PENGHAPUSAN SUKU DAN
(THE MISSING TRIBE OF DAN)
Dr. W. A. Criswell
Wahyu 7:4-9
06-17-62
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Jika anda membawa Alkitab anda, mari kita semua melihat ke dalam Kitab Wahyu. Kita telah berkhotbah dalam pasal tujuh selama beberapa minggu. Dan saya berpikir bahwa kita akan tetap melakukan hal yang sama pada malam hari ini. Seperti yang jemaat ketahui yang datang dalam ibadah pagi pada Hari Tuhan, di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, setelah bertahun-tahun kita telah di dalam kitab yang terakhir, yaitu Kitab Wahyu. Dan sekarang, selama satu setengah tahun lebih, kita telah berkhotbah melalui Kitab Wahyu ini, dan akhirnya sekarang kita telah sampai ke pasal 7. Malam ini, kita akan membaca dari ayat delapan, dan jika anda tidak dapat mengucapkan nama-nama suku itu, hal itu tidak begitu masalah. Kitab Wahyu pasal tujuh ayat delapan. Dan khotbah kita pada malam ini akan berbicara tentang Suku Dan Yang Hilang. Sekarang kita akan membaca teks kita secara bersama-sama—
Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon. Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!" Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu. [Wahyu 7:1-8).
Dan di dalam gulungan yang disebutkan di sorga, semua suku itu disebutkan. Bahkan Efraim, disebut dengan nama ayahnya Yusuf. Mereka semua disebutkan di sana, semuanya kecuali satu, yaitu suku Dan. Dan di dalam gulungan sorga, nama Dan, keluarganya, sukunya, masyarakatnya telah hilang. Mereka dihilangkan. Mereka tidak disebutkan. Lalu mengapa? Karena sesuatu yang tidak biasa telah terjadi kepada suku Dan. Seandainya seperti Benyamin, yang kecil, dan selalu kecil serta pada suatu waktu di dalam kisah kehidupannya, hampir dimusnahkan—seandainya Benyamin disingkirkan atau terhilang, saya mungkin tidak akan curiga atau terkejut untuk menemukan namanya dihilangkan dari daftar. Tetapi tidak dengan Dan, karena suku Dan di dalam Keluaran adalah urutan kedua sesudah Yehuda. Ketika mereka masuk ke dalam tanah penaklukan untuk menaklukkan—untuk memiliki Tanah Perjanjian, suku Dan memiliki enam puluh empat ribu orang yang dapat berperang, yang mampu untuk menjadi pasukan. Mereka berbaris di samping Yehuda di dalam kekuatan dan kuasa untuk menaklukkan. Dan adalah salah satu suku yang paling dihormati di antara suku-suku Israel. Di dalam formasi perkemahan, Dan berada di bagian utara bersama dengan Asyer dan Naftali. Dan dia membawa panjinya, membuat sebuah bendera yang berwarna merah dan putih, dan memiliki sebuah lencana di atas panjinya—sebuah rajawali terbang. Dan di dalam nubuatan ayah mereka yaitu Yakub, tentang Dan dia berkata, “Semoga Dan menjadi seperti ular di jalan—seperti ular beludak” (Kejadian 49:17). Dan sebagai sebuah tanda yang menghancurkan ular, mereka memilih lambang mereka, lencana mereka, sebagai pelindung barisan mereka—mereka memilih sebuah rajawali yang menghancurkan ular. Dari suku Dan muncul dua orang manusia Allah yang terkemuka, salah satunya adalah orang yang paling kuat dari semua manusia yang pernah hidup, namanya adalah Simson. Kemudian ketika Dan mendapat bagian untuk menaklukkan Kanaan, dia diberikan sebuah bagian yang indah dan sangat baik sekali. Kepada Dan diberikan dataran maritim yang disebut dengan Sharon, dan wilayah kaki bukit di pegunungan Palestina. Wilayahnya memang tidak begitu besar akan tetapi sangat subur, dan merupakan daerah yang paling subur dibandingkan dengan bagian yang lain. Dan karena merupakan daerah maritim mereka memiliki sebuah pantai karang yang besar, yang berarti bahwa mereka dapat menjadi lintas perdagangan dengan dunia yang ada di hadapan mereka dengan seluruh nelayan dan seluruh kekayaan laut.
Kemudian, di dalam pembagian itu, seluruh suku diberikan sebuah bagian dari tanah itu untuk ditaklukkan. Yehuda harus menaklukkan bagian ini dan akan menjadi rumah mereka dan tanah pusaka mereka. Efraim menaklukkan bagian ini—dan Gad, Naftali dan Asyer dan Simeon dan Ruben, juga melakukan hal yang sama. Negeri itu dibagi-bagi dan setiap bagiannya harus ditaklukkan. Dan seperti yang telah saya ssebutkan, dalam pembagian tanah itu Suku Dan diberikan daratan Sharon yang subur dan bukit-bukit yang terletak dibelakangnya, sepanjang pegunungan Palestina. Satu-satunya yang menjadi masalah adalah, orang-orang Filistin masih hidup di tanah itu dan orang Amori memiliki bukit-bukit itu. Tetapi orang Amori dan orang Kanaan dan orang Yebus dan orang Het serta beberapa bangsa lainnya masih memiliki seluruh negeri itu. Dan di dalam penaklukan Kanaan, tidak ada perbedaan bagi Dan, dia harus melakukan hal yang sama seperti Yehuda atau Efraim dan seluruh suku-suku itu. Mereka harus memilikinya dengan menaklukkannya.
Kemudian di sana ada sebuah semangat yang besar dari para prajurit Allah. Sebagai contoh, Kaleb berkata, “Berikan kepadaku pegunungan, yang telah dijanjikan Tuhan, kota yang menjadi milik orang Enak. Berikanlah kepadaku kota itu.” Ya, kata mereka, tetapi mereka berkata bahwa tempat itu merupakan tempat yang paling sulit untuk direbut karena kota itu besar dan berkubu. Tetapi Kaleb berkata, “Tuhan Allah telah bersamaku sejak masa mudaku dan masih tetap bersamaku hingga usia delapan puluh tahun. Berikanlah Hebron kepadaku yang akan menjadi milik pusakaku.” Demikianlah katanya. Dan Kaleb, di dalam kuasa dan didalam kepercayaan kepada Allah Yang Mahatinggi mengambil milik pusakanya bagi dirinya dan bagi anak-anakNya (Yosua 14:6-15). Apakah ada sebuah semangat seperti itu di suku Dan? Tidak. Tidak. Karena ketika Dan melihat milik pusakanya—Dan memiliki enam puluh empat ribu orang yang berbaris, dan dapat berperang—mereka memiliki kemampuan. Dan di sana ada orang-orang Filistin, dan suku Dan takut terhadap mereka. Dan di sana ada orang Amori, dan suku Dan berlutut di depan mereka. Dan bukannya malah memiliki milik pusaka mereka, mereka berpaling dari hal itu di dalam ketakutan yang jahat dan merasa ngeri dalam perbudakan yang memalukan. Jadi, Kitab Hakim-Hakim pasal delapan belas dimulai dengan kalimat ini, “Pada zaman itu suku Dan sedang mencari milik pusaka untuk menetap” (Hakim-hakim 18:1). Mereka menolak tantangan dari Allah dan pembagian yang dilakukan Allah dan milik pusaka yang diberikan Allah dan tujuan elektif Allah bagi hidup mereka. Dan mereka merasa lebih baik memilih untuk menemukan sebuah tempat yang tidak perlu mereka perjuangkan, sebuah tempat yang dapat jatuh ke dalam tangan mereka tanpa usaha, tanpa pengorbanan, tanpa berbaris dan tanpa penaklukan. Bukankah itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa dan sangat mengherankan?
Ketika pembagian itu dibuat, seandainya daratan Filistin telah diberikan kepada Dan dan seandainya bukit itu telah diberikan kepada Dan, maka mereka akan menerima hadiah itu dengan serta merta. Kita senang untuk memilikinya seandainya seseorang membelikannya kepada saya, jika seseorang menghadiahkannya kepada saya, jika seseorang mengambilnya untuk saya. Kita akan sangat bahagia untuk menerimanya, untuk memilikinya, untuk memperolehnya. Tetapi kita tidak akan berjuang untuk mendapatnya. Dan kita tidak akan berusaha untuk mendapatkannya. Dan kita tidak akan bekerja untuk hal itu. Jadi mereka berpaling dari milik pusaka mereka dan membiarkannya dalam tangan orang Filistin dan di dalam tangan orang Amori.
Tetapi mereka harus berdiam di suatu tempat, jadi mereka melakukannya—hal yang paling mengherankan dan luar biasa dan sangat memalukan dari yang dapat dibayangkan oleh pikiran. Mereka memilih dari lima orang dari keluarga mereka, dari suku mereka dan berkata, “Kalian pergilah ke sebuah tempat yang sangat mudah. Temukan sebuah tempat dimana kita dapat tinggal dan kita tidak perlu berperang untuk merebutnya, jika kalian bisa.” Lalu kelima orang itu menjelajahi seluruh negeri itu dan ketika mereka kembali mereka berkata, “Di atas hulu Sungai Yordan, ada sebuah bagian itu yang terpisah dari Sidon. Dan orang-orang Sidon tinggal di sana, dan mereka adalah orang-orang yang suka damai. Dan mereka memiliki tanah yang subur. Dan mereka tinggal di daratan yang menaranya adalah pegunungan Libanon. Dan mereka adalah masyarakat yang penyendiri dan tidak terlindungi. Mari kita pergi ke sana dan merebutnya. Dan pada malam hari, seperti para bajingan dan seperti srigala dan seperti anjing, mari kita menghancurkan mereka. Kemudian kita akan memiliki kota-kota mereka dan tanah mereka setelah kita membunuh orang-orangnya.” Hanya menyampaikan apa yang telah mereka rencanakan dan membawa ketidaksucian dan penghukuman di dalam apa yang ingin mereka lakukan. Allah tidak pernah menyampaikan sesuatu berkenaan dengan sebuah pembagian yang berada di sana. Allah tidak pernah menyampaikan sesuatu tentang orang-orang Sidon yang cinta damai yang berada di sana. Allah tidak pernah menyebutkannya di dalam pembagian kepada suku-suku itu. Tetapi mereka mencari sebuah tempat yang mudah, dan mereka menemukannya di dalam tempat yang sepi dan indah yang berada di hulu Sungai Yordan, di bawah kaki Gunung Herman. Dan kemudian mereka pergi dengan orang-orang mereka dan pada tengah malam, di dalam jebakan mereka memukul kota itu dengan ujung pedang dan membakarnya dengan api. Dan mereka akhirnya tinggal di sana dan menamakan kota itu Dan, sesuai dengan nama leluhhur mereka. Dari situlah anda mendapat kata dari Dan hingga Barsyeba—dari ujung utara hingga ujung selatan. Itulah sebabnya mengapa mereka tinggal di bagian utara yang paling jauh di tanah Palestina.
Baiklah, hal lainnya yang telah dilakukan oleh suku Dan. Kita tidak memiliki waktu untuk menyebutkan kisah tentang Mikha dan berhalanya. Tetapi ketika suku Dan membuat perjalanan mereka dari milik pusaka yang telah diberikan Allah untuk mereka miliki, dan pergi untuk menduduki negeri yang mereka peroleh dengan membunuh dan membumihanguskan dan mencurinya dengan sikap memalukan, di dalam perjalanan mereka, mereka melewati seseorang yang memiliki sebuah berhala di rumahnya. Dan dia telah menahbiskan seorang imam, dan dia telah menjadi seorang Ayah bagi imam itu, dan dia menyembah berhala itu dan imam itu melayani dia atas nama berhala. Dan kemudian suku Dan mengambil berhala itu dan mengambil imam itu dan membawanya ke kota mereka yaitu kota Dan, di sana mereka mendirikan patung berhala. Dan di sana mereka menahbiskan imam itu untuk menjadi ayah bagi mereka. Dan mereka mengambil patung yang telah dibuat Mikha itu. Pada masa itu, rumah Allah berada di Silo, dan selama rumah Tuhan berada di Yerusalem, dimana Allah berkata: “NamaKu akan selalu berada di rumah doa itu.” Dan seluruh Israel menyembah Allah di Silo dan Yerusalem. Akan tetapi suku Dan berada di sana, bersujud di hadapan berhala mereka. Hal yang sangat sukar untuk dipahami. Kemudian penyembahan berhala Dan itu semakin diteguhkan ketika Yerobeam II mengambil sepuluh suku utara itu jauh dari rumah Daud, dan dia mendirikan berhala patung anak lembu emas di Betel. Dan dia membangun sebuah patung anak lembu emas di Dan. Karena Dan adalah sebuah atmosfir dan sebuah suku dan sebuah masyarakat dan sebuah keluarga dimana penyembahan berhala sudah dikenal dari sejak awal.
Dan selama umat Allah pergi ke Silo untuk memanggil nama Tuhan, orang-orang Dan ini bersujud di patung buatan mereka. Dan selama seluruh suku itu menaikkan nyanyian pujian, nyanyian ajakan untuk pergi ke rumah Tuhan di Yerusalem, seperti yang tertulis di Mazmur 122:1, “Aku bersukacita ketika dikatakan orang kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan.” Selama seluruh suku itu pergi ke Yerusalem untuk memanggil nama Allah Yehova yang benar, orang-orang Dan bersujud di hadapan berhala mereka. Ketika Ayub berkata, “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit dari atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa daging pun aku akan berusaha melihat Allah.” [Ayub 19:25, 26]. Ketika Ayub menyampaikan kata-kata itu, suku Dan bersujud dihadapan sebuah patung berhala. Dan ketika Daud berkata, “Engkau telah berjanji kepada hambamu seorang anak yang akan bertakhta sampai selama-lamanya” (1 Raja-raja 3:6). Dan “Engkau tidak akan membiarkan orang kudusmu melihat kebinasaan” (Mazmur 16:10). Tetapi dari dalam kuburan dia akan berdiri untuk hidup dan berkuasa sampai selama-lamanya. Ketika Daud menyampaikan kata-kata ini, suku Dan sedang berlutut di depan sebuah patung berhala. Dan ketika Yesaya sedang menyampaikan nubutannya ini, “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring bersama di samping kambing. Lembu dan beruang akan bersama-sama makan rumput dan anak-anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu…. Tidak akan ada kerusakan di seluruh gunung kudus Allah, sebab bumi akan dipenuhi dengan pengetahuan dan kemuliaan dari kehadiran Allah, seperti air yang menutupi lautan” [Yesaya 11:6-9]. Ketika Yesaya sedang menubuatkan sebuah pengharapan yang mulia tentang kedatangan raja yang besar, suku Dan sedang berlutut di depan sebuah patung berhala. Dan ketika Mikha sedang berkata, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” [Mikha 5:2]. Dan ketika sang nabi sedang membuat pengumumannya tentang kedatangan Tuhan, suku Dan sedang bersujud di hadapan sebuah patung berhala. Dan ketika Maleakhi membuat pengumumannya yang besar, “Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam.” (Maleakhi 3:1). Dan “Bagimu akan terbit Surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (Maleakhi 4:2). Suku Dan sedang menyembah di depan patung berhala mereka.
Dan Tuhan melihat hal itu. Dan Tuhan berkata, “Cukup sudah. Cukup sudah.” Dan suku Dan dikeluarkan dari daftar serta suku Dan dikeluarkan dari gulungan. Dan suku Dan dikeluarkan dari bilangan suku itu karena dia telah memberikan dirinya kedalam ketidakpercayaan dan penolakan dan penghujatan dan penyembahan berhala dan dosa dan keinginan serta ketidakpatuhan. Dan Allah berkata, “Cukup sudah. Cukup sudah.” Saya ingin anda melihat hal ini. Keempat ratus empat puluh empat ribu orang ini dimateraikan untuk pelayanan Kristus—dua belas ribu dari tiap-tiap suku. Tetapi di sana tidak ada panggilan dan tidak ada tempat dan tidak ada pelayanan bagi suku Dan yang telah menolak panggilan dan tujuan Allah. Dan mereka dikeluarkan. Dan hal itu benar tentang suku Dan dan terjadi juga di dalam keluarga kita dan masyarakat kita serta individu-individu kita. Ketika kita berpaling dari panggilan dan tujuan elektif Allah bagi hidup kita, masanya akan datang ketika Allah berkata, “Cukup sudah.” Dan Dia membiarkan kita keluar dan Dia melewatkan kita. Salah satu hal yang paling menyedihkan dalam hidup, orang-orang ini dimateraikan untuk melayani, tetapi bukan suku Dan. Suku Dan tidak termasuk di dalamnya.
Kami telah berada dalam sebuah kebangunan rohani di kota kecil tempat saya dibesarkan. Dan di sana ada seorang pengkhotbah yang baik dan berbakat yang sedang mengadakan kebaktian di bawah sebuah tenda di tengah-tengah kota. Dan pada pagi itu, ketika Roh Allah bergerak di dalam ibadah itu, dia memberikan sebuah undangan. Pengkhotbah itu memberikan undangan seperti ini: Seandainya ada yang merasakan panggilan Allah untuk menjawab sebuah tujuan elektif dari sorga untuk hidupnya, maukah anda maju ke depan dan mengulurkan tangan anda kepada pengkhotbah?” Untuk waktu yang sangat lama, saya telah merasakan di dalam hati saya bahwa Allah telah memanggil saya untuk menjadi seorang pengkhotbah dari Injil Anak Allah. Dan ketika pengkhotbah itu membuat undangan, bagi setiap orang yang merasakan panggilan untuk memberikan dirinya sebagai pelayan Tuhan sepenuh waktu, untuk maju ke depan, saya berjalan menelusuri lorong bangku dan maju ke depan untuk memberikan tangan saya kepada pengkhotbah itu. Ketika saya melakukannya, di sana ada seseorang yang sudah tua. Saat itu saya sudah agak dewasa, saya sering takjub betapa tuanya orang itu. Saya melihatnya seakan-akan dia telah siap-siap untuk pergi ke kuburan. Tetapi ketika saya masih kecil, masih berusia sebelas tahun, saya beranggapan bahwa seseorang yang berusia empat puluh tahun saja kelihatannya telah siap untuk pergi ke kuburan menurut saya. Dan orang itu jauh lebih tua. Dia telah siap untuk meninggalkan hidup ini. Dia telah hampir selesai. Saya tidak dapat mengingatnya keculai hal yang saya ketahui saat itu, dia kelihatannya sudah sangat tua. Akan tetapi, dia memiliki seorang saudara yang merupakan seorang penginjil, dan dia melangkah di depan saya. Dan kami berdua berjalan ke tengah lorong bangku itu untuk maju menemui pengkhotbah itu, dia yang pertama dan saya yang kedua. Dan dia pergi menemui saudaranya dan saudaranya itu datang dari mimbar. Dan kedua saudara itu meletakkan lengan mereka disekitar mereka, dan mereka menangis dan bersukacita. Dan orang tua itu, yang sangat terlihat tua bagi saya, dia adalah saudara dari penginjil itu. Saya berdiri di sana dan dapat mendengar apa yang mereka sampaikan. Dan saudaranya itu berkata kepada penginjil itu; dia berkata, “Saudaraku, Allah telah memanggilku untuk berkotbah sepanjang tahun, selama hidupku. Saya merasakan hal itu ketika aku masih muda, ketika aku masih anak-anak. Aku bergumul terhadap hal itu dan berjuang untuk menentang hal itu. Tetapi sekarang Saudaraku,” katanya, “setelah melewati tahun-tahun ini, aku menyerah terhadap kehendak Allah dan aku memberikan hidupku kepada Yesus untuk menjadi seorang pengkhotbah dari Injil Kristus.” Dan saudaranya itu bersukacita. Dan dia meletakkan tangannya di bahu saudaranya itu. Saya mengenalnya, saya telah mengenalnya, semenjak saya masih kecil. Dia adalah seorang petani yang tinggal beberapa mil di luar kota. Dan saya melihat dia. Dia telah terbakar di bawah matahari terik. Dibawah angin yang keras dan badai, seluruh hidupnya telah berada di tanah yang tinggi dan kering itu. Kemudian, ketika mereka sedang bersukacita, saya mengulurkan tangan saya kepada pengkhotbah itu dan berkata, “Allah telah memanggil saya untuk berkhotbah dan saya telah memberikan hidup saya di hadapan umum untuk tujuan yang kudus itu pada hari ini.” Dan dia menggenggam tangan saya dan berkata, “Allah memberkatimu nak.” Dan saya duduk.
Kemudian ada pengumuman bahwa minggu sore berikutnya, saudara pengkhotbah yang setelah bertahun-tahun merasakan panggilan Allah di dalam hidupnya, yang telah merasakan panggilan Allah ketika dia masih anak-anak, dan yang telah berpaling dari panggilan itu dalam tahun-tahun hidupnya, dia akan berkhotbah pada minggu sore itu. Dan seluruh dunia liar diundang untuk mendengar khotbahnya. Lalu, kami semua berada di sana, seluruh masyarakat yang berada di kota itu datang untuk mendengar khotbahnya, dan kami semua berada di sana untuk mendengar khotbah pertamanya. Dan saya berada di sana di kursi paling depan. Dan ketika dia naik ke atas mimbar dan berdiri untuk berkhotbah, saya pikir saya dapat mendengar tulangnya berderak ketika dia berdiri. Dia berusaha untuk menyampaikan sebuah khotbah. Akan tetapi dia merasa sukar, bagaimana untuk membacanya. Dia tidak memiliki latar belakang. Dia tidak memiliki pendidikan. Dia tidak memiliki persiapan. Selama tahun-tahun hidupnya dia berkata tidak kepada Allah. Ketika dia masih anak-anak dia berkata tidak. Ketika dia menjadi seorang pemuda dia berkata tidak. ketika dia dewasa dia berkata tidak. Dan ketika dia masih memiliki kekuatan dia berkata tidak. Dan sekarang di usia tuanya dia memutuskan untuk berkata ya, aku akan memberikan hidupku sebagai seorang pengkhotbah. Saya tidak pernah mendengar, bahkan ketika saya masih kecil, bahwa seseorang yang tanpa pemahaman dan tanpa pendidikan dan tanpa persiapan dapat menyampaikan khotbah dengan baik, bahkan ketika saya masih kecil saya memiliki pemikiran tentang hal itu, saya berpikir ketika saya duduk di sana, di bangku bagian depan dan mendengarkan dia, saya berpikir, “Itu akan menjadi sebuah penyesalan, tanpa nilai, khotbah yang baik tanpa isi, yang pernah saya dengar dalam hidup saya!” Dan sejauh yang saya ketahui, itu adalah satu-satunya khotbah dan merupakan khotbah yang terakhir yang pernah disampaikan oleh orang tua itu. Dia tidak pernah mencobanya kembali.
Ada sebuah hukum yang hebat di dalam kehidupan ini. Dan hal itu diilustrasikan di sini oleh suku Dan. Ketika Allah telah memanggil anda dan mengutus anda dan berbicara kepada anda dan Allah berkata, “Sekarang adalah masanya dan sekarang adalah harinya dan sekarang adalah waktunya,” dan kita berkata, “Tidak, tidak, tidak,” kemudian suatu hari ketika Allah memanggil daftar para pahlawannya, dan Allah memateraikan orang-orang yang merupakan pelayanNya, Allah akan melewatkan anda. Dan Dia berbicara tentang Yehuda, dan Dia berbicara tentang Lewi, dan Dia berbicara tentang Simeon dan Isakhar dan Asyer dan Naftali dan Manasye, tetapi Dia tidak berbicara tentang Dan. Dia melewatkannya. Masa anugerahNya telah pergi.
Saya sebenarnya memiliki bagian kedua dari khotbah saya untuk disampaikan pada malam hari ini; tetapi saya bahkan tidak memiliki waktu untuk menyebutkannya. Hal yang sama benar ketika gulungan itu disebutkan di dalam kemuliaan dan kita berkata “Tidak” kepada Yesus dan “Tidak” kepada Allah—ketika gulungan itu dibacakan nama kita tidak ada di sana. Kitab Kehidupan kosong bagi kita. Oh, seandainya anda akan melayani Allah, lakukanlah sekarang. Jika Allah telah memanggil anda, lakukanlah sekarang. Jika Allah telah berbicara ke dalam hati anda, datanglah sekarang. Jika Allah berkata, “Inilah kehendakKu bagimu, lakukanlah sekarang.” Jika pada hari anda mau datang. Untuk percaya kepada Yesus. Untuk memberikan hidup anda di dalam tujuan elektifNya dan pilihan bagi anda. Untuk bergabung dengan jemaat ini. Mari datanglah. Sebuah keluarga, atau seorang muda atau sebuah pasangan atau siapa saja, anda dipersilahkan datang. Ketika Allah menyampaikan firman, dan berbicara kepada anda serta memanggil anda sekarang. Buatlah keputusan itu sekarang. Ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM