TUJUH MALAPETAKA YANG TERAKHIR

(THE SEVEN LAST PLAGUES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 15, 16

 

13-1-63

 

Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab di dalam Alkitab selama bertahun-tahun ini, kita telah tiba di dalam Kitab Wahyu. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal lima belas dan enam belas. Khotbah pada pagi hari ini adalah sebuah eksposisi dari  pasal lima belas dan pasal enam belas: TUJUH MALAPETAKA YANG TERAKHIR. Karena dengan itu berakhirlah murka Allah. Kemarahan yang sangat hebat yang merupakan akhir dari kesudahan waktu dan sejarah. Akan ada sebuah khotbah yang disampaikan sehubungan dengan perempaun sundal, pasal tujuh belas; sebuah khotbah yang akan disampaikan sehubungan dengan kejatuhan Babel, pasal delapan belas, kemudian pasal sembilan belas yang merupakan kedatangan Kristus; pasal dua puluh yaitu tentang milenium; pasal dua puluh satu dan pasal dua puluh dua—saya berdoa, yang akan membawa kepada kita kepada beberapa hal yang sangat membahagiakan dan bersifat sorgawi dari semua seri khotbah yang telah saya persiapkan dan yang telah didengar oleh jemaat kita—tentang sorga dan Yerusalem baru dan kemuliaan yang akan datang.   

Dan kemudian berakhir setelah lebih dari delapan belas tahun, seri khotbah kita melalui kitab-kitab di dalam Alkitab. Wahyu pasal sebelas membawa kita ke akhir dunia. Wahyu pasal empat belas membawa kita kembali ke akhir dunia. Tetapi sebelum millennium dan sebelum Yerusalem Baru turun, dan sebelum Tuhan mendirikan kemah Allah di bumi, Tuhan—di dalam periode yang mengerikan itu, sebelum campur tangan Allah Yang Mahatinggi—Tuhan menyibakkan tirai itu ke samping sehingga kita dapat melihat beberapa detail dari hari yang terakhir itu. Allah menginginkan kita mengetahuinya, apakah akhir dari trinitas Setan—Naga, Binatang dan Nabi Palsu. Allah ingin agar kita mengetahui bagaimanakah akhir dari sistem agama di dunia ini. Allah ingin agar kita mengetahui akhir dari kota besar itu yang disebut di dalam Wahyu “Rahasia dan Babel.” Sebelum memberkati bumi ini, ada sebuah pemurnian. Dan dosa dan maut dan ketidakbenaran dan penghujatan dan penolakan akan disingkirkan dari bumi. Dan di tempat yang kita lihat sekarang, yang dipenuhi dengan tanaman merambat dan duri dan semak dan peperangan dan pertumpahan darah, di atasnya Allah akan mendirikan sebuah kerajaan yang kudus dan benar. Dan di dalam nuansa sorgawi yang luar biasa itu serta kekuasaan Kristus yang kekal, kita akan menjadi warga negara dan ahli warisNya.

Pasal lima belas dan pasal enam belas berlangsung bersama-sama. Mereka adalah sebuah bagian dari penglihatan yang sama—lima belas dan enam belas—menggambarkan tujuh malapetaka yang terakhir, yang disebut dalam Kitab Wahyu pasal delapan belas bagian terakhir sebagai “kesengsaraan yang terakhir”—ketiga pohon. Bagian dari lima belas dan enam belas juga hukuman dari sangkakala yang terakhir—sangkakala yang ketujuh yang dibunyikan di dalam pasal sebelas bagian yang terakhir. Di dalam pasal sebelas, Bait Suci Allah dibuka di dalam sorga, dan Bait Suci itu sekarang terlihat di dalam pasal lima belas dan enam belas. Di dalam pasal sebelas, para tua-tua mengumumkan bahwa hari besar dari penghukuman Yang Mahatinggi telah datang—“dan bangsa-bangsa telah marah dan waktunya telah tiba untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi” (Wahyu 11:18). Dan gambaran yang jelas itu di temukan dalam pasal lima belas dan pasal enam belas. Di dalam pasal sebelas, pada bunyi sangkakala yang terakhir, pemerintahan atas dunia ini dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya” [Wahyu 11:15].  Dan persiapan yang pokok serta yang terakhir yang ditemukan di dalam penglihatan ketujuh wabah ini.  “Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah.”  Ada tiga dari tanda-tanda ini. di dalam pasal dua belas, “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” [Wahyu 12:1].  Di dalam ayat tiga, “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar”; kemudian yang ketiga ini, “Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah” [Wahyu 15:1].  Dan penekanannya adalah pada malapetaka “yang terakhir”—echontas plegas hepta tas eschatas—kata “eskatologi.” Doktrin tentang “hal-hal akhir” berasal dari situ. “….dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah.”  Setelah materai ada sangkakala, setelah sangkakala ada cawan murka, setelah cawan murka ada penyelesaian penghukuman Allah di bumi dan kerajaan telah datang. Tetapi sebelum Allah menggambarkan di sini puncak dari hari yang terakhir itu, dari pencurahan hukumanNya, yang pertama dari semua, di sini Allah memberikan kita sebuah penglihatan yang luar biasa tentang kekekalan dan jaminan dan keselamatan umatNya yang sedang berdiri di lautan api.  “Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah. Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! ” [Wahyu 15:2, 3].  Betapa merupakan sebuah penglihatan yang luar biasa! Di dalam Kitab Wahyu pasal empat, ketika Allah mengangkat orang kudusnya ke sorga, Yohanes melihat di hadapan takhta Allah sebuah lautan kaca bagaikan kristal—sebuah lautan kaca, tenang dan indah. Para tua-tua itu, yang mewakili kita berada di sana, di samping lautan kristal yang tenang dan teduh itu—orang-orang kudus Allah pada zaman ini dan pada masa kita. Tetapi ketika dia melihat laut ini, di hadapan takhta Allah, dan di sekeliling orang-orang kudus, dia berkata bahwa lautan ini adalah sebuah lautan kaca “bercampur api”—dan orang-orang kudus yang berdiri di sampingnya itu adalah mereka yang telah keluar dari kesusahan besar.  “Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba” [Revelation 15:3]. 

Itulah sebabnya mengapa sebelumnya saya meminta anda untuk membaca nyanyian Musa di Keluaran pasal lima belas. Berada di tepi pantai yang lain, dilepaskan dari musuh yang telah mengepung mereka, anak-anak Israel menyanyikan nyanyian Musa. Dan pada saat yang terakhir itu, di tepi pantai dari lautan kaca bercampur api di sana berkumpul orang-orang kudus Allah dari kesuasahan besar dalam kekekalan, dalam kemuliaan, dalam keselamatan sorgawi. Dan mereka menyanyikan nyanyian penebusan yang sangat mulia—nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba, nyanyian Anak Domba yang telah membawakan kepada kita sebuah kemenangan atas dosa atas maut dan atas alam maut. Mereka menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Dan anda, tahu bahwa itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa. Catatan nyanyian pertama yang tercatat di dalam Firman Allah adalah di dalam Keluaran pasal 15, dan itu adalah nyanyian Musa. Dan nyanyian terakhir yang tercatat di dalam Alkitab terdapat dalam Wahyu pasal 15, nyanyian Musa hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba. “Pada mereka ada kecapi Allah” [Wahyu 15:2].  Ada tiga kelompok di sorga, yang di dalam tangan mereka Allah meletakkan kecapi dari sorga. Di dalam Kitab Wahyu pasal lima, orang-orang yang diangkat dan dibawa ke dalam kemuliaan, mereka memiliki kecapi yang diberikan oleh Allah. Di dalam Wahyu pasal empat belas, seratus empat puluh empat orang yang berkumpul di hadapan Anak Domba di atas Bukit Sion memiliki kecapi Allah. Dan kelompok yang ketiga ini, berdiri di tepi lautan kaca, memiliki kecapi Allah dan sedang menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba, sebuah lagu kemenangan dan pembebasan sorgawi.

Kemudian dia melihat penglihatan tentang pembukaan Bait Suci di dalam sorga: “Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci--kemah kesaksian--di sorga.” [Wahyu 15:5].  Yohanes melihat ke dalam tempat yang suci dan kudus dari yang ilahi—ke pusat dari ruangan suci itu, ke dalam pusat dari ruangan mahakudus. Dan apa yang dia lihat keluar dari pusat Bait Suci Allah itu bukanlah Pengantara Agung, Imam Besar, bukan pelayan yang melayani meditasi dari anugerah dan kemurahan; tetapi apa yang dia lihat adalah sesuatu yang tidak biasa dan sangat luar biasa, sebuah penglihatan yang mengherankan tentang tujuh malaikat yang berpakaian seperti imam. Dan mereka adalah tujuh malaikat dari ketujuh malapetaka yang terakhir.

“Dan satu dari keempat kerubim itu memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas—anda memiliki terjemahan di sini dengan kata “cawan.” Dalam bahasa Yunaninya kata itu adalah phiale—yang merujuk kepada “panci kecil.” Kita menyebutnya pedupaan yang mana bara yang berasal dari mezbah ditaruh di atasnya. Dan di atas bara itu, kemenyan dibakar di hadapan Allah. Malaikat ini menghadap salah satu kerubim itu—anda ingat di pasal enam bahwa para kerubim ini merupakan alat pelaksana penghukuman Allah. Salah satu dari mereka berkata, “Mari”—selanjutnya ada seekor kuda putih. Dan kerub yang berikutnya berkata, “Mari!”—maka majulah kuda merah. Kemudian kuda hitam; kemudian kuda hijau kuning. Ini adalah kerub—salah satu kerubim yang berbicara dan berkata kepada ketujuh malaikat ini, “Ambillah tujuh cawan murka ini.” Dan ketika mereka melakukannya, dan ketujuh malaikat itu menerima tujuh cawan emas yang berisi penuh murka Allah, “Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya, dan seorang pun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu” [Wahyu 15:8].  Maknanya, campur tangan Allah yang terakhir telah datang. Ketika Allah telah menetapkan batas bagi laut yang gelisah ini—pasang tidak akan muncul lagi dan gelombang tidak akan memukul lagi—lalu Allah telah menetapkan sebuah batas bagi kejahatan bangsa-bangsa di bumi. Ketika waktu itu datang, maka seluruh meditasi dihentikan. Semua perantara berhenti. Dosa besar yang tidak terampunkan telah ditetapkan dan tidak seorang pun yang dapat masuk ke dalam Bait Suci itu. Ia telah ditutup dan telah menjadi sebuah bait kemarahan dan murka dan penghukuman hingga tujuh malapetaka yang terakhir dicurahkan ke atas bumi. 

Kemudian pasal enam belas adalah sebuah uraian dari tujuh malapetaka itu.  “Dan aku mendengar suara yang nyaring dari dalam Bait Suci berkata kepada ketujuh malaikat itu: "Pergilah dan tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah itu ke atas bumi” [Wahyu 16:1].  Apakah anda mengingat khotbah di dalam Kitab Wahyu pasal delapan? Sebelum malaikat yang ketujuh meniup sangkakala, ada seorang malaikat yang datang dari Bait Suci yang sama. Dan dia mengambil bara api dari mezbah dan menempatkannya di atas pedupaan. Dan dia mempersembahkannya di hadapan Allah. Dan asap kemenyan naik dari pedupaan itu, dan Alkitab berkata, Kitab Wahyu pasal delapan berkata bahwa itu adalah doa-doa orang kudus yang naik ke hadapan Allah. Kemudian malaikat itu berpaling dan melemparkan pedupaan itu ke bumi. Dan api serta murka dan penghukuman Allah membakar bumi. Apakah anda mengingat khotbah tentang itu? Itu adalah hal yang sama, yang ada di sini—kekudusan dan keharuman dari doa dan permohonan dan doa pengantara dari orang-orang kudus Allah naik ke hadapanNya. Tetapi bagi orang-orang yang tidak berpaling dan yang tidak bertobat dan yang tidak percaya kepada Yesus, segala sesuatu dari pedupaan itu, setiap keharuman dari asapnya, setiap doa permohonannya, setiap segi dari kekudusannya, akan menjadi penghukuman dan penghakiman.

Itu adalah hukuman Allah atas orang-orang yang menginjak-injak anugerah Anak Allah, yang menolak darah perjanjian yang olehnya Allah menguduskannya, hukuman atas orang-orang yang berkata “tidak” kepada seruan Roh Kudus dan panggilan Yang Mahatinggi. Segala hal-hal ini akan menjadi penghukuman dan penghakiman. Itu adalah salah satu hukum Allah yang sangat menakutkan untuk dilihat. Ketika Allah melakukan hal-hal kemurahan bagi kita, Dia telah mengutus AnakNya bagi kita dan Kristus telah mati bagi kita, dan Dia telah membangkitkan pengkhotbah-pengkhotbah Allah bagi kita dan para pengkhotbah membuka Kitab Allah dan memohon kepada manusia untuk datang ke dalam pertobatan dan beriman kepada Yesus. Dan bagi orang-orang yang menolaknya dan yang menghujat dan orang-orang yang tidak percaya, yang berkata, “Tidak, aku tidak akan berpaling, aku tidak akan percaya, aku tidak akan menerima,” maka kemurahan Allah akan berubah menjadi sebuah kemarahan dan murka serta penghukuman Allah bagi orang-orang yang menolak Kristus. Tepat seperti itu. Semua ini merupakan alat pedupaan yang kudus yang digunakan dalam ibadah suci kepada Allah di dalam Bait Suci. Dan kemudian, orang-orang yang menghujat, yang menghina dan yang menolak anugerah Allah akan menjadi api dan penghukuman dan murka. Lalu mereka mengambil pedupaan ini, tiap-tiap malaikat itu dan mereka mencurahkannya ke atas bumi. Lalu, sampai sekarang ini, ketika materai dibuka ada pertimbangan yang mendalam. Dan ketika sangkakala ditiup, ada pertimbangan yang mendalam. Tetapi ketika hal-hal ini bergerak ke dalam klimaks yang terakhir, ia bergerak dengan sangat cepat dan tiba-tiba saja hal-hal ini digenapi. Sebagai contoh, anda telah mennerjemahkannya dalam Alkitab versi King James: “Dan malaikat yang ketiga,” “dan malaikat yang keempat”—tidak, tidak demikian dalam bahasa Yunani. Hanya nomor urut-urut ini yang digunakan—satu peristiwa yang terjadi setelah yang lainnya: ho protos, yang pertama; ho deuteros, yang kedua; ho tritos, yang ketiga; ho tetaros, yang keempat; ho pempros, yang kelima; ho ektos, yang keenam; ho hebdomos, yang ketujuh. Tepat seperti itu. Ketika hal-hal yang terakhir ini datang, ia datang dalam sebuah amukan dan dalam sebuah badai—satu demi satu.  

Kemudian, di dalam sedikit waktu yang masih tersisa. Saya akan menunjukkan kepada anda bahwa jika anda tertarik akan Firman Allah maka waktu tiga puluh menit berlalu dengan sangat cepat sama seperti jentikan jari. Saya tidak tahu hal lain yang lebih kaya bagi kita selain dari pada melihat apa yang Allah sampaikan. Di dalam sedikit waktu yang masih tersisa, saya ingin berbicara tentang salah satu di antaranya.  “Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur. Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak—mahluk yang kotor dan buruk serta berlumpur dan mahluk malam—Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. ‘Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.’ Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon. ” [Wahyu 16:12-16]. Salah satu dari hal-hal ini, jika saya meletakkannya bersama-sama, anda akan melihatnya. Satu hal yang akan anda temukan di dalam Firman Allah, bahwa dari mana saja hal ini dimulai, dan bagian apa pun yang sedang didiskusikan, hal itu selalu berakhir di dalam pertempuran terakhir dari Tuhan Allah Yang Mahatinggi di dalam pertempuran besar di hari Tuhan. Kembali ke belakang, hal-hal ini berlangsung dan terus berlangsung dan terus berlangsung dan di dalam Wahyu pasal empat belas hal itu berakhir dalam pertempuran besar yang terakhir pada hari Tuhan. Dan di dalam pasal lima belas dan enam belas, hal itu kembali melakukan hal yang sama, berakhir di dalam pertempuran besar pada hari Tuhan dan di dalam bagian berikutnya, pasal tujuh belas, delapan belas, sembilan belas. Pasal sembilan belas berakhir dalam pertempuran besar yang sama yaitu pada hari  Tuhan. Kitab Allah berkata bahwa waktu dan sejarah dan pemerintahan, bersiap-siap untuk bergerak ke arah sebuah konflik yang luar biasa di dunia ini.  

Lalu, hal yang paling aneh tentang hal itu adalah, ketika anda membaca Alkitab, seluruh pasukan dan seluruh pemimpin berkumpul di Palestina. Mereka berada di sana—seberapa banyakkah pasukan bumi dapat berada di sana? Sebagai contoh, materai keenam berkata salah satu kelompok pasukan itu berjumlah dua ratus juta orang. Itu merupakan sebuah jumlah yang sangat fantastis. Di dalam pertempuran Harmagedon berkumpul seluruh pasukan dari bumi, seluruh pemimpin dunia dan kepala staf dunia. Bagaimanakah mereka akan berada di sana? Tidak pernah ada sebuah strategi dan tidak pernah ada sebuah kebijakan dari sebuah bagian pemerintahan dan sebuah pasukan dan manusia yang pernah dapat melakukan sebuah hal seperti itu. Dan Yohanes memberikan sebuah alasan yang dia jelaskan, dia berkata  “Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis…..dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. ” [Wahyu 16:13,14].  Anda memiliki sebuah contoh yang sama di dalam kisah Ahab, di dalam Kitab Raja-raja pasal dua puluh dua. Allah berkata, “Ahab—pelayan iblis yang kejam dan bengis—akan pergi ke Ramoth-Gilead dan mati di sana, terbunuh di sana.” Lalu, bagaimanakah dia akan pergi? Dan roh menjwab, “Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! Karena itu, sesungguhnya Tuhan telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab Tuhan telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu” [1 Raja-raja 22:22, 23].  Jadi, Ahab dibujuk untuk pergi ke Ramoth-Gilead oleh roh jahat dan roh dusta. Apakah anda mengingat kisahnya? Seseorang prajurit menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja. Tetapi Allah menuntun anak panah itu dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Dan darah mengalir dari lukanya. Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, dan mereka membawa mayatnya ke Samaria. Hal itulah yang akan terjadi, Allah berkata di dalam pertempuran yang terakhir ini, roh najis yang keluar dari mulut naga, dari trinitas kejahatan itu akan membujuk seluruh pasukan ini dan para pemimpin ini untuk berkumpul di Palestina, dan di salah pertempuran besar yang terakhir akan dilakukan. 

Di sana ada sebuah strategi yang tidak biasa. Dan saya bertanya tentang hal itu pada suatu kali. Suatu ketika saya sedang bersiap-siap untuk pergi dari Los Angeles, dan saya harus bertukar pesawat. Dan saya berlari menghampiri pesawat yang akan saya tumpangi selanjutnya. Saya lari dengan terburu-buru dan masuk melalui pintu sebelum pintu itu di tutup. Saya melihat ke sekeliling, memandang sekilas dan berharap dapat duduk di bagian depan. Kemudian saya melihat tempat duduk di depan dan duduk di sana serta mengikatkan sabuk pengaman. Ketika saya menghela nafas dan setelah semuanya reda, saya melihat ke sekeliling saya. Tempat itu penuh dengan kolonel. Di sebelah sana ada seorang brigadir jendral. Dan ada seorang lagi di sebelah sana. Dan sebuah pasangan duduk di depan saya. Dan saya melihat ke sebelah saya dan ingin mengetahui siapa yang duduk di dekat saya, dan dia memiliki lima bintang di atas bahunya. Lalu saya melihat mukanya. Dan dia adalah Jendral Omar Bradley. Tidak heran dia duduk di sana sendirian. Tidak seorang pun yang duduk di sana kecuali pengkhotbah ini. Saya sungguh berbahagia bertemu dengan orang ini di dalam hidup saya. Kita sedang bertempur dalam dalam Perang Korea, dan di depannya penuh dengan lembaran-lembaran kertas. Saya berbicara dengan Pemimpin Staff. Kami berbicara tentang keluarganya—saya ingat bahwa saya pernah menyampaikan hal ini ketika saya pulang—saya bertanya apakah dia memiliki sebuah keluarga. Ya, dia memiliki seorang anak laki-laki. Dan Anak laki-lakinya itu memiliki beberapa anak. Dan anaknya itu merupakan seorang penguji pilot pesawat jet. Dan anaknya itu telah terbunuh beberpa waktu sebelumnya. Dan dia yang mengasuh cucu-cucunya itu. Dia memandang cukup lama keluar jendela. Kemudian dia melihat saya kembali dan berkata, “Saya adalah jenis laki-laki tua dan harus mulai lagi dengan anak-anak kecil itu.”

Tanya kepada Akan tetapi, inilah yang ingin saya ketahui. Anda lihat apa yang disebutkan di dalam Alkitab tentang pasukan ini. Dan saya tinggal dalam sebuah masa yang memiliki jet pembom dan bom atom dan perang nuklir dan bom hydrogen yang dapat meledakkan bumi. Akan tetapi Alkitab berkata tentang pasukan ini, jumlah pasukan yang sangat besar. Lalu saya bertanya kepada Jendral Omar Bradley. Saya berkata, “Apakah anda berpikir bahwa pasukan infantri dan pasukan jalan kaki dan angkatan perang kuno tidak akan digunakan lagi?” Dia berkata, “Oh, dengarlah. Bagaimanapun kita mengembangkan alat-alat penghancur dan betapa pun kita berkembang dalam alat-alat tempur yang sangat mengerikan, tidak akan pernah ada sebuah masa di mana anda tidak membutuhkan pasukan infantri dan pasukan perintis.” Dan dia berkata, “Saya akan memberikan dua alasan bagi anda terhadap hal itu. Yang pertama, di mana saja anda menaklukkan sebuah wilayah, seseorang harus berada di sana untuk menguasainya dan untuk mengontrolnya dan menuntunnya. Itu berarti anda harus memiliki prajurit-prajurit. Jika anda menang untuk seterusnya, anda harus memiliki seseorang yang berada di sana untuk mengusahakan negeri itu.” “Yang kedua,” katanya, “Alasan yang paling besar mengapa anda harus memiliki pasukan adalah karena hal ini: Anda harus memiliki pasukan,” lalu dia mengambil kembali kertas-kertasnya—“anda harus memiliki pasukan untuk mendorong yang lain agar berkumpul bersama-sama.” Karena, dia berkata, “bom atom dan bom hidrogen tidak akan berguna seandainya pasukan bertebaran di atas seluruh daratan. Karena jika anda meledakkan di sini, anda mungkin hanya dapat membunuh sepuluh prajurit. Dan jika anda meledakkan bagian sana, anda mungkin hanya dapat membunuh lima belas prajurit. Dan satu-satunya cara agar sebuah bom atom dapat berguna dengan maksimal dan menguntungkan adalah ketika anda dapat mengkonsentrasikan musuh di suatu tempat sehingga anda dapat menjatuhkan bom itu di sana.” Dan dia berkata, “Agar kita dapat menekan musuh itu untuk berkumpul bersama-sama, anda harus memiliki sebuah pasukan untuk mendesak mereka sehingga anda dapat menjatuhkan bom ke atasnya.”

Dan itulah yang dimaksudkan dalam Alkitab ini. Bagaimanakah pasukan yang besar ini berada di Palestina? Bagaimakah para pemimpin ini akan berada di Palestina? Dimanakah hal yang mengerikan ini dapat terjadi?—darah sepanjang dua ratus mil, sebuah sungai kebinasaan.  “Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.” [Wahyu 16:13,14]  Sebab anda lihat—dan di sana ada sebuah kalimat, dan anda tentu heran mengapa kalimat itu berada di sana? Tepat di tengah-tengah bagian itu ada kalimat “Lihatlah, Aku datang seperti pencuri” [Wahyu 16:15].  Mengapa kalimat itu berada di sana? Alasannya sangat sederhana. Jika seseorang tidak mendengar suara Allah, dia membiarkan hatinya terbuka terhadap dusta dan hidupnya terbuka untuk dusta dan mendengarkan suara dari kehancuran dan kejahatan dan penghukuman. Ketika raja-raja di bumi dan orang-orang di bumi tidak mendengarkan Allah, kemudian tentu saja mereka menyerahkan diri mereka dan orang-orang mereka seca terbuka untuk mendengarkan bujukan dari roh kegelapan dan kejahatan. Dan itulah sebabnya ada ayat yang kecil itu: “Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga.”  Oh, dengarkanlah suara Allah! Dengarkanlah suara Allah!

Dan kemudian, pasal ini ditutup: “Dan manusia menghujat Allah karena malapetaka itu sangat dahsyat.” Tidakkah anda berpikir bahwa mereka akan bertobat? Kita berpikir mereka mungkin akan berkata, “Ya Allah, pemerintah yang menyakitkan hati! Ya Allah, tekanan yang sangat hebat! Ya, Allah, kegelapan dan penghukuman! Selamatkanlah kami!” Bukankah hal itu sangat mengeherankan? Mereka justru semakin menghujat Allah. Bukankah itu yang anda lihat di dalam dunia pada hari ini? Mengalami tekanan dan berada di dalam belenggu dan perbudakan, apakah mereka berpaling kepada Allah? Apakah mereka berseru kepada Tuhan? Tidak. Tidak ada tanda kebangunan rohani. Tidak ada tanda seruan. Tidak ada tanda pertobatan. Tidak ada tanda untuk berpaling. Yang ada hanyalah roh kejatuhan di dalam dunia. Oh, semoga Allah memberkati masyarakat kita deangan sebuah hati yang terbuka terhadap Allah! Tuhan, ingatlah kami, bermurah hatilah untuk kami dan atas umatMu. Selamatkanlah kami Tuhan, di dalam masa yang masih ada kesempatan, masa keemasan dan masa kemuliaan di masa yang akan datang. Itulah sebabnya mengapa kita memberitakan injil dan mengadakan ibadah ini, dan itulah sebabnya undaangan ini ditawarkan kepada anda dan bagi masyarakat kita. Allah sungguh baik bagi kita dan berbelas kasihan bagi kita serta menyelamatkan kita. Dan di dalam kumpulan orang banyak yang telah diselamatkan itu, yang berdiri di pinggir laut itu, menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba, maukah anda datang dan menjadi bagian dari kami?

Maukah anda?—berikanlah hati anda kepada Tuhan; letakkanlah hidup anda di dalam persekutuan jemaat ini. Ketika kita menyanyikan pujian kita dan membuat seruan ini, maukah anda datang? Maukah anda membuat keputusan itu sekarang? Apakah ada sebuah keluarga yang akan datang? Adakah seseorang yang mau datang? Atau adakah sebuah pasangan yang mau datang? Ketika kita menyanyikan lagu dan membuat seruan, datanglah pada hari ini. “Pendeta, inilah saya. Saya memberikan tangan saya kepada anda, sebagai tanda bahwa saya menyerahkan hati saya kepada Allah.” Atau “Kami datang ke dalam persekutuan jemaat. Ini istri saya dan anak-anak saya.” Ketika Roh Yesus akan membuka pintu itu dan menuntun anda di jalan itu, buatlah keputusan itu pada pagi hari ini, saat kita berdiri dan saaat kita bernyanyi.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.