SALIB DAN MAHKOTA

(THE CROSS AND THE CROWN)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Revelation 1:17-18

04-22-62

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, maupan bagi anda yang sedang menyaksikannya melalui siaran televisi, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas, dalam ibadah Paskah, Hari Kemenangan Tuhan yang diadakan di Auditorium Municipal dari kota kita. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah Paskah pagi yang berjudul, Salib Dan Mahkota

Bacaan Firman Allah terdapat dalam dua bagian. Keduanya merupakan pasal yang identik, yang satu ditulis oleh Rasul Yohanes di dalam Kitab Wahyu pasal pertama dan yang lainnya ditulis oleh Rasul Paulus dalam Surat Filipi pasal dua.

‘Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

“Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.

“Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Dan Yang Hidup.

“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

Rasul Paulus menuliskan hal yang sama dengan cara seperti ini, “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

“Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

“Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

“Dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Perendahan dan peninggian, salib dan mahkota, keduanya merupakan preogatif dan atribut Allah. “Akulah Yang Awal dan Yang Akhir.” “Akulah Yang Hidup.” Dan lagi, “Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.”  

Pemikiran kita yang paling tinggi tidak dapat mencakup bentuk dari mana Dia datang. Bahkan bayangan kita yang paling nyata pun tidak dapat masuk ke dalam perendahan diriNya sampai mati. Turun, turun dan turun, dari atas sorga hingga ke bawah, ke dalam dunia yang berdosa. 

Dibuat seperti seorang manusia. Dia dibuat dari debu. Dibuat dalam bentuk seorang hamba. Yang paling miskin di antara orang miskin, seperti seorang budak, “Dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,” yang dilakukan oleh pemerintah Roma bagi penjahat, pembunuh dan budak.  

Dan Dia disalibkan di antara penyamun-penyamun. Dia ditinggikan antara langit dan bumi, seakan-akan keduanya menolak Dia. Dihina oleh manusia, ditolak oleh Allah.

Dicaci maki dan dikutuk. Seakan berpikir bahwa siksaan itu tidak cukup, mereka meludahiNya. Dan seakan berpikir bahwa ludah itu tidak cukup hina, mereka menarik jenggotNya. Dan mereka berpikir bahwa menarik jenggotNya belum cukup kejam mereka memahkotaiNya dengan mahkota duri. Dan mereka berpikir bahwa mahkota itu tidak cukup tajam, mereka memakuNya dengan paku yang besar. Dan mereka berpikir bahwa paku itu belum cukup dalam menusukNya, mereka menikam lambungNya dengan sebuah tombak orang Roma.

Pada pukul tiga sore, hal itu telah selesai. Dia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya. Dan terang dunia itu tidak lagi berkedip. 

Terkulai lemah di sekitar salib, karena Yesus, Anak Allah sudah mati. Kepala itu sangat indah, yang telah diurapi oleh Maria dari Betani, dan tertunduk dalam keheningan. Dan mulut yang memanggil Lazarus dari kuburan tertutup dan hening. Mata yang menangis atas keruntuhan Yerusalem tertutup dalam kematian.

Tangan yang memberkati anak-anak itu dipakukan ke atas kayu salib. Dan kaki yang berjalan di atas Danau Galilea yang berwarna biru dipakukan ke atas salib. Dan hati yang mengasihi dunia itu rusak dan hancur,  mengucurkan darah dan air serta membasahi tanah. Dia telah mati.

Dan kesedihan itu tampak bergema di seluruh bumi. Orang banyak yang memandang Dia berkata, “Dia telah mati.”  Dan mereka membubarkan diri.

Dan orang-orang yang lewat, melalui jalan itu berhenti sejenak, dan berkata, “Dia telah mati,” dan meneruskan perjalanan mereka ke dalam kota.

 Dan orang-orang Saduki memberikan selamat atas diri mereka sendiri karena musuh mereka, mereka kembali ke pendengar mereka dan bait mereka serta berkata kepada yang lainnya, “Dia telah mati.” Dan orang-orang Farisi, berbicara dengan penuh kemenangan atas seseorang yang telah mengkhianatiNya, “Akhirnya, Dia telah mati.” Dan mereka kembali ke kuil mereka.

Dan kepala pasukan Roma melaporkan kepada Pilatus, “Dia telah mati.”

Perintah diberikan kepada prajurit-prajurit untuk mematahkan tulang dan menurunkan kedua orang penjahat itu. Tetapi ketika mereka melihat Yesus telah meninggal, hanya untuk memastikan kematianNya, salah satu prajurit itu menikam lambungNya dengan tombak. Dan ketika dia menarik tombaknya itu, segera mengalir keluar darah dan air.

Dan Yusuf dari Arimatea serta Nikodemus, sahabatnya menghadap Pilatus dan meminta jenazahNya berkata, “Dia telah mati.”

Maria ibunya dan Maria Magdalena dan wanita-wanita lain yang mengikuti Dia ke salib dan yang menangis di hadapanNya berkata, “Dia telah mati.”

Dan sebelas rasul yang lain, seperti domba yang tercerai berai berkata satu sama lain, “Dia telah mati.”

Dan dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus berkata kepada orang asing yang berjalan disampingnya, “Dia telah mati.” Kedukaan terdengar berulang-ulang dari hati ke hati dan dari mulut ke mulut. Sekali pun berada di ruang atas, atau di balik pintu yang terkunci rapat atau di jalan yang sepi atau di tempat yang tersembunyi, “Dia telah mati.” Dia telah mati dan dikuburkan dan dimeteraikan dan penjaga berdiri di depan kuburNya. Dia sungguh sudah mati.

            Semua pengharapan dan mimpi dan visi yang pernah kita miliki bagi kita, rakyat kita, bangsa kita dan dunia terhempas ke dalam debu tanah. Dia telah mati. Terang dunia telah padam. Pengharapan umat manusia telah binasa.

            Petrus sang batu bukan lagi seorang batu. Dia berada di dalam keputusasaan. Yakobus dan Yohanes yang disebut anak-anak Boanerges, anak-anak guruh, sekarang bukan lagi guruh. Mereka telah terhempas ke dalam debu tanah. Simon Zelot bukan lagi seorang Zelot.  Mereka semua, berada dalam jurang keputusasaan yang dalam, pengharapan dan cahaya dunia telah pergi.   

Kemudian pada suatu hari, sebuah hari yang mulia, sebuah hari kemenangan, pada hari Tuhan, pada hari minggu, manusia berdiri ketakutan setengah mati dalam jalur mereka. Seperti cairan api menyambar dari hati ke hati dan mulut ke mulut. Seorang malaikat berkata, “Dia hidup. Dia hidup.” Maria Magdalena berkata, “Aku telah melihat Tuhan.” Kleopas dari Emaus berkata, “Aku mengenal Dia saat Dia memecahkan roti.”

Dan segera saja Petrus sang Batu berdiri dengan sebelas rasul di sampingnya dan memenuhi Yerusalem dengan pemberitaan yang jelas, “Dia yaitu Kristus telah bangkit dari antara orang mati.” 

Sepanjang jalan raya Yudea dan sepanjang pantai Galilea dan sekitar pesisir Mediterania dan di atas jalan Athena ke Roma dan di setiap rumah orang-orang miskin, dan di dalam istana orang kaya, ada sebuah pesan  diulang-ulang bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati, “Dia hidup! Kristus hidup selama-lamanya!”  

Kemenangan atas maut dan kematian, Kristus yang tidak dapat mati, Dia akan kembali untuk memerintah hati manusia sampai selama-lamanya. 

Betapa hebatnya kedekatan dari kedua hal itu bersama-sama, perendahan diriNya dan peninggianNya, salib dan mahkota. Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia.”  

“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya. Amin.”  

 

Angkatlah kepalamu, hai engkau yang berduka,

Angkatlah kepalamu, hai engkau yang berduka,

Dan bersukacitalah dalam hatimu!

Karena hari Kalvari dan paskah,

Hari yang paling menyedihkan di dunia

Hari yang paling menggembirakan bagi dunia,

Keduanya berada dalam satu hari yang terpisah.

 

Benih kepahitan telah menghasilkan buah yang manis dan bunga yang sangat berharga. Salib tidak lebih daripada sebuah kemuliaan dari Tuhan kita yang telah bangkit dan menjadi kehormatan bagi namaNya sekarang dan selamanya.

Setiap duri adalah sebuah rangkaian yang luar biasa yang bersinar di dalam mahkota Juruselamat kita di dalam sorga. Darah yang mengalir keluar dari lambungnya telah membuat ungu dari jubah kerajaan yang Dia kenakan. Paku-paku yang dari besi, besi yang dibuat menjadi tombak itu akan dibuat menjadi tongkat untuk memerintah bangsa-bangsa dunia.

Salibnya adalah sebuah tanda kemanusiaanNya, identitasnya bersama dengan kita. Kalvari tempat Dia di salibkan merupakan titik tersuci di hadapan dunia Allah. Dan salib itu sendiri adalah tanda dan lencana dari pengharapan orang Kristen dan iman orang Kristen.  

“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

Sekarang jika Dia hidup selamanya, pastilah Dia hidup pada hari ini. Dan jika Dia hidup pada hari ini, maka dia pasti hidup di suatu tempat, lebih hidup sekarang dari pada dua ribu tahun yang lalu. Tetapi bukti apa dan dukungan apa yang anda miliki? Jika Dia hidup, di manakah Dia sekarang, dan bukti dari kehadiranNya yang hidup?  

Saudara, setiap orang dari imperium Roma yang telah menyaksikanNya bangkit dari kematian, jika Kaisar dan petugas-petugas pengadilan telah menyaksikan Dia bangkit dari kematian, Yosephus dan Tacius dan Suetonius telah mencatat dalam karangan mereka dan karya-karya yang mereka tulis bahwa Dia telah hidup.  Mereka membenarkan kesaksian itu akan tetapi semuanya itu tidak dapat dibandingkan dengan bukti yang kita miliki pada hari ini, bahwa Tuhan kita telah hidup, bahwa Dia hidup.

Bukti apa? Inilah buktinya: Bukti dari kehadirannya dalam kuasa penyembuhan. Di  samping yang sakit dan sekarat, saya telah melihat begitu banyak orang yang tidak terhitung yang sedang mendengarkan Allah ketika Dia berbicara tentang kehendakNya. Dan jika Allah menjawab doa, maka bayangan kematian itu akan kembali ke dalam hidup di dalam kehadiranNya yang menyembuhkan.

Di dalam menjawab doa, di sana ada sebuah telinga yang tertunduk untuk mendengar. Dan di sana ada sebuah mata untuk melihat. Dan di sana ada sebuah hati yang peduli terhadap hidup dan bermanifestasi dalam kuasa yang menyelamatkan dari penebusanNya yang telah menebus kita dari dosa dan maut.

Dia telah menyelamatkan Simon Petrus. Dia telah menyelamatkan Matius pemungut cukai. Dia telah menyelamatkan Zakheus. Dia telah menyelamatkan Maria Magdalena pada masa Dia hidup di dunia ini. Bangkit dari kematian, Tuhan kita yang hidup dan menang, Dia menyelamatkan Saulus dari Tarsus dan menjadi Paulus pengkhotbah Kristus. 

Dia telah menyelamatkan Polikarpus dari Efesus. Dia telah menyelamatkan Yustinus Martir dari Antiokhia. Dia telah menyelamatkan Kristosom dari Konstantinopel. Dia telah menyelamatkan Savonarola dari Florence. Dia telah menyelamatkan Wesley dari Inggris. Dia telah menyelamatkan Spurgeon dari London.

Dia telah menyelamatkan B. H. Carroll dari Texas.  Dia telah menyelamatkan George W. Truett, bocah pegunungan dari North Carolina.  Dia telah menyelamatkan anda dan anda juga saya.

 

Hari yang sunguh bahagia, hari yang sungguh bahagia

Ketika Yesus membasuh semua dosaku

Dia mengajarku untuk melihat dan berdoa

Dan hidup bersukacita setiap hari

Hari yang sungguh bahagia, hari yang sungguh bahagia

Ketika Yesus membasuh semua dosaku.

 

 

Dan Dia hidup ketika Dia berjalan di antara umatNya dan di dalam jemaatNya. “Di mana dua tau tiga orang berkumpul, di situ Aku ada,” Pribadi ketiga yang tidak terlihat. Dan kita merasakan kehadiranNya di dalam kumpulan jemaat yang besar ini.

 

Aku mengasihi gerejaMu, Ya Allah

Tembok-temboknya yang berdiri di depanMu

Yang penuh perhatian dan kasih sayang dari mataMu

Dan pahatan yang berada di atas tanganMu

 

Dan jika Dia hidup, maka pada suatu hari Dia akan kembali. Teks yang luar biasa dari Wahyu 1:7, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” 

 

Sekalipun dalam jalan dari pengembaraan kita

Seringkali mungkin sangat suram,

Tetapi kita akan melihat Raja pada suatu hari.

Dan pada pagi yang mulia itu

Awan-awan akan hilang.

Kita akan melihat Raja pada suatu hari.

Kita akan melihat Raja pada suatu hari.

Kita akan bersorak-sorai dan bernyanyi pada suatu hari.

Berkumpul di sekeliling takhtaNya,

Ketika Yesus akan memanggil kita pulang,

Kita akan melihat Raja pada suatu hari.

 

Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” 

“Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

Kedaulatan atas seluruh alam semesta ini terleak di dalam tangan Kristus Juruselamat kita. Kunci itu berada di dalam tanganNya, agar orang tidak berpikir bahwa kunci itu dimiliki oleh tangan yang lain. Isu kehidupan dan kematian ada bersama dengan Dia.

Saya tidak akan mati, kita tidak akan mati, hingga Dia menghendakinya. Di dalam kebakaran, di dalam nyala api dan di dalam wabah, dan di dalam gempa bumi, hidup kita akan tetap abadi hingga tugas dan pekerjaan kita telah selesai, karena kunci itu berada di dalam tanganNya.

Dan kematian bukan lagi kematian bagi orang Kristen. Dia telah masuk ke dalam dunia alam maut dan di dalam kegelapan itu Dia telah menghancurkan maut dan kematian sampai selamanya. Dan sekarang orang-orang Kristen tertidur di dalam Yesus.

Dia membuka pintu, dan satu demi satu orang-orang kudus Allah masuk ke dalam. Dan di dalam waktuNya dan di dalam kehendakNya dan di dalam anugerahNya, ketika hari itu datang tiba bagi saya, maka tanganNya yang mulialah yang akan melepaskan kunci itu dan membuka pintu dan membiarkan anak-anakNya masuk ke dalam.

Di dalam Sekolah Minggu kita, ada seorang gadis yang sangat manis. Dan di dalam masa hidup yang sakit, dokter berkata bahwa dia tidak dapat lagi hidup lebih lama. Dan ketika waktu yang tidak dapat dihindarkan itu datang, anak kecil itu berkata kepada ibunya, “Oh, Ibu, semuanya mulai nampak gelap, dan aku takut. Ibu, mendekatlah. Mendekatlah. Aku takut. Semuanya telah menjadi gelap.”

Dan ibu gadis kecil itu mendekap anaknya dan membalas dengan lembut, “Anakku yang manis, Yesus bersama dengan kita di dalam gelap sama seperti Dia berada bersama dengan kita di dalam terang. Dan dia akan memelihara kepunyaanNya. Janganlah takut.”

Dan gadis kecil kita itu pergi melalui pintu itu, di dalam pemeliharaan yang penuh kasih dari Tuhan kita yang hidup.. 

Waktu terbaik kita akan menjadi waktu pemberangkatan kita. Momen kita yang paling kaya akan menjadi momen ketika kita diubahkan. “Sebab bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.  

“Sekarang,” kata Rasul Allah, “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 

Salib dari dunia yang menjemukan dan penuh dosa ini dan mahkota Allah akan diberikan kepada orang-orang yang menrantikan kedatanganNya. 

 

Oh salib yang mulia,

Oh, mahkota yang mulia,

Oh, hari kebangkitan,

Para malaikat dari bintang-bintang turun

Dan membawa jiwaku pergi.

 

Inilah pengharapan orang Kristen, iman Kristen, jaminan yang telah diberikan kepada kita, yang paling sederhana dari antara kita yang percaya kepadaNya. 

Ketika saya telah berdoa untuk waktu yang kudus ini, saya telah merasakan pimpinan Roh Kudus untuk melakukan sebuah hal yang berbeda di dalam undangan ini. Kebanyakan dari anda tahu bahwa jika saya telah selesai berkhotbah; saya akan selalu pergi ke depan, dan saya akan mendesak orang-orang untuk maju ke depan, untuk menerima orang-orang yang telah diberikan Allah dalam anugerahNya bagi kita. Hari ini, saya berpikir bahwa saya akan memanggil Saudara Melvin Carter untuk datang dan berdiri  di sebelah sana dan Saudara Bill Cox untuk berdiri di sisi lainnya.  

Dan kemudian—jangan seorang pun yang pergi, jangan seorang pun yang bergerak, kecuali untuk maju ke altar kudus ini—hanya untuk sesaat, di dalam doa dan di dalam lagu undangan kita, jika anda ingin menerima Yesus pada hari ini, di dalam hari Paskah yang penuh kemenangan ini, atau jika anda ingin menyerahkan hati dan hidup anda kepada Yesus pada hari ini, datanglah dan berdirilah di sini.

Jika anda merasakan di dalam hati anda bahwa Allah akan menempatkan hidup anda bersama dengan kami di dalam persekutuan jemaat yang mulia ini, maukah anda datang dan berdiri di sini?

Dan jika anda ingin menjadi orang Kristen, dan anda tidak tahu bagaimana atau jika anda merasa anda pertempuran di dalam hati anda. Maukah anda datang? 

Dan setelah doa penutup, saya akan bertemu dengan anda. Kita akan berdoa bersama-sama. Saya memiliki sebuah traktat yang akan diberikan kepada anda. Saya akan memberikan sebuah buku untuk anda. Dan kita akan membiarkan Allah menuntun kita.

Mari datanglah. Dan jangan seorang pun yang akan meninggalkan auditorium ini untuk sejenak. Dan setelah mereka datang, kita akan menaikkan doa penutup kita. Dan saya ingin bertemu dengan orang-orang yang telah diberiklan Allah bagi kita pada hari ini. Semoga Roh akan menuntun mereka dan menyampaikan firman, sebelum kita menyanyikan lagu undangan kita.

Mungkin ada sepuluh ribu orang yang bergabung di sini pada hari ini. Oh, Tuhan yang mulia, Yang Hidup, yang melihat kami dari atas kemuliaan, yang hadir di dalam gereja ini. Karena itu jika ada seseorang yang ingin menyerahkan hatinya kepada Yesus, atau yang ingin meletakkan hidup anda ke dalam persekutuan jemaat ini bersama dengan kami.  Atau seseorang yang bertanya, “Apa yang harus aku lakukan untuk selamat?” maukah anda datang untuk menerima kata-kata seruan, dan sebuah traktat dan sebuah buku dari pendeta? Tuhan, ketika kami menyanyikan lagu ini, semoga mereka datang.

Dan, turunlah melalui tangga utama yang berada di sebelah sana, lakukanlah sekarang.

Dan Tuhan, berkatilah mereka, ketika mereka datang daalam namaMu yang mulia, Amin.

Mari, datanglah, ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM