MASA KEEMASAN KITA DI HARI ESOK

(OUR GOLDEN TOMORROW)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 5:10

07-25-93

 

Di dalam beberapa hari ini, itu akan menjadi sebuah hari di mana saya telah berdiri di mimbar ini selama empat puluh sembilan tahun. Dan saat itu saya sedang menyampaikan khotbah dari 1 Korintus 1:18: “Kristus Kuasa Allah.” Dan ketika saya berdiri di sini, dan membuka Alkitab untuk menyampaikan khotbah, tangan saya gemetar—saya sangat malu—saya berusaha keras untuk menahan tangan saya, tetapi saya tidak bisa. Ketika saya memegang Firman Allah, tangan saya gemetar ketika saya berkhotbah pada pagi itu. Komite mimbar mengadakan pertemuan pada minggu berikutnya, dan Paul Danna, yang merupakan wakil presiden dari First National Bank berkata kepada komite mimbar, “Tidakkah kalian lihat pemuda itu ketika dia berdiri di sana dengan tangannya yang memegang Alkitab dan tangannya gemetar? Apakah kalian melihat hal itu?” Dan Paul Danna, telah banyak memutuskan kepada orang lain untuk datang kemari sebagai gembala jemaat, Paul Danna berkata kepada komite itu, “Orang muda itu memiliki sebuah penghormatan terhadap Firman Allah. Tangannya gemetar ketika dia memegangnya.” Dan Paul Danna berkata, “Saya memilih dia.” Dan mereka memanggil saya menjadi gembala di gereja ini. Betapa mengherankan dan luar biasa bahwa Allah mengambil kelemahan kemanusiaan kita dan menggunakannya untuk mengagungkan namaNya yang mulia dan yang tidak ada bandingnya. Jadi, kita harus berkomitmen kepada Alkitab. Dan jika kita bisa melihat, dalam seratus tahun yang akan datang, kita tetap berdoa agar kitab ini menjadi dasar dari latar belakang dan teks bagi tugas yang menunggu kita terhadap jemaat yang luar biasa ini.

Dan Firman Allah mengejanya keluar setiap menit dengan sempurna. 

Yesus mendekati mereka dan berkata : "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku—memenangkan kepada Kristus seluruh  ethne—dan baptislah mereka dalam nama—Allah Tritunggal—Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Dan ajarlah—didasko—mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah—dan dalam bahasa Yunani, kata itu sangat empatik yaitu ego meth—Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." [Matius 28:18-20]. 

 

Jadi tugas kita sangat jelas terbentang di hadapan kita. “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah …” 

Yang pertama, kita diperintahkan untuk memenangkan seluruh bangsa, seluruh ethne, setiap kelompok, setiap suku dan budaya dan bahasa di bawah bumi ini ke dalam iman kepada Kristus. Seandainya kebutuhan kita adalah sebuah teknologi maka Allah telah mengirimkan kepada kita seorang ilmuawan. Seandainya kebutuhan kita adalah sebuah kekayaan, Allah telah mengirimkan kepada kita seorang ahli ekonomi, seandainya kebutuhan kita adalah sebuah kesenangan, maka Allah telah mengirimkan kita seorang penghibur. Tetapi kebutuhan kita adalah sebuah kelahiran kembali, pertobatan, dan pengampunan dosa, karena itu, Allah mengirim kita seorang Juruselamat. Dia berkata, “Aku datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). Dan “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdoa yang bertobat” (Lukas 15:10).

Biarkan aku memiliki gerejaku

Di sebuah jalan pusat kota

Tempat dari ras manusia berlalu lalang.

Manusia yang baik

Manusia yang buruk

Sama baiknya dan buruknya seperti aku.

Aku tidak akan duduk

Di kursi pojok

Atau rombongan yang sinis.

Biarkan aku memiliki gerejaku

Di atas Jalan Ervay

Dan menjadi seorang sahabat bagi manusia

 [paraphrase dari karya asli, “The House by the Side of the Road,” oleh Sam Walter Foss]

 

Tugas Allah bagi kita: Memenangkan jiwa yang terhilang bagi Kristus—semua orang. Sebagai konsekuensinya, di dalam gereja ini, setiap ibadah diakhiri dengan sebuah seruan, dengan sebuah undangan. Dan saya memiliki sebuah kebanggaan, seandainya saya telah dilupakan, ketika saya telah berkhotbah di seluruh dunia ini, saya memiliki sebuah kebanggaan bahwa setiap kali kita mengadakan ibadah di sini, Allah akan memberikan kita sebuah tuaian, sebuah pertambahan jiwa. Ribuan kali saya telah berkhotbah dan Allah telah memberikan kita upah dengan jiwa-jiwa yang datang kepada Allah. Dan selain dari pada jemaat kita yang ada di sini, kita memiliki tiga puluh satu kapel. Ketika saya datang kemari, saya berusaha untuk mendapatkan kelompok etnik itu untuk datang ke rumah Tuhan ini. Mereka mungkin tidak akan memberikan respon. Dan saya berkata di dalam hati saya, “Jika mereka tidak mau datang kepada kita, kita yang akan pergi kepada mereka.” Dan kita mendirikan kapel-kapel ini di seluruh kota. Saya tidak akan pernah melupakan sebuah Natal beberapa tahun yang lalu ketika Ira McAlister yang mengepalai pelayanan kita kepada orang-orang terkasih di kota ini, kelompok etnik ini, dia memiliki sebuah program Natal di Coleman Hall. Dan ketika saya duduk di sana dan mendengarkan mereka, saya menangis selama tiga jam. Programnya adalah mendengarkan kesaksian dari para keluarga ini yang telah dimenangkan kepada Kristus di dalam pelayanan mereka yang mulia. 

Sebagai contoh, seorang pria berdiri dan berkata, “Saya dulunya adalah seorang pemabuk, diperbudak oleh alkohol. Dan ketika saya pulang ke rumah, saya akan memukuli anak-anak saya dan menyiksa istri saya. Kemudian manusia Allah ini datang, pendeta dari kapel ini, menemukan saya dan memenangkan saya kepada Kristus.” Dan sekarang, dia berkata, “Ketika saya pulang ke rumah, anak-anak saya berlari menemui saya. Dan istri saya merangkul saya serta menyambut saya. Terpujilah Allah atas apa yang telah dilakukan Tuhan bagi saya.” Hal itu berlangsung selama tiga jam dan sangat menggerakkan hati saya dan sukar bagi saya untuk mengungkapkan perasaan itu. Jadi pelayanan yang kita lakukan di gereja ini, sangat indah, sangat baik dan sangat mulia.

Edwin Markham, salah seorang penyair Amerika yang terkemuka menulis sebuah puisi tentang kedatangan Tuhan kita dan bagaimana Dia melakukannya. Dia berbicara tentang seorang pembuat sepatu, tukang sepatu yang bernama Conrad dan inilah syairnya itu:

Sementara tukang sepatu merenung, ada yang berlalu di jendelanya

Seorang pengemis basah kuyup oleh hujan yang lebat

Dia memanggilnya masuk, dari jalan yang berbatu

Dan memberikan dia sepatu bagi kakinya yang lembam

Pengemis itu pergi, lalu datanglah seorang wanita tua

Wajahnya terlihat kerut penderitaan,

Seonggok kayu bakar terikat di punggungnya

Dan dia menghabiskan waktu dengan keletihan dan siksa

Dia memberikan wanita tua itu makanannya dan itu meringankan bebannya

Ketika perempuan tua itu meneruskan perjalanannya

Kemudian di depan pintunya datanglah seorang anak kecil

Tersesat dan ketakutan di dalam dunia yang sangat liar

Di dalam kegelapan dunia yang besar. Dia meraih anak kecil itu

Dia memberikan susu dan cawan yang menunggu

Dan menuntunnya pulang ke tangan ibunya

Keluar dari jangkauan alarm dunia

Hari berlalu di langit barat yang merah tua

Dan bersamanya berharap ada Tamu yang Mulia

Dan Conrad si pembuat sepatu itu—Conrad—mendesah

Ketika dunia berubah kelabu,

                        “Mengapa Tuhan,

Kakimu sangat lambat?

Apakah Engkau melupakannya

Melupakan hari ini?

Kemudian datanglah suara dari sorga

Dalam keheningan yang lembut

Sebuah suara dia dengar

Angkatlah hatimu

Aku telah memegang perkataanKu

Tiga kali Aku telah datang

Ke dalam pintumu yang bersahabat

Telah tiga kali bayanganKu

Telah berada di lantaimu

Aku adalah pengemis

Dengan kaki yang telanjang

Aku adalah wanita tua

Yang telah engkau berikan makanan

Aku adalah anak kecil

Yang tersesat di jalanan.

 [Edwin Markham, “How The Great Guest Came”]

 

Ini adalah kehadiran dari berkat Allah di tengah-tengah kita; pelayanan kita terhadap kelompok yang terlupakan di kota besar ini, yaitu ketiga puluh satu dari kapel itu. Dan tentu saja pelayanan dari Dallas Life Foundation kepada orang-orang miskin dan gelandangan. “Karena itu pergilah, jadikanlah mereka semua murid-Ku, menangkan orang-orang ini kepada Kristus.”  

Dan yang kedua, baptiskanlah mereka di dalam nama Allah Tritunggal. Ini adalah jemaatNya. Oleh satu Roh kita semua telah dibaptiskan ke dalam soma—tubuh Kristus. [1 Korintus 12:13].  Dan perkataan lainnya: “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, koinonia. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” [Kisah Rasul 2:41, 42].  Dan Yesus berkata, Di atas batu karang ini, Aku akan membangun ekklesia—kata yang ketika, memanggil keluar keluarga Allah. Bukankah itu sangat aneh? Yesus tidak pernah berkata, “rumahKu” ketika Dia mengacu kepada hal itu. Dia berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Yesus tidak pernah berkata, “rumahKu.” Yesus tidak pernah berkata, “IstriKu.” Dia tidak pernah mengenal sebuah hubungan intim yang seperti itu. Yesus tidak pernah berkata, “AnakKu.” Dia tidak pernah berkata, “AnakKu.” Dia tidak pernah melihat  ke arah pandangan masa muda dan melihat diriNya sendiri. Tetapi Dia berkata, “JemaatKu.” Dan Dia memberikan kepada jemaat itu, dua ordinansi yang sangat indah. “Lihat, di situ ada air; apa halangannya jika aku dibaptis?” “Dan Dia mengambil roti ketika hendak makan dan cawan ketika Dia hendak minum.” Bukankah itu sangat tidak biasa? Tuhan kita telah dibaptis dan mengundang kita untuk mengikutiNya. Tuhan kita sendiri memakan roti dan minum anggur dan mengundang kita untuk bergabung di dalam Perjamuan yang kudus itu. Ah, Tuhan, betapa mulianya untuk mengikut Engkau. Dan jemaat kita dibangun dalam sebuah komitmen rohani dengan makna rohani dan permohonan rohani.

Anda tidak akan mempercayai hal ini. Saya mengambil sebuah berita utama Dario surat kabar, yang berjudul: “Paduan Suara Gadis-Gadis Tanpa Penutup Dada, Cara Untuk Memenuhi Gereja.” Dan saya membaca kalimat yang pertama. “Paduan suara gadis-gadis tanpa penutup dada, himne yang vulgar, mariyuana dan seorang penyanyi pop di imimbar adalah satu-satunya jalan bagi gereja untuk mengkomunikasikan kesuksesan di dunia modern.” Oh, sucikanlah saya, mungkinkah gadis tanpa penutup dada akan menjadi sebuah pertunjukan besar bagi saya. Dan kalimat yang terakhir—dan saya tidak akan membacakannya—“Kemudian gereja akan dikomunikasikan dan dibungkus ke depan pintu.” Saya tidak tahu tentang hal itu.” Jika anda semua ke sana, mungkin hal itu benar, tanpa penutup dada, dia mungkin benar. Hal itu mungkin dapat di kemas ke dalam pintu-pintu-pintu setiap ibadah.

Tetapi, alat untuk menaklukkan bagi Kristus adalah hal-hal rohani. Paduan suara untuk bernyanyi: pada tahun 1878 merupakan awal dari pelayanan musik kita yang pertama, kemudian pada tahun 1973, orkestra kita didirikan. Dan program musik kita mengangungkan Tuhan. Doa kita, betapa indahnya untuk mendengarkan permohonan doa dari manusia Allah ini, yaitu Dr. Fish, dan penyampaian Firman, dan seruan di dalam nama Kristus. Oh, Tuhan, saya menyukai tempat ini. Saya menyukai ibadah ini. Mereka memberkati jiwa saya. Dan itu adalah  maksud dari Allah bahwa hubungan yang kita bentuk di sini di dalam Dia dan di dalam persekutuan ini akan menjadi kekal. Gereja bukanlah senbuah institusi. Ia adalah sebuah persekutuan. Ia adalan sebuah koinonia. Gereja bukalah sebuah organisasi. Ia adalah sebuah organisasi yang hidup. Ini adalah soma Tuhan—tubuhNya. Dan gereja bukanlah sebuah bangunan, ia adalah sebuah ekklesia yang indah—sebuah panggilan untuk keluar dan menjadi milikNya. Dan itu adalah tujuan Allah, agar kita berkumpul bersama-sama. Dan Pemazmur berkata:  Tuhan telah meletakkan kesatuan di dalam keluarga-keluarga. Dan itu adalah tujuan Allah bahwa kita akan berkumpul bersama-sama sampai selama-lamanya. Beberapa dari kita berada di sini. Beberapa dari kita berada di sana. Tetapi kita semua satu di dalam Tuhan. Aku adalah Allah yang Hidup, demikianlah firman Tuhan. Dia bukanlah Allah orang mati. Dan Paulus menulis di dalam Filipi pasal:   “Politeuma kita—rumah kita, kewargaan kita, kerajaan kita, persemakmuran kita berada di sorga. 

Aku merupakan seorang asing disini

Surga adalah rumahku

Dunia hanyalah sebuah padang yang suram

Surga adalah rumahku

Dukacita dan bahaya berdiri mengancam

Mengitariku dalam setiap sisi

Sorga adalah tanah airku

Sorga adalah rumahku

[T. R. Taylor, “Fatherland”]

 

Saya ulangi—itu adalah tujuan Allah, agar kita bersama-sama sampai selama-lamanya. Beberapa dari kita berada di sana. Beberapa dari kita berada di sini. Tetapi kita semua satu di dalam Dia. Saudara yang terkasih, selama empat puluh sembilan tahun ini bahwa saya telah mengenal dan mengasihi gereja ini, mereka ada di sana. Dan kita berada di sini. Tetapi kita semua satu di dalam Dia. Ayah saya sangat suka menyanyikan lagu-lagu Stamp Baxter. Dia memainkan banjo. Dan bahkan ketika saya masih kecil, saya akan duduk di sana selama berjam-jam dan mendengarkan ayah saya di sana bernyanyi dengan catatan kecil. Dia mulai dari awal dan menyelesaikannya sampai akhir. Dan terakhir kalinya saya melihat dia sebelum dia meninggal, dia menyanyikan sebuah lagu untuk saya.

 

Aku akan bertemu denganmu di pagi hari

Oleh cahaya yang gemilang di seberang sungai

Ketika semua penderitaan telah hilang lenyap

Ketika gerbang terbuka lebar,

Di penghujung dari hari-hari yang redup

 

Dia berada di sana. Dan saya ada di sini. Tetapi kami tetap satu di dalam Kristus. Itu adalah tujuan Allah bagi kita, anak-anakNya, keluargaNya.

“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Tuhan yang mulia, betapa merupakan sebuah tugas yang mulia. Betapa merupakan sebuah pekerjaan yang luar biasa yang telah diberikan Allah kepada kita untuk kita lakukan. Mengajar, melatih, menuntun, mendirikan sekolah minggu kita dan lain-lain. Dan membawa setiap orang ke dalamnya dari segala umur. Akademi kita, sekolah First Baptist kita, Criswell Colege kita, yang dibangun di sekitar Firman Allah yang tiada salah. Itu adalah sebuah tugas yang luas. Tetapi Allah telah memanggil kita untuk hal itu dan kita meresponnya dengan seluruh hidup kita. Seperti nyanyian para pria setelah mereka membangun Kanal Panama:  

 

Jangan mengirim kami kembali ke dalam kehidupan yang sama seperti itu lagi,

Kami yang telah menghancurkan tulang belakang sebuah daratan

Pekerjaan yang mudah, oh, kami tidak dapat melakukan hal itu lagi

Tidakkah kamu memiliki sesuatu yang lebih dari itu di jalur kami ?

Memiliki suatu sungai yang kamu katakan tidak dapat diseberangi?

Memiliki suatu pegunungan yang tidak dapat kamu lalui ?

Kami memiliki keahlian khusus di dalam hal-hal yang mustahil itu

Melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain

[Anonymous]

 

Allah memberkati gereja ini, sebagaimana hal itu dibawa ke dalam hati, yaitu tugas yang luar biasa dari Firman Allah dan jalan hidup yang kekal.   

Kemudian Dia menutup: “Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Sampai akhir zaman. Dan sampai kepada kemuliaan akhir yang paling pokok, kita mengangkat hati kita dalam pujian, di dalam doa dan di dalam pengharapan sorgawi, ketika pekerjaan ini telah selesai dan Yesus datang untuk milikNya. Kita diberitahukan di dalam Alkitab ini tentang kemahadiran Kristus—setiap saat, setiap waktu, setiap hari. Kita menantikan Dia, kita mengharapkan Dia; kita harus mengamati Dia, kita harus siap sedia untuk Dia. Ketika Dia melaksanakan Perjamuan Tuhan, Dia menutupnya dengan perkataan achri hou elthe—“sampai Aku datang.” Paulus mengakhiri surat pertamanya ke Korintus dengan perkataan: Maranatha—“Tuhan datang segera.” Dan seluruh Wahyu, seluruh Alkitab ditutup dengan perkataan ini: “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini berfirman: Ya, Aku datang segera.” Dan respon dari rasul Yohanes adalah respon kita: “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” 

Pemazmur menulis di dalam Mazmur 90:4: “Sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin.” Seribu tahun adalah sebuah hari dalam kelendar Allah. Saudara yang terkasih, hal itu berarti Dia telah pergi selama dua hari. Dia telah pergi selama dua hari. Mungkinkah pada hari yang ketiga Dia akan kembali? Menunggu Tuhan kita—dan ketika kita menunggu, kita bekerja dan berdoa, mencurahkan hidup kita ke dalam pelayanan untuk memenangkan jiwa, membaptiskan mereka ke dalam persekutuan jemaat dan mengajarkan kepada mereka tentang hal-hal yang telah diberikan Allah kepada kita untuk kita lakukan.

Seorang petani tua ditanya ketika dia sedang membajak di ladang, “Jika anda tahu bahwa Tuhan akan kembali dalam lima belas menit, apa yang akan anda lakukan?” Dan petani tua itu menjawab, “Aku akan menyelesaikan membajak ladang ini dari baris awal hingga baris yang terakhir.” Itu juga merupakan jawaban dari kita. Yesus akan datang. KedatanganNya akan segera terjadi. Tetapi sementara kita menunggu, kita tetap bekerja dan berdoa dan membuka hati kita dan rumah kita dan hidup kita terhadap kehadiranNya yang mulia, yang penuh kemurahan serta menyelamatkan. Menanti dan berdoa. 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM