DUA POHON ZAITUN DAN DUA KAKI DIAN
(THE TWO OLIVE TREES AND TWO LAMPSTANDS)
Wahyu 11:3-13
07-10-62
Mari kita membuka Alkitab kita di dalam Kitab Wahyu pasal 11. Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan yang berjudul, Dua Pohon Zaitun dan Dua Kaki Dian. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dari Firman Allah, setelah tujuh belah belas tahun lebih kita telah tiba di dalam Kitab Wahyu pasal sebelas. Setelah tahun saya menjadi gembala di tempat ini, saya mulai berkhotbah melalui kitab-kitab di dalam Alkitab, dimulai dari Kitab Kejadian. Dan kita telah tiba di dalam Kitab Wahyu pasal sebelas. Khotbah pada pagi hari ini adalah bagian yang kedua, kesimpulan dari khotbah yang tekah kita mulai minggu pagi yang lalu. Sebenarnya khotbah ini telah dipersiapkan dalam satu khotbah. Tetapi karena kekurangan waktu, saya hanya dapat menyampaikan setengahnya. Saya minta maaf untuk hal itu, karena anda akan mendapat ide yang lebih baik dari teks itu, jika anda dapat melihat semuanya dalam satu kali. Dan sekarang, saya bahkan tidak dapat meringkaskan kembali khotbah minggu yang lalu, maka kita hanya akan membaca teksnya dan menyimpulkan khotbah ini secara keseluruhan. Kita akan mulai dari ayat 3:
Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.
Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan.
Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.
Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.
Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke mari!" Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.
Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga. [Wahyu 11:3-13].
Ini adalah salah satu bagian yang paling sulit di dalam seluruh bagian di dalam Alkitab. Dan tentu saja menurut beberapa komentator, dan tentu saja kita, ketika kita berusaha mencari kebenaran, ini adalah salah satu bagian yang paling sulit di dalam Kitab Wahyu. Kedua saksi ini melampaui segala sesuatu yang dapat ditemukan di dalam catatan umat manusia. Di dalam semua lembaran sejarah tidak sesuatu seperti kedua saksi ini. Hal itu sangat mengherankan, kuasa yang tidak tergoyahkan yang olehnya mereka bersaksi untuk kebenaran Allah. Dan merupakan sesuatu hal yang sangat menakjubkan tentang apa yang terjadi pada mereka. Sekarang, kita telah berbicara untuk berbicara tentang maknanya.
Yang paling awal dari semua, ketika mereka berdiri untuk berbicara—untuk bersaksi, untuk prophetuo, untuk bernubuat—mereka mengenakan kain kabung. Kain kabung seperti yang anda ketahui merupakan sebuah pakaian yang berat dan kasar yang dibuat dari bulu unta—bulu kambing angora. Dan dikenakan oleh orang-orang kuno sebagai sebuah tanda dukacita dan perkabungan besar. Karena itu ketika dua saksi ini berdiri dengan mengenakan kain kabung, itu adalah sebuah tanda nasional, dari dunia yang luas, dari pribadi, dari perkabungan sorgawi. Hari-hari itu adalah jahat dan waktu dipenuhi dengan kedukaan—kain kabung. Yakub mengenakan kain kabung ketika anak-anaknya datang dan berkata bahwa anaknya Yusuf telah dibunuh oleh binatang buas. “Bukankah jubah ini milik anak bapa?” kata mereka setelah mereka mencelupkannya ke dalam darah. Dan ketika Yakub memeriksa jubah yang indah itu, yang penuh dengan noda darah, dia mengoyakkan jubahnya, lalu mengenakan kain kabung di dalam dukacita pribadi dan berkabung karena menduka anaknya itu telah mati. Ketika Daud mendengar pembunuhan yang kejam teerhadap Abner, panglima pasukan, dia mengoyakkan jubahnya dan mengenakan kain kabung sebagai tanda perkabungan atas Abner. Di dalam kelaparan yang hebat di Samaria, ketika dua orang ibu datang ke hadapan raja, mereka memiliki kesepakatan bahwa pada suatu hari, ibu yang pertama akan memasak anaknya dan memakannya; dan kemudian pada suatu hari anak wanita itu dimasak dan mereka memakannya. Dan ibu yang satu lagi menyembunyikan anaknya dan di dalam perselisihan mereka, mereka membawa perkara itu ke hadapan raja Samaria. Dan di dalam keputusasaan dan kelaparan yang hebat, dikoyakkannyalah pakaiannya dan mengenakan kain kabung, saat itu raja berjalan di atas tembok dan kelihatanlah kepada orang banyak, bahwa ia memakai kain kabung pada kulit tubuhnya. Ketika Sanherib, seorang pemimpin militer yang cerdas dari banteng bersayap dari Asyur menyapu bersih dan menawan Samaria, dia menempatkan pasukannya di sekeliling Yehuda, seperti seseorang pemimpin yang mengendalikan segalanya. Di dalam bahasa yang menghina dia berseru kepada Hizkia untuk menyerah. Dan Hizkia pergi ke rumah Tuhan mengenakan kain kabung untuk memohon kemurahan Allah. Ketika Daniel datang untuk mengakui dosa-dosa bangsa Israel, dia datang dengan mengenakan kain kabung. Masa itu dipenuhi dengan penderitaan dan waktu-waktu adalah jahat dan bangsa-bangsa menghujat Allah. Dan kedua saksi ini berdiri sambil mengenakan kain kabung untuk menyatakan hukuman dari Allah Yang Mahatinggi.
Oh, itu akan menjadi sebuah pemandangan yang sukar untuk dilukiskan, dari penderitaan dan rasa sakit dan air mata dan keputusasaan seandainya hal itu bukan untuk tujuan elektif Allah yang besar di sejarah manusia. Karena di dalam ayat berikutnya, berbicara tentang sebuah tujuan Allah yang disingkapkan Allah kepada kita, agar di dalam penderitaan kita, di dalam air mata kita dan di dalam tragedi nasional kita, kita tidak kehilangan harapan. “Mereka,” kata Allah, “adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam” (Wahyu 11:4). Lalu, saya berpaling kembali untuk melihat apakah kedua pohon zaitun itu dan kedua kaki dian itu. Di dalam penglihatan Nabi Zakharia, Zakharia adalah nabi pada zaman pemulihan, dari harapan yang baru, dari dunia yang baru, dari masa yang baru. Dan di dalam penglihatnnya pada pasal 3, dia melihat Yosua, imam besar, berdiri di hadapan malaikat Tuhan, dan Setan berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwanya. Dan Yosua mengenakan pakaian yang kotor—sekalipun ia seorang imam besar, ia masih tetap fana, masih tetap berdoa, masih tetap rusak. Dan Setan berada di sana untuk menunjukkan kerusakan di dalam hatinya dan dosa di dalam hidupnya dan pakaian kotor yang dia kenakan ketika dia berpura-pura untuk melayani Allah. Tetapi Tuhan berkata kepada malaikatNya: “Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya …berikan kepadanya sebuah pakaian yang murni dan tanpa noda” [Zakharia 3:4]. Lalu, pilihan Allah, Yosua, imam besar berdiri di hadapan Allah dan melayani di dalam sebuah Bait Suci yang baru yang akan dibangun, dengan Israel baru yang telah kembali pulang, dan dengan Yehuda yang baru yang dari buah pinggangnya Kristus akan lahir. Jadi itu adalah sebuah penyembahan rohani, satu kaki dian.
Di dalam pasal berikutnya adalah ketaatan sipil. Dan malaikat berkata, “Apa yang engkau lihat?” Dan Zakharia berkata, “Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya.” [lihat Zakharia 4:2, 3]. Sebuah pohon Zaitun di sini dan sebuah pohon Zaitun di sana. Dan minyak tercurah dari pohon zaitun ke dalam kaki dian, ke dalam kandil emas. Dan dia berkata, “Tuhan, apakah maksudnya itu?” Dan Tuhan berkata, “Inilah firman Tuhan kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.” [Zakharia 4:6]. Lalu berbicaralah aku kepadanya: "Apakah arti kedua pohon zaitun yang di sebelah kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" [Zakharia 4:11, 12]. Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!” [Zakharia 4:14]. Yang ini adalah Yosua dan yang satu lagi adalah Zerubabel. Mereka adalah pelayanKu dan SaksiKu di hari pemulihan.
Kemudian, ketika saya kembali dan membaca Wahyu tentang kedua saksi ini—kedua saksi ini adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian. Segera saja saya tahu dimanakah Allah, kandil emas telah pergi, orang banyak yang berkobar-kobar telah pergi. Dan kedua orang ini bukanlah bintang-bintang—karena bintang adalah adalah pelayan jemaat. Kandil emas telah lenyap, kaki dian telah lenyap, jemaat-jemaat telah pergi, para pendeta telah pergi. Tetapi kedua pohon zaitun Allah dan kedua kaki dian Tuhan ini adalah dua orang yang merupakan pembawa pesan Allah dari pemulihan yang terakhir. Allah telah menyediakan bagi umatNya sebuah warisan yang besar—sesuatu yang lebih baik bagi kita: sebuah langit baru dan bumi yang baru; sebuah kota suci yang menjadi kediaman bagi orang-orang kudusNya. Dan Tuhan sedang mempersiapkannya di dalam hari penghukuman itu, Tuhan sedang mempersiapkan sebuah kemenangan puncak dan yang paling akhir dan pengumuman tentang hal itu disampaikan oleh kedua kaki dian ini—dua cahaya dari Allah, dipenuhi dengan pengurapan yang dari atas ketika mereka bersaksi kepada dunia tentang pekerjaan dan kebenaran Tuhan di antara umat manusia. Seluruh bumi mendengar suara mereka ketika mereka menyampaikan pesan Allah kepada seluruh ras manusia. Dan betapa merupakan sebuah pemeliharaan yang penuh kemurahan yang telah Allah lakukan sekali lagi. Mereka disebut “dua orang martirKu” (Wahyu 11:3). Kata Yunani seperti yang anda tahu, kata untuk “saksi” adalah martur. Dan seringkali para saksi itu akan menyerahkan menyerahkan hidup mereka dari pada mengaku salah dan menyangkal. Jadi seringakali dai memateraikan kesaksiannya dengan darahnya, itu kata yang diambil oleh bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari kata Yunani untuk kata saksi, martyr, dan membuat artinya dengan seseorang yang menyerahkan nyawanya di dalam mempertahankan iman. Demikian juga dengan kedua saksi ini. Allah telah mengirim mereka untuk memperingatkan dunia tentang hukuman Allah yang akan membersihkan seluruh planet dari ketidakbenaran dan dosa dan kesalahan dan orang-orang yang menolak Kristus, dan hukuman itu akan sangat mengerikan dan tidak dapat dihindari. Dan kedua saksi ini berdiri untuk menyatakan tujuan Allah.
Dan di dalam kemurahanNya, Allah selalu melakukan hal itu. Sebelum Allah menghukum manusia dengan air bah, dia membangkitkan Henokh dan Nuh, pemberita kebenaran, untuk memperingatkan manusia tentang hukuman yang akan datang. Sebelum Tuhan menghancurkan Firaun dan tentaranya, Dia mengutus Musa untuk bersaksi. Sebelum Tuhan akan menghancurkan Niniwe, Dia mengutus Yunus. Puji Tuhan, Niniwe pada hari itu berpaling dan bertobat, tetapi pesan yang disampaikan Yunus adalah tentang penghukuman. Yohanes Pembaptis diutus untuk memperingatkan ketika Tuhan akan berdiri dengan penghukuman yang akan segera terjadi—“kapak telah tersedia untuk akar pohon”—ketika dia berbicara tentang Yerusalem, Yehuda dan Herodes. Dan Tuhan sendiri memperingatkan tentang kehancuran kota itu yang akan terjadi di generasi berikutnya. Dan rasul-rasul berbicara kepada Imperium Roma agar dia tidak datang ke bawah hukuman dari murka Allah yang mengerikan. Jadi, di sini, Allah selalu mengutus seorang nabi, dan Dia mengutus saksi-saksi, Dia mengutus para pengkhotbah, agar manusia jangan jatuh ke dalam penghukuman dan kehancuran tanpa diperingatkan terlebih dahulu dari Allah Yang Matinggi yang ada di sorga. Kemurahan Allah—“dua orang saksiKu.”
Dan Tuhan mengirim mereka di sana, dua kaki dian dan dua lampu zaitun, sehingga mereka meneguhkan satu sama lain di dalam iman kepada Tuhan. Ada dua orang malaikat yang memberi kesaksian tentang kebaangkitan Juruselamat kita, Yesus Tuhan. Ada dua orang yang berpakaian putih yang bersaksi tentang kenaikanNya ke sorga. Berdasarkan hukum dan di dalam Injil Matius pasal delapan belas, harus selalu ada dua orang saksi untuk mengkonfirmasikan kebenaran. Karena seringkali Tuhan mengutus dua orang. Ada Musa dan Harun. Ada Yosua dan Kaleb. Ada Yerubabel dan Yosua. Ada Petrus dan Yohanes. Ada Paulus dan Silas. Ada Timotius dan Titus. Dan ketika Tuhan mengirim kedua belas rasulNya, dia mengutusnya dua-dua orang. Ketika Dia mengutus ketujuh puluh murid, Dia mengutusNya, masing-masing sebanyak dua orang. Jadi, Allah menegaskan kesaksian dari kebenaranNya dan imanNya di dalam penyampaiannya dan di dalam mengutus “dua orang saksiKu.”
Dan mereka tidak dapat dikalahkan hingga mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka. Saya percaya bahwa di dalam tujuan dan di dalam anugerah dan di dalam kedaulatan Allah, setiap manusia tidak dapat dikalahkan hingga kesaksiannya selesai. Saya tidak bermaksud bahwa setiap orang akan hidup lama seperti Abraham atau Musa. Tetapi yang ingin saya sampaikan, menurut Firman Tuhan, bahwa hidup kita akan tetap dipelihara di dalam jaminan tangan Allah, hingga kerja kita dan tugas kita telah selesai. Kadangkala, orang paling mampu dan yang paling kuat dari para pelayan yang telah memberkati umat manusia memiliki kehidupan dan pelayanan yang sangat singkat. Yohanes Pembaptis melayani kurang lebih selama tiga tahun. Tuhan kita Yesus melayani kurang lebih selama tiga setengah tahun. David Brainerd meninggal ketika dia berusia dua puluh lima tahun. Robert Murray McCheyne meninggal ketika dia berusia dua puluh lima tahun. Henry Martin meninggal ketika dia berusia tiga puluh satu tahun. F.W. Roberts, pengkhotbah yang luar biasa meninggal ketika dia berusia tiga puluh tujuh tahun. Hal itu tidak berarti bahwa pelayanan itu sangat panjang dan luas. Yang saya maksudkan adalah bahwa kita tidak dapat dikalahkan dan tetap abadi dan tidak tergoyahkan hingga kesaksian kita selesai. Dan ketika seseorang berada di dalam kehendak Allah dan ketika dia melakukan pekerjaan Allah, ketika dia menyampaikan pesan Allah, Allah berdiri di sisinya untuk menahan dia dan menguatkan dia. Dia tidak perlu kahawatir terhadap kecelakaan yang tragis. Dia tidak perlu berpikir tentang kematian. Dia bahkan tidak perlu untuk khawatir terhadap dirinya sendiri. Allah memelihara pelayanNya. Dan Roh Allah bernyala di dalam hatinya tentang sebuah kebenaran dan kesetiaan. Jadi kedua orang ini, bahkan dengan Binatang yang mengerikan, mereka sendirian di bumi tidak terkalahkan hingga kesaksian mereka telah selesai dan kemudian mereka akhirnya menyerahkan nyawa mereka.
Ah, dunia yang jahat! Dan ketika Binatang itu membunuh kedua saksi ini, orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan, sehingga seluruh bumi melihat mayat mereka selama tiga setengah hari. Dan anda tahu, berdasarkan hukum, Bahkan di Amerika Tengah, mereka memiliki hukum bahwa jika seseorang meninggal, dia harus dikuburkan pada hari itu, karena di daerah tropis, tubuh dapat membusuk dengan segera. Dapatkah anda membayangkan hal itu, dapatkah anda membayangkan aib yang ditimbulkan, dapatkah anda membayangkan rasa malu yang sukir untuk dilukiskan, ketika dua nabi Allah yang hebat ini terbaring di jalan raya kota besar dan berubah menjadi rapuh, membusuk dan hancur? Berdasarkan hukum Ulangan, bahkan penjahat yang paling buruk pun harus dikuburkan pada hari dia dieksekusi. Dan ketika Tuhan Yesus dipaku di atas kayu salib, seperti yang disampaikan Alkitab dan telah meninggal, mereka menemui Pontius Pilatus dan meminta supaya tubuhNya segera diturunkan dan dikuburkan jauh dari pandangan agar tanah tidak tercemar. Tetapi di dalam waktu yang jahat ini, mereka saling mengirim hadiah satu sama lain karena kedua nabi Allah membawa kebenaran kepada mereka, memperingatkan hukuman yang akan datang.
Beberapa waktu yang lalu, saya sedang membaca buku tentang kehidupan John Hus, pengkhotbah reformasi yang hebat dari Prague. Buku itu berjudul, By the Lake Constance. Dia telah mengelilingi danau itu dua kali. Di sebuah kota kecil Constance mereka membakar dia di atas tumpukan kayu api. Malam itu anggota sidang berkumpul dan mereka mengadakan sebuah perayaan atas kekalahan musuh yang fana itu, karena salah satu saksi Allah yang hebat, salah satu pengkhotbah Allah yang luar biasa pada masa itu, telah dibakar di atas tumpukan kayu api.
Betapa merupakan hari-hari dan waktu yang jahat! “Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah mati dan dibaringkan di atas jalan dan tidak dikuburkan.” Tetapi selalu ada bagian kedua. Selalu ada kalimat kedua. Bagaimanapun jayanya kejahatan terlihat di dalam dunia ini, di atasnya dan dibaliknya ada sebuah kedaulatan Allah yang berkuasa. Dan masalah-masalah dari kematian dan kehidupan berada di dalam tanganNya, faktor-faktor dari takdir bangsa-bangsa bergantung kepadaNya. Dan Tuhan Allah melihat dari sorga dan melihat penolakan dari kejahatan dunia itu dengan membunuh kedua kaki dianNya itu. Dan Tuhan menghembuskan nafas kehidupan ke dalam tubuh mereka yang telah mati, sehingga mereka bangkit—“dan musuh-musuh mereka melihat mereka.” Dan suatu suara yang nyaring dari sorga berkata, “Naiklah kemari!” Dan mereka naik dalam awan, di dalam Shekinah yang berkilauan dan menyala-nyala di hadapan Allah.” Ada sesuatu di dalam hal itu, sebuah pola yang mengendalikan sepanjang Firman Tuhan. Setiap mata akan melihatNya dan juga yang telah menyalibkan Dia. “Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia” [Wahyu 1:7]. Karena hari itu akan datang, kata Paulus, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! [Filipi 2:10, 11].
Dan musuh-musuh mereka melihat mereka, dan mereka sangat ketakutan (Wahyu 11:11,12). Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan” [Wahyu 11:13]. Tujuh ribu orang yang dibedakan. Saya tidak tahu secara pasti hal itu merujuk kepada apa. Tetapi tujuh ribu orang yang kuat di bumi ini akan terbunuh ketika gempa bumi melanda dunia ini. Dan di dalam masa penghukuman yang mengerikan itu, manusia memuliakan Allah di sorga. Dan sekali lagi, itu adalah kebenaran yang sama. Di dalam ketakutan mereka, di dalam kegentaran mereka, mereka memulikan Tuhan untuk sesaat. Hanya untuk sesaat. Betapa berbedanya dengan seseorang yang merasakan regenerasi Roh dari Kristus Tuhan di dalam jiwanya dan di dalam hatinya. Mereka tidak bertobat. Mereka tidak berubah. Di dalam pasal selanjutnya, mereka kembali menghujat Allah. Mereka kembali lagi menganiaya dan membantai dan membunuh umat Allah. Tetapi di dalam ketakutan itu, mereka memuliakan Allah, tetapi hanya untuk sesaat.
Saya memiliki sebuah pengalaman yang paling menyedihkan di dalam pelayanan pribadi saya. Saya menemui seseorang. Dia telah berada di dalam rasa takut yang sangat besar. Dokter telah berkata kepadanya, “Anda akan meninggal, anda hanya akan memiliki waktu beberapa hari lagi, atau beberapa minggu lagi, lalu anda akan meninggal. Anda memiliki suatu penyakit hati yang komplikasi dan anda akan meninggal.” Dan saya pergi menemui dia dan berdoa untuk dia. Dia berkata kepada saya, “Pendeta, saya beritahukan kepada anda, jika saya dapat keluar dari rumah sakit ini, dan jika saya dapat tetap hidup, saya akan memberikan hidup saya kepada Allah. Saya telah memiliki sebuah keputusan. Saya akan menjadi seseorang yang berbeda ketika saya bangun.” Di dalam pemeliharaan Allah, di dalam kebaikan Tuhan, saya telah orang itu bangun dan menjadi kuat kembali. Dan kemudian, ketika saya mengharapkan dia untuk berjalan melalui lorong bangku ini dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, dia kembali ke dalam keadaannya yang semula. Dan dia telah melupakan pengakuannya. Dan ketika saya mengingatkan dia, dia melunak dan minta maaf akan hal itu. Hal itu tidak bekerja. Hal itu harus berada di dalam jiwa anda. Hanya takut kepada Allah tidak akan menghasilkan pertobatan. Hanya merasa ngeri di hadapan penghukuman tidak menghasilkan pertobatan. Hanya merasa ketakutan tentang hal yang akan datang tidak akan menghasilkan pertobatan. Hal itu harus menjadi sesuatu di dalam jiwanya yang mengasihi Tuhan, yang tinggal selamanya. Hal itu akan menghasilkan pria yang baru. Hal itu akan menghasilkan wanita yang baru. Hal itu akan menghasilkan rumah yang baru. Hal itu akan menghasilkan keluarga yang baru. Hal itu akan menghasilkan takdir yang baru. Hal itu akan menciptakan sebuah hidup yang baru. Adalah Firman yang memimpin kepada kasih Yesus. Jika tidak ada sebuah hari penghukuman, tetap melayani Allah karena kasih itu, karena anugerah itu, karena kemurahan itu, karena ingatan dari hal itu. Mengasihi Allah demi Allah. Mengasihi Yesus demi Yesus. Bukan karena ketakutan, tetapi karena kasih yang melimpah. Itulah artinya telah diselamatkan dan menjadi seorang Kristen.
Dan itulah undangan bagi anda pada hari ini: berikanlah hati anda kepada Tuhan Yesus; bergabung ke dalam persekuatuan orang-orang kudusNya; menggabungkan hidup anda bersama dengan kami di dalam jemaat ini. Siapapun anda, kami undang untuk datang. Saya akan berdiri di dekat meja perjamuan. Dan ketika saya berdiri di sana, bagi anda yang berada di atas balkon, anda dapat turun melalui salah satu tangga yang ada di bagian depan dan belakang dan kedua sisinya, mari datanglah. Bagi anda yang berada di lantai bawah, berjalanlah melalui salah satu lorong bangku itu dan majulah ke depan. Katakan, “Pendeta, saya memberikan tangan saya kepada anda. Saya menyerahkan hati saya kepada Tuhan. Ini sitri saya dan anak-anak saya, kami semua datang pada hari ini.” Atau sebuah pasangan, atau hanya seorang saja, kami undang untuk maju ke depan. Ketika kita dengan penuh kesungguhan menyanyikan himne undangan ini. Buatlah keputusan itu pada pagi hari ini. Ketika kita berdiri dan ketika kita menyanyikan lagu kita.
Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.