KOVENAN KITA-PEMELIHARAAN ALLAH
(OUR COVENANT-KEEPING GOD)
Wahyu 4:2
12-03-61
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah awal pada pagi hari, khotbah yang berjudul, Kovenan Kita-Pemeliharaan Allah. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, setelah beberapa tahun belakang ini kita telah sampai ke dalam kitab yang klimaks dari Alkitab, Wahyu yang diberikan Allah kepada Yesus Kristus, yang ditulis oleh pelayanNya yang kudus, yaitu Yohanes, dan ditebar dalam sebuah kitab yang terbuka di depan mata kita sehingga kita dapat melihat dan tahu dengan penuh keyakinan dan jaminan kesetiaan Allah di masa depan. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal empat. Dan ini adalah kata-kata awal dari Wahyu pasal empat: “Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. ” [Wahyu 4:1]. Setelah hal-hal yang ditulis Yohanes sebelumnya di pasal 2 dan 3—setelah hal-hal yang berhubungan dengan jemaat. “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya” [Wahyu 4:2, 3].
Ketika Yohanes diangkat ke sorga, di sana ada panorama Allah yang ditunjukkan di depan matanya hal-hal yang akan menjadi bagian dari kesudahan zaman. Yang pertama dia melihat takhta Allah. Dan di atas takhta Allah itu, duduklah Allah Yang Mahatinggi. Di pusat takhta alam semesta merupakan takhta Allah. Di pusat dari alam semesta ini terdapat ruang dari kedaulatan dan otoritas Yang Mahatinggi. Takhta itu terdapat di sorga, kontras dengan pemerintahan dunia yang tidak tetap. Dan Yohanes melihat Tuhan Allah Yang Mahatinggi ketika Dia duduk di atas takhta alam semesta. Dan ketika dia melihatnya dia menggunakan dua kata untuk menggambarkan hal yang tidak dapat digambarkan, yang di sini tidak dapat diterjemahkan. Kata itu hanya ditransliterasikan. Kata itu adalah yaspis yang dieja dari kata Yunani iaspis—“yaspis.” Dan kata sardis yang bukan merupakan terjemahan tetapi sebuah transliterasi dari bahasa Yunani sardinos, dan diterjemahkan di sini “Dia yang duduk di atas takhta itu nampaknya—kelihatannya bagaikan. Kemudian bagian kedua, “nampaknya bagaikan homoios horasis”—tampilannya. Kemudian di dalam pasal dua puluh satu, di ayat tujuh, kata “yaspis” digambarkan sebagai “kristal yang jernih.” Saya akan berpikir, di dalam menerjemahkan kedua kata yang digunakan untuk menggambarkan Seseorang yang duduk di atas takhta itu, saya katakan jika diterjemahkan, anda akan melihat yang pertama adalah sebuah “intan” dan yang kedua adalah sebuah “ruby.” Yang satunya merupakan kristal yang sangat jernih dan yang satunya lagi merupakan sebuah kristal yang berwarna merah darah. Jadi seperti yang anda lihat, di sana dia melihat di dalam tampilan kekudusan seperti intan dan kristal yang murni, suci, tidak dapat didekati dan Allah yang berwarna-warni. Kemudian yang merah, ruby, tentu saja sebagai perwakilan dan potret karya penebusan dari Tuhan Yang Mahatinggi—kasih karunia dan anugerah serta pengammpunanNya.
Kemudian, ketika Yohanes melihat Yang Mahatinggi, duduk di atas takhta yang kekal, Allah yang berdaulat, ketika dia melihatnya, hal pertama yang dia lihat adalah “dan di sana ada sebuah iris,”kata di dalam bahasa Yunani iris. Dan di dalam setiap mata anda, anda memiliki sebuah iris. Dan dia melihat sebuah iris, yang diterjemahkan dengan “sebuah pelangi.” Dan di sana ada sebuah iris—sebuah pelangi—disekeliling takhta itu—homoios horasis. Yang nampaknya bagaikan sebuah zamrud, yang mengelilingi takhta Allah. Sebuah lingkaran yang sempurna, sebuah pelangi, sebuah iris, yang gilang gemilang, sebuah cahaya hijau, sebuah intan. Dari semua fenomena alam yang menakjubkan, tidak ada hal yang paling indah selain dari pada pelangi Allah dengan warna prisma. Tanda dari Allah, bahwa Dia memiliki sebuah perjanjian dengan dunia, yang ditempatkan di atas langit setelah murka dan geram Allah dicurahkan bagi orang-orang yang tidak percaya, yang jahat, penghujat dan dunia yang bobrok. Dan Allah berkata, bahwa pelangi yang ada di langit, Aku tempatkan sebagai sebuah tanda dari perjanjian yang Aku buat dengan segala yang hidup. Itu adalah sebuah pelangi yang sempurna yang berada di sekeliling takhta itu. Dan ketika kita melihat pelangi, seringkali ia hanya merupakan sebuah lengkungan, setengah lingkaran. Tetapi ketika Yohanes melihatnya di takhta Allah, bentuknya sempurna. Kemana saja dia melihat, dalam arah manapun ke takhta itu, memancar keindahan dari pelangi zamrud itu. Dan itu bukanlah sspektrum warna yang berwarna tujuh seperti yang sering kita lihat di langit, tetapi semuanya berwarna hijau, warna dari bumi, warna kehidupan. Krolofil yang membuat warna dunia kita, hijau adalah penopang dan pemelihara seluruh kehidupan.
Jadi pelangi ini, yang berada di sekeliling takhta Allah adalah janji Allah. Itu adalah sebuah tanda dan sebuah simbol dari ingatan Allah bahwa di dalam murka, Dia mengingat kasih sayang. Sebab anda lihat, “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu” (Wahyu 4:5). Anda akan melihat hal itu kembali dan berulang-ulang di dalam Kitab Wahyu. Kilat dan guruh serta suara merupakan simbol dari hukuman dan murka Allah Yang Mahatinggi. Tetapi sebelum hukuman itu dijatuhkan, sebelum Allah menyentuh salah satu ciptaanNya, sebelum hukuman yang mengerikan dan yang dahsyat itu dijatuhkan, di sana ada sebuah pelangi yang berada di sekeliling takhta itu. Ini adalah masa, ini adalah tanda, ini adalah gambaran dari ingatan Allah terhadap janjiNya—kovenan Allah. Dia akan setia menggenapi setiap kata yang telah Dia sampaikan. Bahwa bumi mungkin ini akan dihancurkan dan alam semesta ini akan dihanguskan dengan api, dan bagian terkecil dari dunia ini akan dihancurkan, akan tetapi Allah akan tetap memegang janjiNya yang kudus untuk menopang alam semesta ini dan memberkati umatnya yang ada di dalamnya. Kovenan Allah tidak akan jatuh ke tanah. Dia mengingatnya dan ini adalah sebuah tanda dan sebuah jaminan dari kesetiaan Allah Yang Mahatinggi.
Kemudian, di awal dari Kesusahan Besar, ada pelangi itu—sebuah tanda dari kovenan Allah. Dan di akhir pasal sebelas, sebelum dia memulai pasal dua belas, yang merupakan bagian akhir dari setengah periode yang mengerikan dari hukuman Allah—dan telah dilakukan secara partikular terutama dengan umat Allah yaitu Israel—lagi bahwa di sana ada tanda dari kovenan Allah. Dan itu merupakan penutup dari pasal sebelah, sebelum dia memulai pasal dua belas: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjianNya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat” (Wahyu 11:19). Di sana terlihat kembali—anda melihat penghakiman Allah, hukuman yang dijatuhkan dari sorga. Sebelum mereka dijatuhkan, di sana terlihat sebuah tanda, lencana, simbol kovenan pemeliharaan Allah. “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjianNya di dalam Bait Suci itu.”
Sekarang, khotbah ini merupakan salah satu khotbah yang telah kita siapkan untuk disampaikan, khotbah yang dipersiapkan untuk sebuah pemahaman sehingga kita dapat memahami pesan yang ada di dalam Kitab Wahyu. Dan tanpa khotbah persiapan ini, Wahyu merupakan sebuah kitab yang tertutup. Tetapi, bagi mereka yang belum memahaminya, saya berdoa agar Allah membuka gambaran tentang hal-hal ini, yang telah Dia tulis dengan besar di atas lembaran-lembaran Kitab Suci. Kovenan pemeliharaan Allah merupakan fondasi dari seluruh jaminan bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus. Jika Allah telah membuat sebuah perjanjian pada masa lalu dan tidak memegangnya, dan jika Allah memberikan janji kepada para nabi dan tidak memeliharanya, lalu dengan jaminan apa saya dapat mengistirahatkan jiwa saya bahwa Allah tidak akan mengingkari janjiNya yang telah dibuat dengan Kristus? “Ini adalah darahKu dari kovenan yang baru” (Markus 14:24). Dan dengan hak apa saya dapat percaya dan mengistirahatkan jiwa saya di dalam jaminan bahwa Allah akan memegang janjiNya bagi rasul-rasulNya? Jika Allah tidak memegang kovenan suci yang telah Dia buat di dalam Perjanjian Lama, dan jika Allah tidak memegang janji suci yang telah Dia buat kepada rasul-rasul, lalu bagaimana saya dapat diyakinkan bahwa Dia akan memelihara perjanjian baru yang telah Dia buat, dan darah Kristus dan janji yang telah Dia buat kepada rasul-rasul? Jika Allah tidak memegang satu saja dari perjanjian itu, saya tidak memiliki jaminan bahwa Dia akan memegang yang lainnya. Dan jika Allah mengingkari perjanjianNya di masa lalu, saya tidak memiliki jaminan bahwa Dia mungkin merubah pikiranNya dan mengingkari kovenanNya di masa yang baru.
Jadi khotbah kita pada hari ini adalah Kovenan Kita-Pemeliharan Allah. Apa yang telah Dia janjikan di Perjanjian Lama, kovenan yang Dia buat pada masa lalu, dan tesis khotbah adalah bahwa Allah akan memegang janjiNya sampai selama-lamanya. Dan bahwa Allah akan memegang teguh kovenan itu sampai selama-lamanya. Dan ketika saya mengembangkan khotbah yang saya temukan dalam ibadah pukul 8:15 pagi, saya menemukan bahwa saya tidak dapat mengikuti hal itu sepenuhnya. Ini hanyalah sebuah potongan kecil pada pagi hari ini. Dan kemudian dalam beberapa minggu berikutnya kita akan membahas hal ini sepenuhnya. Tetapi kovenan yang telah dibuat Allah di dalam Perjanjian Lama, dan sebagaimana Dia memeliharanya maka bagian selanjutnya dalam Alkitab adalah bentangan dari perjanjian yang telah Dia buat sebelumnya pada masa lalu. Jadi kita akan memulainya.
Yang pertama dan yang utama, kovenan Allah dengan umatNya ditemukan dalam Kejadian 12. Dan kemudian kita akan melihat ketika Allah mengulanginya dan ketika Dia berbicara tentang hal itu dan akhirnya ketika dengan darah, Dia membuatnya menjadi sebuah kontrak yang bersifat kekal. Mari kita lihat kovenan itu, yaitu dari Kejadian pasal 12:
Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." [Kejadian 12:1-3].
Sekarang mari kita mulai membaca di ayat 6: “Abraham berjalan melalui negeri itu…dan Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kejadian 12:6-7). Sekarang, kita lihat ayat berikutnya, pasal 13, ayat 14: “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan. Sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu sampai selama-lamanya” (Kejadian 13:14-15)—dan sampai selama-lamanya. “Bersiaplah,” ayat 17, “jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu” (Kejadian 13:7). Baiklah sekarang lihat lagi dalam pasal 15 ayat delapan belas, “Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat” (Kejadian 15:18). Sekarang lihat lagi ke dalam pasal 17. Mari kita mulai dari ayat 5:
Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka. [Kejadian 17:5-8].
