lipatan itu. Jadi kita akan melihatnya secara cepat. Dalam Kejadian pasal delapan belas. Tuhan berkata, “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak kulakukan ini?” tidak, kata Allah. Aku akan menyingkapkan kepada Abraham hal-hal yang akan Kulakukan. Dan Allah menyingkapkan kepada Abraham kondisi Sodom dan Gomora dan apa yang akan dilakukan Allah. Mengapa Dia melakukan hal itu? Apakah Allah memperlihatkannya kepada Abraham? Apakah Allah memperlihatkannya kepada kita? Apakah Allah harus menunjukkannya kepada kita? Tidak.  Lalu, mengapa kemudian Allah melakukannya? Agar kita mengetahui bagaimana pikiran Allah tentang Sodom dan Gomora, bagaimana pikiran Allah tentang orang-orang jahat, agar kita tahu bahwa hal itu mungkin disampaikan kepada kita sebelum hal itu digenapi. Dan sekarang, hal itu tidak hanya benar dan berlaku pada Sodom dan Gomora, dan hal itu tidak hanya berlaku pada masa air bah—“seratus dua puluh tahun,” kata Allah, dan Dia memberikan waktu kepada mereka waktu selama seratus dua puluh tahun. Hal itu tidak hanya berlaku dalam Sodom dan Gomora, tidak hanya berlaku pada masa air bah, tetapi prinsip yang sama juga berlaku pada masa Samaria. Allah berkata, “Jikalau engkau tidak berpaling, Aku akan menghancurkan kerajaan bagian utara.” Dan pada tahun 722 B.C., Sargon menghancurkannya. Dan hal yang sama berlaku dengan Yerusalem.  Dan suku pilihanNya, Yudea, Allah berkata, “Jikalau engkau tidak bertobat, Aku akan menghancurkannya.” Dan pada tahun 605, Nebukadnezar datang dan membawa Daniel. Dan pada tahun 598, Nebukadnezar datang dan membawa Yehezkiel. Dan pada tahun 587, pasukan Babel datang untuk ketiga kalinya, dan mereka tidak datang lagi, karena mereka telah meratakan Yerusalem. Sepanjang waktu Yeremia telah berkhotbah, “berpalinglah kamu, bertobatlah kamu, supaya kamu tidak akan mati” Dan tidak ada pengecualian terhadap prisnsip itu. Itulah yang ingin saya coba untuk saya khotbahkan. Hal itu berada di dalam karakter Allah yang Mahatinggi. Apakah itu diaplikasikan kepada masa air bah, apakah itu diaplikasikan kepada Sodom dan Gomora, hal; itu juga diaplikasikan kepada Samaria dan Yerusalem dan jemaat-jemaatNya serta umatNya. Hal itu tidak pernah berubah dan Allah menginginkan kita untuk melihatnya. Itu adalah salah satu tujuan dari nubuatan.

Tujuan utama yang kedua dari nubutan terletak di dalam jaminan terhadap umatNya. Saya ingin anda tahu bahwa seringkali langit terlihat gelap, bahkan kebanyakan waktu langit berwarna gelap. Saya melihat langit yang gelap pada masa Yeremia. Saya melihat langit gelap pada saat Yesus disalibkan. Saya melihat langit gelap pada nmasa saat Yohanes berada dibawah tekanan penganiayaan yang berat dari pemerintahan Roma berada di dalam hati dan jiwa serta kehidupan umat Allah. Hal itu  terlihat sangat gelap. Dan saudara, langit juga terlihat gelap pada hari ini. Lihatlah cetak biru dari sebuah peradaban yang ada di sini. Akan bangkit seorang diktator yang hebat. Hal itu benar, binatang yang keluar dari dalam laut. Akan bangkit sistem keagamaan palsu yang besar. Dan kita hampir melihat kebangkitannya. Dan akan terjadi bahwa orang Yahudi akan kembali ke Palestina. Dan akan bangkit gelombang besar-besaran terhadap anti semit yang belum pernah dikenal oleh dunia. Dan akan bangkit pertempran besar yang tidak dapat dihindarkan di Armageddon. Hal itu benar. Sekarang sudah berada di sini. Lihatlah. Tetapi Allah berkata kepada umatNya, “Jangan gelisah hatimu. Aku telah melihat semuanya sejak awal dan jangan yakinkan dirimu bahwa dunia ini akan jatuh di bawah kekuasaan Stalin atau Hitler atau Khrushcev atau Nassar.” Jangan sampai umat Allah kehilangan semangatnya, jangan sampai anda khawatir; jangan biarkan hati anda cemas atau takut, karena Allah beserta kita. Dan rencana Allah atas umatNya. Dan ketika tangan kita terkulai dan tak berdaya di samping kita, Tuhan kita mampu membangkitkan orang mati, untuk berbaris dalam pasukan Yang Mahatinggi. Amin. 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM