KUASA DARI KESAKSIAN PRIBADI
(THE POWER OF PERSONAL TESTIMONY)
Wahyu 12:11
24-09-86B
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada malam hari. Sekarang mari kita membuka Alkitab kita di dalam Wahyu pasal 12, dan di dalam pasal dua belas, anda dapat melihat ke dalam ayat tujuh. Dan kita akan berdiri sejenak untuk membaca ayat tujuh hingga ayat sebelas. Sekarang, mari kita berdiri bersama-sama dan membaca dengan nyaring secara bersama-sama, pasal 12, ayat tujuh dan sebelas:
Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, Tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. [Wahyu 12:7-11].
Terima kasih. Anda boleh duduk kembali. Khotbah ini berhubungan dengan panggilan yang luar biasa bagi komitmen peribadi terhadap kunjungan dan kesaksian. Kita akan memulainya sebagai sebuah jemaat dan sebagai sebuah persekutuan orang percaya di dalam usaha ini, pada senin malam yang akan datang ini. Judul dari khotbah ini adalah: Kuasa dari Kesaksian Pribadi.
Saya sangat merasa peka terhadap pengakuan Yohanes yang tertulis di dalam Kitab Wahyu di dalam konflik dan perlawanan kita terhadap yang jahat. Mereka telah menang atas dia. Mereka telah memperoleh kemenangan atas dia, oleh darah Anak Domba. Saya dapat melihat hal itu—darah Anak Domba, salib Kristus, anugerah penebusan dari Tuhan kita. Mereka telah menang atas dia oleh darah Anak Domba. Tetapi pengakuan yang kedua merupakan sesuatu yang menakjubkan bagi saya. “Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka” (Wahyu 12:11). Apa yang dilakukan oleh perkataan kesaksian kita di seluruh dunia dan di atas sorga—di dalam jiwa kita, di dalam hidup kita sendiri—di antara orang-orang yang bersama mereka kita bekerja, sahabat-sahabat dekat kita. Itu merupakan sesuatu yang menakjubkan bagi saya, sebuah pengakuan yang luar biasa bagi saya—darah Anak Domba, dan perkataan kesaksian kita.
Kemudian, ketika saya belajar, ketika saya melihat ke dalam Kitab Suci Allah, saya melihat hal itu di sepanjang Firman Allah. Di dalam Kitab Kisah Rasul, ketika hari Pentakosta membawa kepada kita kuasa pengurapan dan anugerah pertobatan yang menyelamatkan dari Roh Kudus—pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Ketika Pentakosta membaptiskan kita ke dalam Roh Kudus, Simon Petrus berdiri dan menyampaikan khotbah yang pertama di hari Pentakosta ini, Roh Kudus memberkahi dispensasi ini. Dan Alkitab berkata: Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu, jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Itu adalah sebuah ibadah yang luar biasa, itu adalah sebuah respon yang menakjubkan dan sangat mulia—tiga ribu jiwa. Dan saya katakan hal itu berada di dalam tangan Allah. Lihatlah hal itu.
Selanjutnya, saya berpaling ke dalam Alkitab saya di dalam pasal berikutnya. pasal berikutnya yaitu pasal tiga, kisah pertobatan yang sangat indah dan penyembuhan orang lumpuh—yang tidak pernah berjalan. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, dan dia duduk di sana untuk meminta sedekah. Kemudian pria itu disembuhkan dengan luar biasa oleh Simon Petrus dan rasul Yohanes—dengan tangan yang direntangkan, meminta dan berharap sesuatu dari orang-orang saat mereka masuk ke dalam Bait Allah, kemudian Petrus berkata kepadanya: “Bangkitlah!” Jika anda terlahir lumpuh dan tidak pernah berjalan sepanjang hidup anda, akankah anda bangkit? Dia tidak bangkit. Dia terlahir dengan tidak dapat berjalan. Tetapi dia duduk di sana, tempat di mana mereka meletakkan dia setiap hari dengan tangan yang terentang. Dan Simon Petrus—dan ini merupakan contoh dan penjelasan lain dari tubuhnya yang besar, kontruksi raksasa dari fisik manusia—Simon Petrus yang menarik jala itu sendirian ke tepi pantai di Injil Yohanes pasal terakhir. Di sini dia mengangkat orang itu dengan tangan kanannya dan membantunya berdiri. Saya senang melihat seseorang melakukan hal itu. Saya tidak pernah melihat seseorang yang saya pikir dapat melakukan hal itu. Simon Petrus melakukannya. Dia mengangkat orang itu dengan tangan kanannya, tubuh yang berat dan kaku itu, karena dia dilahirkan tanpa dapat berjalan, Simon Petrus mengangkatnya, membantu dia berdiri. Dan ketika Simon Petrus membantunya berdiri, seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu.
Kemudian sisa dari kisah itu: Dan orang itu melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Luar biasa, pernahkah anda melihat seseorang berkata, “Halleluya! Terpujilah Allah! Lihatlah saya! Saya dapat berjalan. Saya dapat berjalan. Manusia yang hidup. Lihat, lihat, lihat!”? Saya beritahukan kepada anda—tidak heran di sini dikatakan: Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah. Kemudian ketika dia berbicara dan bersaksi, orang-orang itu, mereka yang percaya perkataannya, berjumlah lima ribu aneron [pria]—bukan anthropoi—orang; aneron—pria yang dipisahkan dengan wanita. Saya pikir ada sebuah alasan mengapa Allah menulis aneron di sana—untuk menunjukkan kepada kita, respon yang mengagumkan dan luar biasa ketika orang itu bersaksi. Di bagian lain, ketika Petrus berkhotbah ada tiga ribu orang yang ditambahkan ke dalam jemaat. Ketika orang itu mulai bersaksi, di sana ada lima ribu aneron. Dan jika saya dapat mengikuti persentasi yang saya tahu dalam hidup saya di dalam jemaat-jemaat, saya katakana, bahwa di sana ada lima belas ribu orang yang bertobat ke dalam iman ketika orang itu bersaksi.
Lalu, anda mungkin berkata, “Pendeta, apa yang terjadi di sana merupakan sesuatu yang unik. Ya, hal itu tidak seharusnya digandakan.” Mari, dengan singkat, kita melihat hal itu kembali. Di dalam Kitab Markus pasal lima, Yesus berada di seberang Danau Galilea. Dan di sana ada orang yang kerasukan yang berteriak-teriak di kuburan siang dan malam. Dan tentang kisah itu, anda ingat, roh-roh yang berada di dalam dia masuk ke dalam babi dan kawanan babi itu terjun ke dalam danau dan mati lemas. Dan ketika mereka melihat investasi dari babi yang besar itu musnah, mereka memaksa Yesus untuk meninggalkan wilayah mereka. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran. (Markus 4:18-20). Lalu, Dia di usir. Tuhan telah pergi. Mereka berkata, “Kami tidak menginginkan Engkau di sini. Hal itu sulit bagi babi-babi kami. Hal itu buruk bagi bisnis ternak kami. Kami akan merasa lebih nyaman jika Engkau mau pergi.” Lalu, Dia pergi. Yesus tidak akan berada di sini kecuali Dia diundang—lalu Dia pergi. Lalu, dia meninggalkan orang itu untuk bersaksi, memberitahukan betapa luar biasanya Yesus.
Baiklah, saya akan berpaling ke dalam pasal selanjutnya. Di dalam Kitab Markus yang sama, dalam pasal delapan, Tuhan kita kembali ke tempat yang sama. Dia berada di Dekapolis. Dia berada di bagian timur Danau Galilea. Dan pasal ini dimulai seperti ini: Pada hari itu jumlah orang banyak sangat besar. Tuhan Yesus didesak dari segala arah dan ribuan orang mengerumuni Dia. Kemudian anda memiliki kisah tentang memberi makan empat ribu orang dengan sedikit ikan dan tujuh roti. Dari manakah asal ribuan dari orang itu yang mengerumuni Tuhan dari setiap sisi? Mereka adalah hasil dari orang yang kerasukan yang telah disembuhkan itu yang bersaksi di seluruh daerah Dekapolis tentang apa yang telah Allah lakukan baginya. Lalu, ketika kita mengikuti seluruh pelayanan Tuhan kita yang mulia, kesaksian pribadi itu selalu merupakan karakteristik dari kehidupan Juruselamat kita.
Hal itu dimulai dari Injil Yohanes, yang berlangsung seperti itu. Yohanes Pembaptis sedang bersaksi tentang Yesus dan menunjuk kepadaNya, “Lihat,” katanya, “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Di sana anda dapat melihat sebuah kesaksian pribadi. Dan Andreas serta Yohanes mendengarkan perkataan Yohanes Pembaptis, dan Yohanes memenangkan saudaranya Simon Petrus kepada Tuhan. Dan Yesus menemukan Filipus dan memenangkannya kepada Tuhan. Dan Filipus menemukan Natanael dan memenangkannya kepada Tuhan. Itu adalah cara yang memulai gerakan Kekristenan—di dalam kesaksian pribadi ini, memenangkan orang hanya dengan menyampaikan kata-kata yang luar biasa tentang Tuhan yang mulia. Dan pelayanan Yesus sebagian besar dilakukan dalam jenis sebuah kesaksian iman. Di dalam Yohanes pasal tiga, Tuhan sedang berbicara kepada Nikodemus, hanya satu orang. Beralih ke dalam pasal selanjutnya, pasal empat, Tuhan kita sedang berbicara kepada seorang wanita Samaria yang dikucilkan—yang terbuang. Seluruh pasal itu berisi tentang pembicaraan Tuhan dengan wanita Samaria itu. Ketika anda berpaling ke dalam lembaran-lembaran kehidupan Tuhan kita, Dia berbicara kepada orang muda yang kaya di Perea di sisi lain dari Sungai Yordan. Beralih ke dalam pasal selanjutnya, mengikuti pelayanan Tuhan kita, Dia berada di tepi Yordan. Sekarang Dia berada di Yerikho dan Dia sedang mengunjungi dan bersaksi dan memenangkan kepada iman, seorang pemungut cukai yang bernama Zakheus. Dan bahkan di atas kayu salib ketika Dia akan mati, Dia berbicara tentang kerajaan yang mulia dengan penyamun yang sedang sekarat. Penyebaran injil yang terus berlanjut berlangsung seperti itu—kuasa dari kesaksian pribadi—orang-orang berbicara tentang keselamatan dari Yesus Kristus.
Di dalam Kisah Rasul kita memiliki sebuah pasal yang sangat panjang—yang terpanjang yang ada di sana. Dan hal itu berkenaan dengan kesaksian dari seorang Helenis Yahudi—Yunani yang berbicara bahasa Yahudi—yang bernama Stefanus. Ada enam puluh ayat di dalam pasal itu—kesaksian Stefanus. Yaitu dalam pasal tujuh. Ketika saya beralih ke pasal 8, saya tidak dapat mempercayai apa yang saya baca. Filipus berada di dalam sebuah kebangunan yang luar biasa di Samaria. Oh, kuasa Allah berada di sana dan ada ribuan orang banyak yang berada di sana. Ketika dia berada di tengah-tengah kebangunan rohani itu, malaikat Tuhan berbicara kepadanya: Bangunlah dan berangkatlah ke Gaza (Kisah Rasul 8:26). Sekarang saya ingin menunjukkan sebuah tambahan kecil dari Kitab Suci. Kisah Rasul 8 ayat 26: “Yang merupakan padang gurun.” Apakah anda berpikir mengapa Tuhan menempatkan dia di sana?—“yang merupakan padang gurun.” Dia menekankan sebuah kontras yang berada di sana yang sukar untuk saya bayangkan. Filipus berada di tengah-tengah kebangunan rohani yang besar di Samaria. Ribuan orang berkumpul di sekelilingnya. Dan di tengah-tengah kebangunan rohani itu, Allah berkata kepada Filipus: Pergilah ke Gaza—dan kemudian ada sebuah kata yang berada di sana—“yang merupakan padang gurun”—terpisah dan sunyi. Dan sementara dia berada di sana dengan penuh keheranan mengapa Allah mengirimnya ke padang gurun, lalu datanglah seseorang yang duduk dalam kereta kudanya dalam perjalanan pulang. Dan roh berkata kepadanya: Itulah alasannya. Itulah alasannya—pria itu, yang satu orang itu.
Dan seluruh gerakan Kristen beralngsung seperti itu. Paulus menjelaskan pelayanannya yang luar biasa di Efesus. Efesus merupakan kota yang paling utama di propinsi Asia Roma—seluruh daratan mengambil namanya dari propinsi itu—Asia. Ketujuh jemaat Asia. Dan dari kebangunan yang luar biasa di Efesus, seluruh pedalaman Asia Kecil mendengar pesan Kristus. Di dalam Kisah Rasul pasal dua puluh, Paulus menggambarkan dan menjelaskan kepada penatua Efesus yang datang ke pantai Miletus, dia sedang menjelaskan kepada mereka pelayanannya di tengah-tengah mereka di Efesus. Lalu, jenis pelayanan seperti apakah itu? Inilah yang dia sampaikan. Dia berkata: “Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.” [Kisah Rasul 20:31] “Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” [Kisah Rasul 20:20, 21]. Anda tahu, siapa pun tinggal di sana, anda tidak akan meninggalkan bagian ini dan meninggalkan perkampungan-perkampungan itu. Dia tidak mengambil kelompok yang ada di situ dan berhenti di sini. Hanya dari rumah ke rumah, siapa pun tinggal di sana, menyusuri setiap jalanan dari rumah ke rumah—bersaksi kepada orang-orang Yahudi, bertobat kepada Allah dan beriman kepada Yesus Kristus. Tiga tahun katanya, aku melakukan hal itu. Aku tidak berhenti bersaksi dari rumah ke rumah “supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” [Kisah Rasul 20:21].
Sekarang, saya ingin menunjukkan salah satu hal tentang pelayanan itu dan pelayanan Rasul Paulus. Tidakkah anda pernah mendengar hal ini sepanjang hidup anda—frasa yang berkata, “Dia adalah seorang pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus”? Berbicara tentang Chrysostom, berbicara tentang Savonarola, berbicara tentang Spurgeon, berbicara tentang setiap orang, yang anda tahu sangat berkesan bagi anda— “Dia adalah seorang pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus.” Anda tahu, tidaklah menyakitkan bagi kita untuk membaca Alkitab. Bukankah itu akan menjadi sebuah ide yang baik? Lalu, ketika kita berkata, “Orang ini, Spurgeon—Charles Haddon Spurgeon—atau Savonarola, pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus,” saya tahu apa secara tepat apa yang anda pikirkan. Saya tahu apa yang anda rujuk—apa maksud anda. Apa yang anda pikirkan adalah tentang seseorang yang memiliki hadirat yang sangat besar dan dia berdiri dengan sebuah kepribadian yang hebat dan dia bangkit dengan pidato yang hebat dan lidah yang fasih. Itulah gambaran yang anda maksudkan dengan berkata—“pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus.” Lalu, saya katakan tidaklah menyakitkan bagi kita untuk membaca Alkitab. Hal itu mungkin tidak akan merubah pikiran kita sangat banyak, tetapi sangat jelas bahwa merupakan sesuatu yang manis dalam membaca Alkitab.
Seorang pengkhotbah seperti apakah Paulus? Jenis penyampain khotbah seperti apakah yang dia miliki? Dapatkah seseorang memberitahukan saya? Dia berkata bahwa musuh-musuhnya berkata: “Tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti.” [2 Korintus 10:10]. Apa yang anda pikirkan tentang hal itu? Ini yang terdapat dalam 2 Korintus 10:10. Orang-orang berkata tentang Rasul Paulus, orang-orang yang tidak menyukai dia, orang-orang yang tidak ditobatkan oleh dia, “Tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah.” Dia terlihat seperti orang yang berbicara sepotong-potong dan dia berbicara tidak jelas. Dia berbicara seperti orang bodoh. Itulah yang mereka sampaikan tentang dia. Akan tetapi kita berkata, “Dia adalah seorang pengkhotbah terbesar sejak Rasul Paulus.”
Lalu, bagaimanakah dia melakukan pekerjaannya? Jika orang itu bukan seorang Savonarola dan dia bukan seorang George Truett dan dia bukan seorang Charles Spurgeon, bagaimana dia melakukan pekerjaannya? Dia berkata, “Ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata,” “dari rumah ke rumah,” “kepada orang Yahudi, kepada orang Yunani,”—kepada setiap orang yang tinggal—“bersaksi supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” Saya ingin memberi pengakuan, jika saya bisa, kesaksian kita haruslah mengikuti perintah yang sama, cara yang sama. Tidakkah kita telah diajarkan Tuhan kita, agama Kristen sangat mengutamakan seorang pribadi di atas yang lain, bukankah ini adalah iman dari seekor domba yang hilang dan dirham yang hilang dan anak yang hilang? Allah melihat kita satu demi satu. Bukan sebagai sebuah kumpulan yang besar, seperti sebuah lautan yang penuh, seperti satu kumpulan yang sangat banyak dan rombongan yang berdesakan. Anda dan anda dan anda dan bayi anda dan anak laki-laki anda dan gadis kecil anda. Itulah cara Allah memandang kita. Itulah cara yang kita butuhkan untuk memandang masing-masing kita. Bukan dengan, “Lihatlah massa yang banyak itu; lihatlah ratusan orang ini; lihatlah ribuan orang ini,” tetapi selalu, “Lihatlah ayah ini; lihatlah ibu ini; lihatlah bocah laki-laki ini; lihatlah gadis kecil ini; lihatlah keluarga yang tinggal di rumah ini.” Selalu satu orang, seseorang dari anda.
Biar saya memberitahukan kepada anda, apa yang saya lakukan pada suatu kali, beberapa waktu yang lampau. Saya sedang berjalan di jalanan Kota New York, hanya melongo; karena saya belum pernah ke sana sebelumnya. Kota tempat saya dibesarkan hanya memiliki populasi tiga ratus. Jadi ketika saya berjalan di jalanan New York, saya melongo melihatnya. Dan di seberang jalan yang sedang saya jalani terdapat sebuah bangunan yang sangat besar. Satu blok itu merupakan lokasi bangunan itu, dan di atas salah satu dekorasi banguan itu terdapat sebuah prasasti. Jadi ketika saya sedang berjalan di jalanan itu, saya melihat-lihat dekorasinya. Saya harus berjalan satu blok untuk membaca tulisan itu. Saya harus berjalan dari satu jalan ke jalan yang lain. Dekorasi itu sepanjang satu blok. Dan inilah bunyi dari tulisan ini, dimulai dari sini—“And this is what it said, it started right here—“Bahkan salju atau hujan atau keremangan malam tidak dapat menahan kesetian dari kurir yang setia ini dari tugas berkeliling yang telah ditetapkan untuk mereka.” Dan saya berpikir, “Siapakah yang ada di dunia, orang-orang yang seperti?” Kemudian saya kembali lagi ke sana dan mulai membacanya lagi. “Bahkan salju atau hujan atau keremangan malam tidak dapat menahan kesetian dari kurir yang setia ini dari tugas berkeliling yang telah ditetapkan untuk mereka.”Dan saya berpikir, mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang penuh dedikasi. Hal itu sangat luar biasa. Kemudian saya menghentikan seorang penduduk New York dan berkata, “Bangunan apakah itu dan siapakah yang mereka maksudkan? Siapakah orang itu?” Dia hanya melewati saya tanpa mengacuhkan pertanyaan saya. Kemudian saya menghentikan seseorang yang lain lagi, dan saya berkata, “Bangunan apakah itu dan siapakah orang-orang yang mereka gambarkan itu?” Dia hanya berhenti dan tidak memberikan respon. (Mereka adalah orang-orang yang tidak beradab yang pernah saya temui di dalam hidup saya.) Akhirnya saya menghentikan seseorang yang kelihatan ramah dan baik dan tampaknya merupakan seorang wanita asing. Dan dia berkata, “Kenapa anak muda”—saya ingat hal ini terjadi enam puluh tahun yang lalu—“Anak muda, itu adalah Kantor Pos New York. Dan tulisan itu adalah sebagai sebuah penghargaan terhadap pengantar surat anda.” Sejak saat itu, setiap kali saya melihat pengantar surat datang ke rumah kami, saya memikirkan tulisan itu: “Dalam hujan, dalam hujan es, dalam salju, tetap sungguh-sungguh setia dalam menjalankan tugas yang telah ditetapkan bagi mereka.” Dan ketika saya melihat pengantar surat itu, saya hanya berpikir, “Tuhan, Tuhan, seandainya kami memiliki kesetiaan seperti itu.” Dari rumah ke rumah, dari pintu ke pintu, kita akan melakukan hal yang sama di dalam generasi kita seperti yang dilakukan Paulus pada masanya. Dia tidak melakukan pekerjaannya dengan sebuah khotbah yang luar biasa dan dengan pidato yang imajinatif, itu yang sesungguhnya terjadi jika kita melihat di dalam Alkitab. Dia tidak melakukannya dengan cara itu. Dia melakukannya dengan mengetok pintu, dari rumah ke rumah, dengan kesaksian pribadi.
Saya harus menutup khotbah ini. Saya ingin menunjukkannya kepada anda, jika saya dapat, bagimana hal itu tidak pernah gagal. Anda telah seringkali mendengar saya berkata seperti ini—yang keluar dari hati saya dan tahun-tahun pelayanan saya di hadapan Allah—hanya Allah yang tahu, berapa banyak saya telah berbicara kepada orang-orang. Saya telah berkeliling dunia sebanyak tiga kali dalam misi memberitakan injil, berbicara kepada setiap orang yang berada di bawah matahari—orang Hindu, Muslim dan orang-orang kafir. Di atas sebuah pesawat terbang, di atas sebuah kereta, di atas seekor unta, dalam sebuah rumah, dalam sebuah mobil, di jalanan, di dalam setiap area hidup yang dapat anda bayangkan. Saya tidak pernah dihina atau dipukul mundur. Setiap waktu, setiap tempat di dunia ini, saya telah berusaha menyampaikan sebuah perkataan yang baik bagi Yesus, dan mereka akan mendengarnya dengan ramah. Bukan berarti bahwa orang itu pasti akan bertobat. Tetapi saya selalu memiliki seorang pendengar yang baik.
Lalu, saya juga memiliki contoh dari hal itu. Di dalam pengembalaan saya yang pertama, gereja saya yang kecil memiliki jemaat sebanyak delapan belas orang. Di dalam pengembalan saya itu ada seorang perempuan kudus yang berkata, “Suami saya terhilang. Maukan anda datang ke rumah dan memenangkannya kepada Tuhan? Dia terhilang.” Saat itu saya berusia tujuh belas tahuh. Saya berkata, “Ya, dengan senang hati.” Lalu saya pergi ke rumah itu, keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan anaknya yang bernama Spencer. Kemudian sang ibu menyuruh anaknya tidur sehingga saya dapat bersama suaminya sendirian. Dia sendiri mengasingkan dirinya. Dan hingga tengah malam, saya berbicara dengan pria itu—Jim Short. Saya berbicara kepadanya tentang Tuhan. Dan setiap kali saya menekankan undangan, dia akan berkata tidak. Dan segala sesuatu yang diketahui orang muda seperti saya untuk memenangkan dia kepada Kristus sungguh-sungguh gagal. Dan akhirnya, hingga larut malam saya memiliki sebuah doa penutup, dan dia mempersilahkan saya untuk tidur.
Saudara yang terkasih, anda akan berkata, “Bukankah itu sebuah kegagalan? Menghabiskan waktu hingga larut malam berusaha untuk memenangkan orang itu kepada Yesus dan dia tidak pernah merespon. Dia mati sebagai seorang yang terhilang.” Anda tahu, apa yang terjadi minggu pagi berikutnya? Minggu pagi berikutnya, ketika saya berkhotbah di gereja saya itu dan memberikan undangan, seorang bocah menelusuri lorong bangku dan menjabat tangan saya dan menerima Tuhan di hadapan umum sebagai Juruselamatnya, bocah itu adalah, Spencer Short. Saya dapat katakan bahwa usianya sekitar dua belas tahun.
Saya berkata kepadanya, “Engkau memberitahukan kepada saya bahwa engkau telah menerima Tuhan sebagai Juruselamatmu, bahwa engkau telah diselamatkan, dan engkau datang ke mari untuk memberi mengakui Tuhan dan engkau ingin dibaptis. Spencer, kapankah engkau diselamatkan? Kapankah engkau diselamatkan?” Dan anda tahu jawabannya? Dan dia berkata, “Ketika anda datang dan berbicara dengan ayah saya. Ibu saya telah menyuruh saya tidur tetapi,” kata bocah itu, “Saya membiarkan pintu saya terbuka dan mendengar anda memohon dan berdoa dengan ayah saya. Ayah saya menolak anda dan berkata tidak. Tetapi,” katanya, “di tempat tidur itu saya mendengarkan anda dan menyerahkan hati saya kepada Yesus.”
Bukankah itu sebuah hal yang luar biasa? Allah tidak akan membiarkan kesaksian kita jatuh ke tanah. Entah bagimana, Dia mengairinya dan menguduskannya serta memberkatinya, mungkin di wilayah-wilayah yang sama sekali tidak kita ketahui.
Biar saya menambahkan sebuah kesimpulan tambahan terhadap hal itu. Mary Crowley membuat sebuah film tentang kehidupan saya, dan mereka membawa saya ke Marlowe, ke gereja pedesaan saya, lima mil sebelah timur dari kabupaten Cameron. Jadi ketika saya berada di sana dengan kru juru kamera, saya bertanya kepada seseorang, “Apakah anda pernah mendengar tentang seseorang yang bernama Spencer Short? Apakah anda pernah mendengar tentang dia?” Dan mereka berkata, “Spencer Short telah menjadi seorang diaken dan seorang yang setia dari anggota dari gereja ini yang merupakan jemaat kecil yang telah membangun hidupnya selama setengah abad. Dia telah menjadi seorang diaken yang sangat setia selama lima puluh tahun”—lima puluh tahun. Hal itu tidak pernah gagal. Mereka mungkin menampik kita. Orang-orang ini mungkin menolak undangan kita. Tetai Allah memberkati tempat itu, di dalam wilayah yang tidak kita ketahui. Dan itulah yang harus kita lakukan, pergi mengetok pintu, akan mengundang seseorang kepada Tuhan Yesus—akan meminta mereka, Apakah anda pergi ke gereja? Apakah anda telah diselamatkan? Apakah anda percaya di dalam Yesus yang mulia? Saya hanya ingin memberitahukan kepada anda apa yang telah Dia lakukan bagi saya. “Oh, apa yang telah Dia lakukan bagi saya.” Dan Allah yang akan melakukan sisanya. Lagi pula, bukan kita yang mempertobatkan seseorang. Dialah yang melakukan urusan pertobatan. Allah yang melakukannya. Kita hanya saksi dan menunjuk kepada Tuhan.
Sekarang, Denny, kita akan menyanyikan sebuah lagu. Dan ketika kita menyanyikan lagu, jika ada seseorang dari anda yang ingin menyerahkan hati anda Tuhan pada malam hari ini. Katakanlah, “Pendeta, ini adalah malam indah bagi saya. Dan saya datang untuk menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya.” Atau, “Saya ingin meletakkan hidup saya di dalam persekutuan gereja yang luar biasa ini, dan saya datang. Ibilah keluarga saya dan kami semua datang.” Ketika Tuhan menekankan seruan itu di dalam hati anda, jawablah dengan seluruh hidup anda. Lakukanlah sekarang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi. Saat kita membuat seruan dan menyanyikan lagu undangan kita.
Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.