Daftar Isi

 

YANG MEMPESONA ORANG-ORANG GALATIA

(THE BEWITCHED GALATIANS)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Pagi, 17 Septmber 1972

di First Baptist Church in Dallas

Teks: Galatia 3:1-4

 

“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!” (Galatia 3:1-4).

 

Surat ini dialamatkan kepada orang-orang Gaul, atau di zaman modern, mereka itu adalah orang-orang Francis. Karena entah mereka adalah orang-orang Gaul di Francis maupun orang-orang Gaul di pusat Asia Kecil, namun mereka adalah satu rumpun, dan itulah orang-orang Galatia itu. Pemerintah Roma pernah menetapkan satu provinsi di Asia Kecil, dan itulah provinsi Galatia. Dan jemaat-jemaat penerima surat Paulus ini adalah jemaat-jemaat yang berada di Galatia. Pada waktu Paulus pertama kali datang dan memberitakan Injil di Galatia, mereka menerima Paulus dengan ramah dan menerima Injil yang diberitakan oleh Paulus. Dalam Galatia 4, Paulus berkata:

 

“Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri. Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku” (Galatia 4:13-15)

 

Paulus dikejutkan dengan keramahan mereka, dengan ramah dan sambutan yang hangat mereka menerima Injil yang diberitakan Paulus dan pemberitanya, atau Paulus sendiri, ketika ia memberitakan Injil kepada orang-orang Galatia itu. Namun sekarang ia sedih karena orang-orang Galatia itu lekas berbalik dari Injil yang pertama kali mereka dengar dan terima dengan bahagia.  Dalam pasal pertama, setelah mengucapkan salam, Paulus menulis,

 

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Galatia 1:6-7).

Dan kemudian dalam teks kita ini, yaitu pasal 3, Paulus menulis, “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?” (Galatia 3:1). Mereka lekas berbalik dari Kalvari kepada Sinai, dari menjadi anak kepada perbudakan, dari kemerdekaan kepada perbudakan, dari iman kepada perbuatan, dari Kristus kepada seremonial-seremonial: Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?”  

 

Paulus mengingatkan tentang pertobatan mereka yang ajaib: “Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” Paulus menggunakan kata “prographo” yang diterjemahkan “evidently set forth” dalam KJV dan “dilukiskan dengan terang di depanmu” dalam TB-LAI. Kata “prographo” ini berhubungan dengan plakat, yaitu suatu pengumuman berupa tulisan atau gambar yang ditempel dan disebar secara luas atau tulisan yang dipasang pada papan di suatu Forum, atau di Agora, di pasar untuk diketahui orang banyak. Pada waktu belum ada surat kabar, pengumuman untuk publik atau rakyat adalah “prographo” ini. Melalui pengumuman secara terbuka untuk umum ini, maka semua orang dapat melihatnya dan membacanya. Paulus menggunakan kata ini berhubungan dengan berita Injil yang ia beritakan kepada orang-orang Galatia. Yesus Kristus “prographo” atau “dilukiskan dengan terang di depan mereka.” Ketika Paulus memberitakan Injil Kristus, orang-orang Galatia ini melihat Kristus yang disalibkan dengan terang. Mereka dapat membayangkan bagaimana para prajurit Romawi memakukan Yesus di kayu salib, dan mereka seakan mendengar penderitaan dan seruan Tuhan pada waktu Dia disalibkan, mereka dapat merasakan penderitaan Tuhan Yesus, dan mereka dapat membayangkan dengan jelas gumpalan-gumpalan darah yang jatuh membasahi bumi. Dengan melihat Dia yang disalibkan itu, hati mereka diinsafkan, dan kemudian mereka meninggalkan paganism dan heathenism atau penyembahan berhala mereka, bertobat dan dilahirkan kembali ke dalam kerajaan Kristus. Mereka menjadi ciptaan baru. Kehidupan lama mereka, yaitu keduniawian mereka telah berlalu dan sesungguhnya segala sesuatu yang baru telah datang di dalam Tuhan. Mereka telah dilahirbarukan ketika mendengar dan menerima kuasa Injil Kristus. Mereka meninggalkan berhala-berhala mereka dan menerima Allah yang hidup dan benar di dalam Kristus Yesus. Itu adalah sesuatu yang baru dan hari yang begitu indah dan membahagiakan bagi orang-orang Galatia.  

 

Di sini Anda memiliki kesaksian yang agung berhubungan dengan Injil yang diberitakan Paulus. Apakah itu? “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Korintus 15:3, 4). Ketika Paulus memberitakan Injil, itulah apa yang ia beritakan, yaitu “Kristus yang telah disalibkan.”  Ketika Paulus memberitakan Injil yang menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari kematian, ia memberitakan Kristus. Ketika Rasul Yohanes menulis wahyu Allah tentang kehidupan kekal melalui Dia, ia menulis tentang Kristus. Ketika Yakobus, gembala di Yerusalem, berbicara tentang sang Hakim dan Pemberi Hukum Taurat, ia sedang berbicara tentang Kristus. Dan ketika penulis Kitab Ibrani berbicara tentang Imam Besar kita di sorga dan yang menjadi Perantara antara Allah dan manusia, ia sedang berbicara tentang Kristus. Iman Kristen adalah Kristus. Keluarkan Kristus dari iman Kristen, maka iman itu akan menjadi sia-sia. Injil yang diberitakan Paulus adalah tentang Kristus yang telah disalibkan. Dan kuasa atau efek dari Injil itu bagi orang-orang Galatia sungguh membuat mereka sangat bahagia. Itu adalah suatu mujizat. Itulah yang membuat banyak dari mereka yang meninggalkan berhala-berhala dan paganisme mereka untuk masuk ke dalam kemerdekaan yang mulia dari Anak Allah.  Terang sorgawi telah mengenai kening mereka, sehingga mulut mereka berseru, “Ya Abba, Ya Bapa” (Galatia 4:6). Dan kehadiran serta kuasa Kristus telah ada dalam hati mereka. Mereka telah menjadi manusia baru. Mereka telah bangkit di dalam Kristus untuk menerima kebebasan dan kemerdekaan dan hidup yang mulia di dalam Kristus. 

 

Kemudian mereka mulai berubah. Mereka mulai berbalik. Kepada apa? Kepada rasul-rasul palsu. Pengajar-pengajar palsu datang kepada mereka dan membelokkan pikiran mereka dari Kristus dan memimpin mereka untuk mengikuti semua ritual dan upacara dan hukum Taurat. Dan mereka lekas berbalik dari kemerdekaan yang telah mereka kenal di dalam Tuhan Yesus, dan membawa mereka sendiri untuk masuk ke dalam perbudakan upacara-upacara dan seremenial serta memelihara hari-hari tertentu dan hukum Taurat. Dan mereka berpikir dengan melakukan semua itu, mereka telah menunjukkan kemajuan kerohanian mereka. Mereka berpikir bahwa mereka sedang meningkatkan status keagamaan mereka. Sehingga Paulus menegur mereka, “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?” Katakanlah kepadaku, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Galatia 3:1, 3).

 

Orang-orang Galatia kembali mengerjakan kebiasaan lama yang tercela. Mereka lekas berbalik dari Injil. Mereka memalingkan pikiran mereka dari Kristus dan berfokus kepada hal yang lain. Pernahkah anda melakukan itu, tidak puas berada dalam kuasa Injil Allah. Ketahuilah bahwa tidak ada kuasa apapun di dalam semua hal yang berhubungan dengan hukum Taurat, ketaatan dalam memelihara upacara-upacara keagamaan. Semua itu justru membawa kita ke dalam perbudakan. Semua itu adalah rantai yang membelenggu. Kuasa hanya datang dari kehadiran secara pribadi Yesus Kristus, dari kelahiran kembali yang dikerjakan oleh Roh Allah. “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (II Korintus 3:17). Dan ketika kita memalingkan hati dan pikiran kita dari Yesus, kita langsung jatuh ke dalam “backslidden state” atau “kembali mengerjakan kebiasaan lama yang tercela.”    

 

Minggu ini saya membaca tentang seorang penginjil kecil yang dulunya beragama Hindu yang bernama Sammy. Ia berkeliling dengan Alkitab besar di tangannya, dan payung besar di atas kepalanya yang dipegang oleh tangan satunya. Penginjil kecil ini menyusuri jalanan di India, dan ia melewati barak tentara Inggris yang ditempatkan di sana. Mereka sudah kenal baik dengan penginjil kecil ini, sehingga salah satu dari prajurit keluar barak dan berkata kepadanya, “Katakan, Sammy, bagaimana kabar Yesus Kristus pagi ini?” Dan anak kecil itu berhenti, mendongak ke atas memandang wajah tentara yang tinggi besar itu dan menjawab katanya, “Saya akan menjawab pertanyaan anda dari Kitab Suci yang datang kepada kami dari negeri anda ini.” Dan kemudian ia membuka Ibrani 13:8 dan membacanya, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Kemudian ia melanjutkan perjalanannya.

Malamnya dua tentara Inggris datang ke rumah sederhana Sammy, penginjil kecil itu dan mengetuk pintu rumah. Anak itu membukakan pintu untuk kedua tentara Inggris itu, dan tentara Inggris itu berkata, “Sammy, kami malu kepada diri kami sendiri. Pagi tadi kami bertanya kepada kepada kamu tentang bagaimana kabar Yesus Kristus. Dan kamu membacakan Kitab Suci untuk kami: ‘Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya’.”  Mereka berkata, “Sammy, kami adalah orang-orang Kristen. Dan kami melayani Tuhan. Kami telah berpaling. Dan Sammy, kami datang untuk meminta maaf atas apa yang kami katakan pagi tadi. Dan kami ingin kamu tahu bahwa kami bertobat kembali. Kami kembali ke dalam kasih dan pelayanan Tuhan terkasih kami.”

 

Ketika kita terus mengarahkan pandangan kita kepada Dia, ketika kita bersukacita di dalam Kristus, Juruselamat kita, kita bebas dari belenggu berbagai peraturan Taurat, ritual-ritual, upacara-upacara, seremonial-seremonial dsb. Kita menjadi orang merdeka ketika kita tetap mengarahkan hati kita dan pikiran kita kepada Kristus. Kecenderungan kita di gereja Baptis adalah meniadakan  berbagai pelayanan ritualistik dan liturgikal yang diterapkan oleh denominasi-denominasi lain. Mereka mengikuti doa menurut buku doa. Mereka sangat memelihara liturgi. Sementara kita menyingkirkan semua itu.

 

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?” Kata “mempesona” ini diterjemahkan dari bahasa Yunani “ebaskanen,” yang memiliki pengertian  seorang penyihir yang menyihir mereka. Mata yang jahat telah menguasai mereka dan menarik mereka dari kebenaran. Kemudian Paulus berbicara tentang apa itu kebenaran: Apakah kebenaran itu adalah karena “melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” Bukan. Namun karena “Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Galatia 3:5, 6). Dan seperti yang tertulis dalam Habakuk 2:4: “Orang yang benar akan hidup oleh iman” (Galatia 3:11). “Orang yang benar akan hidup oleh iman,” bukan oleh hukum Taurat, atau bukan oleh ritual, atau bukan oleh seremonial, atau bukan oleh karena memelihara hari-hari tertentu, atau bukan oleh karena berlutut, atau bukan oleh perasaan, atau bukan oleh spekulasi, atau bukan oleh filsafat, atau atau bukan oleh metafisika, namun “orang yang benar akan hidup oleh iman.”

 

Berapa banyak dari kita yang mungkin berkata, “Orang benar akan hidup oleh perasaan, oleh perasaan kita? Ketika semuanya menjadi tenang dan damai dan membuat saya bahagia, maka saya tahu saya berada dalam kehendak Tuhan. Saya sungguh-sungguh terberkati. Saya tahu saya telah diselamatkan. Namun ketika perasaan saya menghadapi kesulitan, kesusahan, tidak ada damai, dalam kegelapan, tidak memiliki pengharapan dan penuh keputusasaan, saya pikir bahwa Allah tidak mengasihi saya lagi dan telah meninggalkan saya dan saya berpikir bahwa saya belum diselamatankan. Saya belum sungguh-sungguh dilahirbarukan. Saya masih terhilang. Bahkan Tuhan tidak tahu saya ada di sini.” Jika demikian, itu berarti kita mendasarkan keselamatan kita di atas perasaan kita. Mereka berkata, “Saya diselamatkan jika saya merasa bahwa saya diselamatkan. Saya diperkenan Allah bila segala sesuatu menjadi menyenangkan dan membuat saya damai dan bahagia. Namun jika sebaliknya maka saya sama sekali bukanlah anak Allah.”

Ijinkan saya mengatakan sesuatu kepada nada. Jika anda pernah menggantungkan keselamatan dan agama anda pada perasaan, itu semua justru akan menyeret anda ke dalam kematian. Dan itu adalah cara hidup yang sangat menyedihkan. Itu adalah kehidupan yang sekarat, yang tidak memiliki dasar di dalamnya, dan tidak memiliki jaminan dan kepastian serta pengharapan.

 

Saudara yang terkasih, dasar keselamatan saya bukanlah diri saya, tetapi itu ada di dalam Tuhan. Dan dasar pengharapan saya juga bukan diri saya, tetapi itu ada di dalam Kristus. Jika dasar keselamatan saya adalah diri saya sendiri atau bergantung kepada diri saya sendiri, apa yang harus saya lakukan? Saya sarat dengan kelemahan dan kesalahan dan dosa. Dan akhir dari kelemahan dan kesalahan serta dosa ini adalah membawa saya kepada kematian. Kalau demikian apa yang harus saya lakukan? Saya yang lemah ini, bagaimana mungkin saya dapat menyelamatkan diri saya sendiri? Selama saya memandang dasar keselamatan saya di dalam diri saya sendiri,  saya tidak memiliki tujuan akhir hidup saya yang lain selain menuju kepada keputusasaan dan terhilang di neraka. Allah menolong saya dengan rahmat dan anugerahnya bagi saya. Dan oleh anugerah itulah saya diselamatkan. Dialah yang menyelamatkan saya. Keselamatan saya datang ketika saya menghempaskan diri saya sendiri ke atas anugerah Tuhan, ketika saya memandang Kristus. Dan ketika saya melakukan itu, Ia berkata, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yohanes 10:28). Saya dapat bangun jam dua pagi, atau jam empat pagi, atau pada saat matahari terbit di upuk Timur, dan janji Kristus ini tidak akan pernah berubah. Itu selalu sama. Yohanes 1:11 berkata, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” Dan Yohanes 1:12 melanjutkan demikian, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Janji itu tidak akan pernah berubah. Tuhan, saya percaya kepada Engkau. Saya percaya di dalam Engkau. Pengharapan saya ada di dalam Engkau. Dan itulah yang menyelamatkan saya.

 

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Sehingga engkau lekas berbalik dari iman dan pengharapan di dalam Kristus dan mulai berpaling kepada dirimu sendiri, berpaling kepada perasaanmu. Benarkah orang benar hidup oleh perasaan? Tidak. Tidak. Tidak. Tidak pernah demikian.

 

Apakah orang benar hidup oleh spekulasi, atau fisafat atau metafisika atau doktrin? Tidak.  Pada abad pertama Kekristenan, kita melihat kontroversi antara Arius dan Athanasius. Dan Edward Gibbon sang sarcastic (penyindir) menjelaskan bahwa mereka memecah belah dunia Kekristenan hanya oleh karena huruf Yunani iota, karena Arius berkata, “Kristus adalah homoiousios,” sedangkan Athanasius berkata, “Kristus adalah homoousios.”  Saya  berkata, “Ya, memang perbedaan ini patut diperhatikan. Namun jangan sampai setelah kita memperhatikan semua hal ini dan mulai saling bertengkar antara satu dengan yang lain, apa yang terjadi pada diri kita adalah kita melupakan penginjilan dunia, dan itu persis apa yang terjadi terhadap iman Kristen.” Setelah selama tiga abad mereka memenangkan masyarakat dunia. Akhirnya mereka berhenti di sana, di dunia Imperium Yunani-Romawi, dan begitu banyak orang dari Timur ke Barat dan Utara dan Selatan, yaitu Afrika, bagian timur laut Eropa, India, China, Jepang dan negara-negara lain mereka lupakan. Apakah orang benar hidup oleh spekulasi, oleh metafisika, oleh filosofi? Tidak.