Sekarang, sekali lagi, kita lihat di dalam Kejadian 22:15—Kejadian 22:16: “Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, kataNya: Aku bersumpah demi diriKu sendiri” [Kejadian 22:15, 17]. Kemudian, ketika anda membaca tulisan Paulus ketika dia berbicara tentang hal itu, dia berkata, “Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dariNya” [Ibrani 6:13]. “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman Tuhan--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku” [Kejadian 22:16-18]. Dan Paulus di dalam Galatia 3:16, Paulus menjelaskan hal itu. “Dan kepada keturunanmu,” seluruh bangsa-bangsa di dunia akan mendapat berkat” (Galatia 3:16).
Lalu, Allah membuat sebuah perjanjian dengan Abraham. Yang pertama, bahwa dirinya sendiri akan diberkati; berkat yang temporer, berkat rohani, berkat keluarga, berkat sorgawi, berkat duniawi, seorang yang hebat, dan banyak bangsa yang akan berasal dia dan raja-raja akan banyak yang berasal dari dia. Berkat pribadi kepada Abraham. Bagian yang kedua dari kovenan itu adalah berkata secara nasional. Dia akan memiliki sebuah keturunan yang akan menjadi sama seperti bintang-bintang di langit dan seperti pasir di laut dan mereka akan memiliki sebuah rumah nasional di tanah Kanaan, sampai selama-lamanya—sebuah kovenan yang bersifat kekal. Dan bagian yang ketiga, salah satu keturunannya sebagai seorang pribadi semua bangsa-bangsa di bumi akan diberkati. Sebuah keselamatan universal dan penebusan universal bagi orang yang berpaling ke dalam iman untuk menerima kovenan perjanjian Allah. Sekarang seluruh bagian selanjutnya dalam Alkitab, tidak lebih dari pada karya yang bekerja melalui waktu dan sejarah dan bangsa-bangsa dan generasi-generasi dari peneguhan dan penegasan yang tanpa syarat dari Allah Yang Mahatinggi. Inilah yang akan kita lakukan di dalam khotbah yang singkat ini, untuk mengikuti hal itu, untuk melihat pemeliharaan kovenan itu, Allah yang tidak berubah.
Baiklah, sekarang inilah kovenan itu. Lihat ke dalam Kitab Kejadian pasal lima belas dan kita akan melihat di dalam kesempatan ini bagaimana Allah menegaskan hal itu—bagaimana Tuhan menetapkan hal itu. Ini adalah dasar utama untuk segala sesuatu yang akan anda selanjutnya di dalam Alkitab. Inilah kovenan itu. “Tuhan berfirman kepada Abram, anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu” (Kejadian 15:4). Selanjutnya tahun-tahun terus berlalu. Abram sudah tua dan Sarai juga sudah tua. Dan Abram berkata kepada Tuhan Allah: “Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti. Yang menjadi ahli warisku adalah Eliezer, orang Damsyik, seorang Siria dari Damsyik. Dan aku tidak memiliki ahli waris, tidak ada seorang anak yang lahir di rumahku. Akan tetapi Engkau berkata, anak kandungku dan dari rumahku dia akan lahir. Dan aku tidak dapat mengerti. Dan aku tidak melihat. Dan aku gemetar di hadapan janji Allah.” Akhirnya anda tahu, Abram berumur seratus tahun dan Sara berumur 90 tahun dan tidak ada anak yang lahir bagi mereka. Dan Tuhan Allah berkata kepada Abram, “Abram, kemari. Keluarlah.” Abram pergi keluar, dan Allah berkata, “Lihatlah ke langit dan apakah yang engkau lihat?” Abram berkata, “Aku melihat bintang yang tidak terhitung jumlahnya.” Dan Tuhan Allah berkata, “Demikianlah banyaknya nati keturunanmu.” Kemudian ayat yang mengikuti selanjutnya, “Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran,” yang mana hal itu merupakan ayat yang paling fundamental dari Kitab Roma dan Galatia. “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan”—berumur seratus tahun; Sara berumur sembilan puluh tahun. Dan Allah memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. Dan Tuhan Allah berkata kepadanya, “Akulah Tuhan yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu untuk menjadi milikmu.” Kemudian tentang hal lainnya Abraham bertanya tentang hal lainnya, “Tuhan, aku tidak dapat mengerti bagaimana seseorang akan lahir dariku dan di dalam rumahku yang akan menjadi ahli warisku. Tetapi aku percaya kepadamu. Aku yakin kepadaMu akan hal itu.” Kemudian ketika Allah berfirman untuk kedua kalinya, “Aku akan memberikan negeri ini kepadamu,” Abram berkata, ayat 8, “Ya Tuhan Allah, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya? Bagaimana aku akan mengetahuinya? Dia tidak pernah memiliki sepotong tanah itu, kecuali bagian yang sangat kecil yang disebut gua Makhapela di tempat di mana Sara dikuburkan. “Dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?” Bagaimana aku dapat mengetahuinya? Dan di dalam Kitab Kejadian pasal lima belas, Tuhan masuk ke dalam sebuah perjanjian darah dengan Abraham, yang merupakan hal yang terakhit dan tetap tegak sampai selama-lamanya.
Di dalam pembelajaran saya, saya menemukan bahwa sebuah jenis perjanjian seperti itu digunakan di seluruh dunia kuno. Babel kuno menggunakannya. Roma kuno menggunakannya. Yunani kuno menggunakannya. Ibrani kuno menggunakannya. Dalam seluruh dunia kuno mereka menggunakan perjanjian darah ini. Dalam perjanjian darah ini, hal inilah yang merela lakukan; ketika seseorang membuat sebuah kovenan dengan suatu perjanjian, ketika dua orang membuat sebuah kovenan, dan memateraikannya selamanya dengan darah, mereka mengambil seekor hewan dan menyembelihnya dan menumpahkan darahnya ke tanah. Dan demikian juga dengan Tuhan, ketika Abram menjawab, “Dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?” Tuhan berkata, Abram, “Ambillah bagiKu seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati” (Kejadian 15:9). Dan curahkanlah darah mereka mereka dan potonglah menjadi dua bagian, kecuali burung-burung itu. Letakkanlah potongan yang satu di sebelah potongan yang lainnya. Dan Abram, kita akan masuk ke dalam sebuah perjanjian kekal, perjanjian darah yang tanpa syarat.
Kemudian sebuah hal yang menakjubkan terjadi. Biasanya, kedua orang yang membuat perjanjian akan melewati korban darah itu, potongan daging itu, akan tetapi, di sini, dalam Alkitab ini, Kejadian 15 ayat 12 dikatakan, Allah membuat Abram tidur dengan nyenyak, seperti yang dilakukan Allah terhadap Adam, Dia membuat Adam tidur nyenyak, ketika Dia mengambil Hawa dari rusuknya. Dan tidurlah Abram dengan nyenyak, dan kemudian, kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi—itu adalah sebuah tipikal dari simbol Allah, nyala api, dalam semak yang menyala ketika Musa melihatnya di padang gurun, sebagai pilar api ketika Dia menuntun Israel melalui padang gurun—di dalam Shekinah kemuliaan Allah, suluh api turun ke dalam korban itu, di bawah symbol yang sama dan sebuah tanda dari suluh api, Allah sendiri berjalan lewat di antara potongan-potongan daging itu. Seorang manusia tidak dapat berjalan dalam sebuah kesetaraan dengan Allah. Sebab seseorang mungkin gagal, dan seseorang mungkin tidak akan memegang janjinya dan seseorang mungkin tidak setia akan janjinya dan seseorang mungkin berubah suatu waktu, karena itu Allah membuat Abram tidur nyenyak dan Allah sendiri, dan Allah sendirilah yang berjalan melewati potongan-potongan daging itu, maksud dari hal itu adalah Allah membawa perjanjian itu ke dalam perjanjian tanpa syarat dan penggenapannya akan berlangsung sampai selama-lamanya. Abram tidak melakukan apa-apa terhadap hal itu. Dia hanya seorang donor, penerima perjanjian itu, karena janji itu bersifat tanpa syarat, dan merupakan bagian dari Allah saja. Tuhan Allah sendiri yang berjalan melewati potongan-potongan daging itu. Dalam ayat selanjutnya, “Pada hari itulah Tuhan mengadalam perjanjian dengan Abram serta berfirman: Kepada keturunanmulah keberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat” (Kejadian 15:18).
Sekarang itu adalah dasar yang akan diikuti oleh bagian-bagain Alkitab selanjutnya. Dan di dalam kesempatan waktu yang tinggal sedikit ini, bolehkah saya menunjukkan kepada anda kesetiaan Allah terhadap kovenan itu? Kitab Kejadian ditutup dengan perkataan dari Yusuf. Satu-satunya perkataan Yusuf yang disebutkan dalam Perjanjian Baru adalah perkataan ini: “Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: Tidak lama lagi aku akan mati, tentu Allah akan memperhatikan kamu” (Kejadian 50:24). Allah pasti akan memperhatikan kamu. Mengapa? Karena perjanjian yang tanpa syarat yang berasal dari Dia tidak akan pernah gagal. “Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikannya dengan sumpah” Dan dari sini hingga seterusnya anda akan menemukan hal itu secara berulang-ulang, “dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub” (Kejadian 50:24)—kovenan itu adalah untuk selama-lamanya, Allah akan memperhatikan kamu. Kemudian Yusuf berkata, ketika Allah memperhatikan kamu, bersumpahlah kepadaku bahwa kamu akan membawa tulang-tulangku dari sini dan menguburkannya di tanah Kanaan. Dan dia membuat anak-anak Israel bersumpah: “Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini” (Kejadian 50:29).
Apa masalahnya jika tulang seseorang dikuburkan di negeri Mesir atau di Etopia atau di bagian lain di bumi ini, jika itu adalah akhir dari hidup seseorang, akhir dari kisahnya, takdirnya, masyarakatnya dan visinya. Yusuf percaya akan janji Allah. Sekalipun cacing-cacing akan menghancurkan tubuhnya, alan tetapi di dalam dagingnya dia akan melihat Allah. Dan Yusuf membuat mereka bersumpah: “Jika aku mati dan tulang-tulangku disimpan di salam satu peti mati Mesir ini, bersumpahlah kepadaku bahwa ketika Allah memperhatikan kamu, dan Dia pasti akan melakukannya, kamu akan membawa tulang-tulangku dari sini dan menguburkannya di negeri Kanaan, negeri yang telah dijanjikannya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub dan akan menjadi milik keturunannya sampai selama-lamanya.” Ada sebuah hari yang lain, ada sebuah waktu yang lain, ada sebuah millennium yang akan datang, dan Yusuf berdoa bahwa di dalamnya dia dapat memiliki sebuah bagian dan dapat berbagi di dalam perjanjian dari kovenan yang dipelihara Allah.
Saya masih memiliki waktu beberapa menit lagi. Dan biarkan saya menambahkan beberapa kata lagi, sesudahnya saya akan berhenti. Betapa setianya Allah memelihara perkataan itu dan betapa sungguh-sungguh Dia meletakkan hal itu di atas hati umatNya. Mari kita berpaling ke dalam Kitab Ulangan. Ulangan bagian yang terakhir. Saya akan membacanya untuk anda dari Keluaran 31:7-8: “Lalu Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati” [Ulangan 31:7, 8]. Sekarang lihat. Kemudian Musa naik ke gunung Nebo dan Tuhan menunjukkan seluruh negeri itu kepadanya dan Tuhan berkata kepadanya, “Inilah negeri yang Ku janjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian; Kepada keturunanmulah akan kuberikan negeri itu” (Ulangan 34:4) dan sampai selama-lamanya. Saudara mereka telah meninggalkan tanah itu selama lebih dari empat ratus tahun. Di sana tidak ada lagi seorang Yahudi, seorang Ibrani, tidak ada lagi keturunan Abraham di sana selama lebih dari empat ratus tahun. Orang lain telah memilikinya, orang Het, Yebus, Girgasthe, Kanaan, Amori. Dan ketika anak-anak Allah berdiri di sana menghadapi Tanah Perjanjian, setiap langkah yang mereka jalani dan setiap jejak yang mereka buatm, mereka lakukan dengan peperangan dan pertempuran. Hal itu tidaklah membuat suatu perbedaan, karena kovenan Allah tidak berubah, dan janji Allah tidak pernah gagal, Tuhan akan memenuhi setiap perkataanNya. Dan Tuhan berfirman kepada Musa ketika dia melihat negeri itu, “Rumah dari orang Kanaan dan orang Amori dan semua yang tinggal di dalamnya,” Allah berfirman, “Inilah negeri itu.” Engkau sudah tidak berada di sana selama empat ratus tahun, atau mungkin engkau sudah tidak berada selama dua ribu tahun, atau mungkin ada sebuah millennium di sana sejak orang Ibrani memiliki negeri itu. Tetapi Allah tidak berubah. Dan janji yang telah Dia buat tidak akan pernah gagal. “Inilah negeri yang Ku janjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian; Kepada keturunanmulah akan Ku berikan negeri itu” (Ulangan 34:4). Dan Kitab Yosua dimulai, dan Kitab Yosua dimulai dengan kalimat ini, “Sesudah Musa, hamba Tuhan itu mati, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu” (Yosua 1:1-3)—dan kepada anak-anakmu sampai selama-lamanya.”
Waktu kita telah habis, dan kita akan mengambil dari sana dan membaca Kovenan Allah dengan jelas melalui seluruh Alkitab. Tetapi Dia tidak berubah. Dia tidak berubah. Demikian juga dengan seluruh kovenan Allah. “Sebab inilah darahKu, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:28). Ketika Allah berkata: Jika seseorang memberikan hatinya dan percaya kepada Yesus, Aku akan menyelamatkan dia sampai selama-lamanya, tidak masalah apa yang mungkin disampaikan oleh seorang teolog. Tidak peduli apa yang menjadi filosofi seseorang, atau diskusi mereka atau teori dan spekulasi mereka. Allah berkata: Aku akan menyelamatkan dia sampai selama-lamanya. Dan Dia memegang janjiNya. Dan tidak ada kovenan yang dibatalkan ketika Allah membuatnya. Ini adalah jaminan yang kita miliki dalam menghadapi waktu yang tidak dapat dielakkan itu yang terbentang di hadapan kita. Allah kita dan janjiNya serta kovenanNya, memelihara mereka hingga waktu yang terakhir dari hari-hari akhir yang akan datang ke dunia ini. Ini adalah sebuah hal yang luar biasa bagi orang-orang yang bernaung kepada Allah. Bagaimanapun kejamnya sebuah pemerintahan, apapun yang mungkin terjadi di dalam hidup, dan apapun yang terjadi dalam perkembangan sejarah, Dia memiliki sebuah takhta di sorga, di pusat dari alam semesta dan disekelilingnya ada pelangi dari kovenan-pemeliharaan Allah. Letakkanlah kepercayaan anda di dalam Dia dan lakukanlah.
Undangan kami bagi hati dan jiwa anda. Bagi seseorang dari anda yang berada di atas balkon atupun di lantai bawah, atau sebuah keluarga dari anda, Ketika Roh Yesus berkata dan memimpin jalan anda supaya anda dan maju ke depan, lakukanlah sekarang—datang dalam keyakinan, datang dalam iman, datang dengan surat, mari majulah ke depan. Bagaimanapun Roh Allah akan menyampaikan kata-kata ke dalam hati anda, lakukanlah keputusan itu pada pagi hari ini, ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM