PADA HARI KEMURKAAN-NYA

(IN THE DAY OF HIS WRATH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 6:12-17

05-20-62

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Pada Hari Kemurkaan Allah. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, setelah bertahun-tahun, sekarang kita telah tiba di bagian yang terakhir, bagian klimaks dari Alkitab, yaitu Kitab Wahyu. Dan di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal 6, dimulai dari ayat dua belas, yang merupakan materai yang keenam. Jika anda membuka Alkitab anda di kitab yang terakhir, ke dalam pasal enam ayat dua belas dan membiarkan Alkitab anda terbuka, anda dapat dengan mudah mengikuti khotbah pagi ini. Pembacaan teks kita adalah Wahyu 6:12—

Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.

Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.

Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.

Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung.

Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu."

Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan? [Wahyu 6:12-17]. 

 

Materai keenam ini dan bagian yang baru saja kita buka menggambarkan pembukaannya—ini bukanlah yang terakhir tetapi awal bagian dari masa yang akhir. Mereka ini adalah orang-orang yang hidup di dunia di dalam masa yang mengerikan dan menakutkan itu, bayangkanlah, ini adalah Hari Kemurkaan Allah, dan ini bukanlah bagian akhir. Ini adalah permulaan dari bagian akhir, dan merupakan sebuah bayangan, sebuah pertanda, sebuah kesungguhan dari kesudahan zaman yang terakhir dan yang mengerikan itu. Kitab Wahyu sama dengan Matius pasal dua puluh empat, diskusi Tuhan kita tentang kahir zaman. Dan itu sama seperti Kitab Daniel, nabi itu membagi minggu tentang akhir zaman itu ke dalam dua bagian yang setara. Dia menyebutkannya dengan tujuh minggu—dan tujuh minggu ini membawa akhir dunia ini ke dalam dua bagian.  Jika satu minggu mewakili satu tahun, maka yang pertama merupakan 3 setengah tahun dan kemudian bagian yang kedua adalah tiga setengah tahun berikutnya. Tuhan kita melakukan hal yang sama di dalam diskusiNya tentang akhir zaman dalam Matius pasal 24. Bagian pertama Dia menyebutnya dengan “permulaan penderitaan,” dan bagian terakhir Dia menyebutnya dengan “kesusahan besar.” Hal itu sama dengan apa yang anda temukan di dalam Kitab Wahyu. Bagian pertama ditemukan dalam pembukaan dari materai yang pertama dan bagian yang terakhir adalah materai yang ketujuh yang diikuti dengan tujuh sangkakala dan tujuh cawan murka Allah. Dan sekarang kita sedang melakukan pendekatan terhadap permulaan dari penderitaan terakhir dan permulaan dari kesusahan besar yang sulit untuk dilukiskan. Di dalam kitab Wahyu kita akan merujuk kepada hal itu dalam terminologi yang sama, yang anda temukan di dalam diskusi akhir zaman di Perjanjian Lama. Kadang-kadang hal itu disebut dengan “tiga setengah tahun”—bagian yang kedua dari minggu itu. Kadang-kadang hal itu disebut “satu masa, masa dan setengah masa.” Kada-kadang disebut dengan “empat puluh dua bulan.” Kadang-kadang disebut dengan seribu dua ratus enam puluh hari.” Tetapi apapun istilah yang dipakai—mereka memiliki panjang waktu yang sama—dan mereka merujuk kepada hari penghukuman yang terakhir itu, pelaksanaan hukuman Allah atas dunia ini. Jadi kita tiba di materai keenam—ke dalam permulaan dari masa akhir itu. Ini adalah akhir dari tiga setengah tahun yang pertama. Ini adalah akhir dari permulaan penderitaan kesusahan besar.  Dan setelah pasal yang disisipkan, nomor tujuh. Kemudian kita masuk ke dalam akhir dari kesudahan zaman, kesusahan besar dari Allah. Ini adalah enam materai yang pertama, yang menutupi periode waktu dari bagian yang pertama, dari minggu-minggu yang terakhir itu.  

Materai yang pertama, seperti yang anda ingat, adalah materai yang membawa lintas horizon dari sejarah yang pokok dan diktator yang terakhir—tiran dunia, manusia durhaka. Dan dia datang dalam sambutan dan penerimaan bangsa-bangsa di dunia dan seluruh umat manusia. Dia datang dalam kudeta tanpa darah, dalam sebuah revolusi tanpa darah, tanpa kata-kata, tanpa pembinasaan, tanpa menumpahkan darah manusia. Dia datang sebagai seorang juruselamat umat manusia—ini adalah manusia yang melepaskan kita dari perang. Ini adalah manusia yang memiliki jawaban terhadap semua penyakit ekonomi dan semua gangguan terhadap umat manusia—dan mereka semua datang dalam cara yang seperti itu. Mereka adalah juruselamat-juruselamat dunia. Sekalipun mereka berada di dalam sejarah kuno, pertengahan sejarah, atau hari ini, mereka semuanya sama. Ini adalah Demetrius Soter, ini adalah Ptolemy Soter, ini adalah Philadelphia Soter, ini adalah Antiochus Soter, ini adalah Seleucus Soter.  Kata  soter adalah gaya dari bahasa Yunani untuk kata “juruselamat.” Hal yang sama juga ada di abad pertengahan. Ini adalah Napoleon Bonaparte yang membebaskan Prancis. Atau ini adalah Frederick the Great of Bismarck, yang membebaskan Jerman. Atau hari ini, ini adalah Der Feuhrer yang membebaskan tanah air. Atau ini adalah Stalin yang membebaskan ibu Rusia. Atau ini adalah Tojo yang menemukan sebuah tempat untuk Nippon di Matahari. Mereka semua datang dalam cara yang sama—sama seperti yang anda temukan di sini, di dalam Firman Allah.

Dan reaksi yang wajar dan hal yang beriringan dan hal yang menyertainya selalu sama. Tidak ada pengecualian. Semuanya ditulis dalam darah dan air mata dan dalam perang dan dalam kematian—sama seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Dan setelah di atas horizon sejarah, datanglah pembebas dunia, yang menunjuk dirinya sebagai juruselamat, diktator yang melepaskan dan membebaskan umat manusia. Kemudian datanglah perang dan, materai yang kedua dalam Wahyu adalah seekor kuda yang berwarna merah dan orang yang menungganginya  memiliki sebuah pedang yang besar yang bermandikan darah. Kemudian materai yang ketiga dibuka. Dan ada seekor kuda hitam dan di sana ada kelaparan dan kematian serta kekurangan di dunia. Dan selanjutnya materai yang keempat dan diikuti oleh kuda yang keempat.  Dan di sana ada sampar dan wabah dan kematian dengan kuburan yang membuka mulutnya untuk menelan orang banyak yang jatuh di dalam putaran baling-baling pemimpin itu yang menyebut dirinya sebagai juruselamat dunia. Semuanya yang telah ada pada masa lalu merupakan tipe dan gambaran dari diktator yang terakhir itu yang akan menawan segala kuasa dan pemerintahan dunia, kuasa militer, sosial dan budaya yang ada di seluruh dunia ini.

Kemudian materai yang kelima, anda tidak melihat aksinya—hanya hasil dari hal itu. Di dalam sorga ada jiwa-jiwa yang telah menjadi martir karena kesaksian mereka tenatang Firman Allah dan iman mereka kepada Yesus Kristus di bumi. Dan mereka berseru kepada Allah untuk membalaskan darah mereka. Mereka berseru kepada Allah, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (Wahyu 6:10). Karena pada masa mimbar modern dan masa iman modern dan masa teologi yang baru, mereka memiliki gambaran bahwa Allah adalah lembut dan mudah. Allah tidak akan memiliki sebuah pikiran tentang neraka atau pun nyala api atau pun perasaan marah. Dia adalah Allah yang gampang dan lembut dan anda dapat menolakNya dan Dia lunak, seperti dempol dan tanah liat. Itu adalah Allah modern di mimbar modern. Tetapi betapa berbedanya dengan Allah yang digambarkan dalam Alkitab, Allah yang menjatuhkan hukuman dan yang membalaskan dendam. Itulah sebabnya mengapa saya mengajak kita untuk membaca bersama-sama tulisan Rasul Paulus dalam surat yang kedua kepada jemaat Tesalonika. Dan kepada mereka, rasul yang hebat itu berkata, “Kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita: ….., yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu. Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas,…., pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai.”  Oh, betapa berbedanya dengan Allah yang digambarkan dalam Alkitab ini!—Seorang Allah yang akan memberi penghakiman dan Allah yang memiliki amarah. Dan orang-orang ini yang melakukan kejahatan di bumi dan yang melakukan kehancuran dan pembunuhan dan melakukan peperangan dan pertumpahan darah, maka Allah tetap menahan mereka hingga hari Tuhan yang terakhir. Dan materai yang kelima adalah seruan dari orang-orang benar Allah yang telah bermandikan darah di dunia ini

Dan materai yang keenam adalah permulaan dari jawaban Allah itu. Dan sisa Kitab Wahyu sebuah pelaksanaan penghukuman Allah ketika Dia berurusan dengan dosa di dalam dunia. Ketika orang-orang yang tidak benar, ketika kejahatan dan kekerasan  dan keburukan akan dilemparkan selamanya—ini adalah proses pelaksanaan dari sebuah amarah, sebuah murka dan keadilan Tuhan. Sekarang di dalam materai keenam, di sana ada fenomena fisik yang mengejutkan, mengerikan dan melumpuhkan: “Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat.” —seismos [Wahyu 6:12].  Kata seismos dalam bahasa Yunani memiliki makna “tenggelam, bergoncang, bergerak secara tidak teratur.” Seringkali Alkitab kita menerjemahkannya dengan kata “gempa bumi,” dan di dalam bahasa Inggris,  seismos merujuk kepada gempa bumi. Seismograf adalah alat untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Sebagai contoh, di dalam ayat berikutnya, dalam Wahyu, ketika penulis mempersamakan seluruh alam semesta Allah seperti sebuah pohon yang besar, dia berkata ketika pohon itu digoncangkan—itu adalah kata yang sama, diterjemahkan dengan “gempa bumi”—sama seperti pohon itu diguncang oleh angin yang keras. Di dalam Kitab Matius pasal delapan, kata yang diterjemahkan di sana adalah “sebuah angit ribut.” Ketika angin besar dan gelombang menerpa Danau Galilea di sana diterjemahkan dengan sebuah “angin ribut.” Di dalam Yoel pasal dua ayat sepuluh, dia merujuk disana dengan langit yang “bergoncang.”  Itu adalah kata yang sama. Dan di dalam Septuaginta, Alkitab bahasa Yunani di dalam Kitab Hagai pasal dua ayat enam, kata yang dipakai di sana adalah “menggoncangkan”—“ Sebab beginilah firman Tuhan semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan” [Haggai 2:6]. 

Jadi apa yang sesungguhnya disingkapkan oleh materai yang keenam ini bahwa di sana akan ada sebuah goncangan yang universal dari seluruh ciptaan Allah dan ini adalah sebuah bagian dari kehadiran pengadilan Allah. Dalam seluruh Firman Allah, anda akan menemukan hal yang sama dan identik. Ketika Tuhan datang di atas puncak Gunung Sinai, dan memberikan hukum Allah kepada umat Israel, Alkitab berkata, “Seluruh gunung itu gemetar sangat.” Kehadiran dari Allah Yang Mahatinggi. Anda akan menemukan hal yang sama, kondisi yang sama ketika Elia mengeluh kepada Tuhan Allah bahwa nabi-nabi Tuhan telah dihancurkan dan altar Tuhan telah dibuang. Dan Tuhan Allah lewat, dan ketika Dia melakukannya, angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu. Anda akan menemukan hal itu ketika Yesus dibunuh. Ketika dia mati, terjadi gempa bumi dan batu-batu terbelah. Anda akan menemukan hal yang sama ketika Silas dan Paulus berdoa pada tengah malam di penjara Filipi. Tuhan turun dan Dia menggoncangkan dasar-dasarnya dan seluruh bumi bergoncang. Ini adalah sebuah bagian dari kedatangan pengadilan Allah. 

“Sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah,” hitam seperti sebuah tenda Badui. Hal itu juga menemani kehadiran dari proses pengadilan Allah. Ketika Juruselamat mati, yang merupakan penghukuman Allah atas dosa umat manusia, seluruh matahari menjadi gelap gulita. Dan ada sebuah kegelapan yang menutupi bumi dari siang hari hingga pukul tiga sore. Pada hari penghukuman Allah atas Mesir, ada sebuah hukuman atau tulah gelap gulita  yang sangat mengerikan dan menakutkan serta sangat tragis. Ketika Tuhan turun di atas Gunung Sinai, gunung itu ditutupi seluruhnya dengan asap, sebuah bagian dari tanda kehadiran pengadilan Allah. “Dan bulan menjadi merah seluruhnya seperti darah.” Bulan yang seperinya dipenuhi dengan tetesan-tetesan darah seringkali dirujuk oleh para nabi. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi.” Saya telah berkata bahwa seluruh bumi dan seluruh ciptaan sama seperti sebuah pohon besar yang digoncang oleh angin yang sangat besar. Demikianlah Allah akan menggoncangkan seluruh ciptaan ini. “Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung,” dan susunan serta topografi dari bumi ini akan berubah ketika setiap gunung dan setiap pulau berpindah dari tempatnya. Betapa merupakan sebuah hari yang sangat mengerikan!

Apakah maksud dari hal-hal ini? Anda akan melihat hal itu persis seperti yang disebutkan Tuhan di dalam diskusi Tuhan kita tentang akhir zaman dalam Matius 24. Dia menggambarkan bahwa hal-hal ini sebagai permulaan penderitaan. Dia berbicara tentang kelaparan dan Dia berbicara tentang wabah penyakit dan Dia berbicara tentang perang dan Dia berbicara tentang gempa bumi. Ini adalah cara Tuhan kita dalam menyampaikan hal itu, hal-hal yang tertulis dalam Kitab Wahyu. Dan di dalam masa Kesusahan Besar, Dia merujuk kepada sebuah masa ketika “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia” [Matius 24:29, 30]—bagian yang kedua dari masa Kesusahan Besar ini. Hal yang sama juga anda temukan di dalam kitab para nabi.

Khotbah-khotbah ini telah diterbitkan, dan saya tidak akan membacanya, tetapi saya akan menempatkannya di dalam khotbah yang telah diterbitkan, bagian dari kitab para nabi, dimana anda akan menemukan hal yang sama dan identik yang telah dinubuatkan oleh para pelihat yang melihat dengan sukar untuk masuk ke dalam misteri dari kehendak Allah dan takdir dari dunia ini. Anda akan menemukan hal yang sama dalam wujudnya, di dalam perubahannya, yang tertulis di dalam fondasi dan batu dan  petra dari dunia ini. Kita semua telah melihat pegunungan, batu-batu besar yang menyusunnya dari atas hingga bawah. Kisah dari geologi yang luas ini tertulis di dalam Palisades, yang tertulis di dalam Grand Canyon, yang tertulis di muka bumi ini, perubahan dan rasa sakit di bawah tangan Allah. Anda tidak akan menemukan segala sesuatu di dalam Alkitab ini, tertulis di dalam kitab-kitab lainnya. Hal-hal yang sedang Allah lakukan, hal-hal yang telah Allah lakukan, hal-hal yang Allah akan lakukan berada dalam sebuah pola. Semuanya sama, karena Allahlah yang melakukannya.

Tetapi apakah maksudnya? Hal itu sangat menarik. Saya tidak tahu hal lain yang lebih menarik di bumi ini selain dari pada duduk dan membaca maksud pikiran Allah ketika semua hal itu dicurahkan ke dalam lembaran-lembaran ini. Saya telah bertemu dengan salah satu penafsir yang memiliki sebuah gambaran yang sangat hidup. Saya berharap saya dapat membaca deskripsinya yang sangat fasih tentang apa yang dia pikirkan mengenai makna dari hal-hal ini. Dia merujuk kepada sebuah fakta bahwa ketika bulan menjadi sama seperti darah, itu adalah sebuah gambaran. Dia berkata hal itu merujuk kepada api yang akan membakar bumi ini. Dan nyala api di refleksikan di dalam bulan yang merah seperti darah. Dan dia berbicara tentang matahari yang berwarna gelap dan hitam, seperti tenda Badui. Dia berkata itu adalah sebuah gambaran dari asap yang naik ke atas dari bumi yang terbakar ini dan tingginya hampir sekitar sembilan puluh tiga juta mil, yang menutupi permukaan matahari. Asap itu membuat bumi menjadi gelap. Dan nyala api pada masa itu sangat mengerikan. Semua hal-hal ini sangat menarik. Saya berharap agar saya memiliki kefasihan untuk menjelaskannya.

Kemudian ada hal yang lain—dan kebanyakan para penafsir akan berkata bahwa fenomena fisik ini adalah gambaran dari kehancuran sosial masyarakat dan institusi gereja. Ini adalah sebuah gambaran, sebuah lukisan dari kehancuran otoritas peradaban dan kehancuran institusi manusia. Seiring dengan hal itu, setelah perang dan pertumpahan darah dan kehancuran, selalu ada anarki dan kekerasan dan dosa yang sukar untuk dilukiskan di bumi ini. Dan mereka berkata bahwa matahari yang gelap merujuk kepada kejatuhan dari otoritas yang utama. Dan bulan itu adalah sebuah kejatuhan dari otoritas-otoritas yang lebih kecil, suatu otoritas pemerintahan yang lebih kecil. Dan bintang-bintang merepresentasikan kejatuhan dari otoritas pemerintahan yang lebih kecil lagi. Dan gunung-gunung merepresentasikan kerajaan-kerajaan dan pulau-pulau merepresentasikan kerajaan-kerajaan yang lebih kecil. Dan ketika mereka dipindahkan dari tempatnya, itu adalah sebuah gambaran dari penghancuran dari bencana yang mengerikan dari pemerintahan dan otoritas sipil di dunia, sebuah revolusi yang tidak pernah dikenal sebelumnya dalam lembaran-lembaran sejarah. 

Mungkin saja hal itu benar. Tentu saja, Alkitab berkata bahwa itu adalah sebuah hari yang sangat tragis dan mengerikan. Dan hal itu terjadi karena kebuasan dan kehinaan dan kejahatan umat manusia.  Dan ketika terminologi ini digunakan, tentang matahari matahari yang menjadi hitam dan bulan yang berwarna merah darah dan bintang-bintang berjatuhan seberti pohon besar yang digoncangkan dan gunung-gunung dan pulau-pulau yang berpindah dari tempatnya, tentu saja hal itu bukanlah untuk membesar-besarkan, penderitaan manusia yang mengerikan itu, seperti bara yang palsu. Di bawah lapisan kulit bumi yang kita tinggali ini, jauh dibawahnya, ada volkanis yang sangat besar, batu yang cair, api yang membara dan banyak tromos, dan banyak vulkanik yang membara di bumi ini. Dan hal yang sama benar dengan penderitaan umat manusia. Di bawah ketenangan dan perintah sipil di dalam hati manusia, ada sebuah kejahatan yang sukar untuk dilukiskan. Semua hal yang dapat anda lakukan di dalam hidup anda adalah untuk membaca pemerkosaan di Nanking atau kekerasan Rusia di Warsawa. Semua hal yang harus anda lakukan  adalah membaca dan melihat hal-hal ini yang telah dilukiskan bagi anda tentang kejatuhan umat manusia. Bahkan di Amerika ini, dimana ada sebuah pasang surut yang besar dan badai yang besar atau banjir besar di sana anda akan menemukan prajurit dan tentara yang diberikan perintah untuk untuk menembak orang-orang yang membinasakan dan merampok dan mencuri hak milik orang lain yang telah kehilangan apa yang mereka miliki dalam rumah mereka. Dapatkah anda membayangkan hal itu? Dapatkan anda menerima hal itu? Keluarga-keluarga dikeluarkan dari sebuah rumah, karena sebuah pasang surut yang besar dan badai dan sebelum keluarga itu dapat kembali untuk mendapatkan kembali apa yang mungkin masih tersisa dan tertinggal di dalam sebuah rumah, di sana ada pencuri dan predator, yang berusaha untuk mencuri apa saja yang dapat mereka temukan. Tidak heran, pemerintah berkata untuk menembak mereka di tempat. Sama seperti seekor anjing, tetapi seekor anjing sama seperti sebuah hati umat manusia. Siapa yang dapat mengetahuinya. Dan kejahatan umat manusia ini datang ke permukaan pada hari yang kacau dan rusuh itu dan kehancuran dari pemerintahan sipil.   

Kemudian kita tiba kepada hal yang sangat mengherankan. Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup dan tinggal pada hari kemurkaan Tuhan itu? Yang pertama yang disampaikan oleh Alkitab adalah mereka sangat ketakutan. Raja-raja, orang-orang besar, para perwira, orang-orang yang hebat, manusia yang terbelenggu, manusia yang bebas, mereka semuanya diliputi ketakutan. Mereka menyembunyikan diri mereka di gua-gua dan di batu-batu karang di pegunungan. Mereka terjaga. Mereka ketakutan. Hal-hal yang mengerikan ini datang dari Allah. Mereka merasa benar di dalam penafsiran mereka serta penilaian mereka. Mereka berkata bahwa Allah yang di atas takhtaNya dan hal-hal ini datang dari kebenaranNya dan tanganNya yang murka. Doa adalah realitas dan Allah datang untuk menghakimi ketelanjangan kita dan jiwa kita yang telah jatuh. Dan ketika mereka sedang menafsirkan apa yang sedang terjadi, mereka menggunakan sebuah frasa yang sangat memiliki makna yang dalam dan abadi. “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?” Sebuah frasa yang hebat. Sebab Anak Domba sangat lembut, seperti yang anda gendong di pangkuan anda. Hari besar dari murka Anak Domba telah datang. Ah, Tuhan sangat baik dan murah hati bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Dia sangat murah dan sabar dan kepada orang-orang yang mengangkat wajah mereka kepadaNya. Tetapi Allah, Anak Domba, Juruselamat yang telah mati bagi dosa-dosa kita, adalah Tuhan yang memiliki murka yang penuh dan hukuman yang mengerikan bagi orang-orang yang menolak anugerah dan kasih karunia serta pengampunan yang berasal dari Dia. Salah seorang penyair Inggris yang terkemuka, yaitu William Cowper menulis tentang hari kemurkaan itu dan hari yang tragis itu seperti ini:    

Ini adalah hukum, pemhkaiman dari langit,

Dia yang membenci kebenaran pastilah seorang korban penipuan

Dan dia yang ditipu sampai akhir khayalan yang kuat

Sebagaimana neraka harus mengikatnya dengan kuat 

[William Cowper, “The Progress of Error”]

 

Ketika seseorang berpaling dari Allah dan berpaling dari kebenaran dan berpaling dari seruan Kristus dan berpaling dari kasih karunia dan anugerah, maka dia akan masuk ke dalam penghukuman dan kekalahan dan neraka. Sebab hal-hal ini tidak dapat dihindarkan. Hal itu akan selalu datang. 

Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.

Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi.

Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."

Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.  [Ibrani 10:26-31]. 

 

“Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan” [Ibrani 12:29]—murka, penghukuman dari Anak Domba. 

Dan hal lainnya yang sangat mengherankan. Anda mungkin akan berpikir bahwa ketika mereka mengadakan pertemuan doa, pertemuan yang sangat besar yang pernah diadakan di bumi, anda mungkin akan berpikir ketika pertemuan doa itu diadakan, setiap orang-orang besar dan setiap orang kecil dan setiap orang yang terkenal dan orang yang tidak terkenal dan setiap orang bijak dan orang bodoh berada di sana, setiap pemimpin, setiap orang bebas  ataupun yang terbelenggu, setiap manusia bumi berada di sana. Mereka berdoa untuk siapa? Apakah mereka akan bertobat dari dosa mereka? Apakah mereka percaya kepada Kristus? Apakah mereka memandang Allah? Mereka berdoa kepada batu-batu karang yang bodoh. Mereka memohon kepada gunung-gunung yang tuli. Betapa merupakan sebuah hal yang mengherankan. Di sini kesadaran mereka mulai bangkit dan hati mereka melembut; tetapi ketika masa akhir tidak datang pada hari itu, kemudian mereka menjadi keras hati dan menjadi semakin keras, dalam keterpisahan dan penghukuman yang datang dan mereka semakin diteguhkan dalam kebingungan mereka dan pemberontakan yang yang tidak dapat diperbaiki dan pengingkaran terhadap Tuhan, hingga akhirnya ketika Tuhan datang di dalam Kitab Wahyu pasal sembilan belas, mereka ini secara terus terang menentang dan melawan Tuhan. Bahkan Yohanes sendiri merasa terkejut dengan sikap mereka yang tidak bertobat. Di dalam Wahyu pasal sembilan ketika dia menggambarkan ketakutan yang sukar untuk dilukiskan  terhadap manusia di dunia ini, dia berkata, “Akan tetapi mereka juga tidak bertobat.” Kemudian dia menutup pasal itu dengan perkataan, “Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka” (Wahyu 9:21). Dan kemudian Yohanes terkejut kembali ketika dia melihat orang-orang yang telah dihukum Allah ini dan manusia yang dihanguskan dengan api. “Dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa….dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia” (Wahyu 16:9). Kemudian di ayat sebelas, “dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan dank arena bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka” (Wahyu 16:11). Bukankah hal itu sangat mengherankan? Anda mungkin akan berpikir bahwa manusia yang berada di bawah penghukuman Allah akan menjadi orang pertama yang akan berseru, “Tuhan, Tuhan.” Akan tetapi yang terjadi adalah hal yang sebaliknya.

Pada masa saya, salah satu penjahat yang paling terkenal bernama John Dillinger. FBI memburu dia sama seperti seekor tikus, seperti seekor  binatang pengganggu, seperti seekor anjing. Selebaran disebarkan di seluruh Amerika seperti seorang musuh kita yang luar biasa dan menjadi orang yang paling dicari di Amerika. Bagaimana manusia itu menderita di dalam kejahatannya dan kekerasannya!—memotong ujung jarinya untuk menghancurkan sidik jarinya, menjalani operasi yang paling mengerikan untuk mengubah wajahnya. Setiap gerak langkah dan sebuah keributan mengumumkan sebuah terror dengan pemikiran bahwa dia mungkin ada di setiap pintu dan jalan yang gelap. Mengapa dia tidak berpaling kepada Allah? Penjara mungkin menjadi sebuah alat keselamatan jika kurungan dan rasa sakit dan kejatuhan akan membuat manusia berpaling kepada Allah. Tetapi tidak demikian. Hanya anugerah dari Allah yang dapat mengubah sebuah hati dan menyelamatkan jiwa manusia. Ketika anda berkata “Tidak” kepada Allah sesuatu terjadi kepada jiwa anda. Ketika anda menolak undangan Roh Yesus, sesuatu terjadi ke dalam hati anda. Dan ketika anda terus menentang, masanya akan datang dimana hati anda akan mengeras seperti sebuah batu kepada Allah. Ketika anda berdoa, itu bukan akan menjadi sebuah maksud bahwa Allah akan menyelamatkan anda. Tetapi kepada batu-batu untuk jatuh kepada nada dan menyembunyikan diri dari muka Dia yang duduk di atas takhta dan dari murka Anak Domba. Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat tahan?

Tetapi, saudaraku, ada sebuah Batu Karang, yang olehNya kita dapat terbang. Ada sebuah batu karang yang teguh dan yang tak dapat digoyahkan, yang untukNya kita dapat berdoa.

Batu zaman yang teguh, berikan celah bagiku.

Terbukalah bagiku, yang hancur terkoyak bagiku, tersalib bagiku.

Batu zaman yang teguh, berikan celah bagiku

Biarkan aku menyembunyikan diriku di dalam Engkau …

[Augustus M. Toplady, “Rock of Ages”]

 

Oh, saudaraku yang terkasih, ketika dunia ini terbakar, bukankah anda menginginkan pangkuan Allah sebagai bantal anda? Oh, sembunyikanlah aku di dalam batu karang. Batu zaman yang teguh, berikanlah celah bagiku. Di sana ada sebuah perlindungan. Di sana ada sebuah kedamaian. Di sana ada sebuah keselamatan. Dia sana ada sebuah jaminan. Di sana ada sebuah kebebasan, di sana ada sebuah pemeliharaan di dalam celah yang terbuka untuk kita.

Ada seorang seniman yang menggambra sebuah lukisan. Itu adalah sebuah lukisan dari karang yang terjal yang menghadap lautan. Tetapi di atas puncak karang yang terjal itu dia melukis sebuah burung yang sangat kecil yang nampak sedang tertidur dengan kepala yang disandarkan pada sayapnya dan di bawahnya sang seniman memberikan kutipan atas lukisannya itu: “Damai, damai, tenang, aman, di dalam celah batu karang.”

Yesus pengasih jiwaku,

Ku mengungsi padaMu

Angin ribut berderu,

Ombak datang dan lalu

Yesus lindungi aku

Hingga badaipun reda;

Ya, trimalah jiwaku

Dalam surga yang baka

 

[Charles Wesley, “Jesus, Lover of My Soul”]

 

Batu zaman yang teguh, berikan celah bagiku

Biarkan aku menyembunyikan diriku di dalam Engkau.

 [Augustus M, Toplady, “Rock of Ages”] 

 

Ada sebuah batu karang di sebuah negeri yang lelah. Ada sebuah dasar yang tak tergoncangkan. Datanglah. Datanglah. Ya Tuhan, ya Tuhan, Aku percaya. Aku percaya. Aku berserah. Aku datang. Ya Tuhan, aku akan melakukannya. Ketika kita menyanyikan lagu undangan ini, ketika umat Allah berdoa, anda boleh datang. Datanglah dan katakan, “Pendeta, saya menyerahkan tangan ini kepada anda, sebagai tanda bahwa saya telah menyerahkan hati ini kepada Tuhan.” Atau sebuah keluarga dari anda mau datang ke depan, katakanlah, “Inilah kami satu keluarga, kami semua datang pada hari ini.” Sebagaimana Roh Yesus memimpin anda di jalan itu, maukah anda melakukannya sekarang? Lakukanlah saat kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM