GARIS BESAR WAHYU ALLAH

(GOD’S OUTLINE OF THE APOCALYPSE)

 

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 1:19

05-14-61

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan siaran radio, anda sedang bergabung dengan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul tujuh pagi ini. Saya sangat tertarik dengan persembahan anggrek yang indah ini dari Divisi Junior kepada Ibu kita yang paling tua, sejak saya berada di sini, Ibu kita yang paling tua adalah Ibu Horner yang sedang berdiri dan Ibu Swanson. Dan semenjak berada di sini, saya telah memberikan bunga anggrek kepada Ibu Swanson. Dan saya berpikir bahwa betapa  itu adalah sebuah fenomena, Ibu Horner telah menjangkau dan melewati Ibu Swanson. Jadi, kami ingin anda tetap seperti ini dan mencapai usia seratus tahun  Ibu Swanson. Sekarang anda tetap tinggal seperti itu karena kita akan memiliki sebuah perayaan seratus tahun  dengan semua keluarga yang berada di sekeliling anda. Dan saya ingin Divisi Junior akan membawa dua buah karangan bunga tahun depan dan memberikannya juga  kepada Ibu Horner. Dia telah berada di sini sangat lama dan sangat setia. Dan kita akan memiliki sebuah waktu yang indah di tahun depan. Dan Tuhan memelihara  anda berdua baik di dalam kesehatan dan kemakmuran.  

Ini adalah pertama kalinya semenjak saya berkhotbah, yang saya ingat bahwa saya tidak mempersiapkan sebuah khotbah untuk hari Ibu. Saya telah melakukannya semenjak saya menjadi pelayan Injil. Dan anda tahu sudah berapa lama hal itu terjadi? Saya menghitung hari-hari itu. Dan saya telah melakukannya selama tiga puluh empat tahun. Dan ini adalah pertama kalinya dalam tahun-tahun itu di mana saya tidak mempersiapkan sebuah khotbah untuk Hari Ibu. Seperti yang anda tahu bahwa saya sedang berkhotbah melalui kitab-kitab yang ada di dalam Alkitab, dan kita telah tiba di dalam Kitab Wahyu pasal pertama. Dan sejak Januari awal, kita telah berkhotbah di dalam pasal satu ini. Saya beritahukan kepada anda bahwa salah satu anak kecil, datang kepada saya sekitar dua minggu yang lalu dan berkata, “Pendeta, saya sungguh percaya bahwa Yesus akan datang sebelum anda menyelesaikan khotbah melalui Kitab Wahyu.” Jadi, untuk memberi ringkasan tentang hal itu, saat saya berdoa dan mempelajarinya, terlihat bagi saya, di dalam pikiran Roh, saya harus melanjutkan khotbah ini berdasarkan Kitab Wahyu. Karena itu saya tidak menyiapkan sebuah khotbah untuk hari Ibu, malahan sebaliknya, saya akan tetap melanjutkan seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu yang terbentang di hadapan kita dan saya telah mempersiapkan khotbah sehubungan dengan hal itu.

Pada pagi hari ini anda lihat, saya menyampaikan khotbah ini pada pukul 8.15. Dan ini adalah khotbah yang berhubungan dengan misteri ketujuh bintang. Dan setelah berkhotbah selama empat puluh lima menit pada pagi hari ini, baru saya akan menjelaskan tentang misteri ketujuh bintang. Jadi pada pagi hari ini kita hanya akan berkhotbah tentang pengantarnya dan minggu pagi berikutnya kita akan berkhotbah tentang Misteri Ketujuh Bintang.

Lalu, meskipun saya menyebutnya sebagai sebuah pengantar, ini adalah sebuah pesan yang penting, yang telah saya siapkan yang didasarkan atas Wahyu. Sebab khotbah ini akan menentukan serat dari makna keseluruhan. Dan ini adalah hal terbaik yang dapat saya lakukan ketika saya belajar dan berdoa serta mencurahkan pikiran saya terhadap hal-hal ini. Bagi saya ini adalah makna dari Kitab Wahyu. Sekarang, makna itu ditemukan dalam ayat sembilan belas. Saya telah mempersiapkan khotbah yang didasarkan atas ayat sembilan belas dan ayat dua puluh satu dari pasal pertama, yang merupakan ayat penutup dari pasal satu. Jadi, seperti yang saya katakan, saya tidak akan mungkin mengkhotbahkan khotbah yang telah saya siapkan sebelumnya dalam waktu yang singkat ini. Jadi kita hanya akan mendengarkan khotbah pada pagi hari ini  hanya pada ayat sembilan belas, dan minggu depan kita akan menutupnya dengat ayat dua puluh. 

Sekarang kita akan membahas apa yang menjadi konteks khotbah kita, sebagaimana anda telah mengikuti seri khotbah ini selama bulan-bulan ini, Yohanes berkata bahwa dia berada di Pulau Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan Yesus Kristus. Dia sedang dikuasai Roh pada hari Tuhan, dan mendengar suara di belakangnya dan berkata—dan di sana ada sebuah gambaran tentang Yesus Kristus Tuhan. Dan dia berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadanya. Dan setelah berpaling, dia melihat tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia. Dia melihat Tuhan Yesus. Dan kemudian diikuti oleh sebuah deskripsi tentang Tuhan Yesus. Dan sekarang kita akan membacanya dimulai dari ayat enam belas:

  

Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.

Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.  Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. [Wahyu 1:16-19]. 

 

Itu adalah ayat sembilan belas. Dan itu akan mejadi khotbah pada pagi hari ini. Kemudian untuk melengkapi konteks tersebut : “Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kau lihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki dian itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu adalah ketujuh jemaat” (Wahyu 1:20). Di dalam teks yang baru kita baca itu, Wahyu 1:19, “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.”  

Alkitab versi King James diterjemahkan dari Textus Receptus.  Itu adalah teks yang disusun dari banyak manuskrip oleh Erasmus dan disebut dengan Received Teks, Textus Receptus.  Dan di dalam Textus Receptus di sana ada sebuah kata Yunani kecil yang keluar dari teks itu. Itu adalah sebuah partikel yang dibuat yang tampaknya tidak memiliki makna. Tetapi ketika anda meletakkannya di dalam kalimat, ia memiliki sebuah signifikasi yang besar. Jadi kita akan meletakkannya sama seperti yang telah dilakukan oleh Yohanes. Partikel kecil itu adalah o-u-n, oun.  Dan kata Yunani oun berarti “oleh karena itu.” Dan untuk menunjukkan kepada anda pentingnya kata itu, anda tahu bahwa saya percaya bahwa seluruh kata-kata itu diinspirasikan oleh Allah. Setiap Kitab Suci, setiap suku kata, setiap kalimat, setiap ayat, setiap bait, setiap pasal, setiap paragraf dituliskan olen nafas Allah ke dalam pikiran dan hari dari nabi-nabi dan rasul-rasul. Dan setiap kata itu merupakan pilihan elektif dari Roh Allah. “Tetapi oleh dorongan Roh Kudus  orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:21).

Sekarang kata itulah yang dituliskan oleh Yohanes di sana, dan saya ingin menunjukkan kepada anda betapa pentingnya kata ini dalam sebuah kalimat. Sebagai contoh, kita dapat melihat di dalam Amanat Agung yang terdapat dalam Matius 28:19 : “Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Allah Tritunggal; dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadaMu.” Sekarang kata “karena itu” memiliki sebuah makna, dan hal itu merujuk kepada ayat sebelumnya. Matius 28:18 berkata, “Yesus mendekati mereka dan berkata : "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah….” [Matthew 28:18, 19].  Karena itu pergilah atas dasar keilahian dan otoritas itu dan dengan kuasa itu, kita adalah pemenang. Kemenangan itu adalah milik kita. Bagaimana pun besarnya ombak yang menghampiri pantai, akan tetapi pesisir akan tetap menang. Atas dasar itu, pergilah.

Sekarang hal yang sama juga terdapat di sini. Oun—karena itu tuliskanlah, itu adalah partikel illative yang merujuk kepada apa yang telah sampaikan sebelumnya, “Akulah yang awal dan yang akhir,”— Pantokrator,--“Alpa dan Omega, yang awal dan yang akhir,”—Tuhan Allah Yang Mahakuasa—“ Aku hidup, sampai selama-lamanya”—karena itu—“dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”                 (Wahyu 1:11-19). Partikel kecil itu merujuk kepada otoritas dan keaslian dan keilahian Kristus Tuhan. Dan atas dasar otoritas Allah dan keilahian Kristus Tuhan, dan bahwa Dia memegang kunci dari seluruh takdir, tuliskanlah hal-hal ini. Sebab hal-hal yang telah dituliskan ini adalah hal-hal yang mengontrol hidup anda dan jiwa anda dan dunia ini serta dunia yang akan datang. Dan Kristus berkata di sini, Atas dasar itu takdir ini terletak di dalam tanganKu, tuliskanlah sebagai sebuah garis besar. Dan buatlah jelas kepada umatKu supaya mereka dapat meilihat dan membacanya. Kristus bukanlah satu hal di dalam satu zaman dan di dalam satu generasi dan di dalam satu masyarakat dan di dalam satu negara dan kemudian Kristus adalah hal lain di dalam zaman yang lain dan di dalam generasi yang lain, di antara masyarakat yang lain, di negara yang lain dan, waktu yang lain di dalam generasi yang lain; tetapi Kristus adalah sama sepanjang masa dan sepanjang seluruh generasi dan sepanjang zaman—“Yesus yang tetap sama baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Dan karena Dia duduk di atas takhta kemuliaanNya di dalam kuasa dan otoritas, wahyu zaman yang hebat ini, dan kesudahan zaman akan tentu dilaksanakan karena hal itu terletak di dalam tangan Allah Yang Mahakuasa. Jadi, itulah yang dimaksud dengan kata oun.  Jadi kata itu tidak boleh dihilangkan. “Karena itu tuliskanlah hal-hal ini” dan kemudian Dia memberikan kepada kita sebuah Garis Besar dari kitab ini.

Karena itu kita telah tiba ke dalam poin permulaan yang besar. Kita telah tiba ke dalam fondasi utama. Kita telah tiba ke dalam analisis kitab ini. Dan kita telah tiba kepada apa yang dimaksudkan oleh Allah dengan penglihatan masa depan ini, yang Dia gambarkan di depan mata Yohanes dan memerintahkan Yohanes untuk menulisnya sehingga kita dapat melihatnya dan mengetahuinya. Sekarang saya ingin menunjukkan kepada anda apa yang terdapat di dalam garis besarnya, di dalam analisisnya di dalam penjelasannya, makna yang terdapat dalam Wahyu. Saya telah menyalin tiga contoh, bagaimana orang-orang membagi Kitab Wahyu. Dan mereka semuanya adalah orang-orang yang baik. Mereka semuanya hebat. Dan setiap kali anda membaca sebuah kepercayaan dari sarjana saleh yang sederhana yang menulis Wahyu, maka hal itu akan membuat hati anda menjadi nyaman. Hal itu akan memberkati hati anda. Sekarang ini adalah tiga contoh yang telah saya salin yang merupakan contoh bagaimana orang-orang membagi Kitab Wahyu. Dan ketika saya akan mempresentasikan hal ini, kita akan melihat bagaimana Allah membagi kitab Wahyu. Sekarang, ini adalah contoh dari ketiga orang yang membagi Kitab Wahyu itu. Yang pertama, saya pilih dari orang pertama yang membagi Kitab ini menjadi dua bagian. Lalu, orang yang kedua akan membagi kitab ini menjadi empat bagian. Dan selanjutnya, orang ketiga akan membaginya menjadi tujuh bagian.

Yang pertama—orang yang membagi Kitab Wahyu ke dalam dua bagian. Dia menunjukkan—dan semuanya ini terbukti dan mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan mereka telah menolong kita dalam memahami kitab ini—dia menunjukkan bahwa tujuan pendirian kerajaan Kristus dicapai dua kali di dalam kitab ini. Yang pertama dicapai dalam pasal 11 ayat 15 hingga 17 : “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Wahyu 11:15-17). Dalam Wahyu 11:15-17, tujuan itu telah tercapai. Kemudian tujuan yang sama, kejayaan Kristus atas dunia ini dicapai dalam Wahyu 19 ayat 6 dan 7. Jadi orang ini  membagi kitab ini dalam dua bagian yang setara. Bagian yang pertama ketika hal itu dicapai dalam tujuan utama di dalam pasal 11 dan  Kristus adalah Tuhan atas semua. Kemudian, waktu yang kedua, ketika hal itu dicapai  dalam kesudahan yang sama, dan Kristus memerintah atas semua di dalam pasal sembilan belas. Jadi, dia membaginya dalam dua bagian yang setara : Pasal 1-11, dimana hal itu dicapai dalam tujuan yang mulia, dan kemudian pasal 12-22, dimana di dalamnya disebutkan kembali tentang kesudahan yang mulia itu. Dua bagian yang setara : yang pertama, pasal satu hingga pasal sebelas yang terakhir. Dan hal itu sangat berguna dan sangat baik, dalam membagi kitab ini dalam cara tersebut. Kitab ini secara tepat dibagi dalam dua bagian.

Baiklah sekarang garis besar yang kedua yang telah saya salin dari pandangan yang kedua yang menjadi tipikal banyak orang. Orang ini telah membagi Wahyu ke dalam empat bagian. Ada empat visi permulaan yang memiliki panjang yang setara serta isi yang setara dalam kitab ini. Dan setiap visi ini dimulai dengan cara yang sama. Setiap bagian diawali dengan menyebutkan pelihat itu secara pribadi; berbicara tentang Yohanes secara pribadi. Dan setiap bagian akan dimulai dengan frasa ini, “aku dikuasai oleh Roh.” Dan setiap bagiannya akan membawa pelihat itu ke dalam sebuah tempat dimana hal-hal itu secara normal tidak dapat dilihat oleh mata yang fana. Dan keempat hal ini membagi penglihatan yang ada di dalam kitab ini. Yang pertama terdapat dalam pasal satu ayat sembilan dan pasal satu ayat sepuluh: Dia sedang berada di Pulau Patmos dan dia mendapat penglihatan tentang Yesus Kristus yang berada di antara tujuh kaki dian emas. Dan kemudian, dia berada di Pulau Patmos secara fisik, dan sekarang di dalam Roh dia masih berada di Patmos dan melihat penglihatan tentang Kristus. Kemudian di dalam pasal empat ayat 1 dan 2, di dalam Roh, pelihat itu berada di dalam sorga. Kemudian di dalam pasal 17:3, pelihat itu berada di padang gurun. Kemudian di dalam pasal 21:10, pelihat itu berada di atas gunung yang besar. Jadi jika anda megambil empat bagian dari empat penglihatan itu, maka hal itu akan memiliki garis seperti ini : penglihatan pertama, ketika dia berada di Patmos—pasal 1 hingga 3. Penglihatan kedua, ketika dia melihat dari sorga—pasal 4 hingga 16. Penglihatan yang ketiga, ketika dia berada di padang gurun—pasal 17 hingga 20. dan penglihatan keempat, ketika dia berada di atas gunung yang besar—pasal 21 hingga 22.

Sekarang, pandangan  yang ketiga. Ada sebuah garis besar yang indah, yang membaginya ke dalam tujuh bagian, dan tujuh bagian di dalam setiap bagian itu. Hal itu dimulai dalam sebuah prolog dan ditutup dengan sebuah epilog, dan ketujuh bagian ini membagi Kitab Wahyu. Tujuh jemaat—pasal 1 hingga 3; tujuh materai—pasal 4 hingga 7; tujuh sangkakala—pasal 8 hingga 11; tujuh tokoh terkemuka—pasal 12 hingga 14; tujuh cawan murka—pasal 15 dan 16; tujuh malapetaka—pasal 17 hingga 20; dan tujuh hal-hal baru—pasal 21 dan 22. Itu adalah sebuah garis besar yang indah : tujuh jemaat, tujuh materai, tujuh sangkakala, tujuh tokoh terkemuka, tujuh cawan muraka, tujuh malapetaka, tujuh hal-hal baru—tujuh dan tujuh, sebuah garis besar yang baik. 

Saya telah berkata bahwa hal-hal ini menolong kita untuk memahami kitab itu, untuk membaca kitab itu dan membuatnya bermakna bagi kita. Tetapi setelah seluruh penyajian yang dilakukan oleh para sarjana dan mahasiswa dan komentator dan teolog yang telah mencurahkan pemikiran mereka atas kitab ini, apa yang ingin kita ketahui adalah, bagaimana Allah menulis kitab ini? Bagaimana Allah membagi kitab ini? Bagaimana Allah menganalisis kitab ini? Dan bagaimana Allah membingkainya bagi kita sehingga hal itu menegaskan gambaran yang Dia miliki dalam pikiranNya, ketika dia memberikannya, ketika Dia menyingkapkannya kepada kita? Tampak jelas bahwa Allah adalah seorang homelitik yang baik. Semua khotbah mereka katakan, harus memiliki tiga bagian. Sekarang Allah berkata kepada Yohanes bahwa Dia akan memberikan Wahyu ini di dalam tiga bagian. Bagian yang pertama: “Tuliskanlah hal-hal yang telah engkau lihat.” Bagian yang kedua, “Tuliskanlah hal-hal ini.” Bagian yang ketiga: “Tuliskanlah hal-hal yang akan terjadi sesudah ini.” 

Kemudian Dia memiliki tiga pembagian dalam kitab ini. Yang pertama, tuliskanlah hal-hal yang telah engkau lihat, dan itu adalah pasal pertama. Yohanes menuliskan hal-hal yang telah dia lihat. Di sana ada tujuh kaki dian emas. Dan di sana ada Anak Allah di dalam seluruh kemuliaanNya, wajahNya seperti sinar matahari terik. Dan di sana ada tujuh bintang. Dan di sana ada tujuh kaki dian. Semua hal yang telah dia lihat. Itulah yang pertama: “Tuliskanlah apa yang telah kau lihat” (Wahyu 1:19). Itu adalah penglihatan dari keaslian yang besar dan tanda yang besar dan otoritas bagi Wahyu sebagai sebuah keseluruhan. Yang pertama, hal-hal yang telah kau lihat, yang merupakan Tuhan Allah sendiri. Itu adalah bagian yang pertama.

Sekarang tuliskanlah, “Tuliskanlah baik yang terjadi sekarang” (Wahyu 1:19). Itu adalah bagian yang kedua. Dan dia menggunakan kata ini dalam bentuk sekarang (present tense), hal-hal yang berhubungan dengan kita. Sekarang lihatlah: “Ketujuh kaki dian itu adalah ketujuh kaki itu adalah ketujuh jemaat.” Kemudian dia menggunakan kata dalam bentuk sekarang adalah karena Yohanes dan anda serta saya, kita semua hidup dalam masa gereja. Ini adalah zaman gereja. Ini adalah pemerintahan gereja. Ini adalah dispensasi gereja. Ini adalah masa pemberitaan injil Anak Allah. Ini adalah masa penginjilan besar-besaran bagi seluruh dunia. Ini adalah masa ketika orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi, pria dan wanita, budak dan orang-orang merdeka, yang terpelajar dan yang tidak terpelajar, orang-orang yang bijak dan yang tidak bijak. Ini adalah hari yang besar, ketika pintu kerajaan Allah terbuka dengan luas dan setiap orang dipersilahkan untuk masuk. Datanglah, masuklah pada hari ini. Undangan yang besar  dari masa anugerah. Yohanes hidup pada masa itu, hal-hal yang terjadi sekarang. Kita hidup pada masa ini, hal-hal yang terjadi sekarang. Seluruh hal-hal yang berhubungan dengan gereja pada masa ini. 

“Misteri dari ketujuh kaki dian”—ada sebuah aritmetika ilahi sama seperti ada tempat-tempat ilahi, nama-nama dan individu-individu serta hal-hal ilahi. Ada bilangan kudus, sama seperti ada orang yang kudus dan tempat-tempat yang kudus. Dan kata “tujuh” merupakan bagian dari kitab Wahyu, sebagai sebuah suku kata lain atau kata lain di dalamnya. Tujuh memiliki makna yang besar. Angka tujuh berdiri bagi kita untuk seluruh gereja. Dan bagi jemaat-jemaat dari generasi kita. Dan bagi jemaat-jemaat sepanjang masa. Kemudian Yohanes menulis tentang hal-hal itu, dia menulis tentang kita. Dia menulis tentang jemaat-jemaat. Dan hal itu terdapat dalam tujuh jemaat Asia, Tuhan kita memberikannya kepada Yohanes dan bagi kita sebagai sebuah tinjauan pada masa lalu dan sebuah pandangan tentang kemajuan dari pemberitaanNya dan InjilNya dan eklesiaNya sepanjang zaman gereja.  Dan ada perkembangan di dalamnya, ada kemajuan di dalamnya, dan kadang-kadang ada kemunduran di dalamnya. Tetapi ini adalah sebuah garis besar. Ini adalah sebuah gambaran masa lalu dengan nubutan, dengan otoritas Kristus sendiri, Allah Yang Maha Besar, dari perkembangan gereja, yaitu jemaat-jemaat sepanjang zaman. Dan kita dapat membacanya dalam tujuh jemaat ini dan membaca tentang diri kita sendiri dan masa kita.

Dan ketika seseorang datang dan berkata, “Hal ini tidak berkaitan dengan kita, tujuh jemaat itu berada di Asia sana, dan pesan itu bagi mereka, tetapi ketika mereka meninggal maka kaitannya juga meninggal.”—oh, oh, ada banyak jemaat lain yang berada di Asia pada saat itu, lalu mengapa Allah memilih tujuh jemaat? “Misteri dari ketujuh kaki dian itu adalah ketujuh jemaat.” (Wahyu 1:20). Ketujuh jemaat itu dipilih sebagai sebuah simbol, sebagai sebuah pandangan dari perluasan dan kemajuan serta perkembangan Injil di dalam dunia. Dan hal itu berlangsung dari masa rasul-rasul hingga pengangkatan jemaat dari dunia ini oleh Allah. Jadi bagian kedua dari Kitab Wahyu ini adalah, “hal-hal yang terjadi sekarang ini,” adalah sebuah wahyu, sebuah penyingkapan dari kisah jemaat Allah di dalam seluruh sejarah orang Kristen. Hal-hal ini adalah “hal-hal yang terjadi pada masa jemaat.”  

Sekarang, anda akan menemukan bagian itu sangat tersusun rapat dan sangat lengkap. Bagian itu tidak terpisah-pisah. Bagian itu tidak terbagi sendiri. Tidak ada perubahan di dalam penyampaiannya. Tidak ada perubahan tempat dari sang pelihat. Tidak ada perubahan di dalam pelaksanaannya. Tidak ada perubahan di dalam pembahasannya. Segala sesuatu tersusun dengan rapi. Ia menjadi milik satu zaman dan sebuah admisnistrasi yang pendek dan sebuah dispensasi. Dan semuanya sama, bagian yang kedua, yang berhubungan dengan jemaat-jemaat.

Sekarang kita tiba dalam sebuah momen yang singkat, yang tersisa bagi saya untuk berbicara tentang pembagian yang ketiga dari kitab itu. “Tuliskanlah hal yang telah kau lihat,”—pasal satu, penglihatan tentang Kristus. “Tuliskanlah hal-hal yang terjadi sekarang,” dan “ketujuh kaki dian itu adalah ketujuh jemaat.” Dan yang ketiga “Tuliskanlah hal-hal yang akan terjadi sesudah itu (meta tauta), setelah jemaat-jemaat ini.” (Wahyu 1:19). Kemudian, ketika saya tiba ke dalam Kitab Wahyu pasal empat, saya melihat bahwa Allah mengikuti garis besarNya dengan sangat cermat, hingga suku kata yang terakhir. Lihatlah ke dalam pasal empat itu : “Kemudian dari pada itu, aku melihat : Sesungguhnya sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah ku dengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya : Naiklah kemari dan aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini  [meta tauta]” setelah masa jemaat dan sejarahnya dan pengadilannya telah sempurna (Wahyu 4:1). Dan kemudian setelah hal-hal ini, setelah kaki dian ini, setelah malaikat jemaat ini, yang saya usahakan untuk mengkhotbahkannya di sini pada minggu berikutnya, setelah jemaat-jemaat ini, kemudian hal-hal ini akan digenapi.

Minggu ini datanglah ke dalam pikiran saya sebuah contoh yang tepat tentang hal ini: yaitu tentang meta. Setelah engkau menulis hal-hal yang kau lihat, dan hal-hal yang terjadi sekarang, lalu tuliskanlah hal-hal, meta, sesudah hal-hal ini, contoh yang datang ke dalam pikiran saya itu adalah hal ini: Aristoteles, murid dari Plato dan guru dari Aleksander Agung, dan saya duga, ia merupakan filsuf terbesar, metafisika, dan pencari intelektual terbesar yang pernah hidup. Semua pengetahuan alam kita, mengalami kelahiran dari Aristosteles. Dan saat Aleksander  menaklukkan seluruh peradaban dunia, Aristoteles menemani Aleksander. Dan dia menulis dan membuat penelitian atas segala sesuatu yang dia lihat. Dia melihat ke atas dan mengamati langit yang penuh bintang, dan dia menulis astronomi. Dan dia melihat dunia tumbuh-tumbuhan dan dia menulis botani. Dan dia melihat dunia binatang serta menulis zoologi (Ilmu tentang binatang). Dan dia mengamati cuaca, dia menulis meteorology (Ilmu tentang cuaca). Dan seterusnya dan seterusnya sebagaimana dia terus melakukan pengamatan.

Sekarang di abad pertama A.D., ada seorang sarjana Yunani yang cemerlang yang bernama Andronicus yang tinggal di Rhodes, sebuah kota Yunani kuno yang terkenal. Dan Andronikus dalam abad pertama A.D., mengambil semua hasil karya dari tulisan Aristoteles dan menulisnya, menyusunnya serta mengeditnya. Dan hal pertama yang dilakukan Andronicus adalah hal ini: Dia meletakkan secara bersama-sama tulisan Aristoteles yang berhubungan dengan dunia fisik dan dia menyebutnya Ta Phusika, “fisika, alam.”  Dan di dalamnya, dia meletakkan semua pengamatan Yohanes tentang bintang-bintang di langit, dan tentang tumbuh-tumbuhan di tanah dan binatang-binatang hidup, dan cuaca yang berubah. Segala hal yang berkenaan degan fisik, dia meletakkannya bersama-sama dalam bagian yang pertama. Kemudian, Aristoteles tidak hanya menulis dari pengamatan yang berhubungan dengan tanaman dan binatang-binatang dan bintang-bintang, dan cuaca serta hal-hal fisik. Tetapi Aristoteles adalah seorang filsuf yang menembus segala batas, dan dia menulis banyak hal dan dan membuat pengamatan yang berhubungan dengan hal-hal non fisik, seperti seni pembelajaran dan natur keberadaan dan eksistensi dan hal-hal yang berhubungan dengan logika dan hal-hal yang berkenaan dengan penyebab pertama dan hal-hal awal dan spekulasi tentang eksistensi Allah. Dia memiliki banyak hal yang bukan bersifat fisika. Jadi, Andronikus, ketika dia menambahkan ke dalam karya Aristoteles, dia meletakkan segala sesuatu yang berhubungan dengan ta phusika, di dalam bagian itu, itu adalah bagian depan yang berkenaan dengan alam. Kemudian dia mengambil tulisan-tulisan Aristoteles yang bukan termasuk ke dalam hal-hal  fisika, dan dia mengelompokkannya di bagian yang terakhir dan menyebutnya dengan Meta Phusikameta phusikameta.  Di sana ada hal yang sama—meta, yaitu, “hal-hal yang melampaui fisik”—metaphysical.  Anda memiliki hal itu di dalam bahasa Inggris—“metaphysical,”—metafisika, “hal-hal yang tidak dapat diraba, hal-hal yang melampaui fisik.” Ada hal-hal yang ditulis Aristoteles yang berhubungan dengan fisik, dan ada hal-hal yang melampaui fisik, metafisika. Dan itu adalah cara Andronicus dalam mengedit karya Aristoteles. 

Itu adalah makna yang tetap dan identik dari kata yang terdapat dalam tulisan Yohanes. Engkau tuliskanlah hal-hal yang telah kau lihat. Dan hal itu terdapat dalam pasal pertama dari penglihatan tentang Kristus. Dan tuliskanlah hal-hal yang terjadi sekarang. Dan ketujuh kaki dian adalah ketujuh jemaat. Jadi dia menuliskan tentang jemaat-jemaat, jemaat-jemaat masa depan, jemaat-jemaat hingga Yesus datang kembali. Dan akhirnya, dia diperintahkan untuk menulis hal-hal meta tauta, hal-hal sesudah jemaat. Hal-hal setelah jemaat diangkat. Hal-hal sesudah umat Allah diangkat oleh Tuhan ke dalam kemuliaan. Dan ketika saya berpaling kembali ke dalam Wahyu, hal itu tepat seperti garis besar yang telah dibuat oleh Allah. Yang pertama, penglihatan Yohanes tentang Kristus; yang kedua, hal-hal yang berhubungan dengan jemaat-jemaat, dan kemudian, dimulai dari pasal keempat, hal-hal yang terjadi sesudahnya, meta.  Hal-hal setelah hal-hal yang berkenaan dengan jemaat. Dan ketika anda sampai ke dalam pasal empat dan Kitab Wahyu hingga bagian yang terakhir, bagian kedua itu sudah usai. Tidak pernah dirujuk kembali. Kata “jemaat”  tidak pernah digunakan lagi. Tidak pernah digambarkan lagi. Tidak pernah didiskusikan lagi. Dan keberadaannya tidak ada lagi di bumi. Dia telah diangkat. Tidak ada referensi tentang gereja di mulai dari pasal empat, karena Allah menuliskan tentang hal-hal meta, hal-hal yang terjadi sesudah jemaat. 

Dan kata oun itu, ketika kita melihat ke dalam pasal pertama Kitab Wahyu—ketika kita melihat pasal empat, selanjutnya, kita menemukan kesepakatan Allah dengan orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa non Yahudi. Di dalam masa mereka yang mengerikan dan penuh murka, yang di dalam Alkitab disebut dengan “Masa Kesusahan Besar dalam Wahyu 7:14, King James menerjemahkannya dengan: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari masa kesusahan besar.” Sekarang,  Yohanes berpikir agar setidaknya  seseorang jangan membuat kesalahan tentang apa yang sedang dia bicarakan, dia menyebutnya, “masa kesusahan besar,” agar seseorang dapat membuat terjemahan tentang Kesusahan Besar itu, suatu masa ketika Allah akan mengambil bumi ini dan mengguncangkannya sama seperti seekor tikus yang dikocok dalam cakar dan mulut seekor kucing besar. Allah belum selesai dengan dunia. Dan Allah belum selesai dengan orang-orang yang tidak percaya. Dan Allah belum selesai berurusan dengan orang-orang kafir. Dan Allah belum selesai berurusan dengan ateis dan agnostik dan orang-orang yang menentang nama Allah. Akan datang sebuah masa, sebuah waktu ketika  Allah akan berurusan dengan orang yang tidak percaya secara pribadi. Sekarang kita hidup dalam masa anugerah, di dalam sebuah masa yang penuh kemurahan; masa pemberitaan injil. Setiap orang dapat mengutuk Allah dan tetap hidup. Sekarang, setiap orang dapat menghina nama Allah dan tetap hidup. Sekarang setiap orang dapat menyumpahi jemaat dan tetap hidup. Dan dia dapat menyia-nyiakannya dan menjadikan orang-orang kudus menjadi martir dan tetap hidup. Tetapi akan datang sebuah masa, akan datang sebuah waktu, ketika seseorang mengutuk di hadapan wajah Allah akan menghadapi hukuman Allah yang mengerikan, di dalam sebuah masa yang mengerikan, di dalam sebuah waktu yang menakutkan. Dan itu adalah pernyataan Allah yang akan terjadi setelah masa anugerah, setelah masa ini.    

Oh, betapa kita harus memberitakan injil dengan giat. Betapa kita harus membuat seruan. Tuan, anda hanya memiliki waktu yang sempit. Hanya sesaat dan kemudian akan pergi selamanya. Menghilang selamanya.

 

Ada sebuah waktu, aku tahu kapan,

Sebuah tempat, yang tidak kuketahui.

Yang menandai takdir manusia ke sorga atau ke dalam keputusasaan.

Ada sebuah garis yang tidak terlihat oleh kita,

Yang melintasi setiap jalan;

Batas yang tersembunyi antara kesabaran Allah dan murkaNya.

 [Penulis tidak dikenal, “Batas Akhir”]

 

Dan Kitab Wahyu menggambarkan hal ini dengan jelas. Sekalipun orang berpikir dan berkata dalam hatinya, saya dapat mengutuk Allah dan tetap hidup, akan tetapi Allah berkata bahwa orang yang mengutuk namaKu, dan menyia-nyiakannya, menolak AnakKu, menolak anugerah, menginjak-injak darah perjanjian, maka akan ada sebuah hukuman yang jatuh ke atasnya dari Allah Mahatinggi yang ada di sorga. Oh, hal itu sangat menggentarkan.

Saya harus menutup khotbah ini. Petrus berkata, bahwa penghakiman itu akan dimulai dari rumah Allah. Dan jika hal itu dimulai dari kita, maka penghakiman atas dunia akan mengikutinya sesudah itu. Bukankah demikian? Yang pertama, Kristus berkata kepada jemaat-jemaatNya. Dan kemudian, Allah berbicara kepada dunia yang tidak percaya dan itu adalah Wahyu. Kita akan membahas hal itu minggu pagi selanjutnya dan mengikutinya sesuai dengan apa yang diterangkan Allah ke dalam pikiran kita dan memberikan kemampuan kepada kita untuk berbicara tentang misteri dari kerajaan sorga.

Dalam ibadah pagi, kita memiliki sebuah tuaian yang manis. Oh, anda tentunya bersukacita. Saudara John Dill dan saya telah berdoa. Dia memandang dari kemuliaan. Dia adalah salah satu diaken yang paling saleh yang pernah saya kenal. Ada keluarganya yang merupakan kerabatnya, datang berjalan melalui lorong bangku ini dan maju ke depan tadi pagi, seluruh keluarga. Dan ada keluarga-keluarga lain yang datang ke depan pagi tadi. Tuhan bermurah hati di dalam penjelasan Firman Allah. Dan itu sangat mulia. Dan saya membujuk anda semua, yang berada di ruangan ini, mungkin ada seseorang dari anda yang telah diundang oleh Roh Tuhan, “mari, datanglah.” Ada sebuah tangga yang berada di bagian depan dan bagian belakang di bagian balkon. Dan ada lorong-lorong bangku, di dalam tiap bagian gereja ini. Mari turunlah melalui salah satu tangga itu, atau berjalanlah melalui salah satu lorong bangku itu dan katakan, “Pendeta, saya memberikan tangan saya kepada anda. Saya memberikan hidup saya kepada Tuhan. Inilah saya. Dan saya datang segera.” Jika ada sebuah keluarga dari antara anda atau seseorang dari anda yang ingin mempercayai Yesus sebagai Juruselamat anda atau meletakkan seluruh hidup anda ke dalam persekutuan jemaat ini, mari datanglah. Ketika kita menyanyikan himne yang indah tentang gereja dan kedatangan Tuhan, maukah anda datang? Pada baris yang pertama, datanglah dan katakan, “Pendeta, inilah saya.” Lakukanlah saat kita berdiri dan menyanyikan lagu kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.